Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti juga makanan, kasih sayang dan
perawatan. Bermain memberikan kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata.
Bermain juga merupakan unsur-unsur yang penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental dan sosial serta intelektual maupun kreativitas. Oleh karena itu
bermain juga merupakan merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak. Anak
mendapat cukup kesempatan akan menjadi anak yang dewasa yang cerdas, mudah
berkawan, dibanding dengan anak yang lain yang tidak mendapatkan. Stimulasi harus
sesuai dengan umur anak. Pada bayi, harus sesuai dengan tahap perkembangan
kognitif yang berada pada sensori motorik. Pemberian stimulasi visual dengan
menggantungkan mainan berwarna-warni di tempat tidurnya, bayi akan gembira,
tertawa-tawa dan akan menggerak-gerakkan tubuhnya.
Bayi umur 5-6 bulan sudah mulai mampu kontak sosial aktif. Pada umur 2
tahun, ia mulai dapat bermain bersama-sama yang lebih lama. Anak yang berumur 6
tahun jika bermain dengan anak yang lebih kecil, maka kelompok tersebut akan di
pimpin oleh anak yang lebih besar (Ngastiyah, 20011). Pada anak usia sekolah
biasanya ada anak yang berbakat memimpin sehingga akan terdapat kelompok-
kelompok yang dipimpin oleh anak sebaya.
Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan berarti membuat
anak menjadi sibuk sementara orang tuannya mengerjakan pekerjaannya sediri. Tetapi
anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya sendiri, minatnya, cara
menyelesaikan tugas dalam bermain dan lain-lain.
Semua anak terkadang tidak dapat melalui masa kanak-kanaknya dengan
mulus, ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan
kesehatan sehingga anak harus dirawat dirumah sakit atau menjalani hospotalisasi
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stres, baik bagi anak maupun orang tua baik lingkungan fisik rumah sakit seperti
bangunan / ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit
1
maupun lingkungan sosial seperti sesama pasien anak ataupun interaksi dan sikap
petugas kesehatan itu sendiri sehingga perasaan, takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan tidak menyenangkan lainnya sering dialami oleh anak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui manfaat terapi bermain anak dan karakteristik anak serta
menggali kemampuan yang dimiliki anak.
2. Tujuan Khusus
a. Melatih motorik halus dan kasar
b. Mengeksplorasi kemampuan anak
c. Mengalihkan pemikiran tentang hospitalisasi yang sering mengganggunya
d. Melatih kerjasama mata dan tangan
e. Menyalurkan energi anak
f. Mengembangkan aktivitas dan kreatifitas melalu pengalaman bermain
g. Untuk melanjutkan tumbuh kembang anak
C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Manfaat terapi bermain bagi pasien adalah sebagai berikut :
a. Anak dapat meningkatkan ketahanan emosional
b. Anak dapat belajar ketrampilan sosial dari mengamati tingkah laku orang lain
c. Anak dapat menjalin hubungan baik dengan teman sebayanya dan teman yang
lain
d. Dengan permainan dapat memotivasi anak-anak untuk menerima segala
bentuk resiko dan menambah pemahaman mereka dan mendapat kesempatan
untuk menambah pemahaman mereka
e. Permainan pada anak dapat menimbulkan rasa aman
f. Anak dapat aktif bertanya
g. Bermain dengan banyak media dapat membantu peningkatan rasa percaya
dirinya
h. Anak dapat berkomunikasi dengan orang lain
i. Dapat menambah pengalaman anak

2
j. Mengurangi rasa bosan karena kondisi sakit dan menginap dirumah
sakit,melupkan sejenak rasa sedihnya karena kesakitan harus tidur dirumah
sakit.
k. Dapat membangun seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan
tahap perkembangannya
l. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
m. Mengenalkan peraturan dan menambah disiplin anak
n. Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati rasa bermainnya
2. Bagi Perawat
Hasil makalah ini dapat dijadikan bekal bagi perawat yang bekerja di
lingkungan rumah sakit serta diharapkan para perawat akan lebih mengerti
karakteristik bermain bagi anak umur 1-5 tahun, manfaat terapi bermain, fungsi
terapi serta dapat mengetahui alat permainan yang edukatif bagi anak. Dan bisa
diterapkan pada kehidupan pribadi maupun ketika dirumah sakit.
3. Bagi Institusi
Dengan membaca makalah ini, diharapkan institusi akan lebih mengetahui alat
permainan yang edukatif, dan bagaimana karakteristik anak serta cara
memperlakukannya. Diharapkan institusi menyediakan alat permainan yang
lengkap di laboratorium jika suatu saat mahasiswa membutuhkannya.

3
BAB II
MATERI TERAPI BERMAIN

A. Konsep Bermain
Bermain adalah permainan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial, bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain
anak akan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.

B. Fungsi Bermain Bagi Anak-Anak


Dari beberapa penelitian ilmiah, fungsi permainan bagi anak adalah sebagai berikut :
1. Berperilaku lebih baik
Menurut studi tahun 2009 yang dimuat dalam jurnal pediatrik, anak-anak
berperilaku lebih baik dikelas ketika mereka punya waktu lebih banyak untuk
bermain ditaman. Para ilmuan mengukur penilaian para guru terhadap perilaku
kurid berusia 8-9 tahun disekolahan. Perilaku yang dibandingkan adalah antara
anak yang diberi waktu istrirahat dan tidak. Anak-anak yang memiliki waktu
istirahat 15 menit disela pelajaran memiliki perilaku yang lebih baik selama
dikelas. Sayangnya lebih dari 10.000 anak dalam penelitian ini hanya memiliki
waktu jeda kurang dari 15 menit setiap harinya.
2. Bekerja dalam tim
Bermain juga mengajarkan anak berempati. Dengan bermain dalam kelompok
anak akan belajar memperhatikan perasaan orang lain. Aktivitas bermain juga
membuat anak belajar mengatur emosi, ketrampilan yang sangat membantunya
menghadapi masalah di masa depan.
3. Banyak bergerak
Asosiasi penyakit jantung amerika merekomendasikan anak-anak berusia diatas 2
tahun harus melakukan aktivitas fisik yang disukai sedikitnya sejam setiap hari.
Bukti ilmiah juga menunjukkan anak yang aktif akan yumbuh menjadi orang
dewasa yang aktif dan lebih menyukai olahraga.
4. Meningkatkan kemampuan belajar

4
Sebuah riset tahun 2009 yang dipublikasikan dalam jurnal of school health
menemukan semakin baik hasil test aktivitas fisik anak, semakin bagus juga
kemampuan test akademik mereka. Walaupun terkesan main-main namun dari
berbagai permainan yang dilakukannya sebenarnya anak bisa belajar banyak hal,
seperti : matematika dan kemampuan berbahasa.
5. Membuat gembira
Bermain merupakan dunia anak. Kegembiraan dari aktivitas permainan telah
diteliti oleh kelompok peneliti disekolah lingkungan miskin yang anak-anaknya
banyak yang putus sekolah. Mereka mengajarkan anak-anak aneka permainan di
taman bermain. Hasilnya diketahui anak-anak merasa lebih aman dan merdeka
setelah bermain. Seperti halnya orang dewasa butuh waktu jeda untuk melepaskan
tekanan, anak-anak juga seperti itu.

