Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dimasa sekarang ini, hukum sangat diperlukan untuk melindungi seluruh asset
perekonomian. Hukum diperlukan sebagai wadah para ekonom untuk menjaga
kestabilitasan perekonomian. Disamping itu semua landasan dari berdirinya
perekonomian selain adanya konsumen dan produsen ada juga perjanjian, kontrak, dan
perikatan. Hukum tidak hanya membahas tentang kasus kasus perdata dan pidana
melainkan hukum juga membahas tentang hukum perdagangan, hukum bisnis, dan
hukum ekonomi. Dibahasnya materi ini karena ingin mengetahui apa itu hukum
perdagangan, hukum bisnis dan hukum ekonomi selain itu kita juga akan membahas
tentang pengertian perjanjian, kontrak, perikatan.

Lahirnya hukum ekonomi disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan


perkembangan perekonomian. Di seluruh dunia hukum yang berfungsi mengatur dan
membatasi kegiatan-kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan perekonomian
tidak mengabaikan hak-hak kepentingan masyarakat1 . Tampaknya, hukum bisnis kita
makin tertinggal. Ini terbukti bahwa ketentuan dan perundangan kita sering kali tidak
realistis dengan keadaan bisnis. Misalnya saja, Hukum Amerika lebih adil yaitu tidak
memperlakukan pihak lain sewenang-wenang. Sehingga hukum bisnis di Indonesia boleh
dikatakan tertinggal cukup jauh ketimbang perkembangan bisnis itu sendiri2 . Berkaitan
dengan kegiatan bisnis para pelaku usaha, banyak didirikan Department Store yang
tersebar di perkotaan, terutama di kota Malang. Sebagai contoh yaitu Matahari
Department Store Pasar Besar, Ramayana Department Store Aloon-Aloon dan masih
banyak lagi. Dengan adanya supermarket tersebut, dapat mempengaruhi perilaku manusia
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Tidak bisa dipungkiri bahwa gaya hidup
masyarakat terutama kelas menengah dan kelas atas untuk 1 Advendi Simangunsong dan
Elsi Kartika Sari. 2004. Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Hal.4 2 Informasi Peluang Dan Bisnis Swasembada. 1993. Tim Desain Swa.
Hal.108 2 berbelanja dan mencukupi segala kebutuhan hidupnya di supermarket yang
tersebar di perkotaan. Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa belanja di
supermarket akan dapat meningkatkan gengsi mereka. Di samping itu, faktor
kenyamanan merupakan salah satu alasan mengapa masyarakat beramai-ramai untuk
berbelanja ke supermarket.

Masalah Perjanjian yang dilakukan dewasa ini banyak terkait dengan masalah
perdagangan atau bisnis dan berbicara tentang hukum perjanjian baik yang disadari dan

