Anda di halaman 1dari 4

Akar permasalahan yang menjadi pcnycbab terjadinya bullying di sekolah di Indonesia adalah

kurang berhasilnya pendidikan karakter yang telah dilakukan. Rabaya bullying di sekolah harus
segera ditangani terutama di sekolah dasar karena lembaga pendidikan formal awat di Indonesia
merupokan sekolah dasar. Maka diperlukan suatu cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan
bullying di sekolah. Solusi bisa dilakukan dengan ;nautilus rantai bullying dari jenjang awal
pendidikan formal Indonesia yakni sekolah dasar (llahl, 2015).

Hal pertama yang dapat dilakukan dirnulai dun linglcungrin sekolah dengan melakukan
sosialisasi tentang program anti bullying. Kemudian harus dibangun sistem untuk mencegah dan
menangani kasus bullying di sekolah. Sistem ini akan mengatur bagaimana seorang anak yang
menjadi korban bullying bisa melaporkan kejadian yang dialaminya tanpa rasa takut atau malu.
Terakhir adalah membangun kapasitas anak dalam hal melindungi dirinya dari pelaku bullying
dan tidak menjadi pelaku (Sugijokanto, 2014). Mengenai penehtian-penelitian yang sudah ada
tentang bullying, mayoritas hanya meneliti mengenai fenomena yang terjadi seputar kejadian
bullying. Namun penehtian mengenai pelaksanaan alas suatu program yang diimplemantasikan
untuk menekan terjadinya bullying di sekolah khususnya sekolah dasar masih relatif kurang.

Pada studi pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri 49 Prabumulth. Peneliti telah melakukan
wawancara kepada guru dan beberapa siswa serta mengobservasi Iangsung kegiatan yang
dilakukan siswa selama di sekolah. Data yang diperoleh adalah terdapat kejadian bullying yang
dilakukan siswa. Berdasarkan basil wawancara dan lima siswa di SD Negeri 49 Prabumulih

mereka pemah mengaku dicubit karena tidak mau menuruti penntah temannya, dihina karena
mereka dianggap memiliki wajah yang jelek dan memiliki berat badan yang tertian bestir atau
kurus. Menurut basil wawancara yang dilakukan kepada guru-guru di SD Negeri 49 Prabumulih,
sebagian besar kejadian bullying dilakukan oleh siswa kolas V. Ada kejadian yang terparah di
kolas V yakni pertengkaran yang dilakukan oleh salah saw siswa dengan memukul hingga
menginjak-injak teman sekelasnya sendiri dan siswa-siswa lainnya hanya melihat saja tanpa ada
yang memisahkan.

Berdasarkan latar belakang di alas, maka peneliti menyusun suatu program anti bullying untuk
siswa khususnya siswa sekolah dasar yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Learning
Thgether Terhadap Sikap Bullying Pada Siswa Kelas V Di SD Negeri 49 Prabumulih. Model
Pembelajaran learning together ini merupakan suatu model yang memberikan pembelajaran
dalam meningkatkan pengeiahuan dan pemahaman serta memberikan pelatihan mengenai
bullying agar anak memiliki kepedulian akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari bullying
kemudian anak dapat mencegah dan mengatasi bullying secara balk dan benar sehingga
terciptanya kondisi lingkungan sekolah yang damai tanpa kekerasan.

Model pembelajaran learning together terdiri dari dua bagian Mama N-aitu bagian pertama
memberikan edukasi tentang bullying dan bagian kedua memberikan pelatihan dalam menangani
bullying. Model pembelajaran !earning logeiher path bagian pertama yaitu memberikan edukasi
tentang bullying. Pada

bagian ini akan diberikan edukasi tentang bullying dengan menggunakan media video. Media
video adalah media berbasis audio visual yang memanfaatkan

indera pendengaran dan indera penglihatan sehingga metmiliki keefektipan yang tinggi dalam
menyalurkan pesan (Retie, 2013).

Model pembelajaran learning together pada bagian kedua adalah memberikan pelatihan
menangani bullying. Pada bagian ini akan ada permainan picture and picture dan role play
(bermain peran). Permainan-permainan ini dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan
tentang kekerasan yang dilakukan kepada siswa dan menjadi stimulasi untuk memancing siswa
jika terjadi kekerasan maka siswa dapat menghadapi situasi tersebut. Pembelajaran dikatakan
berkualitas yaitu bila pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada hasil, tetapi juga berfokus
pada prosesnya. Dari segi proses suatu pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun
sosial dalam proses pembelajaran, disamping itu juga menunjukan semangat belajar yang besar,
dan percaya pada diri sendiri. Sedangkan, segi hasil pembelajaran dikatakan efektif dan
berkualitas apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan (Susanto, 2013).
R. Rumusan Masalah

Kejadian bullying yang terjadi saat ini telah menjadi masalah besar di berbagai negara dan
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Khususnya di Indonesia hampir setiap sekolah telah
terjadi bullying. Bahkan praktik bullying telah terjadi di tingkat sekolah dasar. Suatu program
khusus harus dilakukan untuk memberikan pembelajaran dalam mengurangi bahkan
menghilangkan bullying yang sering terjadi pada siswa terutama di tingkat sekolah dasar. Salah

Satu program khusus yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
learning together. Model pembelajaran learning together merupakan suatu model yang
memberikan pembelajaran dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta memberikan
pelatihan mengenai bullying agar siswa memiliki kepedulian akan bahaya yang dapat
ditimbulkan dari bullying. Kemudian siswa dapat mencegah dan mengatasi bullying secara baik
dan benar sehingga terciptanya kondisi lingkungan sekolah yang damai tanpa kekerasan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :
"Bagaimana pengaruh model pembelajaran learning together terhadap sikap bullying pada
siswa kelas V di SD Negeri 49 Prabumulih?"

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
learning together terhadap sikap bullying pada siswa kelas V di SD Negeri 49 Prabumulih.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sikap bullying pada siswa kelas V sebelum diberikan model pembelajaran
learning together tentang bullying di SD Negeri 49 Praburnulih.

b. Untuk mengetahui sikap bullying pada siswa kelas V setelah diberikan model pembelajaran
learning together tentang bullying di SD Negeri 49 Prabumulih.

c untuk megetahui perbedaan sikap bullying pada siswa kelas V sebelum dan setelah diberikan
model pembelajaran learning together di SD Negeri 49 Prabumulih
D. Manfaat Penelitian

1. manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pembelajaran dan masukan dalam usaha
pencegahan dan mengurangi bullying sehingga dapat m meninngkatkan kesehatan mental anak.

2. Manfaat Praktis

a Bagi SD N 49 Prabumulih

Memberikan informasi bahan masukan bagi sekolah untuk menerapkan model pembelajaran
learning together tentang bullying.

b. Bagi Ilmu Keperawatan

Memperluas pengetahuan bagi tenaga perawat dalam meningkatkan kesehatan mental


khususnya pada anak tentang bullying.

c. Bagi Peneliti Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan model


pembelajaran learng fogeiher dalam upaya pencegahan dan mengurangi bullying.

E. Ruang Lingkupi Penelitian

Penchtian ini merupakan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran rozzether terhadap
sikap dalam pencegahan builtlug di SD Neeen 49 Prabumulih. Jenis penelitian ini adalah
kuntitatif l dengan rancangan pre-eksperimental dengan menggunakan one group pretest-posest
design. Sampel yang diambil dalam penelitian ini melalui nonprobability sampling dengan teknik
purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner.

Anda mungkin juga menyukai