Euthanasia -> praktik pencabutan nyawa manusia melalui cara yang menimbulkan rasa sakit/ rasa sakit
yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Pasif -> memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien
secara sengaja
Euthanasia secara tidak sukarela -> seseorang yang tidak berhak untuk mengambil
keputusan,misalnya wali
Euthanasia hewan
Agama hindu -> berdasarkan kamma,moksa(kebebasan), ahimsa(anti kekerasan dari siklus reinkarnasi)
Dokter iba hati pada pasien yang sudah tidak tertolong lagi atau memiliki penyakit yang merupakan
karmanya(dari segi hukum karma) -> boleh euthanasia
Seorang dokter karena iba hati, melihat penderitaan pasien dan keluarganya -> euthanasia
Euthanasia -> menurut hukum karma salah-> akan dibayar pada kehidupan selanjutnya
Garuka kamma -> suatu kondisi dimana seorang anak tidak boleh melukai orang tuanya walaupun orang
tuanya sejahat apapun. Seseorang akan mendapat Garuka Kamma apabila memecah belah
Sangha,melukai Sang Buddha
“Jangan karena ingin menjaga reputasi yang baik sebagai dokter yang hebat-> takut melakukan yang
harus dilakukan sebagai seorang dokter, karena kematian itu ialah pasti”
Asal mula euthanasia : muncul dulu orang india-amerika, kemana-mana, dengan menunggang kuda,
suatu ketika kudanya sakit-sakitan , tidak bisa tertolong lagi, ia memilih untuk menembak kudanya
meninggalnya dalam keadaan yang tidak sakit.
Kalau alasan kita adalah belas kasigan (maitri karuna) untuk memperpendek penderitaannya -> dalam
konsep Buddhis masih harus dipikirkan/ diperhatikan tentantg karma. Namun, menurut karma,
euthanasia tetap termasuk killing
Menghadapi euthanasia -> situasi dilematis, perlu diperhatikan aspek budaya, agama, hukum -> orang
ketiga
Misalnya : di rumah sakit Tzu Chi di Taiwan -> bagi pasien yang akan meninggal akan dikumpulkan ke 1
ruangan agar mereka lebih bahagia, tenang dengan mantra-mantra.
Q1 : Di drama DaAi TV, ada anak yang rusak batang otak -> dalam aspek medis sudah meninggal,
bagaimana menurut aspek lain?
A1: Menurut aspek hukum, definisi mati belum pasti, masih bisa dituntut, makanya banyak aspek harus
diperhatikan. Bisa muncul orang ketiga (negara, orang lain)
Dokter ada masalah pada DPR -> masalah UKDI, tapi yang lebih berkuasa adalah anggota dewan/ DPR
Janaka Karma -> karma yang akan menentukan kelahiran dari kuatnya apa yang dipirkan saat dying.
Pernah ada seseorang tentara yang pernah membunuh banyak orang, bertemu dengan seorang wanita
hamil terluka, lalu tentara tersebut mengobati dan bantu proses melahirkan. Hingga suatu ketika ia
pensiun dan keturunan dari orang yang pernah ia bunuh datang mengeroyok dia dan ditolong oleh anak
dari wanita yang pernah ditolongnya, terpikir Janaka Karma yang baik -> lahir di alam yang lebih bahagia.
Menurut Agama Buddha, maka harus dalam kondisi bahagia -> jadi bisa teringat sesuatu yang baik-> jadi
bisa terlahir di alam yang baik.
Q2 : Mengapa setelah 8 jam menurut Buddhis tidak boleh diapa-apakan terlebih dahulu ?
A2 : Menurut tradisi Chinese dan Asia Timur masih ada kontak emosional antara jasad dan emosinya, Di
Buddhis dikatakan kesadaran. Namun, pada orang Muslim, setelah sholat zuhur (jam 12) atau sebelum
matahari terbenam harus dikebumikan -> maka ada beberapa jasad yang ketika dibuka tidak terlentang,
melainkan telungkup.
Q3 : Setelah kematian, harusnya apa yang dilakukan? Dikebumikan/ Dikremasikan atau apa?
A3 : Terserah, anything you wish. Aslinya kremasi lalu dibuang, kalau Chinese setelah kremasi
dimasukkan ke dalam guci. Idealnya Buddhis, setelah kremasi -> dibuang ke laut
Q5 : Sebagai seorang eksekutor yang akan menghadapi hukuman mati seorang. Bagaimana caranya?
A5 : Agama Buddha tidak setuju dengan hukuan mati. Tidak ada hak untuk menghilangkan nyawa orang
lain dengan cara apapun. Sebagai eksekutor, boleh menolak, karena Buddhis tidak boleh. Sebagai
seorang yang bergama Buddha, boleh menolak, karena setiap orang memiliki hak asasi yang dilindungi
oleh Undang-Undang.