1
tidak disadari, oleh karena itu setiap orang harus diberi pemahaman tentang seluk beluk
dari perjanjian paling tidak mengetahui ketentuan penting dalam hukum perjanjian.
Mengacu juga pada ketentuan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea
keempat yang berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia”. 1 Landasan hukum dalam
upaya memberikan perlindungan tidak terkecuali bagi orang orang yang melakukan
perbuatan hukum tertentu seperti halnya transaksi jual beli. Umumnya kita tidak benar
benar menyadari bahwa apa yang kita lakukan adalah suatu perbuatan hukum yang dapat
menimbulkan suatu akibat hukum apabila terjadi kecurangan atau salah satu pihak
mengingkari adanya perjanjian tersebut. Jadi apapun yang kita lakuan dalam jual beli
dapat dituntut ke muka hukum apabila ada sebuah kecurangan didalamnya. 1Undang
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 2 Pada pokoknya substansi perjanjian itu
merupakan kehendak dan keinginan para pihak yang berkepentingan. 2 Dengan demikian
susbtansi perjanjian dapat mencakup objek, hak dan kewajiban para pihak dan lainnya.
Setelah itu dalam Pasal 1315 KUH Perdata memberikan kita suatu pedoman terhadap
siapa sajakah, suatu perjanjian mempunyai pengaruh langsung bahwa perjanjian
mengikat para pihak sendiri adalah logis dalam arti hak dan kewajiban yang timbul dalam
perjanjian hanyalah untuk para pihak sendiri. 3 Perjanjian merupakan suatu peristiwa
yang konkret dan dapat diamati, baik perjanjian secara lisan dan tertulis. Pendapat ini
mengkaji hukum kontrak dari dimensi pelaksanaan perjanjian yang dibuat oleh para
pihak, artinya hukum perjanjian adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk
melindungi kepentingan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi perubahan masa
datang yang bervariasi seperti jual beli. Pendapat ini mengkaji hukum perjanjian dari
aspek mekanisme atau prosedur hukum. Tujuan mekanisme ini adalah untuk melindungi
hak yang timbul dalam pembuatan konsesus antara para pihak. Sebagaimana diketahui
bahwa menurut sistem hukum manapun di dunia ini, kesepakatan kehendak merupakan
salah satu syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang ditentukan dalan Pasal 1320 KUH
Perdat 3 penawaran (acceptance) dari pihak lainnya, sehingga terjadilah suatu perjanjian
yang terutama untuk perjanjian bisnis seperti Perjanjian Pengikat Jual Beli (PPJB) yang
dilakukan secara tertulis. Fungsi perjanjian jika dilihat dari aspek yuridis adalah pertama
mengatur hak dan kewajiban para pihak, kedua mengamankan transaksi bisnis, ketiga
mengatur tentang metode penyelesaian sengketa yang timbul antara kedua belah pihak.
Dengan demikian hak atas rumah dalam disiplin yang memadai (adequate housing) yang
memiliki arti begitu penting karena tidak hanya mencakup sebuah bangunan beratap
melainkan pemenuhan prinsip affordability, habitability, acessbility. Akan tetapi
mencakup standar nasional HAM yaitu berupa material, fasilitas dan infrastruktur rumah
itu sendiri. standar nasional juga menyatakan legal security of tenure yang menyatakan
prinsip yang berkaitan dengan pemenuhan hak atas rakyar atas rumah tersebut. 4
Perjanjian Pengikat Jual Beli merupakan implementasi Asas Kebebasan Berkontrak di
mana para pihak dapat menentukan secara bebas keinginannya lalu dituangkan dalam

2
klausula perjanjian. Dalam perkembangannya asas ini dapat mendatangkan ketidakadilan
karena prinsip ini hanya mencapai tujuannya yaitu mendatangkan kesejahteraan
seoptimal mungkin, bila para pihak memiliki bargaining power yang seimbang. Dalam
kenyataannya hal tersebut sering terjadi demikian sehingga negara menganggap perlu
untuk campur tangan untuk melindungi para pihak yang 4 Patra M Zein, 2004, Hak
Rakyat atas Perumahan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal 20. 4 lemah yang
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dan campur tangan pengadilan melalui
putusan-putusannya. Perjanjian Pengikat Jual Beli adalah akta otentik yang dibuat di
hadapan notaris. Teori kontrak yang modern cenderung untuk menghapuskan syarat
syarat formal bagi kepastian hukum (Jack Beatson dan Daniel Friedman) sehingga perlu
adanya pengaturan hukum yang tegas dalam menangani hal ini. Negara yang menganut
sistem common law, seperti di Amerika Serikat yang menerapkan doktrin promissory
estoppels untuk memberikan perlindungan hukum kepada pihak yang dirugikan karena
percaya dan menaruh pengharapan (reasonably relied) terhadap janji janji yang diberikan
lawannya. 5 Merebaknya kasus perumahan pada dasarnya diawali dengan
ketidaksesuaian antara brosur dengan realita yang diterima pembeli dan memposisikan
pembeli sebagai kelompok yang lemah daripada pengembang dan tidak jarang pula
menyesatkan (mislead information) atau tidak benar serta salah satu oknum seperti
developer yang tidak jarang dalam sebuah PT melakukan penggelapan dan penipuan.
Padahal pembeli sudah terlanjur menandatangani PPJB dengan perusahaan pengembang.
6 Menyangkut perjanjian pengikat jual beli rumah ini menimbulkan permasalahan atau
problematika yang merugikan konsumen/pembeli misal dalam cara pemasaran rumah
baik pra jual atau saat transaksi itu sendiri. Sejumlah kendala banyak ditemukan
dikarenakan tidak ada peraturan 5 Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa
Kasus, Jakarta: Prenada Media, hal 2. 6Yusuf Shofie, 2005, Perlindungan Konsumen dan
Instrumen Hukumnya, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal 86. 5 perundang undangan
yang signifikan dalam mengatur tentang perlindungan oleh pembeli rumah. Adanya
praktek jual beli rumah yang masih dalam tahap pembangunan diakomodasikan dalam
dokumen hukum Perjanjian Pengikat Jual Beli Rumah, dasar pemikiran PPJB harusnya
merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak dalam menjalankan prestasi nya setelah
itu baru disahkan oleh Notaris. Keadaan ini sering mengecewakan konsumen dan
seringkali penyelesaian complaint itu tidak wajar bagi pembeli yang dijadikan dasar
untuk menyelesaikan keluhan itu yaitu PPJB yang tidak memberikan perlindungan
hukum bagi pembeli atau bisa dikatakan klausula dalam PPJB terlalu berat sebelah
karena kepentingan penjual lebih diutamakan. Kontrak sengaja dibuat sebagai suatu alat
bukti bagi mereka yang berkepentingan, sehingga apabila ada pihak yang dirugikan telah
memiliki alat bukti perlindungan untuk mengajukan sebuah tuntutan keadilan kepada
pihak lainnya. 7 Dalam Perjanjian Pengikat Jual Beli juga disertakan dengan akta
autentik sebagai bentuk perlindungan hukum atau bisa disebut sebagai bukti bahwa para
pihak yang bersangkutan telah mengadakan perjanjian tertentu, sebagai bukti bagi para

