Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AGRIL PRATAMA MOHUNE

NIM : 841416028

KELAS : KEPERAWATAN C

PENGALAMAN MENCARI RUPIAH DEMI RUPIAH

Pada hari minggu, tanggal 11 November 2018, adalah salah satu pengalaman yang tak terlupakan
untuk saya. Pukul 6.00 pagi kami dikumpulkan di sebuah lapangan untuk memenuhi tugas
Kewirausahaan. Tanpa uang, tanpa modal, tanpa jam, kami dilepas dengan harapan pulang dengan
membawa rupiah dari hasil kerja keras yang halal kami. Hanya bermodalkan berani dan almamater
yang menggantung di badan kami. .Pagi itu kami ditugaskan untuk merasakan bagaimana rasanya
mencari nafkah, mencari rupiah demi rupiah. Merasakan bagaimana mencari nafkah yang dilakukan
oleh orang tua. Pagi itu kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian dilepas entah membantu
berjualan dipasar ataupun turun ke rumah-rumah untuk menawarkan jasa seperti bersih-bersih
rumah.

Setelah dibagi kelompok, saya bersama anggota kelompok saya yang lainnya, Iin dan Ika dan indah
memulai tugas kita dengan turun ke rumah-rumah warga untuk menawarkan jasa bersih-bersih.
Setelah kami berjalan, mulailah kami di rumah pertama untuk menawarkan jasa kami. Tujuan kami
adalah rumah di pojok perumahan, tetapi bukan merupakan bagian dari perumahan. Disana kami
melihat seorang bapak-bapak yang sedang menyapu halaman rumahnya. Kami datang ke rumahnya
dan menawarkan jasa kami. “permisi pak, kami mahasiswa UNG, kami mendapatkan tugas
Kewirausahaan untuk mencari nafkah dengan cara apa saja yang penting halal. Kerja apa saja, dibayar
berapa saja kami ikhlas pak.” Begitulah yang kami ucapkan. Sontak bapak tersebut langsung
memerikan pekerjaan pada kami sembari menanyakan lebih lanjut tentang maksud dan tujuan kami.
Kami pun mengerjakan semuanya. Tak lama kemudian bapak tersebut memberikan upah kami sebesar
50.000 rupiah. Kami sangat senang. Itu penghasilan pertama kami. Kami pun semakin semangat untuk
melanjutkan untuk ke rumah berikutnya.

Di rumah berikutnya, kami berhenti di rumah berikutnya. Tapi disitu kami di tolak. Beberapa rumah
kami mengalami penolakan. Tapi kami tidak penyerah. Tibalah kami di sebuah rumah yang di
dalamnya ada seorang pemuda. Kami tawarkan maksud dan tujuan kami. Karena dia merasa ibah, dia
pun bersedia untuk kami tawari untuk diukur tekanan darahnya. Dia pun mengupahi kami dengan
uang 10.000 rupiah. Alhamdulillah. Kami melanjutkan lagi ke rumah selanjutnya. Disitu kami menemui
nenek-nenek yang sedang bersiap-siap untuk membuka warung. Kami tawari maksud kami, dan dia
bersedia untuk dibantu. Kami pun di upah dengan uang 40.000 rupiah. Kami pun pamit dan
melanjutkan di rumah selanjutnya. Di beberapa rumah kami mengalami penolakan lagi. Sampai
tibalah kami di rumah yang ternyata seorang kepala camat di daerah tersebut. Dia pun bersedia untuk
kami bantu dan akhirnya dia memberikan upah 50.000 rupiah.

Setelah kami rasa cukup, kami pun sudah benar-benar lelah. Kami memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di lokasi titik berkumpul semula, kami merasa tertantang lagi untuk mengumpulkan
rupiah demi rupiah. Kami melanjutkaan untuk ke pasar. Di pasar suasananya beda sekali. Banyak
teman-teman lain yang juga bersaing untuk mendapatkan uang. Akhirnya kami berpencar. Teman saya
Iin dan Ika, membantu untuk berjualan ikan asap. Sementara teman saya indah entah berpencar
dimana. Sementara saya membantu seorang nenek-nenek untuk berjualan jkunyit dan jahe. Namun
saya hanya diupah dengan terima kasih karena saya merasa ibah dengan nenek tersebut dan saya
mengikhlaskan bantuan saya. Setelah kami rasa cukup kami pun berkumpul dan kedua temancsaya
mendapatkan upah 10.000 rupiah dengan hasil berjualan ikan asap. Sementara teman saya indah
mendapatkan upah 10.000. Total uang kami pun pada hari itu sebesar 170.000 rupiah.

Setelah waktu habis kami pun memutuskan untuk balik ke kampus. Disini kami menemukan tantangan
lagi. Karena kami harus mencari tumpangan tanpa membayar sepeserpun. Disini kami harus
membuang rasa malu kami. Kami berteriak-teriak dijalan agar ada yang memberikan kami
tumpangaan. Akhirnya ada sebuah mobil bak terbuka yang mau memberikan kami tumpangan untuk
ke kampus karena satu arah perjalanan. Kami pun berbondong-bondong bersama kelompok lain untuk
naik mobil tersebut dan pergi ke kampus bersama-sama.

Begitulah. Sedikit cerita dari saya tentang pengalaman saya untuk mencari rupiah demi rupiah. Sulit
memang. Tapi itulah yang dirasakan orang tua kita. Sekalipun kita adalah calon orang tua dan pasti
akan merasakan itu juga. Semoga kita tetap bersyukur akan apa yang didapatkan orang tua dan apa
yang diberikan orang tua pada kita.

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai