Nim : 01031381821085
Mata Kuliah : Komunikasi Bisnis
Laporan Analisis Indeks Harga Konsumen dan Inflasi di Indonesia
Analisis :
Kenaikan harga terjadi setiap saat, di mana saja, tak peduli negara dan
rezim siapa. Pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kenaikan harga juga terjadi. Yang berbeda adalah
persentase kenaikannya dan kecepatan naiknya.
Infasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun 2017 terbilang cukup
tinggi selama 4 tahun terakhir yaitu 3,61%. Inflasi yang cenderung tinggi
volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental yaitu Volatile
Food dan Administered prices. Volatie Food adalah Inflasi yang dominan
dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen,
gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik
maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. Sedangkan
Administered Prices) adalah Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks
(kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif
listrik, tarif angkutan, dll.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) terendah yaitu pada tahun 2016
sebesai 3,02%. Hal ini berarti salah satu penyebabnya taitu menurunnya tingkat
konsumsi masyarakat pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2017.
Terendah kedua yaitu pada tahun 2018 sebesar 3,13%.
Jika tahun 2018 dianalisis secara bulanan maka, Inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK) pada November 2018 tetap terkendali dan mendukung
pencapaian sasaran inflasi 2018 sebesar 3,13%. Inflasi IHK pada November 2018
tercatat 0,27%, tidak banyak berbeda dibandingkan dengan inflasi bulan lalu
sebesar 0,28%. Inflasi yang terkendali dipengaruhi inflasi inti yang lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya serta inflasi volatile food yang
lebih rendah dari pola historis. Sementara itu, inflasi kelompok administered
prices tetap terjaga, meskipun meningkat dibandingkan dengan kondisi bulan
Oktober 2018. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara kumulatif
sampai November 2018 tercatat 2,50% dan secara tahunan mencapai 3,13%.
Inflasi volatile food pada November 2018 lebih rendah dari pola historis,
meskipun meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya. Kelompok
volatile food mengalami inflasi 0,23% pada November 2018, meningkat
dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,17%. Namun demikian, realisasi
inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rerata historis inflasi bulan
November dalam tiga tahun terakhir sebesar 0,86%. Secara tahunan, inflasi
kelompok volatile food tercatat 4,32% , melambat dibandingkan dengan inflasi
bulan sebelumnya sebesar 4,48%. Inflasi volatile food pada bulan November 2018
terutama bersumber dari komoditas bawang merah, beras, telur ayam ras, tomat
sayur, dan wortel. Sementara itu, harga komoditas pangan lainnya seperti cabai
merah, daging ayam ras, melon, pepaya, cabai rawit, dan minyak goreng
menurun.