3
pihak bahwa apa yang tertulis menjadi tujuan dan keinginan para pihak, sebagai bukti
sebagai kehendak para pihak. Akta notariel merupakan bukti prima facie mengenai fakta,
yaitu pernyataan yang termuat dalam akta notaris dalam pelegalan suatu perjanjian.
Sedangkan fungsi utama kontrak adalah dapat memberikan perlindungan dan kepastian
7Hasanuddin Rahman, 2003, Contract Drafting Seri Ketrampilan Merancang Kontrak
Bisnis, Bandung: PT CitraAditya Bakti, hal 3. 6 hukum bagi para pihak secara nyata.
Dengan demikian pentingnya perlindungan hak hak konsumen dalam Perjanjian Pengikat
Jual Beli Rumah perlu diintensifkan secara spesifik. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti sehingga memilih judul:
“Perlindungan Hukum dalam Perjanjian Pengikat Jual Beli Rumah (Studi Kasus di PT.
Fajar Bangun Raharja Kota Surakarta).”

B. Rumusan Masalah :
1. Apa pengertian Hukum perdagangan, Hukum bisnis, Hukum ekonomi, perjanjian,
kontrak, dan perikatan?
2. Apa contoh-contoh Hukum perdagangan, Hukum bisnis, Hukum ekonomi, perjanjian,
kontrak, dan perikatan?
3. Apa perbedaan perbedaan Hukum perdagangan, Hukum bisnis, Hukum ekonomi serta
perjanjian, kontrak, dan perikatan?

C. Tujuan :
1. Mengetahui pengertian Hukum perdagangan, Hukum bisnis, Hukum ekonomi,
perjanjian, kontrak, perikatan.
2. Mengetahui contoh contoh Hukum perdagangan, Hukum bisnis, Hukum ekonomi,
perjanjian, kontrak, perikatan.
3. Mengetahui perbedaan perbedaan Hukum perdagangan, Hukum bisnis, Hukum
ekonomi, perjanjian, kontrak, perikatan.

4
BAB II
ISI
A. Hukum Dagang

 Pengertian Hukum Dagang


Hukum dagang adalah hukum yang mengatur hubungan antara suatu pihak dengan pihak lain
yang berkaitan dengan urusan-urusan dagang. Definisi lain menyatakan bahwa hukum dagang
merupakan serangkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau kegiatan perusahaan.

Hukum dagang masuk dalam kategori hukum perdata, tepatnya hukum perikatan.
Alasannya karena hukum dagang berkaitan dengan tindakan manusia dalam urusan dagang. Oleh
karena itu hukum dagang tidak masuk dalam hukum kebendaan. Kemudian hukum dagang juga
berkaitan dengan hak dan kewajiban antarpihak yang bersangkutan dalam urusan dagang.
Hukum perikatan mengatur hal ini. Itulah sebabnya hukum dagang dikategorikan ke dalam
hukum perikatan. Hukum perikatan adalah hukum yang secara spesifik mengatur perikatan-
perikatan dalam urusan dagang.

 Sejarah Hukum Dagang

Perkembangan hukum dagang di dunia telah berlangsung pada tahun 1000 hingga 1500 pada
abad pertengahan di Eropa.

Kala itu telah lahir kota-kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, seperti Genoa, Venesia,
Marseille, Florence hingga Barcelona. Meski telah diberlakukan Hukum Romawi (Corpus Iulis
Civilis), namun berbagai masalah terkait perdagangan belum bisa diselesaikan. Maka dari itu
dibentuklah Hukum Pedagang (Koopmansrecht).

Saat itu hukum dagang masih bersifat kedaerahan. Kodifikasi hukum dagang pertama dibentuk
di Prancis dengan nama Ordonance de Commerce pada masa pemerintahan Raja Louis XIV pada
1673.

Dalam hukum itu terdapat segala hal berkaitan dengan dunia perdagangan, mulai dari pedagang,
bank, badan usaha, surat berharga hingga pernyataan pailit.
Pada 1681 lahirlah kodifikasi hukum dagang kedua dengan nama Ordonance de la Marine.
Dalam kodifikasi ini termuat segala hal berkaitan dengan dagang dan kelautan, misalnya tentang
perdagangan di laut.

Kedua hukum itu kemudian menjadi acuan dari lahirnya Code de Commerce, hukum dagang
baru yang mulai berlaku pada 1807 di Prancis. Code de Commerce membahas tentang berbagai
peraturan hukum yang timbul dalam bidang perdagangan sejak abad pertengahan. Code de
Commerce kemudian menjadi cikal bakal hukum dagang di Belanda dan Indonesia.

Sebagai negara bekas jajahan Prancis, Belanda memberlakukan Wetboek van Koophandel yang
diadaptasi dari Code de Commerce. Meski telah dipublikasikan sejak 1847, penerapan Wetboek
van Koophandelbaru berlangsung sejak 1 Mei 1848.

5
Lalu Belanda menjajah Indonesia dan turut mempengaruhi perkembangan hukum dagang di
Indonesia. Akhirnya lahirlah Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang diadaptasi
dari Wetboek van Kopphandel yang kemudian menjadi salah satu sumber dari hukum dagang
Indonesia.

 Sumber Hukum Dagang

Hukum dagang di Indonesia tidak tercipta begitu saja, melainkan berdasarkan pada sumber.

Terdapat tiga jenis sumber yang menjadi rujukan dari hukum dagang, yakni hukum tertulis yang
sudah dikodifikasikan, hukum tertulis yang belum dikodifikasikan dan hukum kebiasaan.

Pada hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, hal yang menjadi acuan adalah KUHD yang
mempunyai 2 kitab dan 23 bab.

Dalam KUHD dibahas tentang dagang umumnya sebanyak 10 bab serta hak-hak dan kewajiban
sebanyak 13 bab.

Selain KUHD, sumber lainnya adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau
juga dikenal dengan istilah Burgerlijk Wetboek(BW). Salah satu bab pada BW membahas
tentang perikatan.

Pada hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, ada 4 Undang-undang yang menjadi acuan.
Keempat UU itu adalah Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor 32 tahun
1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi dan Undang-undang Nompr 8 tahun 1997
tentang dokumen perusahaan.

Adapun pada hukum kebiasaan, hal yang menjadi sumber adalah Pasal 1339 KUH Perdata dan
Pasal 1347 KUH Perdata.

 Subjek hukum

Pendukung hak dan kewajiban hukum yang dimiliki oleh manusia sejak lahir hingga meninggal
dunia dan juga dimiliki oleh pribadi hukum yang secara sengaja diciptakan oleh hukum sebagai
subjek hukum.

Definisi lain menjelaskan bahwa subjek hukum adalah setiap orang yang mempunyai hak dan
kewajiban sehingga memiliki wewenang hukum (rechtbevoegheid)

Dalam hukum dagang, hal yang menjadi subjek hukum adalah badan usaha. Istilah lain dari
badan usaha adalah perusahaan, baik perseorangan ataupun telah memiliki badan hukum.

Ada 8 jenis badan usaha, yakni :


a. Perusahaan Dagang/Usaha Dagang(PD/UD)
b. Firma (fa)

6
c. Commanditaire Vennotschap (CV)
d. Perseroan Terbatas
e. Koperasi
f. Perseroan
g. Perum
h. Holding Company/Grup/Concern

