Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

HIPERTENSI DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH


KADIPIRO SURAKARTA

Disusun Oleh :
MARIA CHRISTINA BUPU
NIM: SN 162100

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
HIPERTENSI

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmhg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmhg.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmhg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95
mmhg.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhi yaitu genetik, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin angiotensin, peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor yang meningkatkan resiko obesitas, merokok,
alkohol dan polisitemia
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
Hipertensi pada lansia dibedakan atas:
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmhg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmhg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmhg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmhg
Penyebab hipertensi pada lansia adalah terjadi perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat digolongkan sebagai berikut:
No Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
1 Optimal < 120 < 120
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
5 Hipertensi Grade 1 140-159 90-99
(ringan)
6 Hipertensi Grade 2 160-179 100-109
(sedang)
7 Hipertensi Grade 3 180-209 109-119
(berat)
8 Hipertensi Grade 4 >210 > 200
(sangat berat)

3. Manifestasi Klinik
a. Tidak ada gejala: tidak ada gejala yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah selain penentuan tekanan darah melalui
pemeriksaan
b. Gejala yang lazim: gejala yang lazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan
c. Beberapa pasien yang menderita hipertensi juga mengeluhkan: sakit
kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual, muntah,
epistaksis, bahkan sampai penurunan kesadaran
4. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada penyakit hipertensi adalah: enyakit
jantung, stroke, penyakit ginjal, neurisme (pelebaran abnormal pada
arteri)
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya nonepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap nonepinefrin
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal itu terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Koretks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut
meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.
Pathway
Faktor penyebab (genetik, lingkungan, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, faktor usia,
gaya hidup)

Hipertensi informasi minim defisiensi


pengetahuan
Kerusakan vask pemb drh

Perubahan struktur

Penyumbatan pemb drh resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

Vasokonstriksi suplai O2 ke otak

Gangguan sirkulasi resistensi pemb drh otak nyeri

Vasokonstriksi pembuluh darah


pemb darah ginjal
sistemik koroner iskhemia miokard
blood flow drh
vasokonstriksi nyeri
respon RAA
afterload penurunan curah jantung
merangsang
aldosteron kelemahan intoleransi aktivitas

retensi Na edema kelebihan volume cairan


6. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian
dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmhg.
Prinsip pengelolaan hipertensi meliputi:
a. Terapi Tanpa Obat
Digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
meliputi:
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Menghentikan merokok
e) Diet tinggi kalium
2) Latihan fisik
Prinsip olahraga/latihan fisik yang dianjurkan untuk pasien
hipertensi adalah:
a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobik atau 72- 87% dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan
rumus 220-umur
c) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5x
perminggu
3) Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis meliputi:
a) Tehnik biofeedback: suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan
b) Tehnik relaksasi: suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
4) Pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut
b. Terapi Dengan Obat
Pengobatannya meliputi:
1) Step 1 obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, ca antagonis,
ACE inhibitor
2) Step 2 alternatif yang bisa diberikan
Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta
blocker, ca antagonis, alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
3) Step 3: alternatif yang biasa ditempuh
Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4: alternatif pemberian obatnya
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Reevaluasi dan konsultasi
7. Tahap Perkembangan Lansia
a. Pengertian Lansia
Menurut J. W. Santrock ada 2 pandangan tentang lansia yaitu
pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat
yang tergolong lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun
keatas dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa
atau lansia. Sedangkan pandangan orang Indonesia lansia adalah
orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena
pada umumnya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan
mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Menurut Hurlock tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi
menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara 60-70 tahun dan usia
lanjut yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir kehidupan orang
tersebut
b. Ciri Dewasa Akhir
1) Sikap sosial terhadap usia lanjut
Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak
begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah tapi ada juga
masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut
terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar
2) Mempunyai status kelompok minoritas
3) Adanya perubahan peran
Perubahan peran karena tidak dapat bersaing dengan kelompok
yang lebih muda
4) Penyesuaian diri yang buruk
Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan
oleh sikap sosial yang negatif
5) Ada keinginan untuk menjadi muda kembali
c. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Lansia
1) Fisik
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan
fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran,
perubahan-perubahan biologis yang dialami pada masa lansia
yang terlihat adanya kemunduran sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan dan kondisi psikologis. Menurut Hurlock
perubahan fisik diantaranya kulit keriput atau kering, rambut
menipis atau menjadi putih, bahu membungkuk dan tampak
mengecil, perut tampak besar dan membuncit, payudara pada
wanita menjadi kendor, kuku tangan dan kaki menebal, mengeras
dan mengapur
2) Kognitif
Kecerdasan dan kemampuan memproses kecepatan memproses
informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Namun
terdapat variasi pada tiap individu
3) Pekerjaan
Satu perubahan penting dari pola pekerjaan orang-orang dewasa
lanjut adalah meningkatnya pekerjaan paruh waktu
4) Pengaturan tempat tinggal
Semakin tua seseorang semakin besar hambatan seseorang untuk
tinggal sendirian. Para lansia biasanya tinggal dalam institusi
rumah sakit, rumah sakit jiwa, panti jompo maupun rumah sendiri
bersama anak-anaknya.
5) Perkembangan Psikis
 Perkembangan intelektual
Kemerosotan intelektual lansia pada umumnya merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan disebabkan berbagai
faktor seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tapi
kemampuan intelektual lansia pada dasarnya dapat
dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan
kondisi tersebut adalah menyediakan lingkungan yang dapat
merangsang ataupun melatih keterampilan intelektual mereka
serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan
 Perkembangan emosional
Memasuki masa tua sebagian besar lansia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut sehingga
menyebabkan para lansia kurang dapat menyesuaikan diri dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Muncul rasa tersisih,
tidak dibutuhkan lagi ketidakikhlasan menerima kenyataan.
Seiring bertambahnya usia terjadi gangguan fungsional,
keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lansia
semakin sulit menyelesaikan masalah. Sehingga lansia yang
masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung
menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya
 Perkembangan spiritual
Kebutuhan spiritual sangat berperan memberi ketenangan batin
khususnya bagi lansia. Penghayatan keagamaan besar
pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan
mental
 Perkembangan kepribadian
Tahun-tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa untuk
melihat kembali apa yang telah dilakukan selama hidup. Jika
kehidupan sebelumnya dijalani dengan baik maka akan
merasakan kepuasan pada masa lansia
 Bahaya fisik dan psikis lansia
 Bahaya fisik
- Adanya penyakit degeneratif atau penyakit kronis
- Adanya hambatan fisik (penglihatan, pendengaran,
otot, tulang)
- Gangguan pada gigi dan gusi
- Berkurangnya masukan nutrisi karena berkurangnya
minat pada makanan, rasa takut, ingin makan bersama
orang lain
- Menurunya kemampuan dan gairah seksual
- Lansia rawan/rentan terhadap kecelakaan
 Bahaya psikis
- Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola
kehidupan. Misalnya memutuskan untuk mendiami
rumah yang tidak terlalu besar karena anaknya sudah
menikah dan punya keluarga sendiri
- Dapat pula muncul pemikiran pada lansia bahwa
proses mental mereka sudah mulai atau cenderung
menurun. Misalnya mengeluh sering pelupa, sulit
menerima hal baru
- Masalah psikologis lain yang dapat menjadi gangguan
adalah perasaan bersalah karena menganggur
- Gangguan psikologis yang dipandang paling
berbahaya adalah sikap mereka yang tidak mau
terlibat secara sosial. Yang menyebabkan lansia
mudah curiga, menuntut perhatian lebih, murung,
rendah diri, dan mungkin apatis
d. Tugas dan Perkembangan Lansia
Adapun tugas dan perkembangan pada masa dewasa akhir
diantaranya:
1) Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal
dihari tua
2) Menyesuaikan hidup dengan penghasilan pensiun
3) Membina kehidupan rutin yang menyenangkan
4) Saling merawat sebagai suami istri
5) Mampu menghadapi kehilangan (kematian, perpisahan) pasangan
ataupun anak
6) Melakukan hubungan dengan anak dan cucu
7) Menemukan arti hiudp dengan nilai moral tinggi
e. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Lansia
Ciri-ciri lansia adalah:
1) Daya akomodasi mata menurun
2) Tulang rapuh dan tidak lentur
3) Penyembuhan luka lambat
4) Jaringan ikat elastis bawah kulit hilang sehingga kulit tipis dan
keriput
5) Rambut memutih dan rontok
6) Pendengaran berkurang
7) Bungkuk, sendi lemah, gigi tanggal,dan lain-lain

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan lansia saat ini apakah adanya sesak napas,
edema, pusing cepat lelah,
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung,
anemia, hipertiroid, anemia pada lansia
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus
b. Pemeriksaan head to toe
1) Keadaan umum
Kesadaran: mulai dari composmentis sampai koma
Tanda vital: tekanan darah (biasanya meningkat), denyut nadi,
suhu, respirasi
2) Pemeriksaan kepala leher
Kepala: umumnya normal
Muka: umumnya simetris
Leher: adakah pembesaran kelenjar tiroid
3) Pemeriksaan dada
Suara napas normal, kadang terdengar ronchi, wheezing,
pernapasan teratur dan dapat ditemukan pernapasan tidak teratur
4) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bedrest lama, dan
kadang kembung
5) Pemeriksaan inguinal, genetalia dan anus
Biasanya tidak ada keluhan dan kadang terdapat inkontinensia atau
retensio urin, pruritus vagina, apakah ada bakteri atau jamur
6) Pemeriksaan ekstermitas
Rentang gerak, kekuatan otot, gaya jalan
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Hb/ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia
b) BUN/kreatinin: untuk mengetahui tentang perfusi dan fungsi
ginjal
c) Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran katekolamin
d) Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan fungsi ginjal
dan DM
2) CT Scan: mengkaji adanya tumor serebral, encepalopati
3) EKG: dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
4) IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal
5) Foto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miocard
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1 Penurunan curah Setelah mendapatkan Cardiac Care
jantung perawatan diharapkan 1. Evaluasi adanya nyeri
berhubungan curah jantung kembali dada (intensitas,
dengan normal lokasi, durasi)
peningkatan NOC: 2. Catat adanya distritmia
afterload, - Cardiac pump jantung
vasokonstriksi, effectiveness 3. Catat adanya tanda dan
iskemia miocard - Circulation status gejala penurunan
- Vital sign status cardiac output
Kriteria Hasil: 4. Monitor status
- Tanda vital dalam cardiovaskuler
batas normal sesuai 5. Monitor status
usia pernapasan yang
- Dapat mentoleransi menandakan gagal
aktivitas, tidak ada jantung
kelelahan 6. Monitor balance cairan
- Tidak ada edema paru 7. Monitor respon pasien
- Tidak ada penurunan terhadap pengobatan
kesadaran antiaritmia
8. Atur periode latihan
dan istirahat
9. Monitor toleransi
aktivitas pasien
10. Monitor tanda
vital
2 Nyeri akut Setelah mendapatkan Pain Management
berhubungan perawatan diharapkan 1. Lakukan pengkajian
dengan nyeri terkontrol nyeri secara
peningkatan NOC: komprehensif (lokasi,
tekanan vaskuler - Pain level durasi, karakteristik,
serebral dan - Pain control frekuensi, kualitas dan
iskemia - Comfort level faktor presipitasi)
Kriteria Hasil: 2. Observasi reaksi
- Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab, ketidaknyamanan
mampu 3. Gunakan tehnik
menggunakan tehnik komunikasi terapeutik
farmakologi) untuk mengetahui
- Melaporkan nyeri pengalaman nyeri
berkurang dengan pasien
menggunakan 4. Evaluasi pengalaman
manajemen nyeri nyeri masa lalu
- Mampu mengenali 5. Kolaborasi dengan tim
nyeri kesehatan lain
(skala,intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
3 Kelebihan Setelah mendapatkan Fluid management
volume cairan perawatan diharapkan 1. Pertahankan intake
berhubungan volume cairan dalam dan output yang
dengan tubuh kembali normal adekuat
peningkatan NOC: 2. Pasang cateter urin
tekanan darah - Electrolit and acid (bila perlu)
base balance 3. Monitor hasil
- Fluid balance laboratorium
- Hydration 4. Monitor status
Kriteria Hasil: hemodinamik
- Bebas dari edema 5. Monitor indikasi/
- Bunyi napas bersih retensi kelebihan
- Bebas dari kelelahan, cairan (edema,
kecemasan distensi vena leher,
asites)
6. Monitor status nutrisi
7. Kolaborasi pemberian
diuretik
Fluid monitoring
1. Tentukan riwayat
jumlah, tipe intake
cairan dan eliminasi
2. Monitor tekanan
darah dan irama
jantung
3. Catat secara akurat
intake dan output
4. Monitor adanya
distensi vena leher,
edema perifer,
penambahan berat
badan
4 Intoleransi Setelah mendapatkan Activity Therapy
aktivitas perawatan diharapkan 1. Bantu klien
berhubungan dapat melakukan mengidentifikasi
dengan aktivitas secara mandiri aktivitas yang dapat
kelelahan, NOC: dilakukan
kelemahan - Energy conservation 2. Bantu memilih
- Activity tolerance aktivitas yang sesuai
- Self care: Adls kemampuan fisik,
Kriteria Hasil: psikologis dan sosial
- Berpartisipasi dalam 3. Bantu mendapatkan
aktivitas fisik tanpa alat bantu aktivitas
disertai peningkatan 4. Bantu klien membuat
tanda vital jadwal dan latihan di
- Mampu melakukan waktu luangbantu
aktivitas sehari-hari pasien
(Adls) secara mandiri mengembangkan
- Tanda vital dalam motivasi diri dan
batas normal sesuai penguatan
rentang usia 5. Kolaborasi dengan
- Mampu berpindah tenaga rehabilitasi
dengan atau tanpa medik dalam
bantua alat merencanakan
- Status program terapi yang
kardiopulmonal tepat
adekuat
- Status sirkulasi baik
- Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
5 Defisiensi Setelah mendapatkan Teaching: disease proces
pengetahuan perawatan diharapkan 1. Beri penilaian tentang
berhubungan pengetahuan klien dapat tingkat pengetahuan
dengan kurang bertambah pasien tentang proses
terpaparnya NOC: penyakit yang spesifik
informasi - Knowledge: disease 2. Jelaskan patofisiologi
proces penyakit
- Knowledge: health 3. Gambarkan tanda dan
bahaviour gejala yang biasa
Kriteria Hasil: muncul pada penyakit
- Pasien dan keluarga dengan cara yang
menyatakan tepat
pemahaman tentang 4. Identifikasi
penyakit, kondisi, kemungkinan
prognosis dan penyebab
program pengobatan 5. Diskusikan perubahan
- Pasien dan keluarga penyakit
mampu 6. Sediakan bagi
melaksanakan keluarga tentang
prosedur yang kemajuan pasien
dijelaskan secara 7. Yang mungkin
benar diperlukan adalah
- Pasien dan keluarga pencegahan
mampu menjelaskan komplikasi dimasa
kembali apa yang yang akan datang
dijelaskan perawat/ 8. Diskusikan pilihan
tim kesehatan lainnya terapi atau
penanganan
9. Rujuk pasien ke
tempat pelayanan
kesehatan yang tepat
6 Resiko Setelah mendapatkan Peripheral Sensation
ketidakefektifan perawatan diharapkan Management
perfusi jaringan perfusi jaringan otak 1. Monitor adanya
otak memadai daerah tertentu yang
berhubungan NOC: hanya pkea terhadap
dengan - Circulation status panas/ dingin/ tajam/
peningkatan - Tissue perfusion: tumpul
tekanan darah cerebral 2. Monitor adanya
Kriteria Hasil: parastese
- Mendemonstrasikan 3. Observasi kulit jika
status sirkulasi ada tanda lesi atau
(tekanan sistole dan laserasi
diastole dalam rentang 4. Gunakan sarung
yang diharapkan) tangan untuk proteksi
- Tidak ada peningkatan 5. Batasi gerakan leher
tekanan intrakranial kepala punggung
- Dapat berkomunikasi 6. Monitor kemampuan
dengan jelas BAB
- Menunjukkan
perhatian dan
konsentrasi
- Dapat memproses
informasi
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
keadaan klien dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan
Dalam evaluasi tujuan terdapat 3 alternatif yaitu:
a. Tujuan tercapai
Klien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian
Klien menunjukkan perubahan sebagian sesuai standart yang telah
ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai
Klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A, dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius
Nurarif A H, Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction
Reeves, Charlene J dkk. (2008). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba
Medika
Udjianti, Wajan J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. (2007). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai