2. Kegunaan fiksasi
Idealnya kegunaan larutan fiksasi adalah sebagai berikut :
Preservasi jaringan dengan cara mencegah autolisis oleh enzim dan
dekomposisi
Mengeraskan jaringan agar mudah dipotong
Inaktivasi agen-agen infeksi
Menstabilkan komponen jaringan
Memperkuat daya resap saat pewarnaan
3. Hal yang perlu diperhatikan saat fiksasi
Kebanyakan fiksasi menggunakan larutan kombinasi yang bertujuan
memaksimalkan manfaat fiksasi dan meminimalkan efek yang tidak diinginkan.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat fiksasi :
Kecukupan volume fiksasi.
Volume fiksasi sekitar 15-20x volume jaringan. Jika bahan fiksasi
terkontaminasi dengan darah atau cairan lainya maka akan mengubah daya
fiksasi terhadap jaringan.
Akses fiksasi ke jaringan.
Bahan fiksasi penetrasi ke dalam jaringan dengan perlahan (0,1 cm/jam).
Barier anatomi seperti fasia, kapsul merupakan penghalang dalam
penetrasi fiksasi dan jaringan sebaiknya di insisi agar fiksasi optimal
dengan tidak mengubah anatomi jaringan. Spesimen yang besar sebaiknya
dipotong tipis.
Waktu.
Waktu fiksasi yang adekuat sekitar 6-8 jam dalam media Normal Buffered
Formalin.
Temperatur
Suhu yang tinggi meningkatkan daya serap fiksasi juga meningkatkan
daya autolisis.
PEMOTONGAN MAKROSKOPIS DARI BAHAN BIOPSI DAN MASTEKTOMI
Biopsi
Open biopsy payudara dilakukan sirkumareolar (untuk alasan kosmetik) atau insisi radial
dan pengangkatan lesi lainnya secara parsial (biopsi insisi) atau seluruhnya dengan
melingkari tepi jaringan yang normal (biopsi eksisi). Biopsi eksisi dapat berupa
lumpectomy dan kadang-kadang dikombinasi dengan sampel dari limfonodi aksila.
1. Prosedur
a. Ukur dan timbang jaringan sebelum dipotong.
b. Potongan spesimen : jika spesimen 3 cm atau lebih kecil, potong dengan irisan
3-4 mm; jika lebih besar, spesimen dipotong menjadi dua secara transversal,
fiksasi sisa jaringan selama 1-2 jam, letakkan permukaan potongan di bawah,
dan ambil blok sagital pada bagian superior dan inferior.
2. Deskripsi
a. Dimensi dan konsistensi dari spesimen
b. Gambaran makroskopis dari jaringan : fibrosis, kistik (ukuran, jumlah, isinya),
kalsifikasi, massa tumor (ukuran dalam 3 dimensi, warna, batasnya,
konsistensi, nekrosis, jarak dari tepi pembedahan).
Mastektomi
1. Prosedur
Hari pertama :
a. Timbang spesimen
b. Orientasikan spesimen. Pada kasus mastektomi radikal, gunakan lemak aksila
sebagai tanda sisi lateral dan potongan pembedahan pada muskulus sebagai tanda
untuk sisi atas. Letakkan spesimen di atas papan pemotongan, sisi posterior atas
dengan sebagian besar ujung inferior menghadap pemotong. Spesimen
diorientasikan seperti jika pemotong sedang berdiri dibelakangnya. Perhatikan
bahwa pada perbatasan sepertiga atas dan sepertiga tengah muskulus pektoralis
mayor, arah serat muskulus adalah horizontal.
c. Pemotongan nodus limfatikus mengikuti hal-hal sebagai berikut :
Mastektomi radikal (saat ini jarang dilakukan) :
Atur muskulus pektoralis dan aksila pada posisi anatomi, gunakan potongan
serat muskulus pektoralis sebagai petunjuk. Komponen aksila kadang-kadang
dilepaskan dari muskulus selama operasi, ketika direkonstruksi dengan tepat
akan membentuk massa lemak yang linier memanjang ke atas dan lateral,
menyilang permukaan posterior muskulus pektoralis minor.
a. Gunakan muskulus pektoralis minor sebagai petunjuk, bagi aksila menjadi 3
segmen, yaitu :
Level I (bawah) : inferior dari batas bawah muskulus
Level II (tengah) : antara batas atas dan bawah muskulus
Level III (atas) : superior pada batas atas muskulus
Angkat masing-masing secara terpisah dan fiksasi semalaman.
b. Angkat muskulus pektoralis minor dan cari nodus interpektoral (Rotter);
nodus ini biasanya ditemukan dekat dengan tepi lateral permukaan posterior
muskulus pektoralis mayor. Jika tidak ada nodus yang terlihat jelas, ambil
jaringan lemak dari tempat tersebut.
c. Angkat muskulus pektoralis mayor dan cari bukti adanya invasi tumor.
2. Deskripsi
a. Sisi (kanan atau kiri) dan tipe dari mastektomi
b. Catat semua struktur yang terdapat pada spesimen : kulit, puting, payudara,
muskulus pektoralis mayor dan minor, fasia, jaringan aksila, struktur dinding
dada.
c. Berat dan dimensi (ukuran terpanjang kulit dan panjang perpendikular)
d. Deskripsikan gambaran makroskopis bagian luar :
Bentuk dan warna kulit
Lokasi dan perluasan perubahan kulit (jaringan parut, insisi bedah yang baru,
eritema atau kemerahan, edem, retraksi, ulserasi).
Gambaran puting dan areola (erosi, ulserasi, retraksi, inversi)
Lokasi dari lesi dan gambaran lainnya, yang dapat ditunjukkan dengan melihat
keadaan lesi, jarak dari puting dan kuadran dengan menggunakan petunjuk arah
jarum jam.
Deskripsikan jika terdapat abnormalitas pada saat palpasi.
e. Deskripsikan gambaran makroskopis setelah jaringan diiris :
Jumlah relatif lemak dan parenkim
Kista dan dilatasi duktus : ukuran, jumlah, lokasi, isinya
Massa : kuadran dan jarak dari puting, kedalaman di bawah kulit, ukuran,
bentuk, konsistesi, warna, nekrosis, perdarahan, kalsifikasi, hubungan dengan
kulit, muskulus, fasia, atau puting
d. Nodus limfatikus, jika ada : jumlah nodus pada masing-masing kelompok, ukuran
terbesar nodus pada masing-masing kelompok dan ukuran serta lokasi nodus yang
secara makroskopis mengandung tumor.
1. Gilks B. Ovary. In : Goldblum JR, Lamps LW, McKenney JK, Myers JL, editors.
Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology. 10th edition. Philadelphia : Elsevier;
2011. p. 2589-2590.
2. Handling Tissue. University of California, San Fransisco. Diunduh dari
(http://pathology.ucsf.edu/resources/internal/login.php, diakses 13 November
2018, pk 14.05 WITA).
4. Lakhani SR, Ellis IO, Schnitt SJ, Tan PY, Vijver MJ. Invasive Breast Carcinoma
: Introduction and General Features. In : Bosman FT, Jaffe ES, Lakhani SR,
Ohgaki H, editors. WHO Classification of Tumours of the Breast, 4th edition. Lyon
: IARC; 2012. p. 21.