PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih-lebih dalam jaman moderen ia tidaklah mungin bagi seorang untuk hidup
secara layak dan sempurnah tanpa bantuan dari atau kerja sama dari orang lain.
1
Tiap manusia mempunyai keperluan sendiri-sendiri, akan tetapi acap kali
kepentingan-kepentingan itu berlainan dan bahkan ada juga yang bertentangan,
sehingga dapat menimbulkan pertikaian yang ganggu keserasihan hidup bersama,
dalam hal ini orang atau golongan yang kuat menindas yang lemah untuk
menekankan kehendaknya
Peraturan hidup yang bersifat mengatur dan memaksa untuk menjamin tata
tertib di dalam masyarakat, di namakan Peraturan Hukum atau Kaedah Hukum.
Untuk dapat mengenal hukum itu kita harus dapat mengenal ciri-ciri hukum
yaitu :
a. adanya perintah dan atau larangan
b. perintah dan atau larangan itu harus dipatut oleh setiap orang.
2
3. Pengumuman keputusan hakim.
Dengan demikin sangat penting sekali dibutukan Ilmu Kriminalistik dalam
menyelidiki kejahatan dengan menggunakan ilmu bantu yang lain, untuk menemukan
pelaku kejahatan. Demi terciptanya kelangsungan keseimbangan dan hubungan yang
baik antara anggota masyarakat itu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dari beberapa uraian dalam perumusan masalah yang telah di uraikan diatas,
maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pentingnya hukum pidana sebagai hukum positif yang mengatur
tata kehidupan didalam masyarakat
2. Untuk mengetahui peran Kriminalistik terhadap hukum pidana dalam dalam
menemukan pelaku kejahatan demi tercapainya ketentraman di dalam hidup
bermasyarakat
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagaimana Pentingnnya Hukum Pidana Didalam Masyarakat
a) Pengertian
Hukum pidana yang dimaksud didalam bab ini adalah hukum pidana materil,
bukan hukum pidana formal, hukum pidana materil adalah peraturan atau norma
hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan apa yang dapat dipidana, siapa
yang dapat dipidana, dan apa macam-macam sanksi pidana yang dijatuhkan dengan
kata lain hukum pidana materil adalah keseliruhan peraturan atau hukum yang
mengatur perbuatan seseorang atau badan yang dilakukan dengan salah dan
melanggar hukum serta diancam dengan sanksi pidana. Sedangkan hukum pidana
formil adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur tata cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum pidana matteril. Dengan kata lain hukum
acar pidana adal segalah peraturan hukum yang mengatur tintadan-tindakan aparatur
negara apabila diduga terjadi perbuatan pidana menurut hukum pidana materil.
Van Hamel mengartikan hukum pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan-
aturan yang dianut oleh suatu negara dalam menyelenggarakan ketertiban hukum
(rechtsorde), yaitu yang melanggar apa yang bertentangan dengan hukum dan
mengenakan suatu nestapa (sanksi) kepada yang melanggar larangan-larangan
tersebut. Sedangkan hukum pidana formil adalah (hukum acara pidana) menurut
simon, adalah hukum yang mengatur cara negara dengan perantaraan para
pejabatnya menggunakan haknya untuk memidana.
4
keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana (sanksi hukum)
bagi baranng siapa yang membuatnya.
Akhir-akhir ini banyak yang tidak setuju dengan adanya hukuman mati. Mereka
mengajukan pendapat bahwa hanya Allah yang berhak mencabut nyawa orang, dan
agar huuman mati dihapuskan. Pendapat tersebut bukan tanpa resiko misalnya di
Sulawesi selatan (Bugis) ; jika seorang keluarga dibunuh maka semua keluarga besar
berkewajiban untuk membalasnya. Pembalasan yang dimaksut adalah dengan
membunuh si pembunuh. Demikianlah tindak pidana pembunuhan akan sangat sulit
dihindarkan jika orang yang yang mau melakukan pembunuhan mengetahui bahwa ia
tidak akan di hukum mati, kecermatan dengan akal jernih diperlukan untuk
mempertimbangkan penghapusa hukuman mati.
Tujuan penjatuhan hukuman dalam hukum pidana adalah untuk melindungi dan
memelihara ketertiban hukum guna mempertahankan keamanan dan ketertiban
masyarakat sebagai satu kesatuan (for thr public as a whole). Hukum pidana tidak
hanya melihat ppenderitaan korban atau penderitaan terpidanah (not only for the
person injured), tetapi melihat ketentraman masyarakat sebagai satu kesatuan yang
utuh.
5
Sebagaimana diketahui, bahwa maksud dan tujuan tiap-tiap macam-macam
hukum ialah untuk melindungi kepentingan orang-orang dalam masyarrakat, didalam
lingkungan suatu negara, apabila huku pidana itu dilaksanakan maka itu berarti
kepribadian seseorang yang dikenakan hukuman tadi telah dilanggar, misalnya orang
dijatuhi hukuman mati berarti hak-hak dirampas sebagai warga negara dirampas oleh
negara.
6
Semakin cepat perubahan dan perkembangan sosial dalam suatu masyarakat
dengan segala implikasi negatifnya, maka kehadiran hukum pidana dituntut untuk
semakin canggih didalam merespon hal itu. Hukum pidan akan dirasa tidak memiliki
manfaat yang tidak berarti jika ia hanyan berkutat dengan konsep asas dan teori yang
di buat untuk menanggulangi berbagai fenomena deskruktif masa lalu. Hukum pidana
juga dirasakan ketinggalan dibelakang perubahan dan perkembangaan sosial masa
kini yang memuat antisipasi hukum (pidana) yang memadai. Perubahan dan
perkembangan sosial khususnya dibidang teknologi informas dan ekonomi dengan
segala sisi gelapnya yang kkemudian melahirkan berbagai jenis
dan modus operandi kejahatan baru dan kompleks, harus diimbangi dengan upaya
preventif dan represif guna menanggulangi kejahatan tersebut.
Saluran-saluran yang dilalui oleh suatu perubahan sosial pada umumnya adalah
lembaga kemasyarakatan dibidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, dan
seterusnya. Lembaga kemasyarakatan merupakan titik tolak namun, tergantung pada
penilaian tertinggi yang diberikan oleh masyarakat terhadap masing-masing lembaga
kemasyarakatan tersebut.
7
hukum. Adanya badan pembentuk hukum yang khusus adanya badan peradilan yang
menegakan hukum, serta badan-badan pelaksana yang menjalakan hukum,
merupakan ciri-ciri yang terdapat pada negara-negara moderen. Pada masyarakat
sederhana, ketiga fungsi tadi mungkin berada di suatu badan tertentu yang di
serahkan pada unit-unit terpenting dalam masyarakat seperti keluarga luas. Akan
tetapi, baik pada masyarakat moderen ataupun sederhana ketiga fungsi dijalankan
dan merupakan saluran-saluran melalui mana hukum mengalami perubahan-
perubahan.
a. Pengertian
Secara Umum, kriminalistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
cara untuk menemukan pelaku kejahatan didalam masyarakat dengan
mempergunagakan ilmu bantun lain. Kriminalistik sangat berperan penting dalam
masalah tindak kejahatan, upaya-upaya yang dilakukakn dalam kriminalistik sangat
berdampak positif terhadap penegakan hukum pidana, dalam konteks penegakan
hukum pidana yang dimaksud adalah bagaimana terciptanya cita-cita hukum yang
terdapat didalam Mukadimmah Konstitusi (UUD NRI 1945). Yaitu memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melasanakan
ketertiban dunia. Untuk itu peran kriminalistik dalam hukum pidana demi menegakan
cita-cita Konstitusi 1945 itu sangat signifikan.
8
pandangan yang berbeda dalam menyikapi kejahatan dalam suatu masalah sosial
dan hukum.
Ambil contoh jenis kejahatan semua lapisan umur dan strata seperti perjudian.
Berulang kali pihak berwajib menggrebek sarang perjudian, akan tetapi berulangkali
pula pekerjaan terlarang itu muncul kembali. Anehnya seringkali si bandar gede
adalah orang-orang yang sama. Kasus-kasus perjudian dengan omzet juataan rupiah
sampai miliaran di Jakarta, bandung, Medan, Surabaya dan sebagainya yang berhasil
digrebek oleh pihak kepolisian merupakan contoh nyata terjadi perbuatan yang
dilarang oleh undang-undang yang sempat diekspos oleh media masa sampai saat
ini. Perbuatan mereka jelas sebagai kejahatan dalam tataran hukum positif. Anehnya
lagi siapa dalang utamma yang berdiri dibalik usaha perjudian itu belum berhasil
diungkapkan oleh pihak kepolisian, masyarakat menganggap bahwa kejahatan itu
sangat sulit diberantas oleh karena penegakan hukum hanya sebatas getorika dan
utopia saja.
Bejo, pemungut pontong rokok jalanan ditengah hiruk piruk lalu lintas ibu kota
dengan menjinjing perlengkapan kerjanya, kelang buruk dan tongkat, penjepit
pungtung rokok hanya dapat berucap dalam hati melihat perilaku kelompok elit negeri
ini. “Enak, ya jadi orang kaya, kendati harta diperoleh dengan jalan haram!”. Prototipe
Bejo dan bejo lain kurang beruntung dalam meniti kehidupan keras ibukota hanya bisa
mengomel di dalam hati tanpa mampu berbuat lain untuk negeri yang suda carut
marut dengan pelanggaran hukum. Kendati pemerintah telah berganti baju dan lebih
demokratis katanya untuk kemakmuran rakyat. Namun realitasnya jauh panggang dari
api, akibat maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme.
9
hakim), harus lebih profesional dalam melakukan bidang tugasnya, yakni,
menangkap, memproses dan memidana para pelaku kejahatan tanpa pandang bulu.
Gunanya untuk mengantisipasi setiap tindakan penjahat yang semakin pintar dan
nekad, terutama pada kejahatan ekonomi. Perilaku kejahatan “kerah putih” ini pada
masa orde baru dan pasca revormasi menyebabkan bangsa dan negara ini berada
didalam krisis ekonomi yang tidak kunjung berakhir. Pembangunan nasional
mengalami hambatan dalam mencapai mesyarakat adil dan makmur menurut UUD
1945.
Para pelaku kejahatan kii sangat licin dalam melakukan kejahatan. Bagaikan
belut mereka itu dengan muda meloloskan diri dengan menggunakan trik-trik baru
kejahatan, siapa bisa bilang teknologi hanya bisa bermanfaat bagi kemajuan hidup
umat manusia, akan tetapi ia juga dapat bermanfaat untuk kejahatan “Teknologi
Kejahatan”. Pada dekade kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi digital dewasa
ini. Teknologi digital telah merebah kemana-mana tanpa ada batas-batas negara yang
menyebabkan berkembang pasat berbagai bentuk kemajuan
masyarakat.21 meskipun harus diakui bahwa jenis kejahatan ini di prediksi oleh para
kriminolg sejak abad ke-19 dan bakal berkembang pada masa yang akan datang
abad ke 20 sampai 21. Edwin Harlin Sutherand, menyebutnya “white collar
crime”22 yakni kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang kalangan sosial ekonomi
tingkat atas (elite) yang memiliki kedudukan, jabatan, pendidikan, dan intelektual tinggi
dengan teknik canggih.
Jenis kejahatan yang disebut “white collar krime” merupakan lawan dari
kejahatan orang awam atau the blue collar crime” yaitu kejahatan yang sering
dilakukan oleh penjahat kelas teri sampai mencir ayam, menjambret, menodong,
mencopet, dan semacamnya. Kejahat ini dilakukan orang-orang awam dengan status
ekonomi rendah sebagai tindak pidana biasa. Kejahatan tersebut tidak memerlukan
keahlian khusus yang dapat dilakukan oleh siapa saja asal ada niat dankesempatan.
Kejahatan ada dalam segenap kehidupan masyarakat sebagai bentuk
pembangkan (defiance) dan memerlukan pengawasan ketat (tight control) melalui
penegakan hukum oleh aparat penegak hukum itu sendiri.
10
melakukan tindak pidana tersebut tanpa adanya bukti yang menunjukan bahwa
tersangka atau terdakwa tersebut sebagai pelaku tindak pidana.
Dalam menghadapi kasus tindak pidana yang tidak didukung dengan alat
bukti sah minimal dua alat bukti sah untuk membuktikan bersalah atau tidak bersalah
tersangka / terdakwa, maka aparat penegak hukum sulit membuktikaan bersalah atau
tidak bersalah tersangka atau terdakwa. Pada zaman dahulu bila menemui kasus
tindak pidana yang tidak didukung oleh alat bukti sah tetapi warga mencurigai atau
menuduh si A sebagai pelaku tindak pidana, maka aparat penegak hukum yang telah
ditunjuk oleh masyarakat untuk membuktikan bersalah atau tidak bersalah tersangka
atau terdakwa dengan melakukan beberapa ritual yang dipercaya oleh masyarakat,
jika berhasil diselesaikan menunjukan ketidakberdosaan tersangka atau terdakwa dari
tuntutan pidana. Misalnya: dengan siksaan api, menyuruh tersangka atau terdakwa
berjaalan diatas bara api, atau mengambil ujung besi yang panas tanpa terbakar,
siksaan yang lain yakni merendamkan tersang atau terdakwa di air panas, bila tidak
bersalah maka lengannya tidak luka bakar, atau melempar tersangka atau terdakwa
ke air kolam, dengan memberikan kesempatan kepada tersangka atau terdakwa
membuktikan bahwa ia tidak bersalah ia mengambang tanpa berenang, jika ia
bersalah ia tidak dapat mengambang. Ada juga cara tersangka atau terdakwa disuruh
bertarung sampai mati, baik dengan orang yang tunjuk atau binatan. Bila tersangka
atau terdakwa menang maka ia tidak bersalah. Ada juga yang menentukan bersalah
atau tidak bersalah setelah,endapatkan keterangan dari toko masyarakat yang
dipercaya kejujuran tersangka atau terdakwa tidak bersalah.
11
Dengan adanya perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka atau
terdakwa dalam pasal 50 sampai pasal 68 UU No. 8 Tahun 1981 tentang hukum acara
pidana (KUHAP) dan pasal 184 UU No. 8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana
(KUHAP) yang hanya mencantumkan keterangan terdakwa bukan pengakuan
terdakwa. Apalagi dalam pasal 189 ayat 3 (KUHAP) menyebutkan keterangan
terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri dan ayat 4 keterangan
terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti
yang lain. Dalam membuktikan kebenaran materil terhadap bersalah dan tidak
bersalah tersangka atau terdakwa dalam memberikan keyakinan kepada hakim,
hanya dengan cara pembuktian ilmiah berdasarkan keahlian disiplin ilmu yang dikenal
dengan istilah Forensik. Pembuktian dengan menggunakanforensik ini pada semua
negara maju telah berkembang dan digunakan sebagai alat bukti has utama dalam
memberikan keyakinan hakim, walaupun tersangka atau terdakwa bersikap diam atau
membisu atau tidak mengakui perbuatannya.
12
(b) mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah
koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat ² huruf a. Ayat 3
dalam melaksanakan tugasnya yang dimaksut dalam ayat 1 dan ayat 92, penyidik
wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku. Dengan penjelasan ayat 1 huruf i, dalam
hal pemberitahuan oleh penyidik tersebut sebagaimana dimaksut dalam pasal 6 ayat
(1) huruf b dilakukakan oleh penyidik pada pasal 6 ayat 1 huruf a. Ayat 1 huruf j, yang
dimaksud dengan tindakan lain adalah tindakan dari penyidik untuk kepentinga
penyidikan dengan syarat: (a). Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; (b)
selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukannya tindakan
jabatan; (c) tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkup
jabatannya; (d) atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa; (e)
menghormati hak asasi manusia. Ayat 2 yang dimaksud dengan penyidik adalah
misalnya pejabat bea dan cukai, pejabat imigrasi, pejabat kehutanan yang melakukan
tugas penyidikan sesuai dengan wewenang khusus yang diberikan oleh undang-
undang yang dasar hukumnya masing-masing.
Sumpah atau Janji. Pasal 76 ayat 1 dalam hal ini yang berdasarkan ketentuan
dalam undang-undang ini diharuskan adanya pengambilan sumpah atau janji yang
berlaku, baik mengenai tata caranya. Ayat 2 apabila ketentuan sebagaimana dimaksut
dalam ayat 1 tidak dipenuhi maka sumpah atau janji tersebut batal menurut hukum.
Pasal 108 ayat 1 setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan, atau menjadi
korban peristiwa yanh merupakan tindak piadana berhak mengjukan laporan atau
pengaduan kepada penyidik baik lisan maupun tulisan. Ayat 2 setiap orang yang
mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana terhadap
ketentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa atau terhadap hak milik wajib
seketika itu juga melaporkan melaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau
penyidik. Ayat 3 setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang
mengetahui tentang kejadian peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera
melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik. Ayat 4 laporan atau pengaduan
yang di ajukan secara tertulis harus di tanda tangani oleh pelapor atau pengadu. Ayat
5 laporan atau pengaduan yand disampaikan secara lisan harus dicatat oleh penyidik
dan ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyidik. Ayat 6 setelah menerima
laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan surat tanda
penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan.
Pasal 120 ayat 1 dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta
pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. Ayat 2 ahli tersebut
mengangkat sumpah atau mengucap janji di hadapan penyidik bahwa ia akan
memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali yang
disebabkan karena harkat dan martabat pekerjaan atau jabatan yang mewajibkan ia
13
menutupinya dan menyimpan rahasia, dapat menolak untuk diminta keterangan yang
diminta . pasal 133 ayat 1 dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan mengenai
seorang korban baik luka, keracunan atau pun mati yang di duga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana ia berwenang mengajukan keterangan permintaan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman, atau dokter atau ahli lainnya. Ayat 2 permintaan
keterangan ahli sebagaiman dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu di sebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan mayat atau pemeriksaan
bedah mayat. Ayat 3 mayat yang dikirim pada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
pada rumah sakit harus di perlakukan secara baik bengan penuh penghormatan
kepada mayat tersebut dan memberi lebel identitas kepada mayat tersebut dilakukan
dengan memberi cap jabatan yang diletakan pada ibu jari kaki atau bagian lain mayat.
Dengan penjelasan ayat 2, keterangan yang diberikan ahli kedokteran kehakman
disebut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli
kedokteran kehaliman adalah keterangan.
Pada pasal 134 ayat 1 dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi di hindari, penyidik penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. Ayat 2 dalam hal keluarga
keberatan penyidik wajib menjelaskan denga sejelas-jelasnya tentang maksud dan
tujuan perlu dilakukan pembedaan tersebut. Ayat 3 apabila dalam waktu 2 hari tidak
ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak
ditemukan, penyidik segera melakukan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 133 ayat 3 undang-undang ini. Pasal 135, dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan
sebagaimana dimaksud pasal 133 ayat 2 dan pasal 134 ayat 1 undang-undang ini,
dengan penjelasan yang dimaksud dengan penggalian mayat dari semua jenis tempat
dan jenis penguburan. Pasal 136, semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam bagian kedua Bab XIV di tanggung oleh
negara. Pasal 162 ayat 1 jika saksi sesuda memberi keterangan dalam penyidikan
meninggal dunia atau karena halangan dan tidak dapat hadir di sidang atau tidak
dipanggil karena jauh tempat kediamanya atau tempat tinggalnya atau karena sebab
lain yang berhubungan dengan kepentingan negara maka keterangan yang di
berikanya itu di bacakan. Ayat 2 jika keterangan ini sebelumnya telah diberikan
dibawah sumpah, maka keterangan ini disamakan denag keteranga ahli dibawah
sumpah yang di ucapkan disidang.
Pasal 170 ayat 1 mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau
jabatannya dapat diwajibkan untuk menyimpan rahasia, dapat di minta untuk tidak
memberikan keterangannya sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan
kepada mereka. Ayat 2 hakim menentukan sah atau tidaknya segalah alasan untuk
permintaan tersebut. Dengan penjelasan ayat 1 pekerjaan atau jabatan menentukan
14
adanya kewajiban untuk menimpan rahasia ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan. Ayat 2 jika tidak ada keterangan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pekerjaan dan jabatan yang dimaksud, maka seperti yang
ditentukan oleh ayat ini, hakim yang menentukan sah atau tidaknya alasan yang di
ajukan untuk mendapatkan kebebasan tersebut. Pasal 179 ayat 1 setiap orang
dimintai pendapat sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya
wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Ayat 2 semua ketentua tersebut
diatas untuk saksi berlaku bagi mereka juga yang memberikan keterangan ahli,
dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah dan janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keilmuannya. Pasal 180 ayat 1 dalam hal diperlukan untuk
menjernihkan dudukanya persoalan yang timbul disidang pengadilan, hakim ketua
sidang dapat meminta keterangan ahli dan dapat pula agar diajukan bahan oleh yang
berkepentingan. Ayat 2 dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau
penasihat hukum terdapat hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
hakim meminta agar hal itu di adakan penelitian ulang. Ayat 3 hakim karena jabatanya
dapat memrintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana dimaksud ayat 2.
Ayat 4 penelitian ulang sebagaiman dimaksud ayat 2 dan ayat 3 dilakukan oleh
instansi semula denga komposisi porsenil yang berbeda dan instansi lain yang
mempunya wewenang untuk itu. Pasal 184 ayat 1 alat bukti yang sah ialah : (a).
Keterangan saksi; (b). Keterangan ahli; (c) surat; (d) petunjuk; (e) keterangan
terdakwa. Ayat 2 hal yang secara umum di ketahui tidak perlu dilakukan. Dengan
penjelasan dalam acara pemeriksaan cepat, keyakinan hakim cukup didukung satu
alat bukti sah.
Pasal 185 ayat 1, 3, 4, 5, 6, dan 7. Pasal 186, pasal 187 ayat 1, pasal 188 ayat
1, 2, dan 3.
Sesuai penjelasa diatas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa, dalam hal
eksistensi ilmu forensik di dalam hukum pidana materi sangat memberikan ruang
untuk bagaimana ilmu-ilmu bantu yang terdapat didalam kriminalistik itu diterapkan
dan di fungsikan untuk bagaimana dapat berusaha dalam upya penegak hukum atau
polisi, jaksa, dan hakim untuk bisa dapat dengan muda membangun komunikasi
sambung nalar ilmu pengetahuan dalam menemukan pelaku tindak pidana. Dengan
demikian kehadiran ilmu forensik sangat di apresiasikan secara legal formal di dalam
hukum pidana khususnya hukum pidana formil (KUHAP).
15
5. Pemotretan Photografie Forensik
6. Sidik jari (Daktiloskopi) Forensik
f. Contoh Kasus Pidana, Tabrak Lari
Seorang wanita yang sedang hamil enam bulan menjadi korban tabrak lari di Jl R
Suprapto Bukit Daeng, Mukakuning, seibeduk, Batam, Kepri, Sabtu (22/10/16) sekitar
pukul 06.00 WIB.
Wanita tersebut diketahui bernama Veni Marlina tewas setelah ditabrak mobil taksi
sedan warna kuning.
Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Camantha Sahidiya, Mukakuning namun
nyawanya tidak tertolong sehingga dibawah ke marar jenaza RSUD Embung Fatimah
Batam di batuaji untuk divisum.
Informasi yang dapat di lapangan, kecelakaan maut tersebut terjadi saat warga
kavaling Sagulung Baru (Saguba) itu hendak berangkat ke tempat kerjanya di PT
Dynacast Indonesia di Mukakuning.
Namun saat melintas diturun bukut Daeng Mukakuning dari arah Batuaji, sepeda
motor di tabrak mobil taksi dari belakang.
Akibat tabrakan itu korban, terpental ke semak-semak pinggir jalan bersama sepeda
motornya dalam posisi terlantang. Korban mengalami luka serius di sekujur tubuhnya.
Sementara taksi yang di informasikan menabrak Veni kabur begitu saja. Sejumlah
pengendara yang melihat kejadian itu, mencoba mengejar taksi tersebut. Namun tak
berhasil karena taksi tersebut melaju cukup kencang melarikan diri kearah
Mukakuning. Warga hanya bisa menolong korban ke Rumah Sakit.
Taksinya kabur begitu saja kata orang yang di TKP. Tak tau harus mencari
pertanggungjawaban kemana lagi, ujar agus adik sepupu korban di kamar jenaza
RSUD.
Menurut Dokter ahli forensik RSUD Embung Fatimah dr Agung Hasdi, korban
meninggal dunia karena ada bekas luka disekujur tubuhnya mulai dari memar pada
pundak, luka lecet di pinggang dan derik tulang kepala bagian belakang.
Yang fatal itu benturan di bagian kepalanya, ujar dr Agung.
g. Tahap – Tahap Penaggulangan Kasus Tabrak Lari (HIT and RUN) Menurut
Ilmu Bantu Kriminalistik
Yang dimaksud denga kasus tabrak lari adalah, suatu kejadian tabrakan
dimana kenderaan yang menabrak melarikan diri dan berusaha menyembunyikan
identitasnya untuk menghindari tindakan hukum kepadanya.
1. Kemungkinan kejahatan
a. Setelah menabrak kenderaan tidak berhrnti dan pngemudinya akan melakukan hal-
hal sebagai berikut : (1) Melarikan kenderaan secepat mungkin; (2) berusaha
menghindari pengenalan kenderaan, misalnya dengan mematikan lampu; (3)
kenderaannya di bawah dan di tinggalkan di suatu tempat yang jauh dari tempat
kejadian, kemudian melaporkan bahwa kenderaannya dicir.
16
menyembunyikannya; (2) mengatur kecelakaan sendiri, misalnya naik sepedah dan
jatuh didalam selokan.
Dalam hal demikian mungkin akan tinggal bekas-bekas dari pengemudi di tempat
kejadian seperti sidik jari pengemudi pada badan korban dan benda-benda lainnya.
a) Di sekitar tempat kejadian. Bekas dan (dalam bentuk impression atau print), bekas
rem (pengerem) pada jalan, pecahan kaca, pecahan cat dan sebagainya.
b) Pada korban manusia, pada baju korban bekas, ban, bekas pakayan yang tersobek,
darah, pecaahan-pecahan cat, contoh rambut korban, dokumen-dokumen mengenai
identitas korban dan sebagainya.
c) Pada kenderaan korban yang terbakar, bekas cat kenderaan yang menabrak,
pecahaan kaca, bagian kenderaan mungkin ada yang sobek, atau patah, sidik jari
pengemudi kenderaan tersangka.
d) Pada kenderaan tersangka yang menabrak, bekas cat kenderaan yang tertabrak,
pecahan kaca kenderaan korban, dan bagian kenderaan kordan yang tersobek atau
patah, sobekan serat baju korban, rambut korban, perikan darah korban, dan
kenderaan tersangka bagian-bagian kenderaan tersangka yang rusak, mark (tanda)
pada bagian kendaraan yang menabrak.
5. Pengumpulan barang bukti
Sebelum barang bukti dikumpulkan terlebih dahulu harus membuat skets
tempat kejadian secara lengkap. Posisi barang bukti harus terlihat dalam skets secara
jelas dalam skets tersebut. Demikian pula harus dilakukakn pemotretan pada semua
objek,. Setelah itu harus dilakukan pengumpulan barang bukti sebagai berikut : (a)
barang bukti tidak boleh dicampur satu sama lain; (b) setiap jenis barang bukti
dimasukan dalam wadah; (c) barang bukti yang tidak bisa di ambil dapat di periksa
langsung ditempat kejadian.
17
6. Pengamanan barang bukti
Barang bukti setelah dikumpulkan dapat dilakukan pengamana sebagai berikut :
a. Pecahan cat : (1) pecahan cat bukti harus dipisahkan antara cat kenderaan korban
dan cat kenderaan tersangka, (2) demikian pula contoh cat bandingan yang diambil
dari kenderaan harus dipisahkan; (3) kemudian masing-masing dimasuka di wadah
tersendiri.
c. Pakaian korban, pakaian korban yang tersobek harus dipisahkan dari sobeknya
atau seratnya yang menempel pada kenderaan tersangka
d. Darah : (1) darah korban harus di pisahkan dari percikan darah yang terdapat pada
kenderaan tersangka.(2) dara segar dimasukan dalam botol sendiri dan diberi zat
pengawet (lihat JUKNIS KIMIA KEHAKIMAN)
e. Sidik jari: sidik jari harus diambil dan diperiksan oleh ahli doktileskopi dari
identifikasi.
f. Jejak ban : (1) jejak ban dalam bentuk impression harus dibuat tuangannya; (2) jejak
dalam bentuk print cukup dipotret tegak lurus dengan memakai skala.
g. Mark (Tanda) : Mark (tanda) yang terdapat pada bagian kenderaan yang
bertabrakan dapat diperiksa llangsung oleh pemeriksaan ahli pada kenderaannya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya setiap manusia itu menghendaki untuk hidup bersama dalam
hal ini manusia merupakan mahluk Zoon Politicon yang pada hakikatnya manusia itu
tidak bisa hidup sendiri, manusia itu berkehendak untuk membentuk
sebuah kelompok dalam masyarakat, dari sinilah lahirlah norma-norma dari
masyarakat itu untuk mengatur tatanan hidup bersama bersama, kerena dalam
sejarah perkembangan manusia dalam kelompok sosial itu pasti ada masalah yang
dialaminya entah itu kejahatan, pelanggaran, pembunuhan pemerkosaan, dan
masalah lainnya, untuk itu sangat di butukan suatu aturan untuk mengatur kehidupan
bersama,
Aturan yang dimaksud di sini adalah atauran yang sifatnya mengikat secara
universal, untuk itu lahirlah hukum pidana sebagai aturan yang universal yang bersifat
mengikat dan bersifat mengikat dan memaksa untuk tidak melakukan perbuatan yang
melanggat kesusilaan dan ketentraman didalam kelompok masyarakat,
Hadirnya krimininalistik sebagai ilmu bantu dalam hukum pidana dalam upaya
mewujudkan cita-cita hukum. Kriminalistik adalah, upaya yang dilakukan berupa
teknik dan taktik dalam menemukan peleku kejahatan.
Kriminalistik memberikan ruang yang sebesar-besarnya kepada ilmu lain
untuk, menjadi ilmu yang bantuk dalam kriminalistik, artinya ilmu bantu yang dimaksud
disini adalah ilmu-ilmu Medicine Forensik, Fisika Forensik, Dokumen dan Uang Palsu,
Balistik dan Metalurgi forensik, Pemotretan Photografie Forensik, Sidik jari
(Daktiloskopi) Forensik. Ilmu-ilmu ini sangat berperan penting dalam upaya
menemukan pelaku kejahatan.
B. Saran
Saran saya, dengann hadirnya ilmu bantu dalam hukum pidana, dalam hal ini
Kriminalistik, sangat membantu penegak hukum dalam proses penyilidikan ataupun
penyidikan, terhadap kejahatan-kejahatan yang semakin hari semakin kerkembang
pasat, kearah yang Ekstra Ordinari Crime (kejahatan luar biasa).
Kejahatan Tabrak Lari (Hit and Run) yang terjadi pada seorang wanita yang
sedang hamil, merupakan sebuah kejahatan yang sampai sekarang penegak hukum
dalam hal ini, pihak kepolisian belum menemukan pelakunya. Untuk itu dengan
hadirnya keriminalistik sebagai ilmu bantu dalam menemukan pelaku kejahatan
sangatlah signifikan, dengan demikian pihak penyelidik atau pun penyidik harus
mampu memenemukan pelaku dari kejahatan yang tidak bertanggung jawab ini demi,
terciptanya cita-cita hukum.
19
Daftar Pustaka
20
Teguh Sulistia, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime) Dampak
Perkembangan Teknologi Informasi “Dunia Maya”, Jurnal, Forum Hukum, Vol.1
No.3, (Jakarta: Diskumal TNI AL, 2004), hlm.39.
Umar Said Sugiarto, SH. M.S. 2013. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta.
Sinar Garfik.hlm 234-235
21