Anda di halaman 1dari 32

STANDAR PEMERIKSAAN OPERASIOANAL TEKNIK PEMERIKSAAN CT

SCAN KEPALA DI INSTALASI RADIOLOGI

RS MARDI RAHAYU KUDUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah CT Scan

Disusun Oleh:

1. NUR IRFAN NUGROHO (P1337430216031)


2. RAFIE LUGASSEKTI (P1337430216038)

PRODI D-IV TEKNIK RADIOLOGI SEMARANG

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Standar Operasional
Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala di Instalasi Radiologi RS Mardi Rahayu
Kudus”.Penulisan laporan kasus tersebut bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah CT
Scan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan,


serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada :

1. Warijan, S.Pd., A.Kep., M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian


Kesehatan Semarang.
2. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi.
3. Ibu Siti Masrochah, S.Si., M.Kes. selaku Ketua Program D IV Teknik Radiologi
Semarang.
4. dr. Lisa Haryanto, Sp.Rad. selaku kepala instalasi Radiologi RS Mardi Rahayu
Kudus yang telah menerima dan membimbing penulis selama melakukan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi Radiologi RS Mardi Rahayu Kudus
5. Bapak Haryo Abdi P selaku klinikal instruktur yang telah menerima, membimbing,
memberikan banyak ilmu dan motivasi kepada penulis selama melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di instalasi Radiologi RS Mardi Rahayu Kudus
6. Seluruh senior radiographer dan staff di Instalasi Radiologi RS Mardi Rahayu Kudus
yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan PKL di
Instalasi Radiologi RS Mardi Rahayu Kudus
7. Serta pihak yang banyak membantu, terimakasih atas dukungan, doa, dan semangat
yang tidak pernah berhenti mengalir kepada penulis.

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak. Penulis berharap laporan
kasus ini dapat bermanfaat dan dijadikan studi bersama.

ii
Kudus, 01 Mei 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi .............................................. .................... 3


2.2. Patologi .......................................................................................... 12
2.3. Pemeriksaan CT Scan .................................................................... 16
BAB III HASIL DAN PEMBAHASA
3.1. Standar Pemeriksaan Operasional CT Scan Kepala ...................... 23
3.2. Pembahasan ................................................................................... 26
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan .................................................................................... 27
4.2. Saran ........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

CT ditemukan secara independen oleh seorang insinyur Inggris bernama Sir


Godfrey Hounsfield dan Dr Alan Cormack. Hal ini segera menjadi andalan untuk
mendiagnosis penyakit medis. Untuk pekerjaan besar ini mereka ini, Hounsfield dan
Cormack bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel pada tahun 1979. CT scanner
pertama mulai diinstal dan dioperasikan secara luas pada tahun 1974. Penggunaan zat-
zat radioaktif merupakan bagian dari teknologi nuklir yang relatif cepat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini disebabkan zat-zat radioaktif mempunyai sifat-
sifat yang spesifik, yang tidak dimiliki oleh unusr-unusr lain. Dengan memanfaatkan
sifat-sifat radioaktif tersebut, maka banyak persoalan yang rumit yang dapat
disederhanakan sehingga penyelesaiannya menjadi lebih mudah.
Salah satu sifat dari radiasi nuklir yaitu mampu untuk menembus benda padat.Sifat
ini banyak digunakan dalam teknik radiografi yaitu pemotretan bagian dalam suatu
benda dengan menggunakan radiasi nuklir seperti sinar-x, sinar gamma dan neutron.
Hasil pemotretan tersebut direkam dalam film sinar-x. Zat radioaktif banyak digunakan
dalam bidang ndustry dan kedokteran. Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan
untuk mengetahui bagian dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung.
Dalam radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka obyek yang diamati sering
tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga didapatkan pola gambar bayangan
yang didominasi oleh struktur jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini akan
membingungkan para dokter untuk mendiagnosa organ tubuh tersebut. Untuk
mengatasi hal ini maka dikembangkan teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner
(Computed Tomography Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron,
sinar gamma dan sinar-x.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teknik CT SCAN Kepala ?
2. Bagaimana prosedur Teknik CT SCAN Kepala di RS Mardi Rahayu Kudus ?

1
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Teknik CT SCAN Kepala.
2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT SCAN Kepala di RS Mardi Rahayu
Kudus.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi Fisiologi Kepala
Tengkorak dibentuk oleh beberapa tulang picak yang bentuknya
melengkung, satu sama lain, dan berhubungan erat sekali. Tengkorak terdiri atas
dua bagian yaitu: tengkorak otak dan tengkorak wajah.
a. Gubah tengkorak, yang terdiri atas tulang-tulang:
1) Os Frontal (bagian depan)
2) Os Parietal (bagian tengah)
3) Os Occipital (bagian belakang)
b. Dasar tengkorak, yang terdiri atas tulang-tulang:
1) Os Sphenoidalis, tulang yang terdapat di tengah-tengah dasar tengkorak
dan berbentuk seperti kupu-kupu, dengan tiga pasang sayap.
2) Os Ethmoidalis, terletak di sebelah depan dari Os Sphenoidalis di antara
lekuk mata.

Selain kedua tulang di atas, dasar tengkorak dibentuk pula oleh tulang-
tulang lain seperti tulang kepala belakang, tulang dahi, dan tulang pelipis.

c. Samping tengkorak, yang dibentuk oleh tulang-tulang:


1) Tulang pelipis
2) Sebagian tulang dahi
3) Tulang ubun-ubun
4) Tulang baji
d. Tengkorak wajah
Tengkorak wajah pada manusia bentuknya lebih kecil dari tengkorak
otak. Di dalam tengkorak wajah terdapat rongga-rongga yang membentuk
rongga mulut (cavuum oris), rongga hidung (cavum nasi), dan rongga mata
(cavum orbita).
Tengkorak wajah terdiri dari dua bagian:
1) Bagian hidung

3
a) Os Lacrimal (tulang mata), letaknya di sebelah kanan atau kiri
pangkal hidung, di sudut mata.
b) Os Nasal (tulang karang hidung), letaknya di dalam rongga hidung
dan bentuknya berlipat-lipat.
c) Septum Nasi (sekat rongga hidung) adalah sambungan dari tulang
tapis yang tegak.
2) Bagian rahang
a) Os Maksilaris (tulang rahang atas)
b) Os Zygomaticum, tulang pipi yang terdiri dari dua tulang kiri dan
kanan.
c) Os Palatum (tulang langit-langit), terdiri dari dua buah tulang kiri
dan kanan.
d) Os Mandibularis (tulang rahang bawah), terdiri dari dua bagian yaitu
bagian kiri dan kanan yang kemudian bersatu dipertengahan dagu.
Di bagian depan dari mandibula terdapat prosesus coracoid, tempat
melekatnya otot.

Tulang-tulang tengkorak kepala dihubungkan satu sama lain oleh tulang


bergerigi yang disebut sutura.

Sutura-sutura itu adalah:

1) Sutura Coronalis, yaitu yang menghubungkan antara os frontal dan


os parietal.
2) Sutura Sagitalis, yaitu yang menghubungkan os parietal kiri dan
kanan.
3) Sutura Lambdoidea, yaitu yang menghubungkan antara os parietal
dan os occipital.
e. Gambaran anatomi cross sectional kepala
1) Axial Head

4
5
6
2) Coronal Head

3) Sagital Head

2. Anatomi Fisiologi Otak


a. Otak (Brain)
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh. Otak merupakan dari saraf sentral
yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh
suatu lapisan yang kuat. Otak terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang otak
(Trunchus Enchepali), dan otak kecil (Cerebellum). (Syaifudin, 1997)
1) Otak Besar (Cerebrum)
Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Otak mempunyai dua permukaan yaitu permukaan atas dan permukaan
bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu)
yaitu pada bagian korteks cerebral dan zat putih terdapat pada bagian
dalam yang mengandung serabut saraf. (Syaifudin, 1997)
Fungsi Otak Besar, yaitu:
- Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.

7
- Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal, intelegensi,
keinginan dan memori.
- Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.

Keterangan gambar 1:
1. Medulla oblongata
2. Pons
3. Otak tengah
4. Meningens
5. Otak depan
6. Cerebrum
7. Konvolusi
8. Dienchepalon
9. Cerebellum
10. Hind brain
11. Medulla spinalis
2) Batang Otak (Truncus Enchepali)
Batang otak terdiri dari beberapa bagian.
a) Disenchepalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara
cerebellum dengan mesenchepalon. (Syaifudin, 1997)
Fungsi disenchepalon:
- Vase konstruktor, mengecilkan pembuluh darah.
- Respiratory, membantu proses persarafan.

8
- Mengontrol kegiatan refleks.
- Membantu pekerjaan jantung.

b) Mesenchepalon, atap dari mesenchepalon terdiri dari empat bagian


yang menonjol ke atas, dua di sebelah atas disebut corpus
kuadrigeminus superior dan dua di sebelah bawah disebut corpus
kuadrigeminus inferior. (Syaifudin, 1997)
Fungsi mesenchepalon:
- Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
- Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
c) Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesenchepalon
dengan pons naroli dan cerebellum terletak di depan cerebellum
diantara otak tengah dan medulla oblongata, disini terdapat
premoktosid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks.
(Syaifudin, 1997).
Fungsi pons varoli:
- Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan juga antara
medulla oblongata dengan cerebellum atau otak besar.
- Pusat saraf nervus trigeminus.
d) Medulla oblongata, bagian batang otak paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis. (Syaifudin,
1997)
Fungsi medulla oblongata:
- Mengontrol pekerjaan jantung.
- Mengecilkan pembuluh darah (vase konstruktor).
- Pusat pernafasan (respiratory).
- Mengontrol kegiatan refleks.

e) Otak Kecil (Cerebellum)


Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan belakang
tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura trans versalis
dibelakangi oleh pons varoli dan di atas medulla oblongata.
(Syaifudin, 1997)
Fungsi otak kecil:
9
- Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum), untuk keseimbangan
dan rangsangan pendengaran otak.
- Paleacerebellum (spinocerebellum), sebagai pusat penerima
impuls dan nervus vagus kelopak mata rahang atas, rahang
bawah, dan otot pengunyah.
- Neocerebellum (pontocerebellum), korteks cerebellum
menerima informasi tentang gerakan yang sedang dan yang
akan dikerjakan dan mengatur gerakan sisi badan.

Gambar 2. Otak dengan piameter (Syaifudin, 1997)

Keterangan gambar:
1. Vena-vena serebri superior
2. Lobus frontalis
3. Vena serebri media
4. Vena-vena serebri inferior
5. Rolandi
6. Serebellum
7. Medulla oblongata
8. Lobus temporalis

b. Selaput Otak (Meningen)


Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang,
melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan

10
sekresi (cairan cerebro spinalis). Memperkecil benturan atu gerakan yang
terdiri dari tiga lapisan. ( Syaifudin, 1997)
1) Durameter (lapisan sebelah luar)
Selaput keras pembunaringgkus otak yang berasal dari jaringan ikat
dan kuat dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan
durameter propia dibagian dalam di canalis vertebralis, kedua lapisan
ini terpisah. (Syaifudin, 1997)

2) Arakhnoid (lapisan tengah)


Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan
piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang
meliputi seluruh susunan saraf sentral. (Syaifudin, 1997)

3) Piameter (lapisan sebelah dalam)


Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.
Piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan
ikat yang disebut trakekel. (Syaifudin, 1997)

c. Ventrikel Otak
Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang
saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel yang
membatasi semua rongga otak dan medulla spinalis) dan mengandung CSF
(Cerebrospinal Fluid). Ventrikel otak terdiri dari ventrikel lateral, ketiga
dan keempat. (Price Sylvia, 1995)

d. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus khoroid kedalam
ventrikel-ventrikel yang ada dalam otak. Cairan tersebut masuk kedalam
kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan juga kedalam ruang
subarachnoid melalui celah-celah yang terdapat pada ventrikel ke empat.