B. Hukum Bisnis

 Pengertian Hukum Bisnis

Pengertian hukum bisnis selalu saja disamakan dengan hukum ekonomi. Pengertian keduanya
tidaklah jauh berbeda, namun terdapat sisi-sisi yang membedakannya. Hukum ekonomi selalu
diartikan seperangkat peraturan yang mengatur kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku
ekonomi.[2]Hukum ekonomi meliputi bidang hukum privat (hukum yang mengatur kepentingan
antar-pribadi yang biasa disebut dengan hukum perdata) dan juga hukum publik (hukum yang
mengatur kepentingan umum). Secara lebih tegas bahwa hukum ekonomi mengatur hukum
ekonomi dalam artian sistem ekonomi secara luas (baik perdata maupun publik). Sedangkan
hukum bisnis hanya mengatur kepentingan pribadi atau keperdataan saja. Dengan kata lain,
hukum bisnis adalah bagian dari hukum privat.
Dalam sistem hukum Indonesia, persoalan yang berkaitan dengan usaha diatur dalam kitab UU
Hukum Dagang (KUHD) dan kitab UU Hukum Perdata (KUHPerdata). KUHD adalah ketentuan
yang bersifat khusus (lex spesialis) dan KUHPerdata adalah ketentuan yang bersifat (lex
generalis).
Istilah hukum bisnis diambil dari terjemahan “business law” yang terkadang disamakan dengan
hukum dagang (trade law) dan hukum perniagaan (commercial law). Namun, ketiga istilah itu
(hukum bisnis, dagang dan perniagaan) tidaklah sama. Hukum dagang dan perniagaan hanya
mencakum hukum yang terdapat dalam kitab hukum dagang (KUHD). Sedangkan hukum bisnis
mencakup hukum dagang “yang diperluas” dari mulai perseroan terbatas, kontrak bisnis, pasar
modal, merger, akuisis, konsolidasi, kredit, HAKI, pajak dan sebagainya.[3] Pada hukum
ekonomi, cakupannya lebih luas yakni menyangkut ekonomi secara makro, mikro, ekonomi
pembangunan, sosial, manajemen, akutansi dan seterusnya.
Dengan demikian, hukum bisnis berarti sekumpulan norma dan asas-asas yang berkenaaan
dengan suatu bisnis (Munir Fuady, 1996: 2). Dengan kata lain, hukum bisnis diartikan suatu
perangkat kaidah hukum yang mengatur tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang,
industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang dan jasa
dengan tujuan memperoleh keuntungan.

 Ruang Lingkup Hukum Bisnis

Secara umum hukum bisnis meliputi :


1) Pelaku bisnis
Pelaku bisnis dapat berupa orang perorang atau dan badan hukum usaha baik yang berbentuk
badan hukum maupun yang bukan. Berdasarkan pelaku bisnis mencakup berbagai bidang hukum
yakni:
a. Hukum Perseroan Terbatas

7
b. Hukum Tentang BUMD, BUMN
c. Hukum Tentang Yayasan
d. Hukum Tentang Koperasi
e. Hukum Tentang Firma, CV, Perseroan Perdata

2) Perbuatan Pelaku Bisnis


Dari segi pelaku bisnis meliputi:
a. Hukum Kontrak ‘
b. Hukum Ekspor-Import
c. Hukum Lingkungan
d. Hukum Tentang Perizinan
e. Hukum Tentang Perpajakan
f. Hukum Tenaga Kerja
g. Hukum Persaingan Usaha (Anti Monopoli)
h. Hukum Penanaman Modal
i. Hukum Perlindungan Konsumen
j. Hukum Pasar Modal

3) Aset (Harta Kekayaan) Pelaku Bisnis


Aspek ini meliputi bidang hukum:
a. Hukum Benda
b. Hukum Agraria
c. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)
d. Hukum Jaminan

4) Permodalan (Pembiyaan)
Aspek permodalan atau pembiyaan meliputi bidang hukum:
a. Hukum Perbankan
b. Hukum pembiayaan non-perbankan
a. Hukum Leasing-sewa-beli
b. Hukum Tentang modal ventura
c. Hukum Tentang factoring

 Sumber Hukum Bisnis

Sumber hukum adalah tempat ditemukannya aturan-aturan yang dapat dijadikan hukum. Sumber
hukum terbagi atas:
1. Sumber Hukum Materil
Sumber hukum yang berdasarkan materi yang menjadi hukum. Berbicara sumber hukum
sesungguhnya sangatlah luas, sebab segala sesuatu yang menjadi materi atau bahan baku hukum
dapat disebut dengan sumber hukum. Pakar ekonomi mengatakan upaya manusia memenuhi
kebutuhan hidupnya adalah sumber hukum secara materil. Peristiwa sehari-hari sebagai hasil
interaksi manusia satu dengan lainnya adalah sumber hukum materil.
2. Sumber Hukum Formil
Sumber hukum yang dilihat dari cara pembentukannya yang terdiri atas:
a. Undang-undang

8
UU dalam artian materil adalah semua peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang bersifat
mengikat.
UU dalam artian formil adalah UU yang dibuat oleh pemerintah (eksekutif) yang bekerjasama
dengan DPR (legislatif).

Selain itu, beberapa sumber hukum yang tidak disahkan oleh DPR yakni Kitab UU Hukum
Dagang (KUHD) yang berasal dari Wetboek van Koophandel (WuK) Belanda. Kitab UU Hukum
Perdata (KUHPerdata) yang berasal dari Burgerlijk Wetboek (BW)Belanda. Beberapa UU yang
telah dibuat oleh DPR yang menjadi sebagian KUHD dan KUHPerdata tidak berlaku lagi,
seperti:

i. UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria


ii. UU No. 4 Tentang Hak Tanggungan
iii. UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
iv. UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Asuransi

b. Kebiasaan.
Hukum kebiasaan merupakan sumber hukum tertua. Namun tidak semua kebiasaan dapat
dijadikan hukum kebiasaan. Suatu kebiasaan dapat menjadi hukum apabila suatu perbuatan yang
berulang-ulang dilakukan dalam waktu yang lama terhenti (longa-constituedo)

c. Traktat
Traktat adalah perjanjian internasional yang bersifat bilateral, regional maupun yang bersifat
multilateral.

d. Yuriprudensi
Memutuskan satu perkara hukum dengan merujuk kepada putusan hakim terdahulu pada kasus
yang sama.

e. Doktrin
Pendapat para ahli tentang satu kasus hukum yang diakui kepakarannya secara academik maupun
scientifik. Dalam hukum bisnis misalnya pendapat Richard Postner, Thomas Ulen, Prof. Dr.
Mariam Darus Badrul Zaman, Prof. Erman Rajagukuk dan lain-lain.

 Asas-Asas Hukum Bisnis

Banyak pendapat ahli hukum tentang asas hukum. Kata “asas” diambil dari bahasa arab “asasun”
yang berarti dasar. Beberapa pendapat ahli hukum barat dalam mengartikan asas hukum antara
lain. CW. Paton mengartikan asas hukum “adalah alam pikiran yang dirumuskan secara luas
yang menjadi dasar adanya norma hukum positif.” Bellefrod mengartikan asas hukum sebagai
norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan oleh ilmu hukum tidak berasal dari aturan
yang lebih umum. Asas hukum umum itu pengendalian hukum positif dalam suatu masyarakat.
Van Eikema Hommes berpendapat asas hukum bukanlah hukum yang konkrit tetapi adalah
dasar-dasar umum atau petunjuk yang berlaku. Dengan kata lain asas hukum adalah dasar-dasar
petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

9
The Lieng Gie mengartikan asas hukum adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah
umum tanpa menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaanya yang diterapkan pada
serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu. P. Scolten
mengatakan asas hukum adalah kecendrungan yang diisyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita
pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya, namun harus tetap ada.
Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa asas hukum yang juga disebut dengan “prinsip
hukum” bukanlah peraturan hukum konkrit melainkan pikiran dasar yang masih bersifat “umum”
yang merupakan latar belakang dari peraturan konkrit yang terdapat dalam setiap sistem hukum
yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang menjadi hukum
positif.
Beberapa karakter dan sifat asas hukum:

Asas hukum merupakan fikiran dasar atau latar belakang yang terdapat dalam peraturan konkrit.
Asas hukum bersifat sangat umum dan luas.

C. Hukum Ekonomi

 Pengertian ekonomi dan hukum ekonomi

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia
yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu
kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity). Hukum ekonomi adalah suatu
hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa ekonomi yang saling berhubungan satu dengan
yang lain dalam kehidupan ekonomi sehari-hari dalam masyarakat.

Hukum ekonomi terbagi menjadi 2, yaitu:


a.) Hukum ekonomi pembangunan, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai
cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi (misal hukum perusahaan dan
hukum penanaman modal)
b.) Hukum ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara
pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata, sesuai dengan hak asasi manusia
(misal, hukum perburuhan dan hukum perumahan).

 Contoh hukum ekonomi :

1. Jika harga sembako atau sembilan bahan pokok naik maka harga-harga barang lain biasanya
akan ikut merambat naik.
2. Apabila pada suatu lokasi berdiri sebuah pusat pertokoan hipermarket yang besar dengan
harga yang sangat murah maka dapat dipastikan peritel atau toko-toko kecil yang berada di
sekitarnya akan kehilangan omset atau mati gulung tikar.
3. Jika nilai kurs dollar amerika naik tajam maka banyak perusahaan yang modalnya berasal dari
pinjaman luar negeri akan bangkrut.
4. Turunnya harga elpiji / lpg akan menaikkan jumlah penjualan kompor gas baik buatan dalam
negeri maupun luar negeri.

10
5. Semakin tinggi bunga bank untuk tabungan maka jumlah uang yang beredar akan menurun
dan terjadi penurunan jumlah permintaan barang dan jasa secara umum. Demikianlah penjelasan
tentang hukum ekonomi secara keseluruhan semoga kita semua mengerti dan dapat
megimplementasikan ke dalam kehidupan nyata.

D. Perjanjian / Kontrak

 Pengertian

Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa di mana seorang atau satu pihak berjanji kepada
seorang atau pihak lain atau di mana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal (Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia).

Dalam pengertian lain, kontrak atau perjanjian adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih
mengenai hal tertentu yang disetujui oleh mereka. Ketentuan umum mengenai kontrak diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.

 Syarat kontrak

Untuk dapat dianggap sah secara hukum, ada 4 syarat yang harus dipenuhi sebagaimana diatur
dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia:
-Kesepakatan para pihak
-Kecakapan para pihak
-Mengenai hal tertentu yang dapat ditentukan secara jelas
-Sebab/causa yang diperbolehkan secara hukum.

Dalam suatu perjanjian harus diperhatikan pula beberapa macam azas yang dapat diterapkan
antara lain :
1. Azas Konsensualisme, yaitu azas kesepakatan, dimana suatu perjanjian dianggap ada seketika
setelah ada kata sepakat
2. Azas Kepercayaan, yang harus ditanamkan diantara para pihak yang membuat perjanjian
3. Azas kekuatan mengikat, maksudnya bahwa para pihak yang membuat perjanjian terikat pada
seluruh isi perjanjian dan kepatutan yang berlaku
4. Azas Persamaan Hukum, yaitu bahwa setiap orang dalam hal ini para pihak mempunyai
kedudukan yang sama dalam hukum
5. Azas Keseimbangan, maksudnya bahwa dalam melaksanakan perjanjian harus ada
keseimbangan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sesuai dengan apa yang
diperjanjikan
6. Azas Moral adalah sikap moral yang baik harus menjadi motivasi para pihak yang membuat
dan melaksanakan perjanjian
7. Azas Kepastian Hukum yaitu perjanjian yang dibuat oleh para pihak berlaku sebagai undang-
undang bagi para pembuatnya
8. Azas Kepatutan maksudnya bahwa isi perjanjian tidak hanya harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku tetapi juga harus sesuai dengan kepatutan, sebagaimana
ketentuan Pasal 1339 BW yang menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk

11
hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut
sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.
9. Azas Kebiasaan, maksudnya bahwa perjanjian harus mengikuti kebiasaan yang lazim
dilakukan, sesuai dengan isi pasal 1347 BW yang berbunyi hal-hal yang menurut kebiasaan
selamanya diperjanjikan dianggap secara diam-diam dimasukkan ke dalam perjanjian,
meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. Hal ini merupakan perwujudan dari unsur naturalia
dalam perjanjian.

E. Perikatan

 Pengertian

Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih di dalam lapangan harta kekayaan
dimana satu pihak mempunyai hak dan pihak yang lain mempunyai kewajiban atas suatu
prestasi. Perikatan dapat lahir dari suatu perjanjian dan Undang-undang. Sedangkan perjanjian
adalah perbuatan hukum.

 Unsur-unsur perikatan:

1. Hubungan hukum.
2. Harta kekayaan.
3. Pihak yang berkewajiban dan pihak yang berhak.
4. Prestasi.

 Dasar Hukum Perikatan

Sumber-sumber hukum perikatan yang ada di Indonesia adalah perjanjian dan undang-
undang, dan sumber dari undang-undang dapat dibagi lagi menjadi undang-undang melulu
dan undang-undang dan perbuatan manusia. Sumber undang-undang dan perbuatan manusia
dibagi lagi menjadi perbuatan yang menurut hukum dan perbuatan yang melawan hukum.

Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah sebagai
berikut :
a. Perikatan yang timbul dari persetujuan ( perjanjian )
b. Perikatan yang timbul dari undang-undang
c. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar hukum (
onrechtmatige daad ) dan perwakilan sukarela ( zaakwaarneming ) .

 Sumber perikatan berdasarkan undang-undang :

-Perikatan ( Pasal 1233 KUH Perdata )


Perikatan yang lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang. Perikatan
ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat
sesuatu.

12
-Persetujuan ( Pasal 1313 KUH Perdata )
Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri
terhadap satu orang lain atau lebih.

-Undang-undang ( Pasal 1352 KUH Perdata )


Perikatan yang lahir karena undang-undang timbul dari undang-undang atau dari undang-
undang sebagai akibat perbuatan orang.

● Azas-azas Dalam Hukum Perikatan

1. Asas Kebebasan Berkontrak : Ps. 1338: 1 KUHPerdata.


2. Asas Konsensualisme : 1320 KUHPerdata.
3. Asas Kepribadian : 1315 dan 1340 KUHPerdata.

Pengecualian : 1792 KUHPerdata


1317 KUHPerdata

Perluasannya yaitu Ps. 1318 KUHPerdata.


Asas Pacta Suntservanda® asas kepastian hukum: 1338: 1 KUHPerdata.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Hukum Ekonomi (Economic Law) dan Hukum Bisnis (Bussiness Law) serta Hukum
Dagang (Trade Law) adalah kaidah - kaidah atau ketentuan hukum yang berkaitan
dengan dunia ekonomi. Hanya saja, jika ditelaah lebih lanjut maka ketiganya
memiliki perbedaan terutama soal cakupan.
a. Hukum Ekonomi
Hukum ekonomi memiliki cakupan yang terbilang sangat luas.
Kajiannya meliputi semua peraturan dan pemikiran hukum yang berkaitan dengan
ekonomi baik itu yang sifatnya publik maupun privat, mulai dari perencanaan,
penataan, perlindungan, pembangunan hingga kepentingan ekonomi dari
masyarakattermasuk aspek aspek bisnisnya.
Contoh hukum ekonomi:
Jika harga sembako atau sembilan bahan pokok naik maka harga-harga barang lain
biasanya akan ikut merambat naik.

b. Hukum Bisnis
Hukum Bisnis adakah kaidah hukum yang di dalamnya mengatursegala macam tata
pelaksanaan kegiatan dagang, kegiatan industri dan ataukeuangan yang berhubungan
dengan pertukaran barang atau produksi.
Hukum bisnisberkaitan dengan tata dagang yang lebih modern dengan sifat open
transactionbaik itu yang menyangkut pertukarang barang atau pun jasa.
Contoh hukum bisnis:
Contoh cakupan hukum bisnis antara lain Jual Beli,Pasar Modal, Likuidasi dan
epailitan, Investasi Modal, Hak KekayaanIntelektual, dll.

c. Hukum Dagang
Hukum dagang adalah kaidah hukum ekonomi yang cakupannya tradisional
dansempit karena hanya meliputi persoalan dagang atau jual beli saja. Hukum dagang
tidak melingkupi apa - apa yang ada di luar dunia usaha atau bisnis dalam lintas
perdagangan.
Contoh hukum dagang:
Ada Seorang Pengusaha Sepatu Lokal Yang Memberi Nama Produk Yang Mereka
Hasilkan Dengan Nama Merek Terkenal. Hal Tersebut Dilakukan Untuk
Mendongkrak Angka Penjualan Karena Merek Tersebut Sebenarnya Yaitu Sebuah
Brand Internasional Yang Sudah Sangat Terkenal.

14
2. Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa di mana seorang atau satu pihak
berjanji kepada seorang atau pihak lain atau di mana dua orang atau dua pihak itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Pasal 1313 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata Indonesia). Sedangkan perikatan adalah hubungan hukum antara dua
orang atau lebih di dalam lapangan harta kekayaan dimana satu pihak mempunyai hak
dan pihak yang lain mempunyai kewajiban atas suatu prestasi. Perikatan dapat lahir
dari suatu perjanjian dan Undang-undang. Sedangkan perjanjian adalah perbuatan
hukum.

B. SARAN
Sebaiknya kita sebagai insan yang hidup di negara hukum harus mengikuti segala
prosedur prosedur yang ada tentang hukum bisnis, hukum perrkonomian dan hukum
dagang. Karena dengan kita mengetahui apa peraturan peraturan yang tertera di dalam
psal pasal mengenai hukum ekonomi, hukum perdagangan dan hukum ekonomi. sehingga
kita dapat lebih berhati hati dalam melakukan beberapa usaha yang bergerak dibidang
perekonomian. Dibalik itu kita sebagai pemegang modal ( pembisnis ) harus tau apa yang
dimaksud dengan perjanjian,kontrak dan perikatan. karena ke 3 konponen itu usaha dapat
menjalin kerjasama bilateral, selain itu dengan adanya perjanjian,perikatan dan kontrak
akan terjalinnya sinergitas antara pengusaha satu dan pengusaha lainnya. Dibalik itu
perjanjian,kontrak dan perikatan dapat memajukan profit yang sangat signifikan terhadap
usaha yang sedang kita bangun.

15

Anda mungkin juga menyukai