KELOMPOK 4
Khonsa’ B04150014
Dwi Oktaviyanti B04150020
Panji Andhika Maharta B04150021
Viki Yudis Adisaputra B04150034
Dian Utami B04150035
Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densi tas lebih dari 5 gr/cm3 Hg
mempunyai densitas 13,55 gr/cm3 . Diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan
pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti
oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang
menyusun ”top-20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene,
Polychlorinated B iphenyls (PCBs), Kadnium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene,
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260,
Trichloroethylene, Chromium (hexa valent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin,
Hexachlorobutadiene, Chlordane. Dari 20 B3 tersebut, diantaranya adalah logam berat, antara
lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadnium (Cd), dan Chromium (Cr) (Sudarmaji et
al 2006).
Toksisitas (daya racun) logam berat tergantung pada jenis, kadar, efek si-nergis-
antagonis dan bentuk fisika-kimianya. Logam logam berat yang bbisa menimbulkan
keraacunan biasanya di dapatkan dari bentuk garam-garamnyapdda spesimen yang dimbili dari
manusia, hewan yang diduga keracunan logam.
Identifikasi kimia secara sederhana dapat dilakukan dengan reinsch’test yang
merupakan analisa kualitatif unuk logam-logam seperti Hg, Ag, As, dan Bi. Prinsip dasar tes
ini adalah logam terikat oleh Cu dan menunjukkan adanya endapan pada Cu yang menampilkan
warna warna tertentu yang khas.
Praktikum ini bertujuan menunjukkan adanya ikatan logam berat dan Cu untuk
mengidentifikasi hasil uji dengan warna yang khas
TINJAUAN PUSTAKA
Logam berat merupakan salah satu unsur yang memiliki sifat berbahaya di permukaan
bumi, sehingga kontaminasi dari unsur ini di lingkungan merupakan masalah yang sangat
besar. Persoalan yang ditimbulkan di lingkungan akibat hadirnya pencemaran unsur logam
berat ini adalah akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta
meningkatnya sejumlah kandungan logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah,
udara dan air.
Adanya proses industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap
peningkatan kontaminan ini. Meskipun memiliki konsentrasi yang cukup rendah, efek dari ion
logam berat dapat berpengaruh langsung terhadap rantai makanan. Seperti sumber-sumber
polusi lainnya, unsur logam berat dapat ditransfer dalam jangkauan yang cukup jauh di
lingkungan dan berpotensi menggangu kehidupan biota lingkungan yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap kesehatan manusia walaupun dalam waktu yang cukup lama dan jauh
dari sumber polusi. Jika suatu organisme terpapar dan mengkonsumsi logam berat secara tidak
sengaja, maka efek yang ditimbulkannya dapat bersifat kronis.
Logam-logam yang biasanya menimbulkan keracunan, biasanya bisa didapatkan dalam
bentuk larutan garam-garamnya pada spesimen yang diambil dari hewan atau manusia yang
diduga keracunan logam. Spesimen tersebut dapat berupa sisa makanan, isi saluran pencernaan,
jaringan tubuh, urin, darah dan sebagainya. Identifikasi kimia secara sederhana dapat dilakukan
dengan Reinsch’s test yang merupakan analisa kualitatif untuk logam-logam seperti merkuri
(Hg), perak (Ag), arsen (As) dan bismuth (Bi). Prinsip dasar uji ini adalah terikatnya logam
berat pada tembaga (Cu). Reaksi positif didapatkan bila ada endapan (deposit layer) yang
menempel pada keping tembaga, dengan warna tertentu (Rahminiwati et al 2013).
Merkuri (Hg) dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor,
belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih.
Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik
(logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri.
Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan
aktivitas volkanik (Soemirat 2007).
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai logam,
Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As)
dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Darmono 2006). Arsen (As) tidak rusak oleh
lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan.
Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di
sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum
senyawa organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Bismuth (Bi) dan garamnya dapat menyebabkan kerusakan ginjal (ringan), namun bila
dalam dosis besar dapat berakibat fatal (Leussink et al 2000). Logam ini di dalam dunia industri
dianggap sebagai salah satu logam berat yang kurang beracun. Keracunan yang serius dan
kadang-kadang fatal dapat terjadi dari injeksi dosis besar ke dalam tubuh, maupun dapat
menyebabkan luka bakar (dalam bentuk senyawa bismuth larut) (Slikkerverr & Wolff 1989).
METODOLOGI
Identifikasi logam berat dilakukan dengan Reinsch’s test. Larutan logam yang
diidentifikasi yaitu garam Hg, Ag, Bi, dan As. Larutan garam dicampur dengan HCl encer
kemudian ditambahkan pelat tembaga yang telah direndam HNO3 dan dipanaskan selama 10
menit. Hasil identifikasi logam berat disajikan pada Tabel 1.
SIMPULAN
Reinsch’s test terbukti mengidentifikasi jenis-jenis logam berat yang bereaksi dalam
bentuk garam secara kualitatif. Terjadi perubahan warna yang spesifik pada keping tembaga
yang direndam dengan larutan logam Hg, Ag, Bi, dan As.
DAFTAR PUSTAKA