KECAMATAN SENDURO
Disusun Oleh :
KAMPUS LUMAJANG
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga Makalah yang berjudul “Risiko Bencana Angin Puting Beliung
berdasarkan Kecamatan Senduro” dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah manajemen bencana.
Dalam pembuatan makalah ini saya menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Semoga atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan
mendapat imbalan yang sepatutnya dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu saya
mohon kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya dan saya sampaikan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................6
1.4 Manfaat.............................................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7
2.1 Gambaran Umum Epidemiologi Puting Beliung.........................................................7
2.2 Dampak dari Puting Beliung..........................................................................................9
2.3 Penanggulangan Puting Beliung..................................................................................10
2.5 Upaya Penanggulangan Keadaan Darurat..................................................................15
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................17
3.1 Profil Kecamatan Senduro...........................................................................................17
3.2 Sumber Daya Manusia..................................................................................................19
3.3 Pendidikan Masyarakat.................................................................................................19
3.4 Hasil Analisa..................................................................................................................20
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................21
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................21
4.2 Saran...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN
Ancaman puting beliung atau angin berputar ini hanya melanda daerah yang
bersisian dengan perairan karena daerah tersebut sangat berpotensi setelah terjadi
pemanasan denagn teriknya matahari di daerah tersebut. Pemanasan ini menimbulkan
penguapan yang kemudian menjadi hujan yang biasanya disertai dengan angin kencang
atau puting beliung (Hidayat,2010). Ancaman angin puting beliung desebabkan
beberapa faktor yakni karena suhu panas yang tinggi, low pressure, dan awan
comonimbus. Faktor yang juga sangat berpengaruh puting beliung itu adalah konveksi
tinggi (Johanes Derajat, 2008). Puting Beliung Untuk bencana puting beliung, tingkat
risiko bencana di wilayah kabupaten Lumajang secara umum dikategorikan ke dalam
tingkat sedang. Namun masih terdapat beberapa daerah yang memiliki tingkat risiko
tinggi antara lain di Kecamatan Senduro.
puting beliung serta meminimalisir jatuhnya korban jiwa. ( Sue Nicholson, 2005).
Kebanyakan puting beliung mempunyai kecepatan angin 175 km/jam atau kurang,
dengan lebar 250 kaki (75 meter), dan bergerak beberapa kilometer sebelum lenyap.
Walau bagaimanapun, setengah puting beliung mempunyai angin selaju 480 km/jam,
dengan lebar lebih dari 1,6 km.
Puting beliung ditandai dengan angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari
60 Km per jam, menerjang beberapa kilometer di suatu wilayah kemudian menghilang.
Lamanya angin putting beliung tertiup biasanya antara 5 sampai 10 menit. Angin
putting belung atau badai terjadi akibat terjadinya tekanan udara negative dan ekstrim di
suatu wilayah. Adanyaawan cumulusnimbus(Cb) merupakan gejala atmosferik utama
terjadinya angin putting beliung.
Oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimana angin itu akan berubah
menjadi bencana, sehingga kita bisa mengantisipasi dengan cepat, sehingga bisa
mengurangi resiko bencana. Dalam mengantisipasi bencana angin puting beliung perlu
dilakukan upaya pencegahan (prevention), Penjinaan (Mitigation), Kesiapsiagaan
(Preparadness), Rehabilitasi (Rehabilitation), dan Rekonstruksi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu secara
khusus untuk memenuhi tugas mata kuliah bencana alam yang dibebankan kepada kami
secara umum untuk menambah pengetahuan kita mengenai segala sesuatu tentang angin
puting beliung.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tornado adalah angin kencang yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60-90
km/jam yang berlangsung 5-30 menit akibat adanya perbedaan tekanan yang sangat
besar dalam area skala yang sangat lokal yang terjadi di bawah atau di sekitar awan
cumulunimbus (Cb). Penyebab alam terjadinya angin puting beliung disebabkan karena
udara panas dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting
beliung. Selain itu juga karena didalam awan terjadi arus udara naik keatas yang kuat.
Hujan belum turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang
naik ke atas puncak awan.
8
Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba
pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi
matahari disiang hari tumbuh awan secara vertical, selanjutnya didalam awan tersebut
terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan udara yang tinggi. Arus
udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi
secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
Awan corong yang khas pada puting beliung tampaknya berasal dari awan
Cumulonimbus (Cb) dari badai guntur induk. Awan corong tersebut terbentuk dari
Cownburst yang keluar dari awan Cumulunimbus (Cb), karena perbedaan tekanan
antara pusat arus dengan tepi luarnya. Tekanan di pusat arus jauh lebih rendah
dibandingkan tepi luarnya. Hal ini menyebabkan udara di permukaan tanah akan
mengalir ke dalam pusat arus atau pusaran dan kemudian ke atas. Seketika masuk, udara
tersebut akan masuk ke arah pusat menjadi jenuh akibat pendinginan adiabatis. Bila
proses ini terjadi dibawah titik pengembunan, maka akan menghasilkan awan gelap
berbentuk corong yang bergerak sambil membawa debu dan serpihan. Biasanya awan
corong pada puting beliung membentang kebawah dan mencapai tanah hanya untuk
beberapa menit. Selama waktu itu, angin puting beliung bergerak sejauh 1 atau 2 km.
Angin puting beliung yang berlangsung lama dan bergerak lebih jauh adalah angin
puting beliung yang lebih kuat.
b. Epidemiologi
Hasil data perbandingan bencana alam per jenis kejadian selama periode tahun
1815-2014 (sumber data BNPB) yang terjadi di wilayah Indonesia, angin puting beliung
menempati urutan ke 2 terbesar yaitu 21 % . Data dari BNPB, selama tahun 2013 telah
terjadi kejadian angin puting beliung di wilayah Indonesia sebanyak 503 kejadian,
jumlah meninggal 31 jiwa, luka-luka 171 jiwa, menderita 45.774 jiwa, mengungsi 1.598
jiwa, serta rumah rusak ringan hingga rusak berat sebanyak 26.703 unit.
Angin puting beliung adalah bencana alam yang paling umum terjadi di bulan
Februari 2014 dimana BNPB melaporkan 49 - hampir sepertiga dari peristiwa bencana
di bulan itu. Total 825 terdampak dan/atau mengungsi serta dan hampir 2.000 rumah
rusak. Pada Januari 2014 BNPB melaporkan 48 kejadian angin puting beliung yang
mengakibatkan 35 kematian, lebih dari 1.000 terdampak dan mengungsi, dan 2.674
9
rumah rusak. Pada bulan Maret 2014 dilaporkan 22 peristiwa angin puting beliung
melukai 9 orang dan merusak 989 rumah.
c. Etiologi
Udara panas dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting
beliung. Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba
pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi
matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan tersebut
terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus
udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi
secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
Dalam hal ini dampak dari angin puting beliung sendiri meliputi aspek
bangunan, telekomunikasi, parawisata, pertanian dan bangunan.
a. Bidang Perhubungan
Kecepatan angin sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan. Selain
kecepatan angin, faktor cuaca dan iklim juga berperan dalam bidang perhubungan
terutama untuk transportasi. Selain mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan,
kecepatan angin juga sangta berpengaruh pada transportasi laut.
b. Bidang Telekomunikasi
Selain faktor iklim dan cuaca, kecepatan angin juga berpengaruh pada bidang
telekomunikasi. Kecepatan angin yang merupakan akibat dari proses-proses yang
terjadi di atmosfer atau lapisan udara bisa mempengaruhi lapisan ionosfer yang
mengandung partikel-partikel ionisasi dan bermuatan listrik dimana dengan adanya
lapisan ionosfer ini kita bisa mendengarkan siaran radio/menonton televisi.
c. Bidang Pariwisata
Kecepatan angin, banyaknya cahaya matahari, cuaca cerah, serta udara yang
sejuk/panas/kering sangat mempengaruhi pelaksanaan wisata, baik wisata darat
maupun laut. Dengan cuaca dan iklim yang bersahabat serta kecepatan angin yang
sedang maka pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati
d. Bidang Pertanian
Kecepatan angin yang ideal adalah 19-35 km/jam. Pada keadaan kecepatan
angin yang tidak kencang, serangga penyerbuk bisa lebih aktif membantu terjadinya
persarian bunga. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran
serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap
keberhasilan penangkaran benih.
e. Akibat yang timbul pada bangunan:
1) Bangunan terangkat
2) Bangunan bergeser dari pondasinya
3) Robohnya bangunan
4) Atap terangkat
5) Bangunan rusak
Karena sifatnya yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang sangat
singkat , maka yang dapat dilakukan dalam upaya pengurangan risiko di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Memangkas dahan pohon yang terlalu besar dari pohon yang terlalu rimbun
dan rapuh untuk mengurangi beban.
2) Memperhatikan atap rumah sekitar. Jika ada atap dari rumah yang tidak
permanen, usahakan untuk menhindari melewatinya di kala hujan dan cuaca
berangin karena atap rumah seperti ini mudah terhempas saat angin kencang.
3) Waspada saat keadaan langit cerah namun terdapat awan yang tiba-tiba
gelap. Menghindari daerah di bawah awan gelap.
4) Segera berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa
fenomena tersebut sangat cepat.
5) Mengganti pohon di pinggir jalan yang berakar tunggang dengan pohon yang
berakar serabut.
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mitigasi bencana angin
puting :
1. Membuat sruktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan
terhadap gaya angin
3. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung
dari serangan angin topan.
13
5. Pembuatan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai tempat
penampungan sementara bagi orang maupun barang saat terjadi serangan angin topan.
1. Sebelum bencana:
a. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai puting beliung agar masyarakat memahami dan
mengenal puting beliung, baik definisi, gejala awal, karakteristik, bahaya, dan
mitigasinya
c. Memangkas ranting pohon besar dan menebang pohon yang sudah rapuh serta tidak
membiasakan memarkir kendaraan di bawah pohon besar
d. Jika tidak penting sekali, hindari bepergian apabila langit tampak awan gelap dan
menggantung
2. Saat bencana:
a. Segera berlindung pada bangunan yang kokoh dan aman begitu angin kencang
menerjang
b. Jika memungkinkan segeralah menjauh dari lokasi kejadian karena proses terjadinya
puting beliung berlangsung sangat cepat
14
c. Jika saat terjadi puting beliung kita berada di dalam rumah semi permanen/rumah
kayu, hingga bangunan bergoyang, segeralah keluar rumah untuk mencari perlindungan
di tempat lain karena bisa jadi rumah tersebut akan roboh
d. Hindari berteduh di bawah pohon besar, baliho, papan reklame dan jalur kabel listrik
e. Ancaman puting beliung biasanya berlangsung 5-10 menit, sehingga jangan terburu-
buru keluar dari tempat perlindungan yang aman jika angin kencang belum benar-benar
reda.
3. Setelah Bencana:
d. Melakukan koordinasi bahan bantuan agar terdistribusi tepat sasaran dan sampai
kepada mereka yang benar-benar membutuhkan dan menghindari para oknum yang
memanfaatkan situasi
1. Pencegahan (Prevention)
2. Penjinaan (Mitigation)
3. Kesiapsiagaan (Preparadness)
15
4. Kesigapan/ response
Serangkaian kegiatan yang dialkukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban,harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan,pengurusanpengsungsi, penyelamatandan pemulihan sarana dan prasarana.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Pemulihan semua aspek pelayanan sampai tingkat yang memadai pada wilayah
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pada wilayah bencana.
6. Rekonstruksi (Recontrucsion)
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.2 Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Senduro sebesar 47.747 Jiwa dengan tingkat
pertumbuhan penduduk 1,03 % pertahun, dengan kepadatan penduduk 215 jiwa / km².
3.1.3 Pemerintahan
Kecamatan Senduro terbagi dalam 12 desa, 50 dusun, 115 rukun warga (RW).
Secara struktur pemerintahan desa terdiri dari Kepala desa, Sekretaris, Kaur
Pemerintahan, Kaur Kesra, Kaur Pembangunan, Kaur Keuangan, Kaur Umum, Ketua
Dusun dan Staf Desa. Jumlah penduduk KecamatanSenduro sebesar 47.747 jiwa dengan
tingkat pertumbuhan penduduk 1.03% pertahun, dengan kepadatan penduduk 215
jiwa/km2.
3.1.5 Sosial
Jumlah Prasarana pendidikan SD/Sederajat sebanyak 38 buah, SLTP/sederajat
sebanyak 10 buah dan SMU/Sederajat ada 2 buah. Program strategis lainnya
menyangkut kesehatan. Pelayanan kesehatan yang digunakan di kecamatan yaitu,
Puskesmas, xi Dokter Praktek, Bidan, poskesdes dan lainnya. Untuk meningkatkan
ibadah rohani salah satunya adalah dengan penyediaan sarana ibadah meliputi 51
masjid,53 musholla, 2 gereja dan 6 pure.
3.1.6 Produksi
Sebagian besar di daerah senduro ini menanami ladangnya dengan tanaman
kentang dan bawang prei, karena ini merupakan potensi desa yang berada di daerah
kawasan pegunungan. Hasil pertanian sampai disetorkan ke luardaerah dimana kentang
dan bawang prei ini dikemas lagi untuk dijual di supermarket yang berada di kota-kota
besar di pulau jawa.
a. Ancaman
b. Kerentanan
c. Kemampuan
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut:
1. Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63
km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit.
2. Proses terjadinya puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh nya awan Cb
(Cumulonimbus) yang terdiri dari 3 fase, yaitu: Fase Tumbuh, Fase Dewasa dan Fase
Punah.
3. Penyebab terjadinya angin puting beliung yaitu udara panas dan dingin bertemu,
sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung. Arus udara yang turun dengan
kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan
secara acak.
4. Setiap bencana alam selalu membawa dampak dan menimbulkan kerugian bagi
manyarakat, berupa korban jiwa, dan material. Semakin tinggi intensitas angin maka
akan semakin berat tingkat kerusakan yang ditimbulkan Angin puting beliung.
5. Mitigasi bencana angin puting beliung dapat dilakukan sebelum terjadi bencana, saat
terjadi bencana dan setelah terjadi bencana.
4.2 Saran
Saran yang ingin kami sampaikan pada makalah ini yaitu kita dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh mengenai cara mitigasi bencana alam angin
puting beliung pada masyarakat yaitu sebelum, saat dan setelah terjadi bencana, guna
untuk membantu mengantisipasi dan menanggulangi bencana angin puting beliung
22
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Info Bencana Edisi September 2013, Jakarta,
2013 diakses dari http://www.bnpb.go.id/ tanggal 4 Novmber 2015 pukul 06.30.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4964/Skripsi%20Nivi
%20Oktrifiani.pdf?sequence=1. Diakses pada tanggal 4 November 2015.
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Publikasi/Artikel/MITIGASI_BENCANA_ALA
M_MUSIM_PERALIHAN-PANCAROBA.bmkg. Diakses pada tanggal 4
November 2015
http://eprints.uny.ac.id/9235/2/bab%201-0850613100.pdf. Diakses pada tanggal 4
November 2015
Sudibyakto & Daryono. 2008. Waspadai puting beliung. Dipublikasikan : FAKULTAS
GEOGRAFI & PUSAT STUDI BENCANA (PSBA) UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
[Fahmi 2013] Fahmi Rosdiana, Puting Beliung, Bencana Regional dengan Sebaran
Nasional, Jurnal Mitigasi Bencana, ITB-Bandung, 2013