Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Sistem ekskresi pada manusia meliputi organ paru-paru, kulit, hati dan
ginjal. Ginjal merupakan organ tubuh berbentuk seperti kacang yang berjumlah dua dan terletak
di sebelah belakang rongga perut, bagian kanan dan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya
lebih tinggi dari ginjal kanan. Ginjal berfungsi untuk membuang sisa nitrogen dari darah dalam
bentuk urea, mengatur keseimbangan air, mengatur konsentrasi garam dalam darah, mengatur
keseimbangan asam basa darah, membuang kelebihan garam dan membuang substansi asing, obat
dan racun (Irianto 2012).
Urin adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eksresi urin berfungsi membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam
mempertahankan homeostasis tubuh. Urin sangat penting sebagian pembuangan cairan dan sisa
metabolisme tubuh melalui sekresi urin (Corwin 2000). Hormon yang berperan dalam
pembentukan urin adalah hormon insulin. Hormon insulin berfungsi mengatur kadar gula dalam
urin,. Seseorang penderita diabetes disebabkan karena kerja hormon insulinnya terganggu
(Kimball 1996).
Proses pembentukan urine melalui 3 tahapan yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Filtrasi,
yaitu proses penyaringan darah di glomerulus dalam badan Malphigi (korteks). Bahan yang
disaring seperti air, sampah nitrogen (urea), glukosa, dan garam mineral dalam darah. Penyaringan
melalui dinding kapiler dari glomerulus masuk ke kapsul Bowman. Hasil filtrasi adalah urine
primer (filtrat glomerulus) yang masih mengandung air, gula, asam amino, garam, dan urea
(Campbell 2004). Reabsorpsi, yaitu proses penyerapan kembali bahan yang terkandung dalam
urine primer. Urine primer keluar dari kapsul Bowman menuju tubulus melalui jaringan pembuluh
kapiler. Reabsorpsi urin primer terjadi di tubulus proksimal. Bahan yang diserap ada air, gula,
asam amino, garam, ion-ion, zat keratin, dan asam askorbat. Hasil absorpsi adalah urine sekunder
(filtrat tubulus). Sekresi, yaitu proses penambahan ion K+ (kalium), ion H+ (hidrogen), dan
senyawa NH3 (amonia), serta penyerapan air yang terjadi di dalam tubulus distal.
Hasil sekresiadalah urine (air seni sesungguhnya) yang sudah tidak mengandung gula, garam dan
asam (Sloane 2003). Urin setelah melalui tida tahap yaitu filtrasi, absorpsi, dan sekresi. Kemudian
dialirkan melalui pelvis renalis, ureter dan ditampung dalam kantung kemih (vesika urinaria).
Setelah kantung kemih penuh, dindingnya akan bergetar menandakan urine harus segera
dikeluarkan. Urine melalui uretra lalu keluar dari lubang pengeluaran (Irianto 2012).
Komposisi zat-zat dalam urin bervariasi tergantung jenis makanan dan air yang diminum.
Urin normalnya berwarna jernih transparan. Urin berwarna kuning muda merupakan urin berasal
dari zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea,
asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-
garam (terutama garam dapur), zat-zat yang berlebihan di dalam darah misalnya vitamin C, zat-
zat lain hasil pembongkaran protein dan obat-obatan.Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting dalam tubuh, misalnya glukosa, diserap kembali kedalam
tubuh melalui molekul pembawa (Syaifuddin, 2006). Kadar air dan zat padat dalam urin adalah air
96%, zat padat 4% (terdiri atas urea 2% dan hasil metabolisme lainnya 2%) (Irianto 2012).
Karakteristik urin normal yaitu memiliki tampilan yang jernih berwarna sedikit kuning yang
disebabkan oleh urobilinogen, berbau pesing, dan bersifat asam pH<7 (Ganong 2002).
Setiap hari sekitar 1500 liter darah melewati ginjal untuk disaring dan terbentuklah sekitar
150 - 170 liter urin primer. Meskipun demikian hanya 1 - 1,5 liter urin yang dikeluarkan setiap
harinya. Banyak sedikitnya urin seseorang yang dikeluarkan dapat dipengaruhi oleh zat-zat
diuretik seperti kopi dan alkohol yang akan menghambat reabsorsi ion Na+ sehingga reabsorsi
terhambat dan volume air meningkat, urin yang dikeluarkan menjadi lebih banyak. Suhu yang
tinggi akan menurunkan volume air dalam tubuh, aliran darah dalam filtrasi menurun sehingga
mengurangi volume urin (Kimball 1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan urin yaitu jumlah air yang diminum, keadaan
sistem saraf, hormon ADH, banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan
menjadi osmotik, pada penderita diabetes melitus pengeluaran glukosa diikuti kenaikan volume
urin (Thenawijaya 1995). Urin dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan fungsinya secara
homeostatik. Sifat dan susunan urin dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologis, misalnya diet,
berbagai proses dalam tubuh, suhu lingkungan, stress, mental dan fisik (Scanlon dan Sanders
2000).
Campbell, Neil A, et.al. 2004. Biology 5th edition. USA: Addison Wesley.
Corwin, Elisabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta(ID): EGC
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta(ID): EGC.
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi: untuk Mahasiswa. Bandung(ID): Alfabeta.
Kimball JW. 1996. Biologi. Jakarta(ID): Erlangga.
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta(ID): EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat edisi ketiga. Jakarta(ID): EGC
Thenawijaya M. 1995. Uji Biologi. Jakarta(ID): Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai