Anda di halaman 1dari 12

EFFECTS OF INFANT MASSAGE ON JAUNDICED NEONATES

UNDERGOING PHOTOTHERAPY

DISUSUN OLEH

KATARINA ASTIANA SIENA : SN162088

MARIA CHRISTINA BUPU : SN162100

MARIA GREGORIANA BATE GALE : SN162101

RAGIL PRASOJO : SN162132

SUPIANA : SN162180

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2016/2017


A. Strategi Pencarian Jurnal (melalui PICO)
Pertanyaan :
Apakah dengan melakukan metode terapi pijat dapat menurunkan kadar
bilirubin pada bayi neonatus dengan ikterus yang mendapat fototherapy?
Perumusan PICO
1. P (Population) : Neonatus with Jaundice
2. I (Intervension) : Infant massage on neonatus with
jaundice undergoing phototherapy.
3. C (Comparation) : -
4. O (Outcome) : Infant Massage could help to reduce
billirubin levels.
Adapun cara atau proses pencarian jurnal melalui PICO adalah sebagai
berikut
1. Tentukan pertanyaan dari responden
Contoh : Apakah dengan melakukan metode terapi pijat dapat
menurunkan kadar bilirubin pada bayi neonatus dengan ikterus
yang mendapat fototherapy?
2. Tentukan PICO
P (Population)
I (Intervension)
C (Comparation)
O (Outcome)
3. Terjemahkan kata kunci PICO dalam bahasa inggris
4. Login web https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4659198/
5. Setelah muncul jurnal, klik free full text di kiri atas, setelah muncul
beberapa jurnal.

B. Judul Penelitian
Effects Of Infant Massage On Jaundiced Neonates Undergoing
Phototherapy.

C. Penulis Jurnal/Penelitian
Chien-Heng Lin, Hsiu-Chuan Yang, Chien-Sheng Cheng, Chin-En
Yen.

D. Latar Belakang Penelitian


Pijat bayi, di mana bayi dipijat setelah lahir adalah tradisi yang
umum di India dan banyak negara lainnya. Beberapa penelitian telah
melaporkan bahwa pijat bayi dapat memperbaiki pertambahan berat badan,
pola tidur, pertumbuhan dan perkembangan, dan fungsi sistem saraf
otonom, dan hal itu juga dapat mengurangi tingkat kematian kolik dan
bayi. Selain itu, terapi pijat dapat membantu mengurangi tekanan bayi dan
dapat meningkatkan ikatan emosional positif antara orang tua dan bayi.
Ikterus mengacu pada pewarnaan kuning pada kulit dan sklera yang
disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin serum. Hiperbilirubinemia
yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Penyakit
kuning mempengaruhi 60% neonatus yang sehat dan bertanggung jawab
atas 75% hospitalisasi dalam minggu pertama setelah kelahiran. Sebagian
besar kasus ikterus neonatal disebabkan oleh hiperbilirubinemia yang tidak
terkonjugasi, yang terjadi karena kelebihan Bilirubin dalam hati dan hati
neonatal yang tidak dapat membersihkan bilirubin dengan cukup cepat
dalam darah. Jenis penyakit kuning ini, atau yang dikenal sebagai ikterus
fisiologis, biasanya tidak berbahaya; Meskipun harus dipantau, tidak
mungkin memerlukan pengobatan. Namun, beberapa neonatus menderita
ikterus fisiologis berlebihan atau ikterus patologis. Kasus-kasus ini harus
ditangani dengan fototerapi atau mereka bahkan memerlukan pertukaran
pertukaran untuk mengurangi risiko ensefalopati bilirubin akut atau kern
ikterus.
Pada saat lahir semua manusia memiliki reseptor yang berada
di permukaan kulit, dapat menyebabkan fisiologi eksitasi pada saat
menerima kontak personal dari manusia lainnya diteruskan ke otak
melalui jalur saraf. Keadaan ini dapat terjadi pada saat bayi prematur
menerima stimulasi. Fisiologi dasar dari pijat bayi ada tiga, yaitu
pengeluaran beta endorphin, peningkatan aktifitas nervus vagus dan
peningkatan produksi serotonin. Umumnya bayi yang mendapat pijatan
secara teratur akan lebih rileks dan tenang dengan sirkulasi darah dan
oksigen yang lancar otomatis membuat imunitas tubuh bayi lebih baik.
Pijat juga mempengaruhi emosional karena aktifitas pijat akan menjalin
bonding antara anak dan orang tua. Unsur utama pijat bayi adalah
(touch), bukan tekanan (pressure).
Pemijatan akan meningkatkan tonus vagal sehingga merangsang
saraf vagus. Suplai saraf parasimpatis diantarkan ke abdomen melalui
saraf vagus. Saraf vagus adalah saraf kepala ke sepuluh yang mengatur
fungsi organ tubuh termasuk di bagian dada dan perut. Rangsangan pada
saraf vagus (saraf parasimpatis akan merangsang sel enterochromaffin
dalam saluran gastrointestinal untuk mengeluarkan hormon serotonin
(Guyton, 2007). Selain itu sistem neurotransmiter serotonin juga
meningkatkan kapasitas sel reseptor untuk mengikat glukokortikoid
(adrenalin suatu hormon stres) sehingga menyebabkan penurunan kadar
hormon adrenalin (cortisol hormone) sehingga menimbulkan perasaan
rileks (Roesli, 2009; Yahya, 2011). Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa pemijatan bayi dapat mengurangi tingkat bilirubin neonatus yang
menderita hiperbilirubinemia dan memperbaiki ikterus neonatal
Fenomena yang terjadi di ruang Anna RS Brayat Minulya bila ada
bayi yang hiperbilirubin terapi yang diberikan adalah dengan fototerapi.
Untuk terapi pijat belum pernah dilakukan pada bayi yang mengalami
hiperbilirubin. Berdasarkan fenomena tersebut di atas maka kelompok
tertarik ingin menelaah jurnal dengan judul Effects Of Infant Massage On
Jaundiced Neonates Undergoing Phototherapy.

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana pemijatan
bayi mempengaruhi neonatus yang menerima fototerapi karena penyakit
kuning.

F. Metode Yang Digunakan


1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
dengan metode non blinded simple randomization
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah neonatus normal (sejak lahir
sampai usia 5 hari) yang menerima fototerapi akibat jaundice
(kadar bilirubin melebihi 15m/dL), sesuai dengan rekomendasi
The Society of Neonatology dan praktik kedokteran standar di
Taiwan. Bayi yang diikutkan adalah yang terdaftar antara Agustus
2011 sampai Juli 2012 di rumah sakit pendidikan regional di kota
Taichung, yang berlokasi di tengah Taiwan.
3. Sampel
Ukuran sampel minimum setiap kelompok adalah 17 subjek.
Dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok pijat.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini :
a. Neonatus sehat dan cukup bulan (usia kehamilan 37—41
minggu)
b. Berat lahir 2500-3600 gram
c. APGAR skor saat lahir 8-10.
d. Mendapatkan fototerapi akibat hiperbilirubinemia
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini :
a. Bayi dengan inkompatibilitas rhesus dan golongan darah
ABO
b. Bayi dengan Perdarahan subgaleal
c. Bayi dengan Anomali kongenital
d. Bayi dengan Infeksi
e. Bayi dengan defisiensi glukosa-6-fosfat-dehidrogenase
f. Bayi dengan obstruksi gastrointestinal
g. Bayi dengan atresia empedu.
4. Fototerapi
Secara umum, bayi sehat dan cukup bulan dapat keluar dari rumah
sakit setelah usia 3 hari. Jika ditemukan jaundice neonatal dan
tersedia fototerapi di ruang rawat, maka mereka akan diberikan
fototerapi di sana. Namun, jika tidak terdapat fototerapi di ruang
rawat, bayi dengan jaundice akan dikeluarkan dari rumah sakit dan
dirujuk ke rumah sakit yang lebih maju. Fototerapi diberikan
melalui lampu halogen (YONDON, YD-P-222; Taiwan) dengan
jarak 45—60 cm dari neonatus. Pakaian bayi diusahakan
seminimal mungkin agar kulit bayi dapat terkena cahaya terapi.
Mata neonatus dan genitalia ditutup untuk mencegah kerusakan.
Jika kadar bilirubin telah menjadi kurang dari 10 mg/dL, maka
fototerapi dihentikan.
5. Pengumpulan Data

Data demografi seluruh neonatus dikumpulkan, meliputi usia,


jenis kelamin, usia kehamilan, dan berat lahir. Selama periode
penelitian, juga dit dicatat data klinis berikut: (1) jumlah asupan
makanan, (2) berat badan, (3) frekuensi defekasi, dan (4) kadar
mikrobilirubin.
Jumlah asupan makanan, berat lahir, dan frekuensi defekasi dicatat
mulai hari pertama rawat inap sampai hari ke tiga, sesuai dengan
catatan ibu dan catatan perawat. Bilirubin diukur menggunakan
alat uji mikro, yang cepat, terpercaya, sederhana, nilai bilirubin
total dan direk yang akurat. Uji ini hanya memerlukan sedikit
sampel darah dari kaki neonatus untuk dianalisis.

6. Prosedur Pijat

Seluruh neonatus peserta penelitian dalam kelompok intervensi


mendapatkan terapi pijat dari ahli terapis. Neonatus dari kelompok
kontrol tidak mendapatkan terapi pijat. Setiap sesi pijat dimulai
saat hari pertama fototerapi, selama 15—20 menit per sesi, dan
dilakukan dua kali sehari (diantara pemberian ASI) selama 3 hari
berturut-turut. Fototerapi dihentikan selama 15—20 menit selama
neonatus mendapatkan terapi pijat. Teknik pijat dilakukan sesuai
dengan panduan Interntional Association of Infant Massage
(IAIM)
G. Hasil Penelitian
1 Karakteristik peserta
Pada awal penelitian terdapat 60 neonatus dengan jaundice.
Namun, satu neonatus dieksklusi karena kadar bilirubinnya
mencapai 22 mg/dL pada hari kedua, sehingga neonatus tersebut
dirujuk ke pusat kesehatan lain untuk tatalaksana selanjutnya. Tiga
neonatus yang lain dieksklusi karena hari rawat di rumah sakit
kurang dari 3 hari, dan keluar atas permintaan sendiri (tidak sesuai
indikasi medis). Oleh karena itu, pada akhirnya hanya sejumlah 56
neonatus yang ikut dalam penelitian dan secara acak dibagi
menjadi kelompok kontrol (29 neonatus; 16 laki-laki dan 13
perempuan) dan kelompok pijat (27 neonatus; 11 laki-laki dan 16
perempuan). Berdasarkan karakteristik neonatus peserta penelitian,
tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua kelompok dalam
hal tipe makan, usia gestasi saat lahir, berat lahir, berat badan saat
awal masuk rumah sakit, durasi fototerapi, dan berat badan yang
hilang.
2 Jumalah asupan makanan
Pada seluruh peserta, asupan makanan meningkat selama dirawat.
Pada kedua kelompok, asupan makanan secara signifikan lebih
tinggi pada hari rawat kedua dan ketiga daripada hari pertama
(p<0,001). Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara
kedua kelompok selama dirawat
3. Berat Badan
Berat badan seluruh neonatus meningkat selama dirawat, dengan
berat badan lebih tinggi secara signifikan pada hari ketiga
dibandingkan hari pertama rawatan (p=0,03). Namun, tidak
terdapat perbedaan signifikan pada kedua kelompok ini
4. Frekuensi defekasi
Frekuensi defekasi seluruh neonatus secara signifikan meningkat
selama masa perawatan (p<0,001). Walaupun frekuensi defekasi
tidak berbeda signifikan antara kelompok kontrol dengan pijat pada
hari rawatan pertama dan kedua, namun pada hari rawatan ketiga,
frekuensi defekasi kelompok pijat tampak lebih tinggi (p=0,004).
5. Kadar Mikrobilirubin
Kadar mikrobilirubin seluruh neonatus menurun secara signifikan
selama masa perawatan (p<0,001). Karena infus intravena dapat
meningkatkan ekskresi bilirubin sehingga akhirnya akan
menurunkan kadar bilirubin serum, maka peneliti mengeksklusi
neonatus yang mendapatkan infus intravena saat membandingkan
nilai kadar mikrobilirubin antara kelompok pijat dengan kelompok
kontrol. Tidak terdapat perbedaan signifikan kadar mikrobilirubin
antara kelompok kontrol dengan pijat selama hari rawat pertama
dan kedua. Namun, pada hari rawat ketiga, kadar mikrobilirubin
lebih rendah secara signifikan pada kelompok pijat dibandingkan
kelompok kontrol (p=0,03

H. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada hari ketiga intervensi, frekuensi
defekasi neonatus yang menerima fototerapi akibat jaundice lebih tinggi
secara signifikan pada kelompok penerima terapi pijat, dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang tidak menerima terapi pijat. Selanjutnya,
kadar mikrobilirubon lebih rendah secara signifikan pada kelompok pijat
di hari ketiga, tetapi hal ini hanya dievalusi pada neonatus yang tidak
menerima hidrasi intravena. Terapi pijat aman dan ekonomis dan tidak
memiliki efek merugikan yang dapat meningkatkan ikatan dan interaksi
antara ibu dan bayi
I. Kekurangan Jurnal
Kekurangan dalam jurnal penelitian ini adalah jumlah partisipan
neonatus yang terlihat sedikit dan durasi waktu untuk terapi terbilang
sebentar yaitu hanya selama 3 hari, dan minimnya waktu penelitian ini
mungkin akan mempengaruhi uji reliabilitas statistik atau korelasi penting
lainnya. Jurnal penelitian tentang terapi pijat ini seharusnya bisa dilakukan
dalam periode waktu yang lebih lama. Selanjutnya penelitian ini belum
menjelaskan apakah neonatus menerima tindak lanjut terapi secara terus-
menerus, seperti kunjungan ke rumah oleh petugas kesehatan yang
berkompeten, untuk memastikan bahwa terapi pijat mencapai efek yang
diinginkan.

J. Kelebihan Jurnal
Kelebihan yang terdapat pada jurnal ini adalah topik penelitian yang
menarik yaitu tentang pengaruh terapi pijat dalam menurunkan kadar
bilirubin pada bayi yang mendapatkan terapi fototerapi. Pada jurnal ini
sudah cukup baik dalam memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan
dan mengevaluasi penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan. Isi topik
penelitian dalam jurnal ini tidak tergolong rumit sehingga mudah dipahami
oleh orang yang akan membaca penelitian ini.

K. Implikasi Dalam Keperawatan


Terapi pijat adalah terapi yang aman dan ekonomis dan yang
terpenting adalah dapat mendorong ikatan dan interaksi antara ibu dan
bayi. Terapi pijat ini tergolong mudah untuk dilakukan dan dipraktikkan
oleh siapapun, dan perawat juga dapat mengaplikasikannya serta
mengajarkan kepada ibu sehingga ibu dapat melakukannya secara mandiri
di rumah. Namun perlu diingat dalam melakukannya perawat harus
didampingi oleh orang yang sudah memiliki pelatihan khusus serta
mendapat pengawasan khusus agar terapi pijat yang dilakukan dapat
optimal dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan adanya metode
terapi pijat ini diharapkan perawat maupun bidan dapat menambah ilmu
serta skill tentang manfaat pijat bayi untuk menurunkan kadar bilirubin
pada bayi yang mendapatkan fototerapi. Adapun standar operasional
prosedur pemijatan bayi sesuai dengan standar IAIM adalah sebagai
berikut :

1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan


2. Hangatkan tangan ibu/perawat.
3. Kuku dan perhiasan jangan sampai menggores kulit bayi.
4. Ruangan hangat dan tidak pengap.
5. Bayi tidak sedang lapar atau setelah makan
6. Baringkan bayi diatas permukaan rata dan lembut dan tanggalkan
pakaian.
7. Gosok tangan ibu/perawat dengan baby oil atau baby lotion.
8. Lakukan pemijatan dengan lembut dan bertahap
a. Wajah
1) Tekan jari-jari ibu/perawat pada tengah kening bayi, turunkan
ke pelipis dan pipi.
2) Gunakan kedua ibu jari untuk memijat daerah atas alis.
3) Dengan tekanan lembut, tarik garis dengan ibu jari dari
hidung bayi kearah pipi.
4) Gunakan kedua ibu jari untuk memijat sekitar mulutnya, tarik
sehingga ia tersenyum.
5) Pijat lembut rahang bawah bayi, dari tengah ke samping
seolah membuat bayi tersenyum, dan pijat daerah belakang
telinga.

b. Dada
1) Letakkan kedua tangan ibu/perawat di tengah dada bayi,
gerakan ke atas lalu ke sisi dan kembali ke tengah tanpa
mengangkat tangan seperti membentuk hati.
2) Dari tengah dada bayi, pijat menyilang dengan telapak tangan
kea rah bahu maju mundur.
c. Tangan
1) Peganglah lengan bayi dengan kedua telapak tangan seperti
memegang pemukul soft ball. Dengan gerakan memerah,
pijat tangan bayi dari bahu kepergelangannya dengan grakan
perlahan india.
2) Lakukan gerakan sebaliknya, memerah tangan dari arah
pergelangan tangan ke pangkal lengan bayi dengan gerakan
perlahan swedia.
3) Tarik lembut jari-jari bayi dengan gerakkan memutar.
4) Dengan kedua ibu jari secara bergantian, pijat seluruh
permukaan telapak tangan dan punggung tangan.
5) Gunakan kedua telapak tangan untuk membuat gerakkan
seperti menggulung.
d. Perut
1) Ingat jangan memijat diatas tulang rusuk atau diatas ulu hati.
2) Lakukan gerakan memijat diata perut seperti mengayuh
sepeda, dari atas kearah bawah perut.

3) Angkat kedua kaki bayi dan leatkkan lututnya perlahan-lahan


kearah perut.
4) Buat gerakkan melingkar dengan kedua tangan secara
bergantian. Searah jarum jam dimulai dari sebelah kanan
ibu/perawat
5) Gerakkan “I love u”. Pemijatan “I love u” terdiri dari 3
gerakkan.
a) “I” pijatlah sisi kiri perut bayi kearah bawah perut
dengan menggunakan jari-jari tengah kanan ibu
membentuk huruf “I”.
b) “Love” membentuk huruf “L” terbalik pijatlah dari
sebelah kanan kesebelah kiri perut bayi kemudian dari
atas ke bawah perut.
c) “U” gerakkan memijat membentuk huruf “U” terbalik.
Pijat dari kanan bawah keatas kemudian ke kiri,
kebawah dan berakhir diperut kiri bawah.
6) Rasakan gelembung angina dengan jemari anda dorong
searah jarum jam untuk mengakhiri pijatan.
e. Kaki
Ikuti cara yang sama seperti teknik memijat tangan.
f. Punggung
1) Tengkurapkan bayi diatas bantalan lembut atau paha ibu.
2) Pijat dengan gerakkan maju mundur, menggunakan kedua
telapak tangan di sepanjang punggungnya.
3) Luncurkan salah satu telapak tangan ibu dari leher sampai
kepantat bayi dengan sedikit tekanan.
4) Dengan jari-jari ibu, buatlah gerakkan melingkar terutama
pada otot disebelah tulang punggung.
5) Buat pijatan memanjang dengan telapak tangan dari leher
ke kaki untuk mengakhiri pijatan.

Anda mungkin juga menyukai