Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TEKNIK FIKSASI DAN


PEMOTONGAN MAKROSKOPIS
DARI BAHAN BIOPSI PAYUDARA DAN MASTEKTOMI

Teknik Fiksasi pada Spesimen Lesi Payudara

Pemotongan Makroskopis dari Bahan Biopsi dan Mastektomi


TEKNIK FIKSASI PADA SPESIMEN LESI PAYUDARA

Fiksasi jaringan payudara sangat penting dalam keberhasilan pemrosesan dan


pemeriksaan mikroskopis spesimen histopatologi diagnostik. Fiksasi bertujuan untuk
menstabilisasi unsur penting pada jaringan sehingga unsur tersebut tidak terlarut,
berpindah, atau terdistorsi selama prosedur selanjutnya.

1. Jenis-jenis bahan fiksasi


Bila lokasi jauh dari laboratorium Patologi Anatomi, fiksasi dilakukan segera
setelah bahan biopsi atau jaringan operasi diangkat dari pasien. Jika lokasi dekat
dengan laboratorium Patologi Anatomi, setelah deskripsi dan pemotongan
spesimen gross, jaringan di fiksasi ke dalam larutan fiksasi. Jika jaringan berupa
bahan potong beku, maka fiksasi dilakukan setelah pemeriksaan potong beku
selesai. Fiksasi adekuat jika jaringan berada di dalam larutan fiksasi minimal
selama 6 jam sebelum diproses dan maksimal 72 jam. Bahan fiksasi ini yang lazim
dipergunakan adalah Formalin Buffered 10%. Komposisi : 10% phosphate
buffered formalin. Cara membuat larutan 10% Neutral Buffered Formalin 1L
yaitu: 4 gram natrium fosfat monobasic (NaH2PO4), 6,5 gram natrium fosfat
dibasic (Na2HPO4), 100 mL formalin 37%, 900 mL air dicampur dan diaduk, lalu
disimpan pada suhu ruang.

2. Kegunaan fiksasi
Idealnya kegunaan larutan fiksasi adalah sebagai berikut :
 Preservasi jaringan dengan cara mencegah autolisis oleh enzim dan
dekomposisi
 Mengeraskan jaringan agar mudah dipotong
 Inaktivasi agen-agen infeksi
 Menstabilkan komponen jaringan
 Memperkuat daya resap saat pewarnaan
3. Hal yang perlu diperhatikan saat fiksasi
Kebanyakan fiksasi menggunakan larutan kombinasi yang bertujuan
memaksimalkan manfaat fiksasi dan meminimalkan efek yang tidak diinginkan.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat fiksasi :
 Kecukupan volume fiksasi.
Volume fiksasi sekitar 15-20x volume jaringan. Jika bahan fiksasi
terkontaminasi dengan darah atau cairan lainya maka akan mengubah daya
fiksasi terhadap jaringan.
 Akses fiksasi ke jaringan.
Bahan fiksasi penetrasi ke dalam jaringan dengan perlahan (0,1 cm/jam).
Barier anatomi seperti fasia, kapsul merupakan penghalang dalam
penetrasi fiksasi dan jaringan sebaiknya di insisi agar fiksasi optimal
dengan tidak mengubah anatomi jaringan. Spesimen yang besar sebaiknya
dipotong tipis.
 Waktu.
Waktu fiksasi yang adekuat sekitar 6-8 jam dalam media Normal Buffered
Formalin.
 Temperatur
Suhu yang tinggi meningkatkan daya serap fiksasi juga meningkatkan
daya autolisis.
PEMOTONGAN MAKROSKOPIS DARI BAHAN BIOPSI DAN MASTEKTOMI

Biopsi

Open biopsy payudara dilakukan sirkumareolar (untuk alasan kosmetik) atau insisi radial
dan pengangkatan lesi lainnya secara parsial (biopsi insisi) atau seluruhnya dengan
melingkari tepi jaringan yang normal (biopsi eksisi). Biopsi eksisi dapat berupa
lumpectomy dan kadang-kadang dikombinasi dengan sampel dari limfonodi aksila.

1. Prosedur
a. Ukur dan timbang jaringan sebelum dipotong.
b. Potongan spesimen : jika spesimen 3 cm atau lebih kecil, potong dengan irisan
3-4 mm; jika lebih besar, spesimen dipotong menjadi dua secara transversal,
fiksasi sisa jaringan selama 1-2 jam, letakkan permukaan potongan di bawah,
dan ambil blok sagital pada bagian superior dan inferior.

2. Deskripsi
a. Dimensi dan konsistensi dari spesimen
b. Gambaran makroskopis dari jaringan : fibrosis, kistik (ukuran, jumlah, isinya),
kalsifikasi, massa tumor (ukuran dalam 3 dimensi, warna, batasnya,
konsistensi, nekrosis, jarak dari tepi pembedahan).

3. Potongan untuk Histologi


a. Spesimen yang kecil diproses seluruhnya
b. Spesimen yang lebih besar diproses minimal 2/3 dari jaringan yang diterima
(tidak termasuk jaringan lemak). Hal ini termasuk lesi yang terlihat secara
makroskopis dan beri tinta pada tepi pembedahan.

Mastektomi

1. Prosedur

Hari pertama :
a. Timbang spesimen
b. Orientasikan spesimen. Pada kasus mastektomi radikal, gunakan lemak aksila
sebagai tanda sisi lateral dan potongan pembedahan pada muskulus sebagai tanda
untuk sisi atas. Letakkan spesimen di atas papan pemotongan, sisi posterior atas
dengan sebagian besar ujung inferior menghadap pemotong. Spesimen
diorientasikan seperti jika pemotong sedang berdiri dibelakangnya. Perhatikan
bahwa pada perbatasan sepertiga atas dan sepertiga tengah muskulus pektoralis
mayor, arah serat muskulus adalah horizontal.
c. Pemotongan nodus limfatikus mengikuti hal-hal sebagai berikut :
Mastektomi radikal (saat ini jarang dilakukan) :
Atur muskulus pektoralis dan aksila pada posisi anatomi, gunakan potongan
serat muskulus pektoralis sebagai petunjuk. Komponen aksila kadang-kadang
dilepaskan dari muskulus selama operasi, ketika direkonstruksi dengan tepat
akan membentuk massa lemak yang linier memanjang ke atas dan lateral,
menyilang permukaan posterior muskulus pektoralis minor.
a. Gunakan muskulus pektoralis minor sebagai petunjuk, bagi aksila menjadi 3
segmen, yaitu :
 Level I (bawah) : inferior dari batas bawah muskulus
 Level II (tengah) : antara batas atas dan bawah muskulus
 Level III (atas) : superior pada batas atas muskulus
Angkat masing-masing secara terpisah dan fiksasi semalaman.
b. Angkat muskulus pektoralis minor dan cari nodus interpektoral (Rotter);
nodus ini biasanya ditemukan dekat dengan tepi lateral permukaan posterior
muskulus pektoralis mayor. Jika tidak ada nodus yang terlihat jelas, ambil
jaringan lemak dari tempat tersebut.
c. Angkat muskulus pektoralis mayor dan cari bukti adanya invasi tumor.

Modified radical mastectomy


a. Pisahkan jaringan aksila dari payudara
b. Karena tidak ada petunjuk seperti halnya pada spesimen mastektomi radikal,
maka bagi jaringan aksila menjadi setengah bagian atas dan setengah bagian
bawah dan fiksasi semalaman dalam kontainer yang terpisah.
c. Arahkan spesimen dengan sisi kulit pada bagian atas dan posisi jam 6 terdekat
dengan pemotong (seperti pemotong berhadapan dengan pasien).
d. Evaluasi gambaran luar dan ukur. Raba spesimen adakah massa atau nodul.
Dengan penanda yang tahan air buat garis vertikal yang melewati puting dan
garis tegak lurus yang juga melewati puting. Ini akan membagi spesimen
payudara menjadi 4 kuadran : atas luar, bawah luar, bawah dalam dan atas
dalam.
e. Angkat puting dan areola, menggunakan skalpel, forceps dan gunting dan
fiksasi semalaman.
f. Dengan pisau yang tajam potong seluruh payudara secara longitudinal dengan
ketebalan irisan kira-kira 2 cm. Satu potongan seharusnya tepat melewati
puting dengan menggunakan penunjuk garis vertikal yang sebelumnya dibuat
pada kulit; ini akan memberikan pembagian irisan yang tepat pada jaringan
payudara menjadi setengah bagian luar dan setengah bagian dalam. Letakkan
irisan pada permukaan yang datar, jaga orientasinya. Periksa setiap irisan
dengan teliti. Fiksasi semua semalaman, jaga orientasinya dengan meletakkan
irisan tersebut secara berurutan dalam kontainer yang panjang (lebih baik)
atau dengan merentangkan irisan tersebut bersama-sama (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Cara pemotongan payudara dan puting areola


Hari kedua :
a. Spesimen nodus limfatikus (radical atau modified radical mastectomy) : iris
jaringan aksila dan ambil semua jaringan nodus limfatikus yang menonjol seperti
nodul putih. Minimal ditemukan 20 nodus limfatikus pada radical mastectomy.
Proses semua nodus yang ditemukan dengan potongan tipis (0,2 cm setiap irisan).
b. Spesimen puting : jika puting tegak, potong sesuai indikasi seperti yang terlihat
pada gambar. Jika puting retraksi atau inverted potong beberapa secara pararel,
kira-kira 2-3 mm, tegak lurus sampai pada permukaan kulit pada puting dan
areola.
c. Spesimen payudara : periksa kembali irisan, buat potongan tambahan, jika perlu,
dan ambil potongan untuk histologi tergantung instruksi.

2. Deskripsi
a. Sisi (kanan atau kiri) dan tipe dari mastektomi
b. Catat semua struktur yang terdapat pada spesimen : kulit, puting, payudara,
muskulus pektoralis mayor dan minor, fasia, jaringan aksila, struktur dinding
dada.
c. Berat dan dimensi (ukuran terpanjang kulit dan panjang perpendikular)
d. Deskripsikan gambaran makroskopis bagian luar :
 Bentuk dan warna kulit
 Lokasi dan perluasan perubahan kulit (jaringan parut, insisi bedah yang baru,
eritema atau kemerahan, edem, retraksi, ulserasi).
 Gambaran puting dan areola (erosi, ulserasi, retraksi, inversi)
 Lokasi dari lesi dan gambaran lainnya, yang dapat ditunjukkan dengan melihat
keadaan lesi, jarak dari puting dan kuadran dengan menggunakan petunjuk arah
jarum jam.
 Deskripsikan jika terdapat abnormalitas pada saat palpasi.
e. Deskripsikan gambaran makroskopis setelah jaringan diiris :
 Jumlah relatif lemak dan parenkim
 Kista dan dilatasi duktus : ukuran, jumlah, lokasi, isinya
 Massa : kuadran dan jarak dari puting, kedalaman di bawah kulit, ukuran,
bentuk, konsistesi, warna, nekrosis, perdarahan, kalsifikasi, hubungan dengan
kulit, muskulus, fasia, atau puting
d. Nodus limfatikus, jika ada : jumlah nodus pada masing-masing kelompok, ukuran
terbesar nodus pada masing-masing kelompok dan ukuran serta lokasi nodus yang
secara makroskopis mengandung tumor.

3. Potongan untuk Histologi


a. Payudara : ambil 3 potong tumor; ambil semua lesi yang terlihat secara
makroskopis atau secara radiografi; ambil setidaknya 1 potong pada masing-
masing kuadran (gunakan petunjuk sebelumnya yang sudah dibuat di atas kulit)
sebagai berikut :
 Upper outer quadrant (UOQ)
 Lower outer quadrant (LOQ)
 Lower Inner quadrant (LIQ)
 Upper inner quadrant (UIQ)
b. Puting : lihat gambar 2.1
c. Muskulus pektoralis mayor (pada mastektomi radikal) : ambil 1 potong dari setiap
area abnormal atau jika tidak ditemukan, ambil dari area terdekat dengan tumor.
e. Nodus limfatikus : semua nodul yang diidentifikasi seharusnya diproses untuk
histologi. Nodul yang kecil diambil seluruhnya; nodul yang diameternya lebih
besar dari 0,5 cm diiris. Proses semua nodus yang ditemukan dengan potongan
tipis (0,2 cm setiap irisan). Jika secara makroskopis diliputi oleh lemak aksila,
seharusnya diambil potongan yang cukup representatif. Beri label sesuai
permintaan (Gambar 1.8).
DAFTAR PUSTAKA

1. Gilks B. Ovary. In : Goldblum JR, Lamps LW, McKenney JK, Myers JL, editors.
Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology. 10th edition. Philadelphia : Elsevier;
2011. p. 2589-2590.
2. Handling Tissue. University of California, San Fransisco. Diunduh dari
(http://pathology.ucsf.edu/resources/internal/login.php, diakses 13 November
2018, pk 14.05 WITA).

3. Horn C and Nauglier C. Breast specimen shrinkage following formalin fixation.


Departement of Pathology and Laboratory Medicine, University of Calgary,
Canada. Diunduh dari (https://www.dovepress.com/breast-specimen-shrinkage-
following-formalin-fixation-peer-reviewed-fulltext-article-PLMI),diakses
tanggal 12 November 2018, pukul 11.54 WITA).

4. Lakhani SR, Ellis IO, Schnitt SJ, Tan PY, Vijver MJ. Invasive Breast Carcinoma
: Introduction and General Features. In : Bosman FT, Jaffe ES, Lakhani SR,
Ohgaki H, editors. WHO Classification of Tumours of the Breast, 4th edition. Lyon
: IARC; 2012. p. 21.

5. Lester, Susan C. Manual Surgical Pathology. 2nd edition. Philadelphia : Elsevier;


2006. p. 22-24.

6. Staining Manual, 10% Neutral Buffered Formalin. Diunduh dari


(https://library.med.utah.edu/WebPath/HISTHTML/MANUALS/FORMALIN.P
DF), diakses tanggal 24 November 2018, pukul 18.59 WITA).

Anda mungkin juga menyukai