C. Pengaruh Bermain Bagi Perkembangan Anak


Bermian merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat
bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas dan
bodoh. Pendapat ini kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologi
mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa
anak. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak, antara lain :
1. Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak, bermain akan secara langsung
melatih perkembangan tubuh anak dan otot bagi anak sehingga akan
menghindarkan anak dari tegang, gelisah dan mudah tersinggung.
2. Bermain dapat mempengaruhi dan menambah pengetahuan anak
3. Bermain dapat mempengaruhi kreativitas anak, melalui eksperimentasi dalam
bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda
dapat menimbulkan kepuasan. Sehingga mereka dapat mengalihkan minat
kreativitas ke situai diluar bermain.
4. Perkembangan wawasan diri, dengan bermain anak mengetahui tingkat
kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini memungkinkan
mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.
5. Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak, dengan bermain
bersama anak lain, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan
5
bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan
tersebut.
6. Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak, walaupun akan belajar dirumah
dan disekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok,
tidak ada pemaksaan strandar moral paling teguh selain dengan kelompok
bermain.
7. Bermain dapat melatih komunikasi anak, dengan berkomunikasi dengan usia
sebayanya mereka akan dapat mengerti satu sama lain dan belajar mengerti
dengan bahasa yang digunakan.
8. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, anak yang tidak mampu mencapai
peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan
keinginan itu menjadi pemimpin tentara mainan.
9. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan, dari hubungan dengan anggota
kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati,
jujur, sportif dan disukai orang.
D. Alat Permainan Edukatif
APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,
di sesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Perkembangan aspek fisik, adalah kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak terdiri dari motorik kasar dan motorik halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan
didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Perkembangan bahasa, dengan melatih berbicara dengan menggunakan kalimat
yang benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,
tape, tivi, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk,
warna, dll. Contoh permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khusunya dalam hubungannya dengan interaksi
antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat
permainan yang dapat dipakai bersama, misal : kotak pasir, tali, bola, dll.

6
Syarat APE :
1. Aman.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun, mainan tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak
boleh mengandung racun, tidak ada bagian – bagian yang tajam dan tidak mudah
pecah. Karena pada anak seumuran tersebut akan mengenali benda / mainan
dengan memegang, mengkengkeram, atau memasukkan ke dalam mulutnya.
2. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan anak
Jika ukurannya terlalu berat / besar akan sukar dijangkau anak. Jika terlau kecil
akan mudah tertelan. Bila mainan tersebut terlalu berat, anak akan susah
memindahkannya dan jika menjatuhinya dapat menimbulkan bahaya.
3. Desain harus jelas
APE harus mempunyai ukuran, susunan, dan warna tertentu serta jelas maksunya.
4. APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan aspek perkembangan anak
seperti motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi.
5. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi tetapi jangan terlalu sulit sehingga
anak frustasi; atau terlalu mudah sehingga anak bosan.
6. Walaupun sederhana namun harus menarik warna dan bentuknya. Jika bersuara,
suaranya jelas.
7. APE harus tidak mudah rusak
Jika ada bagian yang rusak, segeralah diganti. Pemeliharaannya mudah, harganya
terjangkau bagi anak kebanyakan, bahannya sederhana sehingga mudah didapat.

E. Karakteristik Bermain Sesuai Umur


Anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai
lompatan perkembangan, karena inilah maka usia dini dikatakan sebagai golden age
(usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya.

7
Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan
diuraikan sebagai berikut :
1. Usia 0-1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling
cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar
dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat
dijelaskan antara lain :
a. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk,
berdiri dan berjalan.
b. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau
mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan
memasukkan setiap benda ke mulutnya.
c. Mempelajari komunikasi sosial, bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan
kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang
dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting
bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.
2. Usia 2-3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa
sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat.
Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara lain :
a. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya. Ia
memiliki kekuatan obserasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa.
Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui
merupaka proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar pada anak usia
tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada
hambatan dari lingkungan.
b. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan
berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya.
Anak teruss belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang
laindan belajar menungkapkan isi hati dan fikiran.
8
c. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. perkembangan emosi anak
didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi
bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
3. Usia 4-6 tahun
Memiliki karakteristik antara lain :
a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai
kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun
besar
b. Perkembangan bahasa juga semakin baik, anak sudah mampu memahami
pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas 0
batas waktu tertentu.
c. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa
ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat
dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
d. Bentuk permainan snak masih bersifat individu, bukan permainan sosial.
Walaupun aktivitas bermain dilakukan anak secara bersama.
4. Usia7-8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usi 7-8 tahun adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi
kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu brpikir bagian per bagian.
Artinya anak sudah mampu berfikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
b. Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orang
tuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain
diluar rumah bergaul dengan teman sebaya.
c. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan
banyak orang dengan saling beinteraksi.
d. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian
dari kepribadian anak, walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan.
Namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.

9
F. Jenis Bermain
1. Usia 0-12 bulan
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13-24 bulan
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret,
krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25-36 bulan
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
4. Usia 32-72 bulan
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
5. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat olah raga.
b. Alat masak
10
c. Alat menghitung
d. Sepeda roda tiga
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Boneka tangan.
g. Mobil.
h. Kapal terbang.
i. Kapal laut dsb
6. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
a. Pada anak laki-laki : mekanik.
b. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
c. Permainan lempar bola warna warni ke keranjang
7. Usia Praremaja (Yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni,
mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
8. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.

11
BAB III
KEGIATAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
No. Terapis Waktu Subjek Terapi
1 Persiapan : 5 menit Ruangan, alat, anak dan
a. Menyiapkan ruangan keluarga
b. Menyiapkan alat-alat
2 Proses : 20 menit a. Menjawab salam
a. Membuka proses b. Memperkenalkan diri
terapi bermain dengan dan memperhatikan
mengucapkan salam c. Bermain bersama
dan memperkenalkan dengan antusias dan
diri mengungkapkan
b. Menjelaskan pada perasaannya
anak / keluarga
tentang tujuan dan
manfaat bermain
c. Menjelaskan cara
permainan
d. Memberi kesempatan
anak untuk
memperkenalkan diri
e. Mengajak anak
bermain
f. Mengevaluasi respon
anak
3 Penutup 5 menit a. Memperhatikan
a. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
b. Mengucapkan terima
kasih
c. Dokumentasi

12
B. Jenis Permainan

Bermain lempar bola warna-warni

C. MEDIA

- Bola warna-warni

- Keranjang basket

D. METODE
Metode terapi bermain yang digunakan adalah individu, dimana sejumlah anak
usia sekolah di kumpulkan dalam satu permainan bola. Namun di dalam
permainan ini seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk
perlombaan. Permainan ini melatih konsentrasi anak, dan kecekatan anak didalam
memilih warna bola yang dimasukkan ke keranjang basket. Tujuannya: seorang
anak dapat berperan individu dalam sebuah permainan dan beradaptasi dengan
sterss yang dialami dan lingkungan. Selain itu diharapkan pada anak dapat
mengasah daya kreatifitas kesabaran antara sesama melalui permainan bola.

E. PESERTA

Anak pra sekolah (4-5 tahun) yang dirawat diruang Theresia RSBM Surakarta

No. Nama Umur Dx. medis Vital sign KU

1. An. V 5 tahun Thypoid TD : 90/50 K/U baik

S : 36,5 ºC

N : 98 x/mnt

RR : 22 x/mnt

2. An. F 4 tahun Febris TD : 100/60 K/U baik

S : 36,8 ºC

N : 100 x/mnt

RR : 20 x/mnt

13
F. Setting Tempat

MEJA

Keterangan:

= Pasien = Observer

= Leader = Fasilitator

= Co Leader

G. Waktu pelaksana
a. Hari dan Tanggal : Rabu 26 Juli 2017
b. Waktu : Pukul 11.00 – 11.30 WIB
c. Tempat :Ruang Bermain di Ruang Theresia Rumah Sakit Brayat
Minulya Surakarta

14
H. Pengorganisasian
NO. NAMA PERAN TUGAS
1. Maria Christina Leader a. Katalisator, yaitu mempermudah
Bupu komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan
suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya.
b. Auxilery Ego, sebagai penopang
bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi.
c. Koordinator, yaitu mengarahkan
proses kegiatan ke arah pencapaian
tujuan dengan cara memberi
motivasi kepada anggota untuk
terlibat dalam kegiatan.
2. Maria Gregoriana Co Leader a. Menjelaskan pelaksanaan dan
Bate Bale mendemonstrasikan aturan dan cara
bermain dalam terapi bermain.

b. Bertanggung jawab terhadap


terlaksananya terapi bermain, yaitu
membuka dan menutup kegiatan ini.

2. Katarina Astiana Observer a. Mengidentifikasi isu penting dalam


Siena proses
b. Mengidentifikasi strategi yang
digunakan Leader
c. Evaluasi selama terapi bermain
berlangsung
3. Ragil Prasojo dan Fasilitator a. Membagian alat dan bahan yang
Supiana akan dikerjakan oleh peserta
b. Mempertahankan kehadiran peserta
c. Mempertahankan dan meningkatkan
motivasi peserta

15
d. Mencegah gangguan atau hambatan
terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok

G. Evaluasi
Terapi bermain telah dilaksanakan pada hari Rabu 26 Juli 2017 pukul 11.00-
11.30 WIB diruang bermain bangsal Theresia Rumah Sakit Brayat Minulya
Surakarta. Terapi bermain ini diikuti oleh 2 peserta yaitu :

No. Nama Umur Dx. medis Vital sign KU

1.

2.

Terapi bermain diselesaikan pada pukul 11.30 WIB dengan permainan lempar bola
warna-warni, oleh beberapa pasien yang mengikuti terapi bermain. Semua pasien
yang mengikuti terapi bermain tampak antusias dalam memainkan permainan lempar
bola dari awal sampai selesai. Semua pasien yang mengikuti terapi bermain sportif
sesuai dengan peraturan bermain, orang tua pasien juga turut mendukung anak-
anaknya dalam mengikuti terapi bermain. Terapi bermain dapat berjalan sesuai
dengan kontrak waktu yang telah ditetapkan. Tidak hanya pasien yang dikontrak saja
mengikuti terapi bermain melainkan pasien-pasien yang lain juga turut mengikuti
terapi bermain, tetapi tidak diikutsertakan dalam permainan lempar bola warna warni.
Dalam program terapi bermain ini dapat mengurangi rasa takut pasien terhadap
perawat, yang dimana pada awalnya pasien merasa takut sehingga kesulitan untuk
mengajak yang telah dikontrak sebelumnya, anak-anak dizaman yang lebih moderen
ini tidak mengetahui permainan tersebut hanya mengetahui game online dan
permainan-permainan yang lebih canggih yang bisa dimainkan lewat gad

16
17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain adalah permainan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial,
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak
akan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dalam proses bermain harus menggunakan APE, APE adalah alat permainan yang
dapat mengoptimalkan perkembangan anak, di sesuaikan dengan usia dan tingkat
perkembangannya. Karakteristik bermain anak disesuaikan dengan umurnya,
bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak, bermain akan secara langsung
melatih perkembangan tubuh anak dan otot bagi anak sehingga akan menghindarkan
anak dari tegang, gelisah dan mudah tersinggung serta dapat mempengaruhi dan
menambah pengetahuan anak.
Secara umum pelaksanaan kegiatan terapi bermain berjalan lancar meskipun
terdapat sedikit hambatan karena pasien yang sebelumnya dikontrak waktu
mendadak APS. Pasien yang mengikuti terapi bermain dapat mengeksplorasi
kemampuannya dengan bermain bersama orang lain. Terlihat sekali pada saat
selama terapi bermain berlangsung, pasien yang mengikuti terapi bermain tidak
mengetahui apa permainan lempar bola warna-warni tersebut, tetapi setelah
dijelaskan cara bermain dan aturan permainan tersebut, akhirnya pasien yang
mengikuti terapi bermain menyukai permainan tersebut. Dimana bisa kita simpulkan
anak-anak dizaman yang lebih modern ini tidak mengetahui permainan tersebut
hanya mengetahui game online dan permainan-permainan yang lebih canggih yang
bisa dimainkan leawat handphone.

B. Saran
Pembuatan laporan pelaksanaan terapi bermain ini, masih banyak kekurangan.
Saran bagi pembaca umumnya, jika ingin melaksanakan terapi bermain perlu
persiapan preplaning secara matang dan persiapan pasien. Permainan harus sesuai
dengan umur dan karakteristik pasien. Jika tidak, maka pasien akan menjadi bosan
dan terapi bermain akan terhenti sebelum waktunya. Semoga laporan ini dapat

18
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. 2007. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika


Hirai, M. 2008. Origami Untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Kawan Pustaka
Ngastiyah. 2011. Perawatan Anak Sakit, E/2. Jakarta: EGC
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai