Anda di halaman 1dari 55

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN

Dosen Pengampu : Dosen: Prof. Dr. Theresia Militina, M.Si

Disusun Oleh :

Sofy Latul Latifah (1701015034)

Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan ini.

Tujuan dibuatnya tugas ini untuk memenuhi kewajiban, menambah nilai


Bank dan Lembaga Keuangan, menambah pengetahuan serta memahami tentang
materi Bank dan Lembaga Keuangan ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Theresia
Militina, M.Si selaku dosen yang mengajar mata kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan serta teman-teman sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat
waktu. Tugas ini belum bisa dikatakan sempurna, maka kami meminta saran dan
kritik yang bersifat membangun.

Samarinda, 28 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i

DAFTAR ISI ii

BAB I LEMBAGA KEUANGAN 1

1.1. Definisi Lembaga Keuangan 1


1.2. Definisi Lembaga Keuangan Menurut Para Ahli 1
1.3. Definisi Lembaga Keuangan Menurut Undang-Undang dan
Surat Ketetapan Menteri Keuangan 1
1.4. Penggolongan Lembaga Keuangan 2
1.5. Peran dan Fungsi Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga
Keuangan Non-Bank 4
1.5.1. Peran dan Fungsi Lembaga Keuangan Bank 4
1.5.2. Peran dan Fungsi Lembaga Keuangan Bukan Bank 6
1.6. Perbedaan Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank 6

BAB II UANG 8

2.1. Uang 8
2.2. Kriteria Uang 9
2.3. Klasifikasi Uang 10
2.4. Fungsi Uang 14
2.5. Jenis-jenis Uang 15

BAB III BANK SENTRAL 17

3.1. Pengertian Bank Sentral Menurut Undang-undang No 3 Tahun


2004 17
3.2. Sejarah Berdirinya Bank Sentral 17
3.3. Sejarah Bank Sentral Menurut UU RI No 13 Thaun 1968 18
3.4. Undang-Undang Republik Indonesia No 23 Tahun 1999 23

BAB IV BANK UMUM 26

ii
4.1. Sejarah Bank Umum 26
4.2. Pengertian Bank Umum Menurut uud 1945 dan Menurut Para
Ahli 27
4.2.1. Pengertian Bank Umum Menurut UUD 1945 27
4.2.2. Pengertian Bank Umum Menurut Para Ahli 27
4.3. Tugas-tugas Bank Umum Secara Umum 28
4.4. Fungsi Bank Umum Secara Umum 28
4.5. Jenis-jenis Bank Umum 29
4.6. Bentuk Hukum Bank Umum 31
4.7. Usaha Bank Umum 31

BAB V SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA 33

5.1. Pendahuluan 33
5.2. Otoritas Keuangan 34

BAB VI KEBIJAKAN MONETER DAN PERBANKAN INDONESIA 35

6.1. Sistem Moneter dan Perbankan Indoensia 35


6.2. Pengertian Kebijakan Moneter 35
6.3. Tujuan Kebijakan Moneter 36
6.4. Alat dan Instrumen Kebijakan Moneter 36
6.4.1. Politik Pasar Terbuka 36
6.4.2. Politik Diskonto 37
6.4.3. Politik Perubahan Cadangan Minimum 37
6.4.4. Margin Requirement 37
6.4.5. Moral Suasion 37
6.5. Jenis dan Indikator Kebijakan Moneter 38
6.6. Pengendalian Moneter 39
6.7. Kerangka Kebijakan Moneter Di Indonesia 40
6.8. Pengertian Perbankan Mneurut UU RI 40
6.9. Pentingnya Perbankan Indonesia 41
6.10. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia 41

iii
6.11. Pengertian Sistem Perbankan Indonesia 42
6.12. Sistem Informasi Pelaporan Bank Kepada Bank Indonesia 41
6.13. Tata Perbankan Indonesia 44
6.14. Sistem Perbankan Indonesia 46
6.15. Pengaturan dan Pengawasan Bank 47
6.16. Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank 48
6.17. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank 48
6.18. Sistem Pengawasan Bank Oleh Bank Indonesia 49

BAB VII LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL 52

7.1. Lembaga Keuangan Internasional 52


7.2. Bank Dunia (Worls Bank) 52
7.3. International Monetary Fund (IMF) 54
7.4. Bank Pembangunan Asia (The Asian Development Bank) 55
7.5. Bank Pembangunan Islam 56

BAB VIII BANK SYARI’AH 59

8.1. Pengertian Bank Syari’ah 59


8.2. Peranan Bank Syari’ah 59
8.3. Prinsip-prinsip Dasar Operasional Bank Syari’ah 61
8.4. Produk Operasional Bank Syari’ah di Indonesia 62
8.5. Perbedaan Sistem Bunga (Bank Konvensional) dengan Sistem
Bagi Hasil (Bank Syari’ah) 63

DAFTAR PUSTAKA 64

iv
BAB I

LEMBAGA KEUANGAN

1.1. Definisi Lembaga Keuangan

Lembaga Keuangan adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa
keuangan yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya serta jasa keuangan lainnya.

1.2. Definisi Lembaga Keuangan menurut para ahli

Pengertian lembaga keuangan menurut para ahli :

1. Ahmad Rodoni

Menurut Ahmad Rodoni, pengertian lembaga keuangan adalah salah satu


badan usaha dimana kekayaannya berbetuk aset keuangan (financial assets) maupun
(non-financial assets).

2. Dahlan Siamat

Menurut Dahlan Siamat, pengertian lembaga keuangan adalah badan usaha


yang kekayaan utamanya berbentuk aset keuangan dibanding aset non-finansial atau
riil. Dimana lembaga keuangan sudah memberikan kredit atau pembiayaan terhadap
nasabah dan menanamkan dananya pada surat yang berharga.

3. Kasmir

Menurut Kasmir, arti lembaga keuangan adalah wadah setiap perusahaan yang
bergerak dibidang keuangan dimana kegiatan yang dilakukan bisa hanya
menghimpun dana saja atau hanya menyalurkan atau mungkin bisa keduanya.

1.3. Definisi Lembaga Keuangan menurut Undang-Undang dan Surat


Keputusan Menteri Keuangan

1. UU No. 14 Tahun 1967

Menurut UU No. 14 Tahun 1967 pasal 1 tentang perbankan, pengertian lembaga


keuangan adalah badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat
dan kemudian mengeluarkannya kembali kepada masyarakat.

2. SK Menteri Keuangan RI No. 792 Tahun 1990

Menurut SK Menteri Keuangan RI No. 792 Tahun 1990, pengertian lembaga


keuangan adalah semua badan usaha yang bergerak dibidang keuangan dimana
kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat, terutama
untuk pembiayaan investasi pembangunan.

1.4. Penggolongan Lembaga Keuangan

1
Lembaga Keuangan sering juga disebut sebagai lembaga intermediasi dapat
digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :

a. Lembaga Keuangan Bank adalah badan usaha yang dalam kegiatan usahanya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan kemudian
menyalurkannya dalam bentuk pinjaman serta kegiatan jasa lainnya.

Bentuk simpanan umum berupa: Tabungan, Deposito Berjangka dan Giro


sedangkan pinjaman dapat berupa: Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi dan Kredit
Konsumtif serta kredit lainnya.

Yang termasuk dalam lembaga keuangan bank adalah:

1) Bank Sentral dan Bank Indonesia

2) Bank Umum berdasarkan prinsip konvensional

3) Bank Umum berdasarkan prinsip syariah

4) Bank Perkreditan Rakyat

b. Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah perusahaan yang dalam kegiatan


usahanya melakukan invenstasi, pembiayaan atau memberikan perlindungan
terhadap resiko terhadap konsumennya.

Yang termasuk dalam kegiatan melakukan investasi adalah

1) Pasar Uang merupakan pertemuan dalam suatu pasar yang abstrak untuk
memperoleh demand dan supply dana jangka pendek. Dalam pasar uang valuta
asing diperlukan untuk membayar kegiatan ekspor, impor dan utang luar negeri.

2) Pasar Modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum


dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek

Dan yang termasuk dalam kegiatan melakukan pembiayaan (finance company) adalah

1) Leasing adalah kegiataan pembiayaan dengan menyediakan barang modal baik


dengan hak opsi (finance lease) maupun tanpa hak opsi (operating lease) untik
digunakan oleh penyewa rumah usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara angsuran.

2) Anjak Piutang adalah suatu transaksi keuangan suatu perusahaan menjual


piutannya dengan memberikan suatu diskon.\

3) Pembiayaan Konsumen adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang


berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.

2
4) Kartu Kredit adalah suatu jenis penyelesaian transaksi ritail dan sistem kredit
yang namanya berasal dari kartu plastik yang diterbitkan kepada pengguna sistem
tersebut.

5) Pegadaian adalah sebuah BUMN sektor keuangan indonesia yang bergerak


pada tiga lini bisnis perusahaan pembiayaan, emas dan aneka jasa.

Dan yang termasuk dalam kegiatan usaha perlindungan terhadap resiko adalah:

1) Asuransi dalah pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak dimana
pihak satu berkewajiban membayar iuran atau kontribusi atau premi sementara
pihak yang lainnya memiliki kewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran atau konribusi atau prei apabila terjadi sesuatu yang mmenimpa
pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang sudah dibuat.

2) Dan Pensiun adalah barang hukum yang mengelola dan menjalankan program
yang memasok atau memenuhi janji manfaat pensiun.

1.5 Peran dan Fungsi Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non-
Bank

1.5.1. Peran dan Fungsi lembaga keuangan bank:

a. Peran Lembaga Keuangan

1) Pengalihan aset

Lembaga keuangan sebenarnya hanyalah mengalihkan atau memindahkan


kewajiban peminjam menjadi suatu aset dalam suatu jangka waktu yang jatuh
tempo sesuai keinginan penabung. Proses pengalihan kewajiban menjadi suatu
aset disebut transmutasi kekayaan atau asset transimitation.

2) Liquiditas

Liquiditas berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh uang tunai pada


saat dibutuhkan. Beberapa sekuritas sekunder dibeli sektor usaha dan rumah
tangga terutama dimaksudkan untuk tujuan liquiditas. Sekuritas sekunder seperti
tabungan, deposito dan sertifikat deposito yang diterbitkan bank umum
memberikan tingkat keamanan dan liquiditas yang tinggi, disamping tambahan
pendapatan.

3) Realokasi Pendapatan (income reallocation)

Dalam kenyataannya di masyarakat banyak individu memiliki penghasilan


yang memadai dan menyadari bahwa dimasa datang mereka akan pensiun
sehingga pendapatannya jelas akan berkurang. Untuk menghadapi masa datang

3
tersebut mereka menyisihkan atau merealokasikan pendapatannya untuk
persiapan di masa yang akan datang. Untuk melakukan hal tersebut pada
prinsipnya mereka dapat saja membeli atau menyimpan barang misalnya : tanah,
rumah dan sebagainya. Namun pemilikan sekuritas seunder dikeluarkan lembaga
keuangan, misalnya program tabungan, deposito, program pensiun, polis asuransi
atau saham-saham adalah jauh lebi baik jika dibandingkan dengan alternatif
pertama.

4) Transaksi (transation)

Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga intermediasi keuangan


misalnya rekening giro, tabungan, deposito dan sebagainya, merupakan bagian
dan sistem pembayaran. Giro atau rekening tabungan tertentu ditawarkan bank
pada prinsipnya dapat berfungsi sebagai aset. Produk-produk tabungan tersebut
dibeli oleh rumah tangga dan unit usaha untuk mempermudah mereka melakukan
penukaran barang dan jasa. Dalam hal tertentu, unit ekonomi membeli sekuritas
sekunder (misalnya giro) untuk mempermudah penyelesaian transaksi
keuangannya sehari-hari.

b. Fungsi Lembaga Keuangan

Fungsi lembaga keuangan adalah melancarkan pertukaran produk (barang dan


jasa) dengan menggunakan uang dan instrumen kredit. Menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk
pinjaman. Atau dengan kata lain, lembaga keuangan menghimpun dana dari pihak
yang kelebihan dana dan menyalurkan ke pihak yang kekurangan dana.

1. Memberikan pengetahuan dan informasi, yaitu :


a. Lembaga Keuangan melaksanakan tugas sebagai pihak yang ahli dalam analisis
ekonomi dan kredit untuk kepentingan pihak lain (nasabah).
b. Lembaga Keuangan berkewajiban menyebarkan informasi dan kegiatan yang
berguna dan menguntungkan bagi nasabahnya.
2. Memberikan Jaminan

Lembaga Keuangan mampu memberikan jaminan hukum dan moral mengenai


keamanan dana masyarakat yang dipercayakan kepada lembaga keuangan tersebut.

3. Menciptakan dan memberikan likuiditas

Lembaga Keuangan mampu memberikan keyakinan kepada nasabahnya bahwa


dana yang disimpan akan dikembalikan pada waktu jatuh tempo.

1.5.2. Peran dan Fungsi Lembaga Keuangan Non-Bank

4
a. Peran Lembaga Keuangan Non-Bank

1. Membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang atau jasa.

2. Memperlancar distribusi barang.

3. Mendorong terbukanya lapangan pekerjaan.

b. Fungsi Lembaga Keuangan Non-Bank


1. Menghimpun dana dengan cara menerbitkan surat berharga dan menyalurkannya
kepada perusahaan kecil maupun masyarakat.
2. Memberikan modal kepada ekonomi lemah agar mereka bisa mengembangkan
usaha dan tidak terbelit utang dengan bunga tinggi atau dari rentenir.
3. Pasar modal bertujuan untuk memperlancar pembangunan baik ekonomi maupun
industri.
4. Memberikan kredit dengan bunga ringan kepada usaha kecil maupun masyarakat
dengan jaminan surat berharga/kendaraan/perhiasan ataupun tanpa jaminan.
1.6. Perbedaan Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank

Lembaga Keuangan Bank Lembaga Keuaangan Non-Bank


1. Lembaga Keuangan bank merupakan 1.Lembaga Keuangan Non-Bank
keuangan yang paling lengkap kegiatannya difokuskan pada salah satu
kegiatannya yaitu menghimpun dana dari kegiatan keuangan saja. Misalnya :
masyarakat dan menyalurkan kembali perusahaan leasing menyalurkan dana
dana tersebut keada masyarkat dalam dalam bentuk barang modak kepada
bentuk pinjaman serta melaksanakan perusahaan penyewa (lessee), pegadaian
kegiatan jasa keuangan lainnya. menyalurkan dana dalam bentuk
pinjaman jangka pendek dengan jaminan
barang bergerak.

2.Bank dapat secara langsung 2.Lembaga Keuangan Non-Bank tidak


menghimpun dana dari masyarakat dlam dapat secara langsung menghimpun dana
bentuk giro, tabungan, deposito dari masyarakat dalam bentuk giro,
berjangka.s tabungan, dan deposito berjangka.

3.Bank umum dapat menciptakan uang 3.Lembaga Keuangan Non-Bank tidak


giral yang dapat mempengaruhi jumlah bisa melakukan hal tersebut
uang yang beredar di masyarakat.

5
BAB II
UANG
2.1. Uang
Seperti yang kita ketahui awal mula adanya uang adalah akibat dari kesulitan
masyarakat dalam melakukan tukar-menukar dimasa lalu. Kendala utama dalam
melakukan pertukaran adalah sulit untuk memperoleh barang dan jasa yang
diinginkan sesuai dengan jenis barang dan jasa pada saat yang dibutuhkan . kendala
seperti ini dikarenakan masih dalam sistem barter.

Sistem barter merupakan suatu system pertukaran antara barang dengan barang
atau barang dengan jasa atau sebaliknya. System ini dilakukan pertama kali dalam
perdagangan dunia, namun system ini mulai ditinggalkan setelah menemui banyak
kendala. Beberapa kendala dalam pertukaran adalah sebagai berikut.

a. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barang yang sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan.
b. Sulit untuk menentukan nilai barang yang akan ditukarkan terhadap barang yang
diinginkan.
c. Sulit menemukan orang yang manukarkan barang dengan jasa yang dimiliki atau
sebaliknya.
d. Sulit untuk menemukan kebutuhan yang mau ditukarkan pada saat yang cepat
sesuai dengan keinginan. Artinya untuk memperoleh barang yang diinginkan
memerlukan waktu yang terkadang relatif lama.
Dengan beberapa kendala tersebut, para ahli memikirkan sesuatu yang dapat
digunakan untuk menjadi alat tukar yang lebih efisien dan efektif. Alat tukar tersebut
disebut uang. Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara
umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat
pembayaran utang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa.
Secara umum uang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar, tetapi juga memiliki
fungsi-fungsi lainnya seperti alat satuan hitung, penimbun kekayaan atau standar
pencicilan utang. Namun uang digunakan diwilayah tertentu, misalnya Negara karena
bias saja satu mata uang tertentu tidak berlaku di Negara lain dan sebaliknya serta
bisa saja mata uang Negara tertentu berlaku di semua Negara seperti mata uang US
Dollar. Di dalam perekonomian, uang merupakan suatu kebutuhan, bahkan uang satu
diantara penentu stabilitas dan kemajuan perekonomian di suatu Negara.

Dari uraian di atas menunjukkan beberapa manfaatnya adalah sebagai berikut.

1. Mempermudah untuk memperoleh dan memilih barang dan jasa yang diinginkan
secara cepat.
2. Mempermudah dalam menentukan nilai (harga) dari barang dan jasa.

6
3. Memperlancar proses perdagangan secara luas.
4. Digunakan sebagai tempat menimbun kekayaan.
2.2. Kriteria Uang
Adanya kriteria agar sesuatu yang dianggap uang haruslah memenuhi beberapa
persyaratan yang dapat diterima semua lapisan masyarakat. Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Ada jaminan

Dengan adanya jaminan dari pemerintah tertentu, maka kepercayaan untuk


mengunakan uang untuk berbagai keperluan mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat luas. Khususnya uang logam yang sudah dijamin oleh nilai yang
terkandung dalam uang tersebut.

2. Disukai umum

Uang harus dapat diterima secara umum pengunaannya apakah sebagai alat
tukar, penimbun kekayaan atau sebagai standar pencicilan utang.

3. Nilai yang stabil

Nilai uang harus memiliki kestabilan dan ketetapan serta diusahakan


fluktuasinya sekecil mungkin. Apabila nilai uang sering mengalami
ketidakstabilan, maka akan sulit untuk dipercaya oleh yang menggunakannya.

4. Mudah disimpan

Uang harus memiliki fleksibilitas, seperti bentuk fisiknya yang tidak terlalu
besar, mudah dilipat dan terdapat nominal mulai dari yang kecil sampai nominal
yang maksimal.

5. Mudah dibawa

Uang sebaiknya mudah dibawa untuk keperluan sehari-hari. Oleh karena


itu,dalam hal fisik uang jangan terlalu besar dan diusahakan seringan mungkin.

6. Tidak mudah rusak

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas fisik uang harus benar-
benar dijaga dan terjamin kualitasnya sehingga uang dapat digunakan untuk waktu
yang relative lama.

7. Mudah dibagi

Dalam satuan unit tertentu dengan berbagai nominal yang ada guna
kelancaran dalam melakukan transaksi mulai dari nominal kecil sampai dengan

7
nominal yang besar sekali pun. Oleh karena itu agar uang mudah dibagi harus
dibuat dalam nominal yang beragam.

8. Suplai harus elastis

Tersedianya uang dalam jumlah yang cukup disesuaikan dengan kondisi


usaha atau kondisi perekonomian suatu wilayah. Apabila dalam usaha terjadi
kekurangan uang maka berakibat kurang baik demikian pula sebaliknya. Artinya
bila terjadi kekurangan atau kelebihan dengan cepat diatasi sehingga tidak
mengganggu aktivitas masyarakat dalam berbagai halyang berhubungan dengan
uang.

2.3. Klasifikasi Uang

Uang dapat diklasifikasikan atas beberapa dasar yang berbeda-beda, seperti :

1. Sifat fisik dan bahan yang dipakai untuk membuat uang


2. Yang mengeluarkan atau mengedarkan, yakni pemerintah, bank sentral atau bank
komersial
3. Hubungan antara nilai uang sebagai uang dengan nilai uang sebagai barang.

Tabel 1.1.

Klasifikasi Uang

1. Full bodied money


2. Representative full bodied money
3. Credit money

Yang dikeluarkan oleh pemerintah :


1. Token coins
2. Representative token money
3. Uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah

Yang dikeluarkan oleh bank :

1. Uang kertas yang dikeluarkan bank sentral


2. Demand deposit (uang giral)

Dari tiga jenis uang tersebut yang berlaku saat ini adalah yang ketiga (credit money).
1. Full Bodied Money
Full bodied money adalah uang dimana nilainya sebagai barang sama dengan
nilainya sebagai uang. Dalam dunia modern, jenis uang full bodied ini berupa emas
dan perak (keduanya merupakan standar logam). Biasanya full bodied money
dikeluarkan oleh pemerintah. Ada dua hal yang perlu penjelasan lebih lanjut
sehubungan sering terjadinya kesalahpahaman, yakni :

8
(1) Dikatakan diatas bahwa full bodied money itu adalah uang yang nilainya sebagai
barang sama dengan nilainya sebagai uang. Ini tidak berarti bahwa nilainya
sebagai uang itu tetap (konstan), jika harga dari satu unit emas dinyatakan tetap
dalam mata uang, maka tenaga beli (purchasing power) akan berbanding terbalik
dengan harga barang lain.
(2) Tidak selalu benar bahwa nilai uang (dalam arti tenaga belinya terhadap barang
lain) ditentukan oleh jumlah (stock) barang (emas atau perak) yang dipergunakan
untuk membuat uang tersebut serta permintaan untuk penggunaan barang tersebut
sebagai nonuang.
2. Representative Full Bodied Money
Biasanya uang jenis ini terbuat dari kertas, dengan demikian nilainya sebagai
barang tidak ada (nol). Sebenarnya uang jenis ini hanyalah mewakili (represent) dari
sejumlah barang atau logam dimana nilai logam sebagai barang sama dengan nilainya
sebagai uang.
3. Credit Money
Credit money adalah jenis uang yang mana nilainya sebagai uang lebih besar
daripada nilai sebagai barang. Dalam keadaan tertentu nilai sebagai barang tidak
penting, seeprti uang kertas yang kita lihat sehari-hari. Pertanyaan yang timbul :
bagaimana memlihatra nilai sebagai barang ini lebih rendah dari nilai sebagai uang
(tenaga beli)?. Caranya dengan membatasi pembentukan atau pencetakan uang.
Biasanya penguasa menentukan sejumlah tertentu uang yang akan dibuat, kemuadian
penguasa hanya membeli bahan (barang yang digunakan untuk uang) itu sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat uang tersebut. Jumlah bahan yang
tersisa dapat digunakan untuk tujuan lain. Jumlah sisa ini pada umumnya cukup besar
sehingga harganya relatif rendah. Dengan demikian harga sebagai bahan lebih rendh
daripada nilai sebagi uang.
Cara lain adalah pemerintah membeli semua bahan untuk membuat uang yang
ditawarkan dengan harga lebih rendah daripada nilainya sebagai uang yang nantinya
akan diciptakan. Misalnya penguasa ingin menciptakn uang dolar, masing-masing
unit terdiri dari ½ gram perak dan membeli perak dengan harga 1 dolar per gramnya.
Dalam hal ini penguasa moneter memperoleh keuntungan karena membeli perak per
gramnya seharga 1 dolar, yang kemudian dijadikan uang dengan nilai 2 dolar.
Keuntungan ini disebut seigniorage. Yang penting disini bukanlah mencari
keuntungan, tetapi memelihara adanya kelebihan nilai uang diatas nilai sebagai
barang. Nilai setiap gram perak dalam bentuk uang sebesar 2 dolar tetapi harganya
per gram perak sebagai barang di pasar hanya sebesar 1 dolar.
Credit Money ini dapat berbentuk :
1. Token Coins (Uang Tanda)

9
Jenis uang ini berbentuk logam dengan nilai nominal (sebagai uang) lebih
tinggi daripada nilai sebagai barang (sering disebut : nilai intrinsik). Nilai nominal
biasanya kecil, sebab uang jenis ini sering digunakan untuk perhitungan uang
“kembali” yang biasanya merupakan pecahan kecil. Uang perak merupakan salah
satu contoh token coin.
2. Representative Token Money
Bedanya dengan full bodied money adalah bahwa representative token money
dijamin logam atau coin yang nilainya sebagai barang (intrinsik) lebih rendah dari
nilai nominal. Salah satu contohnya adalah “sertifikat perak” yang dikeluarkan di
Amerika Serikat tahun 1978-1967.
3. Uang Kertas yang Dikeluarkan oleh Pemerintah
Biasanya berbentuk uang kertas dan sering disebut flat money. Kepercayaan
masyarakat merupakan dasar penerimaan kertas tersebut sebagai uang. Namun
masyarakat sering mengemukakan keberatannya lantaran pemerintah dapat
mencetak uang ini guna membiayai defisit anggaran belanjanya terutama pada
masa perang.
4. Uang Kertas yang Dikeluarkan oleh Bank Sentral
Kebanyakan uang kertas yang beredar di masyarakat dewasa ini berupa uang
kertas yang dikeluarkan oleh bank sentral. Di Indonesia, kita lihat setiap uang
kertas selalu ada tulisan Bank Indonesia.
5. Demand Deposit (uang giral)
Bagian terbesar dari jumlah uang yang beredar merupakan uang giral. Makin
maju suatu perekonomian biasanya proporsi uang giral makin besar. Uang giral
merupakan simpanan di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat
dipindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran. Uang giral lebih
praktis sebagai alat pembayar karena :
a. Kalau hilang dapat dilacak kembali sehingga yang menemukan tidak bisa
menguangkan.
b. Dapat dipindahtangankan tanpa ongkos atau biaya yang tinggi dan dapar dilakukan
dengan cepat.
c. Tidak diperlukan adanya uang kembali sebab cek dapat ditulis sesuai dengan nilai
transaksi.
2.4. Fungsi Uang
Fungsi uang pada awalnya hanya sebagai alat tukar-menukar, namun semakin
modern fungsi uang semakin luas. Fungsi-fungsi uang secara umum adalah sebagai
berikut.
1. Alat Tukar-menukar

10
Dalam hal ini uang digunakan sebagai alat untuk membeli atau menjual suatu
barang maupun jasa. Uang digunakan untuk membayar barang yang akan dibeli
atau diterima sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa.

2. Satuan Hitung

Satuan hitung menunjukkan nilai dari barang dan jasa yang dijual atau dibeli.
Besar kecilnya nilai menjadikan sebaai satuan hitung dalam menentukan harga
barang dan jasa secara mudah.

3. Penimbun Kekayaan

Uang yang disimpan menjadi kekayaan yang dapat berupa uang tunai atau
uang yang disimpan di bank dalam bentuk rekening. Menyimpan atau memegang
uang tunai disamping sebagai penimbun kekayaan juga memberi manfaat lain.
Memegang uang tunai biasanya memiliki beberapa tujuan seperti untuk
memudahkan melakukan transaksi berjaga-jaga atau melakukan spekulasi.

4. Standar Pencicilan Utang

Dengan adanya uang akan mempermudah menetukan standar pencicilan utang


piutang secara tepay dan cepat, baik secara tunai maupun secara angsuran. Secara
mudah dapat ditentukan berapa besar nilai utang piutang yang harus diterima atau
dibayar sekarang atau dimasa yang akan dating.

2.5. Jenis-Jenis Uang


Uang yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari terbagi menjadi beberpa
jenis. Pembagian tersebut didasarkan pada maksud dan tujuan penggunaan pihak
yang membutuhkan. Perkembangan jenis uang sesuai dengan perkembangan nilai
intrinsiknya, nominalnya dan fungsi uang itu sendiri. Adapun jenis-jenis uang adalah
sebagai berikut.
1. Berdasarkan Bahan
Jika diliat dari bahan pembuat uang maka jenis uang terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Uang logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuatdari
logam,almunium, kupronikel, bronze, emas, perak atau perunggu dan bahan
lainnya. Di Indonesia uang logam terdiri dari pecahan Rp5, Rp10,- Rp25,- Rp50,-
R100,- Rp500,- dan Rp1.000,- .
b. Uang kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas atau bahan
lainnya. Uang jenis inibiasanya bernominal besar dengan bahan yang bersifat
tahan terhadap air, tidak mudah robek atau luntur. Contohnya Rp1.000,- Rp2000,-
Rp5000,- dan lainnya.
2. Berdasarkan Nilai

11
Jika diliat dari nilai yang terkandung pada uang maka dapat dilihat dari nilai
intrinsiknya (bahan uang) atau nilai nominalnya (nilai yang tertera pada uang
tersebut). Jenis ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Bernilai penuh (full bodies money), merupakan uang nilai intrinsiknya sama
dengan nilai nominalnya. Contohnya uang logam,di mana nilai bahan untuk
membuat uang tersebut sama dengan nominal yang tertera di uang tersebut.
b. Tidak bernilai penuh (representative full bodied money), merupakan uang yang
nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. Contohnya uang yang terbuat
dari kertas atau yang disebut uang bertanda atau token money. Kadangkala nilai
intrinsiknya jauh lebih rendah dari pada nilai nominalnya.
3. Berdasarkan Lembaga
Hal ini berdasarkan badan atau lembaa yang menerbitkan ata mengeluarkan uang
jenis uang tersebut yaitu:
a. Uang kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral uang logam
maupun uang kertas.
b. Uang giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank umum seperti cek, bilyet
giro, traveller cheque dan credit card.
Jenis uang berdasarkan lembaga memiliki perbedaan nyata adalah sebagai berikut.
1) Uang kartal berlaku dan digunakan di seluruh lapisan masyarakat, sedangkan uang
giral digunakan dan berlaku bagi kalangan tertentu saja.
2) Nominal dalam uang kartal sudah tertera dan terbatas sedangkan uang giral harus
ditulis lebih dulu sesuai dengan kebutuhan dan nominal yang tidak terbatas.
3) Uang kartal dijamin oleh pemerintah sedangkan uang iral hanya dijamin oleh bank
yang mengeluarkan saja.
4) Uang kartal ada kepastian pembayaran seperti yang tertera dalam nominal uang,
sedangkan uang giral belumada kepastian pembayaran. Hal ini tergantung dari
beberapa hal termasuk lembaga yang mengeluarkannya.
4. Berdasarkan Kawasan
Jenis uang dapat dilihat dari daerah atau wilayah tertentu yang dapat tidak
berlakudi daerah lainnya atau berlaku di seluruh wilayah. Jenis uangberdasarkan
kawasan adalah sebagai berikut.
a. Uang lokal, merupakan uang yang berlaku di suatu Negara tertentu seperti rupiah
di Indonesia atau ringgit di Malaysia.
b. Uang regional, merupakan uang yang berlaku di kawasan tertentu yang lebih luas
dari uang local seperti untuk kawasan benua Eropa berlaku mata uang tunggal
Eropa yaitu Euro.
c. Uang internasional, merupakan uang yang berlaku antar Negara seperti US Dollar
dan menjadi standar pembayaran internasional.

12
BAB III
BANK SENTRAL
3.1. Pengertian Bank Sentral Menurut UU No 3 Tahun 2004
Menurut UU No 3 Tahun 2004, Bank Sentral dalah lembaga negara yang
mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu
negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta
menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort.
3.2. Sejarah Berdirinya Bank Sentral

Bank sentral dalam kaitannya dengan perjalanan sejarah telah mengalami


berbagai peran. Bank Indonesia pasa mulanya bernama De Javasche Bank. De
Javasche Bank adalah sebuah bank belanda yang pada masa kolonial diberi tugas oleh
pemerintah belanda sebagai bank sirkulasi hindia belanda. Pada tahun 1949, melalui
keputusan Konferensi Meja Bundar De Javasche Bank di ubah menjadi Bank
Indonesia.

Kemudian De Javasche Bank dinasionalisasikan menjadi bank indonesia


berdasarkan UU No. 11 Tahun 1953. Berdasarkan undang-undang tersebut bank
indonesia tidak hanya memiliki peran sebagai bank senteral saja, melaikan juga
sebagai bank komersial. Peran ganda dari bank indonesia telah mengakibatkan
perkembangan moneter yang tidak sehat bagi perkembangan perekonomian karena
tingginya inflaso. Hal ini berlanjut sampai akhir tahun 1965.

Masa berikutnya berdasarkan ketetapan presiden RI No. 17 Tahun 1965, Bank


Indonesia dan bank lainnya, seperti bank koperasi tani dan nelayan, bank negara
indonesia, bank umum negara dan bank tabungan negara menjadi bank tunggal
dengan mana bank negara indonesia. Berdasarkan surat keputusan bank sentral no.
Kep.65/ub/65, bank-bank tersebut menjalankan usahanya dengan masing-masing
diberi nama BNI unit I, BNI unit II, BNI unit III, BNI unit IV, BNI unit khusus
Bank Negara Indonesisa unit I berfungsi sebagai bank sentral, bank umum dan bank
sirkulasi.

Dalam rangka upaya penataann kembali perekonomian dan perbankan, maka


melalui UU no. 13 tahun 1968 bank negara indonesia unit I dipisahkan kembali dari
bank tunggal. kemufian didirikan bank sentral dengan nama bank indonesia secara
murni dan secara tega dijelaskan fungsinya yaitu hanya menjalankan kegiatan bank
sentral saja. Dalam undang-undang tersebut peranan bank indonesia ditata kembali
dengan tugas utamanya adalah mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai
rupiah serta mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat .

13
3.3. Sejarah Bank Sentral menurut Undang – Undang Bank Indonesia No. 13
Tahun 1968
a. Kedudukan Bank Indonesia

Kedudukan bank indonesia sebagai bank sentral dalam UU No.13 tahun 1968
lebih jelas dari UU No. 11 Tahun 1953. Dalam UU No.13 Tahun 1968 dijelaskan
bahwa bank indonesia tidak lagi mempertahankan fungsinya “dualistis” yaitu tidak
ada lagi fungsi komersial pada bank indonesia. Kedudukan dan fungsi bank sentral
yang baru ini sangat dipengaruhi oleh pemerintah.

Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 dijelaskan sebagai berikut.

1. Bank Sentral adalah suatu lembaga yang bertugas membantu presiden


melaksanakan kebijakan moneter karena itu Bank Sentral menjalankan tugasnya
berdasarkan garis-garis pokok kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah.
2. Dengan kedudukan di luar departemen, bank Sentral dapat menilai kebutuhan dan
kemampuan perekonomian negara secara lebih objektif dan bertindak berdasarkan
wewenang yang tercantum dalam undang-undang.
3. Dalam Dewan Moneter, kedudukan Bank Sentral akan membawa pandangan dan
pendapat yang sesuai dengan situasi moneter yang dihadapi oleh karena itu kepada
Gubernur bank Sentral diberikan wewenang untuk mengajukan pendapat secara
khusus kepada pemerintah apabila keputusan yang diambil oleh Dewan Moneter
itu menurut pertimbangan tidak/kurang sesuai dengan situasi moneter yang
dihadapinya atau prinsip ekonomi yang objektif.

Pada masa tersebut, otoritas kebijakan moneter di Indonesia pada dasarnya terletak
pada pemerintah. Terdapat dua lembaga utama sebagai pelaksana kebiajakn moneter,
yaitu Bank Indonesia dan Dewan Moneter, meskipun otoritasnya tetap pada
pemerintah. Pemerintah melalui Presiden dan Menteri Keuangan mempunyai
kekuasaan atau akses yang sangat besar untuk mengarahkan pelaksanaan kebijakan
yang akan dilakukan oleh Bank Indonesia dan Dewan Moneter.

b. Dewan Moneter

Selanjutnya dewan moneter dalam uu no.13 tahun 1968 diatur dengan ketentuan
sebagai berikut :

1. Dewan moneter membantu pemerintah dalam melancarkan dan menetapkan


kebijakan moneter, dengan mengajukan patokan-patokan dalam rangka usaha
menjaga kestabilan moneter, kepenuhan kesempatan kerja dan peningkatan taraf
hidup rakyat.
2. Dewan moneter memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan kenijakan
moneter yang telah di tetapkan oleh pemerintah.

14
c. Modal Dan Status Bank Indonesia

Dalam UU No.13 Tahun 1968 secara jelas dikemukakan mengenai kedudukan


Bank Indonesia, yaitu bahwa Bank Indonesia berkedudukan serta berkantor pusat di
kota Republik Indonesia dan dapat mempunyai kantor-kantor diseluruh wilayah
republik indonesia. Bank Indonesia juga di perbolehkan mempunyai perwakilan-
perwakilan dan koresponden-koresponden di luar negeri.

Ketentuan mengenai modal BankIindonesia diatur dalam UU no.13 tahun 1968


dimana disebutkan bahwa modal bank berjumlah Rp1.000.000.000; yang merupakan
kekayaan negara yang dipisahkan. Dengan demikian, maka untuk selanjutnya bank
dalam menjalankan usahanya terlepas dari anggaran pendapatan dan belanaja negara.

Kemudian dijelaskan pula mengenai cadangan umum, bank mempunyai


cadangan umum yang dibentuk dan di pupuk menurut ketentuan yang berlaku. Bank
perlu menumpuk cadangan umum untuk memperbesar jaminan terhadap
kewajibannnya dalam melakukan tugas dan usahanya. Cadangan umum dipergunakan
untuk menutupi kerugian yang mungkin di derita terhadap modal bank.

Disamping itu juga terdapat cadangan bertujuan yang dibentuk oleh bank,
dalam hal ini yang diimaksud dengan cadangan tujuan ialah bagian laba setelah
dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu, yaitu biaya
pengantian/pembaharuan milik tetap dan perlengkapan yang diperlukan dalam
melakasankan tugas dan usaha bank.

d. Tugas Bank Indonesia

Tugas pokok Bank Indonesia diatur dalam UU No 13 Tahun 1968 dalam Bab IV.
Tugas-tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.


2. Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan
kerja, guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Sedangkan bab v mengatur rinciaan Tugas Bank Indonesia di bidang peredaran


uang, perbankan dan perkreditan hubungan keuangan dengan pemerintah dan
pengaturan- pengaturan dana.

Peredaran uang

Bank indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan
uang logam. Jenis, nilai dan ciri-ciri uanf yang akan dikeluarkan oleh Bank Indonesia
akan diberitahukan kepada umum dalam berita negara, uang yang dikekuarkan bank
dibebaskan dari bea materia

15
Perbankan dan Perkreditan

Dalam rangka tugas bank tersebut bank sebagai pembina dan pengawas
perbankan bertugas memajukkan perkembangan perbankan dan perkreditan yang
sehat serta mennjaga kepentingan masyarakat yang mempercayakan uangnya kepada
bank sebagai perusahaan yang diselenggarakan berdasarkan asas-asas ekonomi yang
sehat dan wajar. Bank juga mengadakan pengawasan terhadap urusan perkreditan.

Hubungan Keuangan dengan Pemerintah

Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas pemerintah, bertugas


membantu pemerintah dalam penyelenggaran pemindahan uang untuk pemerintah di
antara kantor-kantornya diseluruh wilayah republik indonesia. Bank indonesia juga
membantu oemerintah dalam penempatan surat-surat hutang negara, penatausahaan
serta pembayaran kupon dan pelunasannya.

Pengerahan Dana

Dalam hal ini Bank Indonesia mendorong pengerahan dana-dana masyarakat


oleh berbankan untuk tujuan usaha pembangunan yang produktif dan berencana.
Dalam menjalankan usahanya tersebut bank wajib berusaha menciptakan suatu iklim
yang sebaik-baiknya untuk dapat mendorong masyarakat menyimpan dana-dananya
dalam perbankan atau menjalankan kegiatan usahanya dengan mempergunakan jasa-
jasa perbankan .

Hubungan Internasional

Pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang hubungan internasional ialah


menyusun rencana devisa yang mencerminkan pelaksanaan ekonomi nasional dan
memperlancar usaha pembangunan dengan memperhatikan posisi likuiditas dan
solvabilitas internasional untuk diajukan kepada pemerintah melalui dewan moneter.

e. Wewenang Bank Indonesia

Bank sentral dalam menjalankan tugasnya berdasarkan garis-gariskebijaksanaan


pemetrintah di bidang moneter, namun dalam undang-undang ini kepada bank
indonesia diberikan beberapa wewenang yang ditujukkan kearah pemelihara dan
jaminan dari pelaksanaan kebijakan moneter itu yang sesuai dengan kebutuhan
penjangaan kestabilan nilai uang rupiah perkembangan produksi dan pembangunan
guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Wewenang tersebut antara lain :

1. Di bidang anggaran pendapatan dan belanja negara

16
Pembelian kredit dalam rekening koral kepada pemerintah oleh bank sentral hanya
dilakukan dalam batasan-batasan anggaran yang telah disetujui oleh dewan
perwakilan rakyat denga jaminan kertas perbendaharaan .
2. Di bidang perkreditan
Bank sentral dan perbangkan pada umumnya diwajibkan mengikuti batas-batas
yang telah ditetapkan rencana kredit. Rencana kredit tersebut di susun oleh bank
sentral untuk diajukan kepada pemerintah melalui dewan moneter dalam rangka
penyusunan rencanan moneter.
3. Di bidang devisa
Dalam menjaga dan memelihara kesrabilan nilai rupiah terhadap valuta asing,
maka bank sentral menyusun rencana devisa dalam rangka pemeliharaan ekonomi
nasional dan memperlancar usaha pembangunan dengan memperhatikan posisis
likuditas dan solvabilitas internasional. Rencana devisa tersebut diajukan kepada
pemerintah malaui dewan moneter. Dalam rangka menyusun rencana moneter.
4. Di bidang pembinaan dan pengawasan bank
Bank sentral berkewajiban pula untuk membina dan mengawasi perbankan di
indonesia , baik dari sudut ekonomi perusahaan terutama dengan jalan pengaturan
dan penjagaan likuiditas dan solvabilitas bank maupun dari sudut moneter dengan
pengawasan tehadap pemberian kredit bank.
3.4. Undang-Undang Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999
Dalam undang-undang ini, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan yaitu
memelihara kestabilaan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah dan nilai tukar yang
wajar merupakan sebagian persyaratan bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi
merupakan bagiain dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian untuk
keluar dari krissis yang saat ini sedang dihadapi Indonesia.
Untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah sebagai tujuan Bank
Indonesia ditopang oleh tiga pilar utama yaitu :
a. Kebijakan moneter dengan prinsip kehati-hatian
b. Sistem pembayaran yang cepat dan tepat
c. Sistem perbankan dan keuangan yang sehat.

Sesuai dengan status Bank Indonesia sebgai otoritas moneter yang independen,
pemberian kredit program tidak lagi menjadi tugas Bank Indonesia sebagaimana
waktu-waktu sebelumnya.

a. Status, tempat kedudukan dan modal Bank Indonesia


Dijelaskan bahwa bank indonesia adalah bank sentral republik bank indonesia
yang merupakan lembaga negara independen, bebas dari campur tangan
pemerintah dan atau pihak pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam undang-undang ini.

17
b. Tujuan dan tugas Bank Indonesia
Dalam undang-undang no.23 tahun 1999, secara tegas dinyatakan dalam pasal 7
bahwa tujuan bank indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah
yang merupakan singel objective bank indonesia . kestabilan rupiah yang
dimaksud adalah ke stabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa uang tercermin
dari perkembangan laju inflasi serta kestabilan terhadap mata uang negara lain
yang tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap negara lain.
Dalam mencapai tujuan Bank Indonesia tersebut di atas, maka Bank Indonesia
mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Dalam menetapakan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank Indonesia
berwenang :
a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan saran laju infalsi
yang ditetapkan
b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termaksud
tetapu tidak terbatas.
2. Tugas mengatur dan menjaga sistem pembayaran
Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sisterm pembayaran, Bank
Indonesia berwenang :
a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggara jasa
sistem pembayaran
b. Menetapkan penggunaan alat pembayaran
c. Mewajibkan penyelengggaraan jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan tentang kegiatannya
d. Mengatur sistem kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing.
3. Tugas mengatur dan mengawasi bank
Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi Bank, Bank Indonesia :
a. Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-ketentuan perbankan yang
memuat prinsip kehati-hatian.
b. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha dari bank.
c. Melaksanakan pengawasan bank baik secara langsung ataupun tidak langsung.
4. Hubungan pemerintah dan internasional
Bank indonesia dalam melakukan tugasnya dapat melakukan buhungan internasional
yang dilakukan secara berikut :
a. Bank Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan bank sentral lainnya,
organisasi dan lembaga internasional lainnya.
b. Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota lembaga internasional atau lembaga
multimedia adalah negara. Bank Indonesia dapat bertindak atas dan untuk nama
negara republik indonesia.

18
5. Akuntabilitas dan anggaran
Kewajiban Bank Indonesia dalam akuntabilitas dan anggaran meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. Bank Indonesia wajib menyampaikan secara tertulus kepada presiden dan DPR
serta informasi kepada masyarakat secara terbuka media massa pada setaiap awal
tahun anggaran
b. Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas
dan wewenang kepada DPR secara tertulis tiap 3 bulan atau apabila di minta.
c. BPK dapat melakukan pemeriksaan khusus kepada bank sentral atas permintaan
DPR apabila diperlukan
d. Tahun anggaran Bank Indonesia adalah tahun kalender.
e. Bank Indonesia wajib mengumumkan laporan keuangan tahuan bank indonesia
kepada publik melalui media massa
f. Surplus hasil kegiatan Bank Indonesia akan dibagikan
g. Apabila modal bank indonesia menjadi kurang dari Rp 2 triliun pemerintah wajib
menutupi kekurangan tersebut setelah mendaparkan persetujuan DPR.

19
BAB IV
BANK UMUM
4.1. Sejarah Bank Umum

Bank pertama kali didirikan dalam bentuk seperti sebuah firma pada umumnya
pada tahun 1690, pada saat kerajaan inggris yang berkemauan merencanakan
membangun kembali kekuatan armada lautnya untuk dapat bersaing dengan kekuatan
armada laut perancis akan juga tetapi pemerintahan inggris saat itu tidak mempunyai
kemampuan pendanaan kemudian berdasarkan gagasan william patersonyang lalu
kemudian oleh charles montagu akan direalisasikan dengan adanya membentuk
sebuah lembaga intermediasi keuangan yang lalu akhirnya dapat memenuhi dana
pembiayaan tersebut hanya dalam waktu 12 hari.

Sejarah juga akan mencatat asal mula yang dikenalnya kegiatan perbankan
merupakan pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan eropa.lalu kemudian usaha
perbankan ini berkembang pesat ke asia barat oleh para pedagang. perkembangan
perbankan di asia, afrika ataupun amerika dibawa oleh bangsa eropa pada saat
melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di asia, afrika maupun benua
amerika. bila ditelusuri, sejarah yang dikenalnya perbankan dimulai dari jasa
penukaran uang. sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank juga sering dikenal
sebagai meja tempat penukaran uang.dalam perjalanan sejarah kerajaan pada masa
dahulu penukaran uangnya akan dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan
yang lainnya. kegiatan penukaran ini sekarangai sudah mu dikenal dengan
namapedagang valuta asing (money changer). lalu kemudian dalam perkembangan
selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat
penitipan uang maupun yang sering disebut sekarang ini kegiatan simpanan. awal
mulanya memang pekerjaan bank sebagai pedagang uang, yakni menjual maupun
membeli mata uang logam .cepat lambat laun keberadaan bank dapat akan menjadi
tempat penitipan logam mulia untuk dapat menjaga keamanan.

4.2. Pengertian Bank Umum Menurut Undang-Undang Dasar 1945 dan


Menurut Para Ahli
4.2.1. Pengertian Bank Umum Menurut Undang-Undang Dasar 1945
Bank umum menurut UU No 10 Tahun 1998 ialah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan juga menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
4.2.2. Pengertian Bank Umum Menurut Para Ahli
1) Menurut Thomas Mayer, James D. Duesenberry Dan Z. Aliber

20
Bank adalah lembaga keuangan yang sangat penting bagi kita, menciptakan
beberapa uang dan mempunyai berbagai aktivitas yang lainnya. frederic s. mishkin,
mengemukakan dalam bukunya the economics of money, banking, and financial
markets, bahwa bankers are financial institution that accept money deposits and make
loans. included under the term banks are firms such as comercial banks, savings and
loan associations, mutual savings banks, and credit unions.

2) RG. Howtery Dalam Bukunya Currency On Credit

Menyatakan bahwa uang di tangan masyarakat berfungsi sebagai alat penukar


(medium exchange) dan sebagai alat pengukur nilai (standard on value). Masyarakay
memperoleh alat penukar (uang) berdasarkan kredit yang diperoleh oleh badan
perantara utang dan piutang, yaitu bank. Dari pendapat ini, dapat disimpulkan suatu
definisi bank, yaitu badan perantara kredit.

3) Menurut F.E. Perry

Bank Adalah Suatu Badan Usaha Yang Traksaksinya Berkaitan Dengan Uang,
Menerima Simpanan (Deposito) Dari Nasabah, Menyediakan Dana Atas Setiap
Penarikan, Melakukan Penagihan Cek-Cek Atas Perintah Nasabah, Memberikan
Kredit Dan Atau Menanamkan Kelebihan Simpanan Tersebut Sampai Dibuthkan
Untuk Pembayaran Kembali.

4.3. Tugas-Tugas Bank Umum Secara Umum


1) Menghimpun dana dari masyarakat atau disebut juga funding. Secara garis besar,
dana yang dapat dimanfaatkan oleh sebuah bank untuk menjalankan fungsinya
sebagai penghimpun dana dalam bentuk simpanan, antara lain bersumber dari
masyarakat luas yang diperoleh melalui usaha bank menawarkan produk
simpanan, berupa tabungan, deposito, dan giro.
2) Menyalurkan dana landing. Dana yang berhasil dihimpun oleh sebuah bank,
kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya kepada
masyarakat yang memerlukan, seperti pembelian surat-surat berharga,
penyertaan, pemilikan harta tetap, dan sebagainya. Pemberian kredit akan
menimbulkan risiko. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya harus memenuhi
persyaratan dan asas kehati-hatian.
4.4. Fungsi Bank Umum Secara Umum
1) Agent of Trust (Agen Kepercayaan) adalah lembaga yang berdasarkan
kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik
dalam penghimpun dana maupun penyalur dana. Dalam fungsi ini harus
dibangun kepercayaan yang bergerak ke dua arah, yaitu dari dan ke masyarakat.
2) Agent of Development, yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk
pembangunan ekonomi di suatu negara. Kegiatan bank berupa penghimpun dan

21
penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor
riil. Kegiatan bank tersebut, antara lain memungkinkan masyarakat melakukan
kegiatan investasi, kegiatan distribusi, dan kegiatan konsumsi barang dan jasa,
mengingat kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi tidak dapat dilepaskan
dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan
konsumsi tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu
masyarakat.
3) Agent of Services, yaitu lembaga yang memberikan pelayanan jasa perbankan
dalam bentuk transaksi keuangan kepada masyarakat, seperti pengiriman
uang/transfer, inkaso, penagihan surat berharga/collection, cek wisata, kartu
debit, transaksi tunai, BI-RTGS, SKN-BI, ATM, e-banking, dan pelayanan
lainnya. Jasa yang ditawarkan bank ini erat terkait dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum.
4.5. Jenis-Jenis Bank Umum

Berdasarkan kemampuannya dalam melayani masyarakat luas, maka bank


umum dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam. Pembagian jenis ini disebut juga
pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan
menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat, baik dari segi
jumlah produk, modal atau kualitas pelayanannya.

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank


umum dapat dibagi ke dalam dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga
pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status
ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi
jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk
memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu.
Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang mendapat persetujuan atau ditunjuk oleh Bank
Sentral (Bank Indonesia) untuk dapat melakukan kegiatan usaha bidang perbankan
dalam valuta asing. Bank devisa memiliki kelebihan yaitu bisa menawarkan jasa-jasa
bank yang berkaitan dengan mata uang asing tersebut. Contohnya: transfer uang ke
luar negeri, transaksi ekspor dan impor, jual beli valuta asing dan lainnnya.

Bank umum swasta nasional devisa terdiri dari:


1) Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
2) Bank Antar Daerah
3) Bank Arta Graha Internasional, Tbk
4) Bank BNI Syariah

22
5) Bank Bukopin, Tbk
6) Bank Bumi Arta
7) Bank ICB Bumiputera Indonesia, Tbk
8) Bank Central Asia, Tbk
9) Bank CIMB Niaga, Tbk
10) Bank Danamon Indonesia, Tbk
11) Bank Ekonomi Raharja, Tbk
12) Bank Ganesha
13) Bank Hana
14) Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk
15) Bank ICBC Indonesia
16) Bank Index Selindo
17) Bank SBI Indonesia
18) Bank Internasional Indonesia, Tbk
19) Bank QNB Kesawan, Tbk
2. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi


sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank
devisa.

Bank umum swasta nasional non devisa

1) Anglomas Internasional Bank


2) Bank Artos Indonesia
3) Bank BCA Syariah
4) Bank Bisnis Internasional
5) Bank Jasa Jakarta
6) Bank Kesejahteraan Ekonomi
7) Bank Ina Perdana
8) Bank Harda Internasional
9) Bank Fama Internasional
10) Bank Sahabat Sampoerna
11) Centratama Nasional Bank
12) Bank Dinar Indonesia
13) Bank Mayora
14) Bank Mitra Niaga
15) Bank Multi Arta Sentosa
16) Bank Nationalnobu (alfindo Sejahtera)
17) Bank Panin Syariah

23
18) Prima Master Bank
19) Bank Pundi Indonesia, Tbk
20) Bank Royal Indonesia
21) Bank Sahabat Purba Danarta
4.6. Bentuk Hukum Bank Umum
a. Perseroan terbatas
b. Koperasi
c. Perusahaan daerah
4.7. Usaha Bank Umum meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa:
1) Giro (demand deposit)
2) Deposito berjangka (time deposito)
3) Tabungan (saving deposit) dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
b. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk:
1) Kredit modal kerja
2) Kredit investasi
3) Kredit konsumtif
c. Memberikan jasa bank lainnya dalam bentuk:
1) Transfer atau pengiriman uang
2) Kliring
3) Jual beli valuta asing
4) Menerbitkan referensi bank
5) Bank garansi
6) L/C dan surat kredit berdokumenter
7) Inkaso
8) Safe deposit box
9) Jual-beli surat-surat berharga
d. Menerima setoran pembayaran dari instansi /perusahaan seperti:
1) Pembayaran listrik
2) Pembayaran uang kuliah
3) Pembayaran telepon
4) Pembayaran air
5) Pembayaran pajak
e. Melayani pembayaran seperti:
1) Pembayaran gaji/pensiun pegawai
2) Pembayaran deviden, kupon
f. Menempatkan dana, meminjam dana baik dengan menggunakan surat, saran
komunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

24
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
h. Melaukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek, melakukan kegiatan anjak piutang,
usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
i. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.
j. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

25
BAB V
SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA
5.1. Pendahuluan

Sistem keuangan, yang terdiri dari otoritas keuangan, sistem perbankan, dan
sistem lembaga keuangan bukan bank, pada dasarnya merupakan tatanan dalam
perekonomian suatu negara yang memilikiperan utama dalam menyediakan fasilitas
jasa-jasa keuangan. Fasilitas jasa keuangan tersebut diberikan oleh lembaga-lembaga
keuangan, termasuk pasar uang dan pasar modal.

Sistem keuangan dapat diartikan sebagai kumpulan institusi pasar, ketentuan


perundangan, peraturan-peraturan, dan teknik-teknik di mana surat berharga
diperdagangkan, tingkat bunga ditetapkan, dan jasa-jasa keuangan (financial service)
dihasilkan serta ditawarkan ke seluruh bagian dunia (Peter S. Rose, 7th editionm
2000).

Sistem keuangan memiliki fungsi-fungsi pokok, yaitu fungsi tabungan (saving


function), fungsi tabungan (saving function), fungsi kekayaan (wealth function),
fungsi likuiditas (liquidity function), fungsi kredit (credit function), fungsi
pembayaran (payment function), fungsoi resiko (risk function), serta fungsi kebijakan
(policy function).

Dalam perjalanan sejarah sektor keuangan Indonesia, sistem keuangan


mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat fundamental terutama setelah
memasuki era deregulasi pada akhir dekade 1980-an yang kemudian berlanjut dengan
diundangkannya beberapa undang-undang di bidang keuangan dan perbankan.

Lembaga keuangan ini dapat menerima simpanan dari masyarakat, maka juga
disebut depository financial institutions yang terdiri dari bank umum dan bank
perkreditan rakyat. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga
keuangan selain dari bank yang dalam kegiatan usahanya tidak diperkenankan
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
Dalam perjalanan sejarah perkembangan sistem keuangan Indonesia, sistem
lembaga keuangan mengalami perubahan yang sangat fundamental terutama setelah
memasuki era deregulasi, paket kebijakan 27 Oktober 1988 yang kemudian berlanjut
dengan diundangkannya beberapa undang-undang dibidang keuangan dan perbankan
sejak tahun 1992 yaitu :
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentanga Asuransi;
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

26
5. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Konsekuensi dikeluarkannya undang-undang tersebut diatas, adalah perubahan
struktur sistem lembaga-lembaga keuangan di Indonesia. Di samping itu, dari aspek
pengaturan dan pembinaan, lembaga-lembaga keuangan menjadi semakin jelas dan
kuat karena telah memiliki kekuatan hukum terutama dibidang perasuransian dan
dana pensiun yang sebelumnya undang-undang diatas dasar hukum pengaturannya
hanya dilakukan dengan keputusan-keputusan mentri keuangan.
5.2. Otoritas Keuangan

Otoritas keuangan yang berperan dalam pengaturan dan pengawasan di bidang


keuangan dan perbankan di Indonesia terdiri dari :

a. Bank Indonesia, selaku otoritas keuangan dan moneter.


b. Pemerintah (Departemen Keuangan), namun setelah Bank Indonesia menjadi
lembaga independen, kewenangan Departemen Keuangan dalam melakukan
pengaturan dan pengawasan hanya pada Lembaga Keuangan Bukan Bank;
c. Otoritas Jasa Keuangan
d. Lembaga Penjamin Simpanan, lembaga ini bertugas memberi jaminan atas
simpanan kepada nasabah bank.

27
BAB VI
KEBIJAKAN MONETER DAN PERBANKAN INDONESIA

6.1. Sistem Moneter dan Perbankan Indonesia

Yang termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga


yang ikut menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam
sistem moneter adalah otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta
uang giral. Oleh karena itu sistem perbankan merupakan bagian integral dari suatu
sistem moneter. Otoritas Moneter, Pemerintah dan Bank Sentral/Bank Indonesia
bertanggung jawab menciptakan dan menawarkan uang primer berupa uang kartal
(kertas dan logam) bagi masyarakat umum dan bank reserves bagi perbankan dan
lembaga keuangan lainnya. Sedangkan perbankan dan lembaga keuangan lainnya
berdasarkan uang primer yang dimiliki menciptakan uang sekunder dalam bentuk
giral, seperti giro (demand deposits), deposito berjangka (time deposits), tabungan
(saving deposits), dan uang sekunder lainnya. Mereka yang terlibat dalam penciptaan
dan penawaran uang beredar merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem moneter.

Uang-uang yang ditawarkan melalui monetary system digunakan oleh


masyarakat, baik pengusaha maupun masyarakat, baik pengusaha maupun
masyarakat biasa untuk keperluan konsumsi dan produksinya. Penciptaan uang bukan
semata-mata kehendak otoritas moneter (Bank Indonesia), melainkan juga harus ada
permintaan dari masyarakat sehingga jumlah uang beredar harus memenuhi tuntutan
mekanisme pasar yatitu pertemuan antara permintaan dan penawaran.

6.2. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter


(biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit
pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.

6.3. Tujuan Kebijakan Moneter

Tujuan kebijakan moneter, terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat


diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Kalau kestabilan dalam kegiatan ekonomi terganggu,
maka kebijaksanaan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).

Kebanyakan negara menetapkan empat hal yang menjadi tujuan dari kebijakan
moneter, yaitu :

3.3.1. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan


3.3.2. Kestabilan harga
3.3.3. Keseimbangan neraca pembayaran

28
3.3.4. Kesempatan kerja
6.4. Alat atau Instrumen Kebijakan Moneter

Pada dasarnya instrumen atau alat kebijakan yang dipakai adalah : pertama,
instrumen yang umum, meliputi politik pasar terbuka (open market), poltik cadangan
minimum (reserves requirements) dan politik diskonto (discount policy); kedua,
instrumen yang selektif, meliputi margin requirements, pemabatasan atau penentuan
tingkat bunga, yang kesemuanya ini untuk mempengaruhi alokasi kredit untuk sektor-
sektor ekonomi tertentu; dan ketiga, adalah instrumen yang sering disebut dengan
“moral suasion” atau “open mouth policy”. Disamping itu penentuan tingkat bunga,
pengaturan sistem perbankan serta devaluasi termasuk juga dalam instrumen
kebijakan moneter.

a. Politik Pasar Terbuka

Meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga oleh bank


sentral. Tindakan ini akan berpengaruh: pertama, menaikkan cadangan bank-bank
umum yang tersangkut dalam transaksi. Sebab dalam pembelian surat berharga
misalnya, bank sentral akan menanmbah cadangan bank umum yang menjual surat
berharga tersebut, yang ada pada bank sentral. Akibat tambahnya cadangan, maka
bank umum dapat menanmbah jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan
kredit). Kedua, tindakan pembelian atau penjualan surat berharga akan
mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga tingkat bunga) surat berharga.
Akibatnya, tigkat bunga umum juga akan terpengaruh.

b. Politik Diskonto

Tindakan untuk mengubah-ubah tngkat bunga yang harus dibayar oleh bank
umum dalam hal meminjam dana dari bank setral. Dengan menaikkan diskonto, maka
ongkos meminjam dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi
keinginan bank untuk meminjam. Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan
atau dikurangi. Di negara yang sudah maju, politik diskonto ini juga mempunyai efek
pengumuman (announcement effect), yakni efek yng ditimbulkan dari adanya
pengumuman (melalui mass media) tentang tingkat diskonto. Pengumuman ini akan
dipakai oleh masyarakat sebagai indikasi ketat tidaknya kebijaksanaan moneter
pemerintah.

c. Politik Perubahan Cadangan Minimum

Seperti telah dijelaskan di depan (dalam proses penciptaan kredit) bahwa


perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar.
Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan, jumlah uang beredar cenderung
naik, dan sebaliknya kalau dinaikkan jumlah uang akan cenderung turun.

29
d. Margin Requirement

Digunakan untuk membatasi penggunaan kredit untuk tujuan-tujuan


pembelian surat berharga (yan biasanya menetapkan jumlah minimum kas down
payment untuk transaksi surat berharga.

e. Moral Suasion
Dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap lembaga moneter dan individu yang
bergerak di bidang moneter dengan pidato-pidato Gubernur Bank Sentral, atau
publikasi-publikasi, agar supaya bersikap seperti yang dikehendaki oleh penguasa
moneter.
6.5. Jenis dan Indikator Kebijakan Moneter
Di Indonesia, kebijakan moneter yang berlaku dibagi menjadi 2 jenis yaitu
Kebijakan Moneter Kontraktif dan Ekspansif.
a. Kebijakan Moneter Kontraktif adalah kebijakan moneter yang membatasi atau
mengurangi jumlah uang mengurangi jumlah uang beredar karena perekonomian
sedang mengalami kenaikan tingkat inflasi diatas batas normal.
b. Kebijakan Moneter Ekspansif adalah kebijakan moneter yang menanmbah jumlah
uang beredar dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat pada saat perekonomian sedang resesi.
Dalam menentukan indikator keberhasilan kebijakan moneter, bank sentral dapat
menggunakan 3 indikator. Ketiga Indikator tersebut adalah :
1. Uang Beredar (Monetary Targeting)
Menetapkan pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai sasaran menengah.
Kekurangan :
a. Penerapannya tergantung kepada kestabilan hubungan antara besaran moneter
dengan sasaran akhir (inflasi)
b. Sulit dimengerti oleh masyarakat
Kelebihan :
a. Dimungkinkan pelaksanaan kebijakan moneter yang independen sehingga bank
sentral dapat fokus pada pencapaian tujuan (inflasi)
2. Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rate Targeting)
Menyesuaikan dan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara-
negara besar yang memiliki laju inflasi rendah
Kekurangan :
a. Rentan terhadap tindakan spekulan, gejolak yang terjadi di suatu negara dapat
langsung berdampak terhadap perekonomian domestik.
Kelebihan :
a. Sederhana dan mudah dipahami masyarakat
b. Dapat meredam laju inflasi

30
c. Penargetan nilai tukar ditetapkan dengan aturan yang dapat mendisiplinkan
kebijakan moneter
3. Target Inflasi (Inflation Targeting)
Penetapan target inflasi jangka menengah dan komitmen untuk mencapai stabilitas
harga sebagai tujuan jangka panjang.
Kekurangan :
a. Sinyal terhadap pencapaian target tidak secepat dengan pendekatan sebelumnya.
Kelebihan :
a. Target pencapaian sangat jelas dan sederhana
b. Meningkatkan akuntabilitas bank sentral
c. Kebijakan moneter dapat difokuskan pada pencapaian kestabilan perekonomian
domestik
d. Tidak bergantung kepada kestabilan hubungan antara besaran moneter dan sasaran
akhir (inflasi)
6.6. Pengendalian Moneter

Jumlah uang beredar , baik dalam standar barang (commodity standard)


maupun standar kepercayaan (fiat standard)tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang.
Kontrol jumlah uang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik
bagi stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi, serta kontrol terhadap kegiatan
kredit. Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabilitas harga sangat penting artinya
untuk mengurangi/menekan tingkat inflasi. Pertumbuhan jumlah uang yang beredar
sebaiknya mengikuti pertumbuhan ekonomi, sehingga secara tidak langsungdapat
menekan tingkat pengangguran. Bank Sentral selaku pelaksana kebijakanmoneter,
menjalankan kebijakannya yang bersifat kuantitatif (quantitative control policy) dan
kualitatif (qualitative control policy). Instrumen-instrumen yang biasa digunakan
dalam menjalankan kebijakan kuantitatif adalah Pengaturan Tingkat Bunga dan
Tingkat Diskonto (rediscount rate policy), Pengaturan Operasi Pasar Terbuka (open
market operation), dan Pengaturan Tingkat Cadangan Minimal dan Tingkat
Kelebihan Cadangan (reserves requirement policy). Dalam melaksanakan kebijakan
kualitatif pemerintah mengadakan pendekatan langsung (direct approach) kepada
bank-bank umum, dengan turut mengawasi kebijakan bank-bank umum dalam
memberikan pinjaman kepada para nasabahnya secara selektif.

6.7. Kerangka Kebijakan Moneter di Indonesia

Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah


kerangka kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka
kerja ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan

31
kebijakan moneter yang menerapkan uang primer (base money) sebagai sasaran
kebijakan moneter.

Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran


inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran
inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi,
kebijakan moneter dilakukan secara forward looking, artinya perubahan stance
kebijakan moneter dilakukan melalui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke depan
masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan. Dalam kerangka kerja
ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh transparasi dan akuntabilitas kebijakan
kepada publik. Secara operasional, stance kebijakan moneter dicerminkan oleh
penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku
bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan.
Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi.

6.8. Pengertian Perbankan menurut Undang-Undang Republik Indonesia


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No 10 Tahun 1998, Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

6.9. Pentingnya Perbankan Indonesia


Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan
perekonomian suatu bangsa karena bank adalah :
a. Pengmpul dana dari SSU (surplus spending unit) dan penyalur kredit kepada DSU
(defisit spending unit)
b. Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat
c. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis, dan
ekonomis
d. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C
e. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi
6.10. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia
Dalam pasal 2, 3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dinyatakan asas, fungsi, dan
tujuan :
Asas
Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Fungsi
Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

32
Tujuan
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaa pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke
arah peningkatan rakyat banyak.
Dalam melaksanakan asas demokrasi ekonomi, industri perbankan Indonesia
harus menghindarkan diri dari ciri-ciri negatif yang dinyataan dalam GBHN, yaitu:
a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia
dan bangsa lain;
b. Sistem etatisme di mana negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat
dominan serta mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi swasta;
c. Pemusatan kekuatan industri perbankan pada satu kelompok yang merugikan
masyarakat
Sesuai dengan isi UU No. 7 Tahun 1992, pelaksanaan prinsip kehati-hatian
perbankan didasarkan pada fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat.
Sebagai lembaga perantara, falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah
kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, bank juga disebut sebagai lembaga
kepercayaan masyarakat yang ciri-ciri utamanya sebagai erikut
1. Dalam menerima simpanan dari Surplus Spending Unit (SSU), Bank hanya
memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima
simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu.
2. Dalam menyalurkan dana kepada Defisit Spending Unit (DSU), Bank tidak selalu
meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas pemberian kredit yang
diberikan kepada DSU yang memiliki reputasi baik.
3. Dalam melakukan kegiatannya, bank lebih banyak menggunakan dana masyarakat
yang terkumpul dalam banknya dibandingkan dengan modal dan pemilik atau
pemegang saham bank.
Sebagai lembaga kepercayaan, bank dituntut untuk selalu memperhatikan
kepentingan masyarakat di samping kepentingan bank itu sendiri dalam
mengembangkan usahanya. Bank juga harus bermanfaat bagi pembangunan ekonomi
nasional sesuai dengan fungsinya sebagai Agent of Development dalam rangka
mewujudkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas.
6.11. Pengertian Sistem Perbankan Indonesia
Sistem perbankan Indonesia adalah sebuah tata cara, aturan-aturan dan pola
bagaimana sebuah sektor perbankan (bank-bank yang ada) menjalankan usahanya
sesuai dengan ketentuan atau sistem yang dibuat oleh pemerintah. Sistem perbankan
di Indonesia terbangun dengan konsep yang dilandakan pada sistem perekonomian
yang ada. Indonesia menetapkan sistem perekonomiannya sebagai sistem ekonomi
yang demokrasi sesuai dengan landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini diatur dalam

33
Undang-Undang Azas Perbankan Indonesia, pada pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992,
yang berbunyi : “Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati-hatian”.
Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Dalam menjalankan sebuah sistem perbankan yang baik,
perlu adanya pilar-ilar yang menyangga agar sebuah sistem tersebut dapat berjalan.
Dalam sistem perbankan Indonesia, pilar ini disebut Arsitektur Perbankan Indonesia
(API). Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem
perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan
tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan.
6.12. Sistem Informasi Pelaporan Bank Kepada Bank Indonesia
Sistem Informasi Manajemen-Sektor Perbankan Bank Indonesia (SIM-SPBI)
SIMSPBI merupakan sistem informasi terpadu untuk mendukung tugas pengawasan,
pemeriksaan dan pengaturan perbankan BI.
Tujuan dari penerapan SIM-SPBI adalah :
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan dan pemeriksaan bank
2. Menciptakan keseragaman (standarisasi) dalam pelaksanaan tugas pengawasan
dan pemeriksaan bank
3. Mengoptimalkan pengawas dan pemeriksa Bank dalam menganalisa kondisi bank
sehingga dapat meningkatkan mutu pengawasan dan pemeriksaan bank
4. Memudahkan audit trail oleh pihak yang berkepentingan
5. Meningkatkan keamanan dan integritas data serta informasi
SIM-SPBI terdiri dari 3 subsistem yakni :
1. Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS), merupakan sistem
informasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi tugas-tugas pengawasan,
pemeriksaan dan penelitian bank umum. Melalui SIMWAS, pengawas bank akan
mampu mengoptimalkan kegiatan analisa dan memperoleh informasi mengenai
kondisi keuangan bank (termasuk Tingkat Kesehatan Bank dan profil risiko)
secara cepat. Modul-modul yang tersedia antara lain modul Data Pokok Bank dan
Modul Fit and Proper Test (FPT).
2. Sistem Informasi Bank dalam Investigasi (SIBADI), merupakan sistem informasi
untuk meningkatkan tertib administrasi dan kemudahan pemantauan tugas dalam
rangka investigasi tindak pidana di bidang perbankan. Melalui SIBADI, dapat
dilakukan pemantauan terhadap perkembangan investigasi atas dugaan tindak
pidana yang dilakukan oleh suatu bank sejak laporan penyimpangan diterima,
jadwal investigasi, langkah-langkah yang telah dilakukan sampai dengan hasil
akhir investigasi dimaksud.
3. Data Mart Data Pokok Bank, yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan
kelembagaan, kepemilikan dan kepengurusan, operasional dan strategi

34
pengawasan yang diterapkan pada suatu bank sehingga diharapkan dapat
mengoptimalkan informasi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank.
6.13. Tata Perbankan Indonesia

Dalam UU No. 11/1953 tentang Bank Indonesia, antara lain ditegaskan bahwa
Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasihat (Pasal
21). Dewan Moneter terdiri atas Menteri Keuangan sebagai Ketua, Gubernur BI
sebagai Wakil Ketua dan Menteri Keuangan Perekonomian sebagai anggota. Tetapi
penentuan kebijakan moneter dipercayakan kepada Dewan Moneter (Pasal 22); dan
pelaksanaannya diserahkan kepada Direksi, yang terdiri atas Gubernur dan dua orang
Direktur. Dewan Penasihat terdiri atas sembilan orang yang mewakili unsur
usahawan, pertanian, dan organisasi buruh. Dalam pelaksanaan tugasnya, Menteri
Keuangan dibantu oleh sebuah staf, yang dinamakan Bagian Moneter II dari
Departemen Keuangan. Jadi peranan Dewan Moneter, khususnya Gubernur, sangat
besar dalam menetapkan kebijakan moneter. Dengan status bukan menteri,
diharapkan Gubernur bisa terlepas dari tekanan politik yang mungkin datang dari
pemerintah. Struktur perbankan menurut UU No. 24/1951 jika digambarkan tampak
seperti bawah ini:

BAG. MONETER DEWAN


DEWAN
MONETER PENASIHAT
II DEP. KEU

BANK
INDONESIA

BANK-
BANK

BANK BANK SWASTA BANK


BANK ASING
PEMERINTAH NASIONAL CAMPURAN

Dengan dikeluarkannya PP No. 1/1955, kedudukan dan peranan BI menjadi


lebih tegas dan terperinci berkenaan dengan pertimbangan untuk izin pendirian bank
dan pengawasan solvabilitas serta likuiditas bank. Untuk menghindarkan bank
melakukan usaha-usaha yang spekulatif, Dewan oneter mengeluarkan Keputusan No.
25/1957, yang melarang bank untuk: (1) melakukan kegiatan berdagang, kecuali
mengenai surat-surat berharga: (2) mendirikan atau turut serta mendirikan perusahaan

35
yang tidak bergerak di bidang perbankan: (3) memimpin perusahaan yang tidak
bergerak di bidang perbankan.

Dalam tahun 1962 terjadi perubahan Kabinet, di mana Gubernur BI


berkedudukan sebagai Menteri di bawah Wakil Menteri Pertama. Perubahan ini
antara lain membawa konsekuensi dihapuskannya Dewan Moneter, dan segala
wewenangnya diambil alih oleh Kabinet. Ini berarti otoritas moneter samsa sekali
tidak bersifat independen, melainkan sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah (Wakil
Menteri Pertama Budang Keuangan).

Menurut Tap MPRS No. XXIII/MPRS/1996, pemerintah ingin


menegmbalikan pengawasan dan pembinaan lembaga perbankan dan perkreditan
kepada BI. Tetapi UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral tidak sesuai dengan
semangat itu. Pertama, sebutan undang-undangnya sendiri adalah tentang Bank
Sentral, walaupun dalam suatu Bank Sentral Indonesia, padahal UU No. 11/1953
secara tegas sudah menyebutkan Bank Indonesia. Kedua, kedudukan Dewan Moneetr
adalah sebagai alat pemerintah, yaitu untuk membantu pemerintah dalam pemikiran,
perencanaan, dan penetapan kebijakan moneter. Dengan demikian, Dewan Moneter
lebih banyak bersifat advisory body bagi pemerintah, dibandingkan sebagai policy
making body. Ketiga, kedudukan Gubernur BI hanya sebagai anggota Dewan
Moneter. Jadi peranan menjadi lebih lemah dqlam merumuskankebijakan moneter.
Keempat, terdapat Komisaris Pemerintah, yang bertugas mengawasi Bnak Indonesia
sebagai perusahaan.

Sebagai bank yang melayani bank-bank (banker’s bank), BI memberikan


kredit likuiditas. Kredit likuiditas ada tiga macam, yaitu kredit likuiditas biasa,
darurat umum, dan darurat khusus. Kredit likuiditas biasa diberikan terutama kepada
bank-bank pemerintah, khususnya yang disbut kredit program, seperti kredit bima,
insus, kredit usaha tani, KIK, KMKP, KMI, kredit profesi, dan lain-lain. Kredit
likuiditas darurat umum diberikan kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditas sebagai akibat adanya kekeliruan dalam mengambil kebijakan atau salah
perhitungan (mismatch). Kredit likuiditas darurat khusus diberikan kepada bank-bank
yang mengalami kesulitan likuiditas sebagi karena adanya perubahan yang mendadsk
di luar kemampuannya, misalnya kebijakan moneter, krisis ekonomi, dan lain-lain.
Kredit likuiditas ini diberikan dengan suku bunga yang rendah.

6.14. Sistem Perbankan Indonesia


Bank-bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya dikelompokkan
ke dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sedangkan Bank
Indonesia berfungsi sebagai bank sentral. Namun demikian, sejalan dengan terjadinya
perubahan dalam sistem keuangan terutama yang terkait dengan kelembagaan

36
perbankan sebagai dampak dikeluarkannya undang-undang di bidang keuangan dan
perbankan, bank yang beroperasi di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan:
Fungsi, yaitu:
a. Bank Sentral;
b. Bank Umum; dan
c. Bank Perkreditan Rakyat.
Kepemilikan, yaitu:
a. Bank Persero (Bank Pemerintah);
b. Bank Umum Swasta Nasional;
c. Bank Asing;
d. Bank Pemerintah Daerah;
e. Bank Campuran.
Sistem Pengenaan Bunga, yaitu:
a. Bank Konvensional;
b. Bank Syairah.
Kegiatan di Bidang Devisa, yaitu:
a. Bank Devisa;
b. Bank Non Devisa.
Jenis Kantor, yaitu:
a. Kantor Pusat (Head Office);
b. Kantor Cabang (Branch Office);
c. Kantor Cabang Pembantu (Subbranch Office);
d. Kantor Kas (Cash Services Office);
e. Kantor Perwakilan (Representative Office);
f. Kantor Wilayah (Regional Office).
6.15. Pengaturan dan Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan bank merupakan salah satu tugas
Bank Indonesia sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor
23 Tahun 1999 yang telah diubah UU Nomor 3 Tahun 2004. Dalam rangka
melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia menetapkan
peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan
usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan
sanksi terhadap bank. Untuk maksud tersebut Bank Indonesia berwenang menetapkan
ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.
Ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian tersebut
bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan usaha
perbankan, guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat.
6.16. Tujuan Pengaturan Dan Pengawasan Bank

37
Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi
perbankan Indonesia sebagai:

1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga


penghimpun dan penyalur dana
2. Pelaksana kebijakan moneter;
3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta
pemerataan; agar tercipta sistem perbankan yang sehat,baik sistem perbankan
secara menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan
masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi
perekonomian nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan dengan menerapkan:

1. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);


2. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking); dan
3. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten
ketentuan intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip
kehati-hatian.
6.17. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan bank oleh BI meliputi wewenang sebagai berikut:

1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu kewenangan untuk


menetapkan tatacara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin
oleh BI meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin
pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas
kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan untuk
menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan
dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa
perbankan yang diinginkan masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu kewenangan melakukan
pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site supervision) dan
pengawasan tidak langsung (off-site supervision). Pengawasan langsung dapat
berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus,yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk memantau
tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui
apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan
kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui

38
alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank,laporan hasil
pemeriksaan dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabila diperlukan BI
dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank termasuk pihak lain yang meliputi
perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur
bank. BI dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama BI melaksanakan tugas
pemeriksaan.
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu
kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi
ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai
dengan asas perbankan yang sehat.
6.18. Sistem Pengawasan Bank Oleh Bank Indonesia
Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BI melaksanakan sistem
pengawasannya dengan menggunakan 2 pendekatan yakni pengawasan berdasarkan
kepatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk
based supervision/RBS). Dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti
mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya
untuk menyempurnakan sistem pengawasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang
diterapkan oleh BI akan beralih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.
1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision)
Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya menekankan
pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan ketentuan yang terkait
dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank di
masa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola
secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian.
2. Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision)
Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakan pendekatan
pengawasan yang berorientasi ke depan (forward looking). Dengan menggunakan
pendekatan tersebut pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-
risiko yang melekat (inherent risk)pada aktivitas fungsional bank serta sistem
pengendalian risiko (risk control system). Melalui pendekatan ini akan lebih
memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif dalam melakukan
pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul di bank.
Jenis-Jenis Risiko Bank :

 Risiko Kredit : Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty


memenuhi kewajibannya.

39
 Risiko Pasar : Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar
(adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank,yang dapat
merugikan Bank. Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar.
 Risiko Likuiditas : Risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu.
 Risiko Operasional : Risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan
dan atau tidak berfungsinya proses internal,kesalahan manusia, kegagalan sistem,
atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
 Risiko Hukum : Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.
Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan
perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontra.
 Risiko Reputasi : Risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif
yang terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank.
 Risiko Strategik : Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi Bank yang tidak tepat pengambilan keputusan bisnis yang
tidak tepat atau kurang responsifnya Bank terhadap perubahan eksternal.
 Risiko Kepatuhan : Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan

40
BAB VII
LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL
7.1. Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan internasional didirikan untuk menangani masalah-masalah


keuangan yang bersifat internasional, baik berupa bantuanpinjaman atau bantuan
lainnya. Pemberian bantuan yang dilakukan oleh lembaga keuangan internasional
dapat bersifat lunak artinya dengan suku bunga yang rendah dan jangka waktu
penegmbaliannya relatif panjang. Kemudian bantuan internasional juga dilakukan
dengan tujuan komersil, yang biasanya dilakukan oleh lembaga keuangan
internasional swasta.

Dalam bab ini hanya akan dibahas 3 buah lembaga keuangan internasional yang
memegang peranan sangat penting dalam pembangunan internasional. Namun
demikian, sebenarnya lembaga keuangan internasional jumlahnya cukup banyak
apalagi lembaga keuangan internasional yang dimiliki oleh swasta.

Adapun lembaga keuangan internasional yang akan dibahas adalah:

1. Bank Dunia (World Bank)


2. Bank Pembangunan Asia (The Asian Development Bank)
3. International Monetary Fund (IMF)

Pembahasan lebih lanjut ketiga lembaga keuangan internasional di atas adalah


sebagai berikut.

7.2. Bank Dunia (World Bank)

Bank dunia didirikan dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah


internasional terutama yang berkaitan dengan masalah moneter dan keuangan
lainnya. Kegiatan utamanya pada waktu itu lebih difokuskan untuk membantu proses
rekonstruksi bagi negara-negara yang menderita karena Perang Dunia II. Bantuan
bank dunia selanjutnya dialihkan kepada pemberian bantuan pinjaman dalam rangka
membantu negara-negara berkembang yang menjadi anggota bank dunia. Pinjaman
yang dibiayai oleh bank dunia hanya ditujukan untuk proyek-proyek yang produktif.

Bantuan yang diberikan oleh bank dunia dari tahun ke tahun semakin beragam.
Hal ini sesuai pula dengan perkembangan negara-negara di dunia. Dewasa ini jenis
bantuan yang dapat dibiayai oleh bank dunia, mulai dari pembangunan jalan,
pembangkit tenaga listrik, pembangunan pelabuhan, telekomunikasi, pengembangan
dunia pendidikan, dan bidang-bidang lainnya yang sesuai dengan tujuan bank dunia.

Sumber-sumber dana bank dunia diperoleh dari bank dunia sendiri, pemerintah-
pemerintah asing dan modal swasta. Kemudian dana tersebut dikembalikan kepada

41
negara-negara anggota yang membutuhkannya dengan risiko dibebankan kepada
negara yang bersangkutan.

Asal mula bank dunia adalah dari International Bank for Reconstruction and
Development (IBRD). IBRD didirikan dalam rangka memecahkan masalah moneter
dan masalah keuangan lainnya. Pendirian bank dunia tahun 1945 ini bersamaan
dengan didirikannya International Monetery Fund (IMF). Tujuan berdirinya kedua
lembaga ini sama yaitu dalam rangka penyediaan perangkat moneter dan keuangan
untuk menuju ke arah kemakmuran dunia. Bank indonesia mulai melakukan
kegiatannya sejak tahun 1946.

Bank dunia saat ini memiliki dua keanggotaan yang meliputi keanggotaan:

1. International Finance Corporation (IFC)


Kegiatan lembaga ini dalam rangka memberikan bantuan kepada sektor-ssektor
swasta di negara-negara berkembang.
2. International Development Association (IDA)
Kegiatannya sama dengan IFC, hanya bantuan lebih ditujukan kepada negara-
negara miskin dan dengan persyaratan pinjaman yang lebih mudah. IDA juga turut
mensponsori kegiatan ICSID (international for the settlement invesment
development).
Kemudian persyaratan untuk menjadi anggota bank dunia, terlebih dulu harus
menjadi anggota bank dunia, melebihi dulu harus menjadi anggota IMF dan
persyaratan lainnya.
7.3. International Monetary Fund (IMF)
Seperti diketahui bahwa kelahiran International Monetary Fund (IMF) bersamaan
dengan kelahiran Bank Dunia. IMF atau dana keuangan internasional lahir setelah
konferensi di Bretton Woods Amerika Serikat. Pada saat itu 44 negara hadir
berunding untuk mendirikan IMF dan Bank Dunia. Hasil perundingan ini merupakan
kompromi antara White Plan dengan Keynes Plan sebelumnya.
Struktur organisasi IMF terdiri dari para anggota di mana pemimpinnya dipegang
oleh Biard of Governors, seorang gubernur dan seorang pengganti yang ditunjuk oleh
masing-masing anggota. Dewan ini mememgangb kekuasaan tertinggi dan biasanya
dewan melakukan pertemuan setahun sekali. Sebagian dari tugas dan kekuasaan
didelegasikan kepada executive directors. Executive directorlah yang bertanggung
jawab terhadap pekerjaan sehari-hari di mana jumlahnya sebanyak 12 orang yang
dipilih dan diangkat dari anggota IMF. Tidak semuanya tugas dan kekuasaan
diserahkan kepada Executuve Director. Kekuasaan dan tugas yang masih tetap
dipegang oleh Board of Governor adalah sebagai berikut.
1. Penerimaan anggota IMF yang baru.

42
2. Peninjauan quota masing-masing anggota.
3. Hak untuk menarik keanggotaan seseorang.

Pendirian IMF didasarkan kepada beberapa tujuan sebagaimana yang tercantum


dalam articles of agreement. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menjadi tempat secara permanen bagi pertemuan-pertemuan dan perundingan


untuk mencapai kerja sama internasional dalam bidang keuangan.
2. Membantu memperluas perdagangan internasional yang seimbang di antara para
anggotanya dan membantu perekonomian para anggotanya.
3. Berusaha meniadakan competitive depresiations dan mengusahakan tercapainya
stable exchange rate.
4. Menghilangkan exchange restrictions.
5. Membantu para anggota yang mengalami kesukaran dalam pinjaman luar negeri
agar jangan mengambil tindakan-tindakan yang dapat merugikan negara yang
bersangkutan dan negara lainnya. Tujuannya adalah untuk memberikan
kepercayaan kepada para anggotanya.
6. Mengurangi waktu dan besarnya disekuilibrium dalam neraca pembayaran negara
anggota IMF.

Kemudian kegiatan IMF diutamakan untuk membantu negara-negara anggotanya


melalui Bank Sentral masing-masing anggota IMF. Keanggotaan IMF mengucurkan
bantuan berupa kredit melalui bank sentral mengingat bank sentral memegang
peranan penting dan pengambil kebijakan keuangan tertinggi di negaranya.

Sumber pendanaan IMF berasal dari sumbangan para anggotanya yang dikenal
dengan Quota. Sumber ini dapat berupa emas atau valuta masing-masing anggota.
Besarnya Quota dihitung berdasarkan mata uang US Dolar. Selanjutnya Quota
ditinjau setiap 5 tahun sekali dan disesuaikan dengan kebutuhan dari anggota masing-
masing serta kebutuhan perdagangan internasional. Di samping itu, para anggota
diwajibkan pula untuk membayar iuran kepada IMF.

7.4. Bank Pembangunan Asia (The Asian Development Bank)


Bank Pembangunan Asia didirikan dalam rangka memberikan bantuan kepada
negara-negara di Asia. Bank Pembangunan Asia didirikan tahun 1996 sebagai rasa
solidaritas bangsa-bangsa di Asia yang sangat memerlukan dana bagi pembangunan
negaranya. Tujuan pendirian Bank Asia lebih didasarkan dalam rangka kerja sama
ekonomi dan pembangunan akibat sulitnya memperoleh bantuan0bantuandari negara-
negara maju.
Tugas Bank Pembangunan Asia adalah berupaya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara-negara di benua Asia dan meningkatkan kerja sama
yang lebih erat di berbagai bidang dengan sesama anggotanya . Pemberian bantuan

43
kepada anggotanya dapat berupabantuan keuangan atau bantuan teknik secara berkala
atau sesuai kebutuhan.
Sumber-sumber dana Bank Pembangunan Asia, sebagian besar dari negara-
negara Asia. Begitu pula para pimpinannya baik presiden maupun anggota direksi
adalah orang Asia. Selain itu, struktur permodalan Bank Pembangunan Asia juga
diperoleh dari luar negara Asia. Saat ini anggota Bank Pembangunan Asia tidak
hanya negara-negara di kawasan Asia, tetapi sudah meliputi negara-negara non Asia.
Adapun kegiatan Bank Pembangunan Asia antara lain:
1. Memberikan bantuan pinjaman untuk berbagai proywk, baik mata uang lokal
maupun mata uang asing;
2. Memberikan bantuan teknik seperti ;
a. Penyediaan jasa konsultasi
b. Penyediaan jasa tenaga ahli
7.5. Bank Pembangunan Islam
Ide awal pembentukan Bank Islam Internasional guna memayungi sistem
keuangan negara-negara Islam di seluruh dunia adalah proposal yang diajukan oleh
Mesir pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Islam (OKI) di Karachi,
Pakistan bulan Desember tahun 1970. Proposal ini berisi tentang studi pendirian Bank
Islam Internasional yang difokuskan untuk Perdagangan dan Pembangunan
(International Islamic Bank for Trade and Development) dan pendirian Federasi Bank
Islam (Federation of Islamic Banks). Proposal ini kemudian dikaji oleh 18 negara
islam. Isi dari proposal tersebut mengusulkan sistem keuangan yang selama ini
didasarkan kepada bunga harus diganti dengan sistem kerja sama dengan skema bagi
hasil, baik bagi untung maupun bagi rugi.
Hal-hal yang terkandung dalam usulan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mengatur transaksi komersial antarnegara-negara Islam
2. Mengatur institusi pembangunan dan investasi
3. Merumuskan masalah transfer, kliring serta settlement antar Bank Islam sebagai
langkah awal menuju terbentuknya sistem ekonomi Islam yang terpadu.
4. Membantu mendirikan institusi sejenis Bank Sentral Syariah di negara-negara
Islam
5. Mendukung upaya-upaya bank sentral di negara Islam dalam hal pelaksanaan
kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan kerangka kerja Islam
6. Mengatur administrasi dan mendayagunakan dana zakat
7. Mengatur kelebihan likuiditas bank-bank sentral negara Islam
Dan diusulkan pul pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan
Investasi dan Pembangunan negara-negara Islam. Fungsi Badan ini adalah sebagai
beikut.
1. Mengatur investasi modal Islam

44
2. Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara Islam
3. Memilih lahan/sektor yang cocok untuk investasi dan mengatur penelitiannya
4. Memberi saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang diranvcang untuk
investasi regional di negara-negara Islam.

Kelanjutan proposal yang diajukan oleh Mesir ini diagendakan kembali pada
sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara Islam (OKI) di Benghazi Libya bulan
Maret 1973. Kemudian pada bulan Juli 1973 negara-negara Islam penghasil minyak
yang diwakili oleh komite ahli bertemu di Jeddah dalam rangka membicarakan
pendirian Bank Islam Internasional. Pada pertemuan kedua, bulan Mei 1974 dibahas
rancangan anggaran dasar dan rancangan anggaran rumah tangga.

Akhirnya rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau Islamic


Development Bank (IDB) disetujui pada sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah
tahun 1975. Modal dasar pendirian IDB adaalh 2 miliar Dinar Islam aatu setara 2
miliar Special Drawing Right (SDR). Keanggotaan IDB seluruhnya adalah negara-
negara yang tergabung dalam OKI. Saat ini IDB memiliki jumlah jumlah anggota 43
negara yang bertugas memberikan pinjaman bebas bunga untuk proyek infrastruktur
dan pembiayaan kepaad negara anggota berdasarkan partisipasi modal negara
tersebut.

BAB VIII
BANK SYARI’AH
8.1. Pengertian Bank Syari’ah
Perbankan syari’ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic
Banking atau juga disebut interest-free banking. Pembentukan bank syari’ah pada

45
awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi
perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang
menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan
dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syari’ah islam. Utamanya adalah berkaitan
dengan pelarangan praktik riba, kegiatan maisir (spekulasi) dan gharar
(ketidakjelasan).

Bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga. Bank islam atau bank syari’ah disebut bank tanpa bunga adalah lembaga
keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan
pada Al-qur’an dan Hadits Nabi SAW. Atau dengan kata lain Bank islam adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariat islam.
Keberadaan perbankan islam di tanah air telah mendapatkan pijakan kokoh
setelah lahirnya Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang direvisi
melalui Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998. Yang dengan tegas mengakui
keberadaan dan berfungsinya Bank Bagi Hasil atau Bank Islam. Dengan demikian,
bank ini adalah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Bagi hasil adalah prinsip
muamalah berdasarkan syari’ah dalam melakukan kegiatan usaha bank.
8.2. Peranan Bank Syari’ah

Peranan bank islam tidak lepas dari kedudukannya, yaitu:

1. Memurnikan operasional perbankan syari’ah sehingga dapat lebih meningkatkan


kepercayaan masyarakat.
2. Meningkatkan kesadaran syari’ah umat islam sehingga dapat memperluas segmen
dan pangsa pasar perbankan syari’ah.
3. Menjalin kerja sama dengan para ulama karena bagaimanapun peran ulama,
khususnya di Indonesia sangat dominan bagi kehidupan umat islam.
Adanya Bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang
dikeluarkan oleh bank. Melalui pembiayaan ini bank islam dapat menjadi mitra
dengan nasabah sehingga hubungan bank islam dengan nasabah tidak lagi sebagai
kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.
Secara khusus peranan bank syari’ah secara nyata dapat terwujud dalam aspe-
aspek sebagai berikut.
1. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syari’ah dapat menjadi
fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan. Selain itu
bank syari’ah perlu mencontoh keberhasilan Sarekat Dagang Islam, kemudian

46
ditarik keberhasilannya di masa kini (nasionalis, demokratis, religious,
ekonomis).
2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan, artinya
pengelolaan bank syari’ah didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan dan upaya
ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.
3. Memberikan return yang lebih baik, artinya investasi di bank syari’ah tidak
memberikan janji yang pasti mengenai return (keuangan) yang diberikan kepada
investor.oleh karena itu, bank syari’ah harus mampu memberikan return yang
lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Di samping itu, nasabah
pembiayaan akan memberikan bagi hasil esuai dengan keuntungan yang
diperolehnya. Oleh karena itu, pengusaha harus bersedia memberikan
keuntungan yang tinggi kepada bank syari’ah.
4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan, artinya bank syari’ah
mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat sehingga
spekulasi dapat ditekan.
5. Mendorong pemerataan pendapatan, artinya bank syari’ah bukan hanya
mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana zakat, infaq
dan shadaqah (ZIS). Dana ZIS dapat disalurkan melalui pembiayaan Qardul
Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
6. Peningkatan efisiensi mobilisasi dan, artinya adanya produk al-mudharabah al-
muqayyadah berarti terjadi kebebasan bank untuk melakukan investasi atas dana
yang diserahkan oleh investor maka bank syari’ah sebagai financial arranger,
bank komisi atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.
7. Uswah hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank.
8. Salah satu sebab terjadinya krisis adalah adanya korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN).
8.3. Prinsip-prinsip Dasar Operasional Bank Syari’ah
Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syari’ah islam tersebut
ditentukan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep dasae aqad. Bersumber
dari kelima konsep dasar inilah dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan
bank syari’ah dan lembaga keuangan bukan bank syari’ah untuk dioperasionalkan.
Kelima konsep tersebut adalah :
1) Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh Bank Syari’ah
untuk memberikan kesematan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan
dananya dalam bentuk al-Wadi’ah. Fasilitas al-Wadi’ah biasa diberikan untuk tujuan
investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya giro dan tabungan. Dalam
dunia perbankan konvensional al-Wadi’ah identik dengan giro.
2) Bagi Hasil (Syirkah)

47
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi
antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima
dana. Bentuk produk yang berdasarkan rinsip ini adalah mudharabah dan
musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik
untuk produk pendanaan (tabungan an deposito) maupun pembiayaan, sedangkan
musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan atau penyertaan.
3) Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yyang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan tau mengangkat
nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian
bank menjual barang tersebut keada nasabah dengan harga sejumlah harga beli
ditambah keuntungan (margin). Iplikasinya dapat berupa: Murabahah, Salam, dan
Istishna.
4) Prinsip Sewa (al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni,
seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease).
Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli dahulu equipment yang dibutuhkan
nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepaad
nasabah. (2) Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan
penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki
barang pada akhir masa sewa (finansial lease).
5) Prinsip Jasa/Fee (al-Ajr walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring,
Inkaso, Jasa, Transfer, dan lain-lain. Secara syari’ah prinsip ini didasarkan pada
konsep al ajr wal umullah.
8.4. Produk Operasional Bank Syari’ah di Indonesia
Pada sistem operasi bank syari’ah, pemilik dana menananamkan uangnya di
bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka
yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan.
Secara garis besar, pengembangan produk bank syari’ah dikelomokkan menjadi
tiga kelompok, yaitu :
1. Produk Penghimpun Dana
2. Produk Penyaluran Dana
3. Produk Jasa

48
8.5. Perbedaan Sistem Bunga (Bank Konvensional) dengan Sistem Bagi Hasil
(Bank Syari’ah)
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non-syari’ah dan
syari’ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang
diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh
lembaga keuangan kepada nasabah.
Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
Hal Sistem Sistem Bagi Hasil
Penentuan besarnya hasil Sebelumnya Sesudah berusaha,
sesudah ada untungnya
Yang ditentukan Bunga, besarnya nilai Menyepakati proporsi
sebelumnya rupiah pembagian untung untuk
masing-masing pihak,
misalnya 50:50. 40:60,
35:65, dst
Jika terjadi kerugian Ditanggung nasabah saja Ditanggung kedua pihak,
Nasabah dan Lembaga
Dihitung dari mana? Dari dana yang Dari untung yang bakal
dipinjamkan, fixed, tetap di peroleh, belum tentu
besarnya
Titik perhatian Besarnya bunga yang Keberhasilan proyek atau
proyek/usaha harus dibayar usaha jadi perhatian
nasabah/pasti diterima bersama: Nasabah dan
bank Lembaga
Berapa besarnya? Pasti (%) kali jumlah Proporsi (%) kali jumlah
pinjaman yang telah pasti untung yang belum
diketahui diketahui=belum
diketahui
Status Hukum Berlawanan dengan QS. Melaksanakan QS.
Luqman: 34 Luqman: 34

49
DAFTAR PUSTAKA

Nopirin.2016.Ekonomi Moneter edisi 4.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta

Iskandar,Syamsu.2013.Bank dan lembaga Keuangan Lainnya edisi 2.Jakarta:Penerbit


IN MEDIA

Suyatno, Thomas, Djuhaepah T. Marala, Azhar Abdullah, Johan Thomas Aponno,


Tinon Yunianti Ananda, dan Chalik.1999.Kelembagaan Perbankan edisi
3.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Umum

Fahmi, Irham.2014.Pengantar Perbankan.Bandung:Penerbit Alfabeta

Kasmir.2013.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta:PT RajaGrafindo


Persada

https://edwinnisme.wordpress.com/2014/04/11/sistem-perbankan-indonesia/amp/

https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/lembaga-keuangan-bukan-bank.html

50

Anda mungkin juga menyukai