Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat ini konsumsi kopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Terutama

untuk kalangan mahasiswa dan perkerja kantoran yang sering mengerjakan tugas

hingga larut malam. Kopi merupakan salah satu minuman yang di golongkan

sebagai psikostimulant yang dapat menyebabkan orang tetap terjaga, untuk

mengurangi kelelahan, dan memberikan efekfisiologis yang berupa peningkatan

energi (Bhara L.A.M., 2005). Kopi mengandung kafein yang diduga mempunyai

efek yang kurang baik bagi kesehatan Menurut Siahan (2008).

Kopi yang lebih banyak di budayakan di Indonesia adalah jenis Robusta

(Yulius Denis, 2018). Kopi robusta (Coffea canephora L.) memiliki kandungan

kafein yang tinggi dan lebih tinggi dibandingkan dengan kopi dari jenis arabika

(Coffea arabica) (Erdiansyah dan Yusianto, 2012). Kafein merupakan golongan

methilxantine yang termasuk dalam jenis alkaloid yang dapat di temukan pada

kopi, teh, dan kakao (Yulius denis, 2018).

Saat ini di Indonesia khususnya di Kota Surakarta, kopi sedang menjadi

topik yang hangat di perbincangkan. Tingkat konsumsi kopi di surakarta juga turut

meningkat seiring bertambahnya kedai-kedai kopi yang mulai bermunculan.

Masing-masing kedai kopi memiliki cirikhas yang menjadi identitas dari kedai

kopi tersebut, Khususnya dari segi rasa yang di hasilkan dari biji kopi yang di

pakai oleh pemilik kedai. Bahkan untuk mendapatkan citarasa terbaik pemilik

1
2

kedai meracik houseblend nya masing-masing untuk mendapatkan ciri khas rasa

yang menjadi identitas kedai kopinya. Campuran kopi yang biasa digunakan

adalah jenis arabika dan robusta, karena perpaduan kedua jenis kopi ini dinilai

dari segi keekonomisan. Arabika dan Robusta yang dipakai digunakan untuk

mendapatkan espresso yang nantinya akan menjadi bahan utama menu kopi di

kedai kopi tersebut. Maraknya menu kopi susu di kalangan masyarakat membuat

konsumsi kopi menjadi semakin meningkat, hal ini memicu peningkatan

konsumsi kafein pula. Menurut SNI 01-7152-2006 batas maksimum kafein adalah

150 mg per hari dan 50 mg per sajian. Peningkatan konsumsi kafein yang

terkandung pada kopi yang diminum masyarakat membuat peneliti tertarik untuk

meneliti kadar kafein pada houseblend yang dipakai di beberapa kedai kopi di

kota surakarta. Apakah kadar kafein yang terdapat pada campuran houseblend

tidak melebihi batas maksimum persajian kopi yang terdapat pada SNI 01-7152-

2006.
3

A. Pembatasan Masalah
Penelitian kali ini berfokus pada pemeriksaan kadar kafein pada

houseblend pada beberapa kedai kopi di Kota Surakarta yang di ekstraksi

dengan pelarut aquadest kemudian dilakukan pemeriksaan dengan

spektrofotometer UV-Vis

B. Rumusan Masalah
Bagaimana kadar kafein yang terdapat pada campuran houseblend

beberapa kedai kopi di Kota Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kafein yang terdapat pada Houseblend yang di

pakai beberapa kedai kopi di Kota Surakarta


2. Tujuan Khusus
Mengetahui jumlah kadar kafein dari masing-masing yang di ambil

dari beberapa kedai kopi di Kota Surakarta

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan

mampu Toksikologi khususnya untuk pengendalian jumlah konsumsi

kafein dengan memperhatikan campuran biji kopi yang akan

dikonsumsi.

2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Memberikan ilmu pengetahuan yang baru dan bermakna bagi

penulis dalam melakukan pemeriksaan kadar kafein pada

houseblend yang dipakai beberapa kedai kopi di Kota Surakarta


b. Bagi Akademik
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan landasan

penelitian selanjutnya khususnya di bidang analisis Toksikologi


dan Kimia Makanan Minuman.
4

c. Bagi masyarakat
Memberikan informasi terutama pada pengusaha minuman kopi

mengenai Kadar kafein per sajian kopi yang terkandung dalam

houseblend yang di pakai oleh beberapa kedai kopi di Kota

Surakarta agar tetap aman dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai