Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

ANATOMI DALAM SERANGGA


Serangga hidup di dalam tanah, darat, udara maupu di air tawar. Atau sebagai parasit pada
tubuh makhluk hidup lain, akan tetapi mereka jarang yang hidup di air laut. Serangga sering juga
disebut Heksapoda yang berarti mempunyai 6 kaki atau 3 pasang (Dalgleish et al., 2007). Sebagian
besar spesies serangga memiliki manfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies yang telah
berhasil diidentifikasi dan dikenal, 7.000 spesies baru ditemukan hamper setiap tahun. Tingginya
jumlah serangga dikarenkan serangga berhasil dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi dan kemampuan menyelamatan diri
dari musuhnya (Dono, Ismayana, & Prijono, 2010). Bila ditinjau dari sudut evolusi serangga mampu
beradaptasi dengan berbagai habitat (Hasnah, Husnih, & Fardhisa, 2012).
Ciri-ciri umum serangga adalah mempunyai appendage atau alat tambahan yang beruas,
tubuhnya bilateral simetri yang terdiri dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh zat kitin sehingga
merupakan eksoskeleton. Biasanya ruas-ruas tersebut ada bagian yang tidak berkhitin, sehingga
mudah untuk digerakkan. System saraf tangga tali, coelom pada serangga dewasa bentuknya kecil
dan merupakan suatu ronga yang berisi darah (Biologi, 2016).
Serangga merupakan hewan yang jumlahnya paling dominan di bumi, jumlahnya melebihi
hewan melata dimana-mana. Hal ini disebabkan karena mudahnya serangga dalam berkembang
biak dan hidup di tempat tertentu. Serangga hampir memakan seluruh zat organik yang terdapat di
alam. System pencernaan serangga dimulai dari mulut dengan fungsi untuk memasukkan makanan,
kemudian menguraikan nya dengan cara hidrolisa enzimatik, mengabsorbsi hasil penguraian
makanan ke dalam tubuh, kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan bahan-bahan sisa ke luar
tubuh melalui alat saluran be;akang, yaitu anus. saluran pencernaan serangga bentuknya seperti
tabung, yang mungkin lurus atau berkelok, memanjang dari mulut sampai ke anus.
System pencernaan serangga dewasa dibagi menjadi tiga wilayah (dan subdivisi): foregut
(faring, esophagus, tembolok dan proventrikulus), midgut, hindgut (pylorus, ileum, dan rectum)
(Mawuntu, 2015). Meskipun system pencernaan kelompok serangga yang berbeda umumnya sama,
ada spesialisasi morfologis untuk kebiasaan makan yang berbeda (Pratiwi, Utami, Pd, Primandiri, &
Pd, 2017). System pencernaan pada serangga kadang mengikuti dari jenis makanan yang dimakan
oleh serangga tersebut. Saluran makanan dibagian dalamnya dilapisiselapis sel epitel, berkedudukan
pada membrane dasar. Stomodeum dan proktodeum mempunyai lapisan kutikula sedangkan
mesenteron tidak. Terkadang di saluran pencernaan juga tempat terjadinya infeksi pathogen
cendawan. Contohnya pencernaan lalat rumah yang diinfeksi dengan HPAIV H5N.
Larva dan serangga dewasa biasanya mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali
berbeda dan hal ini tentu akan menyebabkan perbedaan dalam sistem-sistem pencernaan. ulat daun
Plutella xylostella. Hama P. xylostella merupakan hama utama pada tanaman kubis. Pada saat angka
populasi tinggi, larva memakan semua daun dan hanya meninggalkan tulang-tulang daun, sehingga
terjadi kerusakan berat. (Mawuntu, 2015).
Sebelum memasuki organ pencernaan, biasanya pada serangga diproses melalui mulut
terlebih dahulu, ada 2 tipe alat mulut yang digunakan pada serangga, tipe mandibulata atau
mengunyah dan menggigit dan tipe houstelata atau menusuk dan menghisap. (Jumar, 2000)
biasanya pada larva memiliki tipe alat mulut mandibulata yang kemudian akan masuk ke organ
pencernaan dalam. Akan tetapi ada juga serangga yang larvanya memiliki tipe alat mulut
mandibulata dan kemudian saat menjadi imago atau serngga dewasan tipe alat mulutnya berubah
menjadi houstelata. Seperti contohnya Lepidoptera, kupu-kupu atau ngengat.
Setelah memasuki organ pencernaan dalam biasanya di dalam organ pencernaan terdapat
alkaloid. Alkaloid merupakan kandungan terbanyak dalam daun mangkokan. Kandungan alkaloid
ini bertindak sebagai racun perut dan racun kontak. Alkaloid berupa garam sehingga dapat
mendegradasi membran sel saluran pencernaan untuk masuk ke dalam dan merusak sel dan juga
dapat mengganggu sistem kerja saraf larva dengan menghambat kerja enzim asetilkolinesterase
(Ahdiyah & Purwani, 2015).
System Pencernaan Belalang
System pencernaan pada belalang dimulai dari mulut dan berakhir di anus. tipe alat mulut
serangga ini merupakan mandibulata, yaitu menggigit dan mengunyah.

A B C

Gambar 1: Sistem pencernaan belalang.


Keterangan Gambar:
A. Stomodeum
B. Mesenteron
C. Proktodeum
1. Mulut
2. Esophagus
3. Tembolok
4. Ventrikulus
5. Pylorus
6. Rectum
7. Anus
Gambar 2: Pencernaan serangga
(Sumber : https://www.google.co.id/search?q=insect+digestive+system+diagram&safe )

Gambar 3: Pencernaan pada semut (Sumber: http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/)

Gambar 3: Alat mulut pada semut (Sumber: http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/)


Keterangan:
Figure 1. Digestive system of last-instar larvae of Monomorium floricola : (A) longitudinal section
of whole body; (B) frontal view of head capsule; (C) closer view of anterior region. Figures 1A and
1C are light micrographies; figure 1B is scanning electron micrographies. Abbreviations: anus (a),
brain (c), common duct (d), epipharynx (fe), epithelium (u), hypopharynx (fh), labium (lb), labrum
(la), mandibles (md), maxilla (mx), muscles (M), oesophagus (e), pharynx (f), peritrophic envelope
(m), proventriculus (p), rectum (r), spinules (black arrowhead), valve of labial gland system (black
arrow), ventriculus (v). Size of scale bars: (A) 0.081 mm, (B) 0.037 mm, (C) 0.034 mm. High
quality figures are available online.
Stomodeum
Pada dasarnya stomodeum terbagi menjadi bagian-bagian sebagai berikut, depan: faring (pharynx),
esofagus (esophagus) dan tembolok (crop). Pada serangga yang memiliki jenis makanan padat
terdapat organ pelumat makanan yang disebut dengan proventrikulus (proventriculus atau gizzard).
Biasanya terdapat pada ordo orthoptera, blattodea dan isoptera. Di dalam stomodeum terjadi
pencernaan parsial di tembolok, karena terdapat enzim yang berasal dari kelenjar ludah. Tidak ada
penyerapan sari makanan di stomodeum karena terdapat lapisan kutikula atau intima yang
menghalangi penyerapan. Stomodeum berasal dari jaringan ectoderm dan dilapisi intima (lapisan
tipis kutikula yang melebar dan bagian tertentu dari rectum terdapat sel-sel kolumer. (Pada, Studi,
Biologi, & Unsri, 2010)
 Faring (pharynx) disebut juga kerongkongan, merupakan bagian pertama sesudah rongga
mulut yang berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel
pada faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong
makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap
pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan. (Mawuntu,
2015)

 Esophagus (escophagus) adalah bagian dari usus depan yang tidak berdiferensiasi yang
berfungsi mendorong makanan dari faring ke tembolok.

 Tembolok (crop) merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai
penyimpan makanan. Seringkali bila tembolok kosong akan melipat secara longitudinal dan
tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok hanya mengalami perubahan
kecil pada volumenya karena apabila tembolok tidak berisi makanan, tembolok tersebut diisi
oleh udara.

Mesenteron
Mesenteron memiliki dua bagian, yaitu dari depan kantung gastrik dan ventrikulus. Sel mesenteron
berbentik tiang dengan mikrovili. Mikrovili adalah tonjolan-tonjolan halus berbentuk jari-jari.
Mikrovili memfasilitasi penyerapan nutrisi (Pratiwi et al., 2017). Mesenteron berasal dari jaringan
endodermal, karena tidak dijumpai intima. Intima digantikan fungsinya oleh selaput peritrofik
sebagai pelindung sel epithelium atau disebut juga kulumnar karena bentuknya silinder. Sel
kolumner memiliki fungsi menyerap makanan dan mengeluarkan enzim (Ahdiyah & Purwani,
2015). Mesenteron merupakan tempat utama pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan.
Proktodeum

Gambar 4: Alat pencernaan pada semut (Sumber: http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/)


Figure 1. Digestive system of last-instar larvae of Monomorium floricola :. Figures 1A and 1C are
light micrographies; figure 1B is scanning electron micrographies. Abbreviations: brain (c),
common duct (d), epipharynx (fe), epithelium (u), hypopharynx (fh), muscles (M), oesophagus (e),
peritrophic envelope (m),
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak
terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak terserap pada saat di
mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari jaringan ektodermal sehingga saluran ini
memiliki kutikula yang disebut intima. Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat
menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus. Saluran
pencernaan belakang ini terdiri dari :

 Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung malphigi.

 Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimf atau juga penyerapan amonia pada
serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung tempat organisme
lain bersimbiosis (Chapman, 1982).
 Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu memiliki
insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang memanjang dan ada yang
membentuk bantalan.

 Anus, bagian ujung saluran dari system pencernaan dan berfungsi sebagai tempat keluarnya
faeses atau kotoran.

A. Pencernaan

Pencernaan adalah pemecahan molekul-molekul besar dan komplek (makro molekul)


menjadi molekul-molekul kecil dan sederhana (mikro molekul) yang dapat melewati seluruh
jaringan tubuh (Dalgleish et al., 2007). Enzim-enzim yang berkzitzn dengan pencernaan ada
di dalam air liur dan dalam sekresi usus bagian tengah. Kecuali itu pencernaan dipermudah
oleh mikroorganisme. Terdapat dua jenis pencernaan yaitu :

1. Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)


Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu telah
mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena iar liur mengandung enzim,
seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada serangga-
seranggga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga larut sebelum
ditelan (Mawuntu, 2015).

2. Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)


Jenis pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana pencernaan
terjadi didalam perut setelah makanan dimakan. Saluran pencernaan berperan terutama
untuk pencernaan dan penyerapan makanan (Pada et al., 2010). Pada umumnya
pencernaan terjadi sebagian besar di dalam usus bagian tengah, dimana enzim-enzim
pencernan bayak diproduksi. Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang
komplek di dalam makanan menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat
diserap dan kemudian diasimilasi oleh serangga(“Digestive_System,” n.d.).
Kebanyakan karbohidrat diperoleh menjadi monosakarida. Kebanyakan serangga tidak
memiliki enzim yang dapat memecahkan selulosa yang biasanya terdapat didalam
makanan serangga.

B. Penyerapan

Kebanyakan pencernaan terjadi di dalam usus tengah tempat dimana enzim disekresikan,
tetapi karena cairan-cairan usus bagian tengah dimuntahkan kembali, sejumlah pencernaan
dapat terjadi juga di tembolok. Enzim yang berkaitan dengan pencernaan terdapat dalam air liur
dan sekresi usus bagian tengah. Enzim yang terdapat di bagian usus tengah disesuaikan dengan
makanan (Pratiwi et al., 2017). Bila suatu serangga utamanya memakn protein maka protease
menjadi penting, sedangkan serangga yang makan madu tidak terdapat protease. Serangga yang
memakan bagian ploem yang tidak mengandung polisakarida atau protein tidak terdapat amilase
dan protease, tetapi invertase (Efendi, 2002).
Produk pencernaan diserap di dalam usus tengah dan sedikit pada usus bagian belakang.
Terdapat sejumlah penyerapan kembalui dari air seni pada usus bagian belakangini. Sel-sel yang
berhubungan dengan penyerapan mirip dengan sel-sel yang menghasilkan enzim (Biologi,
2016). Tidak terjadi fagositas terhadap partikel makanan, semua subtansi diserap dalam bentuk
cairan (Ahdiyah & Purwani, 2015). Proses penyerapan dapat terjadi akibat proses yang aktif dan
pasif terutama tergantung pada konsentrasi relatif subtansi di dalam dan di luar usus, difusi
terjadi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah. Pergerakan air yang pasif yang
mencakup pergerakan dari larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang rendah ke tekanan
osmisis yang tinggi(Dono et al., 2010). Pergerakan aktif tergantung dari beberapa proses
metabolik untuk pergerakan subtansi terhadap konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahdiyah, I., & Purwani, K. I. (2015). Pengaruh Ekstrak Daun Mangkokan (Nothopanax
scutellarium) sebagai Larvasida Nyamuk Culex sp. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 4(2), 2337–
3520. https://media.neliti.com/media/publications/15598-ID-pengaruh-ekstrak-daun-
mangkokan-nothopanax-scutellarium-sebagai-larvasida-nyamuk.pdf. diakses tanggal 4
November 2018
Biologi, B. (2016). Jurnal Ilmu-ilmu Hayati, 15(3). https://library.unej.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=188495&keywords=. diakses tanggal 4 November 2018
Dalgleish, T., Williams, J. M. G. ., Golden, A.-M. J., Perkins, N., Barrett, L. F., Barnard, P. J., …
Watkins, E. (2007). [ No Title ]. Journal of Experimental Psychology: General, 136(1), 23–42.
http://psycnet.apa.org/record/2007-01821-002. diakses tanggal 4 November 2018
Digestive_System. (n.d.). https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-
diseases/digestive-system-how-it-works. diakses tanggal 4 November 2018
Dono, D., Ismayana, S., & Prijono, D. (2010). Resistensi_Dono, 7(1), 9–27.
https://www.researchgate.net/publication/286644981_Status_and_biochemical_resistance_of_
Crocidolomia_pavonana_F_Lepidoptera_Crambidae_to_profenofos_and_the_susceptibility_of
_the_pest_to_Barringtonia_asiatica_seed_extract. diakses tanggal 4 November 2018
Efendi, Z. (2002). digitized by USU digital library 1. Seminar, (1987), 1–7.
https://doi.org/10.1136/bmj.326.7386.417. https://www.elsevier.com/promo/digital-
commons/institutional-repository?dgcid=RN_AGCM_Sourced_300001592&utm_source=en.
diakses tanggal 4 November 2018
Hasnah, Husnih, & Fardhisa, A. (2012). Pengaruh Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus calamus L.)
Terhadap Mortalitas Ulat Grayak Spodoptera litura F. Jurnal Floratek, 7, 115–124.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111161&val=3944. diakses tanggal 4
November 2018
Mawuntu, M. S. C. (2015). Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak dan Daun Pepaya dalam Pengendalian
Plutella xylostella L. (Lepidoptera; Yponomeutidae) pada Tanaman Kubis di Kota Tomohon.
Ilmiah Sains, 16(1), 24–29. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JIS/article/view/12468. diakses tanggal 4 November
2018
Pada, L., Studi, P., Biologi, P., & Unsri, F. (2010). FORUM MIPA Vol. 13 No. 1 Edisi Januari 2010.
Cara Serangga Mematahkan Pertahanan Tanaman, 13(1), 1–9.
http://eprints.unsri.ac.id/view/creators/Riyanto=3ARiyanto=3A=3A.html. diakses tanggal 4
November 2018
Pratiwi, D. M., Utami, D. B., Pd, M., Primandiri, P. R., & Pd, M. (2017). Artikel Serangga
Pengunjung Pada Tanaman Tin ( Ficus Carica L .) Oleh : Dibimbing Oleh : Universitas
Nusantara Pgri Kediri Surat Pernyataan Artikel Skripsi Tahun 2017, 01(10).
https://nanopdf.com/download/artikel-serangga-pengunjung-pada_pdf. diakses tanggal 4
November 2018

Anda mungkin juga menyukai