11
Jumlah cairan serebrospinal dalam ventrikel dan ruang subarachnoid
berkisar antara 120-180 ml pada orang dewasa, 100-140 ml pada anak umur
8-10 tahun, dan 40-60 ml pada bayi. Pada orang dewasa, produksi cairan
serebrospinal selama 24 jam berjumlah 430-500 ml, ini berarti dalam 24 jam
cairan serebrospinal diganti sebanyak tiga kali. (Woodruff WW, 1993)

2.2.Patologi
1. Cedera Kepala

Cedera kepala adalah serangkai kejadian patofisiologik yang terjadi


setelah trauma kepala, yang dapat melibatkan kulit kepala, tulang, dan
jaringan otak atau kombinasinya. (Standar Pelayanan Medis, RS Dr.
Sardjito)
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas. (Mansjoer Arif,dkk: 2000).
2. Klasifikasi Klinis

Berat ringannya cedera kepala bukan didasarkan berat ringannya


gejala yang muncul setelah cedera kepala. Ada beberapa klasifikasi yang
dipakai dalam menentukan derajat cedera kepaka. Cedera kepala
diklasifikasikan dalam berbagi aspek ,secara praktis dikenal 3 deskripsi
klasifikasi yaitu berdasarkan:

a. Mekanisme Cedera Kepala


Berdasarkan mekanisme, cedera kepala dibagi atas cedera kepala
tumpul dan cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan
dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cedera
kepala tembus disebabkan oleh peluru atau tusukan. Adanya penetrasi
selaput durameter menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera
tembus atau cedera tumpul.

b. Beratnya Cedera

12
Glascow coma scale ( GCS) digunakan untuk menilai secara kuantitatif
kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya
penderita cedera kepala.
1) Cedera Kepala Ringan (CKR)
GCS 13– 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan )
kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada
fraktur tengkorak, tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma.

2) Cedera Kepala Sedang ( CKS)

GCS 9 –12, kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih


dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur
tengkorak.
3) Cedera Kepala Berat (CKB)

GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan


atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio
cerebral, laserasi atau hematoma intracranial.

c. Morfologi Cedera
Secara Morfologi cedera kepala dibagi atas :
1) Fraktur Kranium
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak,
dan dapat terbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau
tertutup. Fraktur dasar tengkorak biasanya merupakan pemeriksaan CT
Scan untuk memperjelas garis frakturnya. Adanya tanda-tanda klinis
fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk
melakukan pemeriksaan lebih rinci.
Tanda-tanda tersebut antara lain :
- Ekimosis periorbital ( Raccoon eye sign)
- Ekimosis retro aurikuler (Battle`sign )
- Kebocoran CSS ( rhonorrea, ottorhea) dan
- Parese nervus facialis ( N VII )
2) Lesi Intrakranial
Lesi ini diklasifikasikan dalam lesi loKal dan lesi difus,
walaupun kedua jenis lesi sering terjadi bersamaan.
13
Termasuk lesi lesi local ;
- Perdarahan Epidural
- Perdarahan Subdural
- Kontusio (perdarahan intra cerebral)
Cedera otak difus umumnya menunjukkan gambaran CT Scan
yang normal, namun keadaan klinis neurologis penderita sangat buruk
bahkan dapat dalam keadaan koma. Berdasarkan pada dalamnya koma
dan lamanya koma, maka cedera otak difus dikelompokkan menurut
kontusio ringan, kontusio klasik, dan Cedera Aksona Difus ( CAD).
a) Perdarahan Epidural
Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria.
Umumnya terjadi pada regon temporal atau temporopariental
akibat pecahnya arteri meningea media ( Sudiharto 1998).
Manifestasi klinik berupa gangguan kesadaran sebentar dan
dengan bekas gejala (interval lucid) beberapa jam. Keadaan ini
disusul oleh gangguan kesadaran progresif disertai kelainan
neurologist unilateral. Kemudian gejala neurology timbul secara
progresif berupa pupil anisokor, hemiparese, papil edema dan
gejala herniasi transcentorial.
Perdarahan epidural difossa posterior dengan perdarahan berasal
dari sinus lateral, jika terjadi dioksiput akan menimbulkan
gangguan kesadaran, nyeri kepala, muntah ataksia serebral dan
paresis nervi kranialis. Cirri perdarahan epidural berbentuk
bikonveks atau menyerupai lensa cembung.

b) Perdarahan subdural
Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan
epidural( kira-kira 30 % dari cedera kepala berat). Perdarahan ini
sering terjadi akibat robeknya vena-vena jembatan yang terletak
antara kortek cerebri dan sinus venous tempat vena tadi bermuara,
namun dapat terjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri pada
permukaan otak. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh
permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak dibawahnya lebih

14
berat dan prognosisnya jauh lebih buruk daripada perdarahan
epidural.

c) Kontusio dan perdarahan intracerebral


Kontusio cerebral sangat sering terjadi di frontal dan lobus
temporal, walau terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk
batang otak dan cerebellum. Kontusio cerebri dapat saja terjadi
dalam waktu beberapa hari atau jam mengalami evolusi
membentuk perdarahan intracerebral. Apabila lesi meluas dan
terjadi penyimpangan neurologist lebih lanjut.

d) Cedera Difus
Cedera otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat
akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang lebih
sering terjadi pada cedera kepala.
3. Komplikasi
a. Perdarahan intra cranial-Epidural
- Subdural
- Sub arachnoid
- Intraventrikuler

b. Malformasi faskuler
- Fistula karotiko-kavernosa
- Fistula cairan cerebrospinal
- Epilepsi
- Parese saraf cranial
- Meningitis atau abses otak
- Sindrom pasca trauma

15
2.3. Pemeriksaan CT-SCAN
1. Definisi CT-Scan
CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan
televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam
bentuk irisan atau slice. (Rasad, 1992)
Prinsip kerja CT-Scan hanya dapat men-scanning tubuh dengan irisan
melintang (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer
maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali sehingga
didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga
dimensi dari objek tersebut. (Tortorici, 1995)

2. Perkembangan CT-Scan
Godfrey Hounsfield seorang insinyur dari EMI Limited London dengan
James Ambrose seorang teknisi dari Atkinson Morley’s Hospital di London,
Inggris pada tahun 1970 memperkenalkan Computed Tomography Scanning
atau CT-Scan. (Ballinger, 1995)
a. Scanner Generasi Pertama
Prinsip scanner generasi pertama menggunakan pancaran sinar-x model
pencil yang diterima oleh satu atu dua detector. Waktu yang dicapai 4,5
menit untuk member informasi yang cukup pada satu slice dari rotasi tabung
dan detector sebesar 180 derajat.

b. Scanner Generasi Kedua


Scanner generasi ini mengalami perbaikan besar dan terbukti pancaran
sinar-x model kipas dengan menaikkan jumlah detector sebanyak 30 buah
dengan waktu scanning yang sangat pendek, yaitu 15 detik per slice atau 10
menit untuk 49 slice.
c. Scanner Generasi Ketiga
Scanner generasi ketiga ini dengan kenaikan 960 detektor yang meliputi
bagian tepi berhadapan dengan tabung sinar-x yang saling rotasi memutari
pasien dengan membentuk lingkaran 360 derajat secara sempurna untuk
menghasilkan satu slice data jaringan. Waktu scanning hanya berkisar satu
detik.
d. Scanner Generasi Keempat
16
Sekitar tahun 1980 scanner generasi ini diperkenalkan dengan teknologi
fixed-ring yang mempunyai 4800 detektor. Saat pemeriksaan berlangsung,
tabung sinar-x berputar 360 derajat mengelilingi detector yang diam.
(Bontrager, 2000)
Generasi terakhir dari CT-Scan disebut CT Helical atau CT spiral.
Kelebihan dari tipe ini penggambaran organ akan lebih cepat dan
radiographer dapat mengolah data menjadi gambar tiga dimensi melalui
pengolahan komputer. (PROTEKSI, 1998)

3. Komponen Dasar CT-Scan


CT-Scan mempunyai dua komponen utama yaitu scan unit dan operatir
konsul. Scan unit biasanya berada didalam ruang pemeriksaan sedangkan
operator konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol.
Scan unit terdiri dari dua bagian yaitu gentry dan couch (meja
pemeriksaan).
a. Gentry
Didalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja
tersebut bergerak menuju gentry. Gentry ini terdiri dari beberapa perangkat
yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu
gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-x, kolimator
dan detector.
1) Tabung Sinar-x
Berdasarkan strukturnya, tabung sinar-x sangat mirip dengan
tabung sinar-x konvensional namun perbedaannya terletak pada
kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi.

2) Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur
membatasi jumlah sinar-x yang sampai ke tubuh pasien serta untuk
meningkatkan kualitas gambaran. Tidak seperti pada pesawat radiografi
konvensional, CT-Scan menggunakan dua buah kolimator. Kolimator
pertama diletakkan pada rumah tabung sinar-x yang disebut pre-pasien
kolimator. Dan kolimator kedua diletakkan diantara pasien dan detector
yang disebut pre-detektor kolimator atau post pasien kolimator.
17
3) Detektor
Selama eksposi berkas sinar-x (foton) menembus pasien dan
mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah ter-
atenuasi kemudian ditangkap oleh detector. Detector memiliki dua tipe,
yaitu detektor solide state dan detektor isian gas.

b. Couch (Meja Pemeriksaan)


Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja
ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-
x yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke
detector. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk
menopang tubuh pasien selama meja bergerak kedalam gentry.

Konsul tersedia dalam beberapa variasi. Model yang lama msih


menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan sendiri
dan untuk perekaman dan percetakan gambar. Model yang baru sudah memakai
sistem satu konsul dimana banyak memiliki kelebihan dan fungsi. Bagian dari
sistem konsul yaitu: sistem control, sistem pencetak gambar, dan sistem
perekam gambar.

a. Sistem Kontrol
Pada bagian ini petugas dapat nengontrol parameter-parameter yang
berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan kV, mA,
waktu scanning, ketebalan irisan (slice thicknes), dan lain-lain. Juga
dilengkapi dengan keyboard untuk memasukkan data pasien dan
pengontrolan fungsi tertentu pada komputer.

b. Sistem Pencetakan Gambar


Setelah gambaran CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut dipindahkan
ke dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan menggunakan kamera
multiformat. Cara kerjanya yaitu kamera merekam gambaran di monitor dan
memindahkannya ke dalam film. Tampilan gambar di film dapat mencapai

18
2-24 gambar tergantung ukuran filmnya (biasanya 8x10 inchi atau 14x17
inchi).

c. Sistem Perekaman Gambar


Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data-data pasien
yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan cepat.

Gambar 2.5 Gantry dan Couch ( Bontrager, 2001 )

Gambar 2.6 Komputer dan console ( Bontrager, 2001 )

4. Parameter CT-Scan
Beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang
optimal antara lain:

b. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang
diperiksa. Nilainya dapat di pilih antara 1mm-10mm sesuai dengan
keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan
detai yang rendah sebakliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detai
yang tinggi. Jika ketebalan meninggi akan timbul artefak dan bila terlalu
tipis akan terjadi noise.
c. Range

19
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang
berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.
d. Volume Investigasi

Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang


diperiksa. Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek hingga batas
akhir objek yang akan diiris semakin besar.

e. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah factor-faktor yang berpengaru terhadap eksposi
meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu eksposi (s).
Biasanya tegangan tabung bisa dipilih secara otomatis pada tiap-tiap
pemeriksaan.
f. Filed Of View (FOV)
FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan
direkonstruksi. Biasanya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50
cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil
mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks
hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran FOV lebih kecil, maka area yang
mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
g. Gantry tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan
gentry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 derajat
sampai +25 derajat. penyudutan gentry bertujuan untuk keperluan diagnosa
dari masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk
mengurangi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.
h. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matrikxs adalah deretan baris dari kolom picture elemen
(pixel) dalam pproses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini
merupakan salah satu struktur elemen dalam lemori komputer yang
berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks
berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai
maka semakin tinggi resolusinya.
i. Rekonstruksi Algorithma

20
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan
dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar
CT-Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih maka semakin
tinggi resolusi yang gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode
ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain
dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

j. Window Width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang di
konversi menjadi gray levels untuk di tampilkan dalam TV monitor. Setelah
komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks
dan algorithma maka hasilnya akan di konversi menjadi sekala numerik
yang dikenal dengan nama nilai computed tomography.

k. Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk
penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada
karakteristik pelemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level
menentukan densitas gambar.

21
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Standar Prosedur Pemeriksaan CT Scan Kepala


A. Persiapan Alat
1. Pesawat MSCT Siemens sudah ON
2. Busa Pengganjal kepala
3. Tali ikat untuk immobilisasi pasien
4. Selimut
B. Persiapan Pasien
1. Petugas Radiologi memberi informasi/ penjelasan dan edukasi kepada pasien
tentang persiapan pemeriksaan yang akan dilakukan, tujuan prosedur, biaya
pemeriksaan dan resiko. Setelah pasien atau keluarga medapatkan edukasi
maka apabila setuju, pasien atau keluarga menandatangani inform consent
2. Petugas menjaga privasi pasien dengan memberikan selimut dan menutup
ruang pemeriksaan
3. Petugas radiologi melakukan identifikasi pasien sesuai prosedur identifikasi
dan melakukan verifikasi pemeriksaan dengan mencocokan diagnose atau
keluhan pasien dengan surat permintaan dokter klinisi
4. Petugas Radiologi meminta pasien untuk melepas semua benda logam di
daerah kepala
C. Persiapan Petugas
1. Memakai film badge
2. Cuci tangan sesuai prosedur
3. Pada kasus diperlukan penggunaan sarung tangan maka petugas memakai
sarung tangan bersih dan masker surgical jika diperlukan
D. Prosedur Pemeriksaan
1. Petugas Radiologi memposisikan pasien tidur di atas meja pemeriksaan dan
posisi kepala berada pada head rest yang telah terpasang
2. Petugas radiologi mengatur posisi meja pemeriksaan sehingga batas atas kepala
masuk pada area penyinaran dan ketinggian meja sejajar dengan MAE

22
3. Petugas Radiologi melakukan fiksasi kepala dan memberi selimut ke tubuh
pasien
4. Petugas Radiologi melakukan registrasi pemeriksaan CT Scan dengan
memasukan data pasien ke computer
5. Kemudian klik Exam, Pilih protocol Head RSMR, lalu klik OK
6. Petugas Radiologi melakukan scanning Topogram Kepala
7. Petugas Radiologi membuat gambar potongan kepala dengan mengatur area
penyinaran dari batas bawah dasar sinus maksilaris sampai batas atas vertex
kepala
8. Petugas Radiologi melakukan Recon Job agar gambaran simetris
9. Petugas Radiologi konsul ke Radiolog apakah pemeriksaan perlu dilanjutkan
dengan kontras
10. Jika Radiolog meminta dilajutkan dengan kontras, maka petugas radiologi
melakukan SPO Pemeriksaan CT Scan Kepala dengan kontras.
11. Jika Radiolog tidak meminta dilanjutkan dengan kontras, maka pemeriksaan
selesai.
12. Petugas Radiologi menginformasikan kepada pasien/ keluarga bahwa
pemeriksaan CT Scan kepala telah selesai
13. Petugas Radiologi mengantar pasien sampai ke ruang tunggu bagian Radiologi
14. Petugas Radiologi merapikan alat dan membuang alat bekas pakai sesuai
prosedur
15. Petugas Radiologi melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
16. Untuk pasien rawat jalan diinformasikan bahwa ada waktu tunggu untuk
pencetakan gambar dan interpretasi oleh Radiolog
17. Untuk pasien rawat inap, petugas radiologi menelepon ruangan bahwa
pemeriksaan telah selesai dan diminta untuk segera menjemput pasien di
radiologi dan melakukan prosedur transfer pasien sesuai prosedur

23
E. Alur Pemeriksaan CT Scan Kepala

MULAI

Petugas Radiologi

Menyiapkan alat CT Scan


Busa Pengganjal kepala, tali ikat kepala, selimut

Petugas Radiologi

Memberikan informasi dan edukasi tentang pemeriksaan pasien / keluarga


Meminta Inform Consent

Pasien / keluarga

Pasien/ Tidak
Tandatangani
Keluarga Mema
Setuju nggil Penolakan Tindakan
Pemeriksaan pasien,
melak
ukan
identifi
kasi
Setuju dan
verifik
asi
Petugas Radiologi

Memanggil pasien, melakukan identifikasi dan verifikasi


Menutup pintu dan memberi selimut pasien
Melakukan kebersihan tangan
Memakai sarung tangan dan masker bila diperlukan

3/4

24
3/4

Pasien
Melepas semua benda logam di daerah pemeriksaan
Diam Selama dilakukan pemeriksaan

Petugas Radiologi
Memposisikan pasien tidur di atas meja pemeriksaan dan posisi kepala
berada pada head rest yang telah dipasang
Mengatur posisi meja pemeriksaan sehingga batas atas kepala masuk pada
area penyinaran dan ketinggain meja sejajar dengan MAE
Melakukan fiksasi kepala dan memberi selimut ke tubuh pasien
Melakukan registrasi pemeriksaan CT Scan dengan memasukan data pasien
ke computer
Klik Exam, Pilih Protokol Head RSMR, Lalu Klik OK
Melakukan Scanning Topogram Kepala
Membuat gambar potongan kepala dengan mengatur area penyinaran dari
batas bawah dasar sinus maksilaris sampai batas atas vertek kepala
Melakukan Recon Job agar gambar simetris
Konsul ke Radiolog apakah pemeriksaan perlu dilajutkan dengan kontras
Jika Radiolog memita dilanjutkan dengan kontras, maka Petugas Radiologi
melakukan SPO pemeriksaan CT Scan Kepala Dengan Kontras, Jika
Radiolog tidak meminta dilanjutkan dengan kontras , maka pemeriksaan
selesai

Perawat Radiologi dan Petugas Radiologi


Mengeluarkan Pasien, mengantarkan ke ruang tunggu, Merapikan ruangan
Membuang alat bekas pakai, Melepas sarung tangan
Melakukan kebersihan tangan, Menginformasikan waktu tunggu hasil
interpretasi jika pasien rawat jalan
Menelfon ruangan agar menjemput jika pasien rawat inap
Melakukan prosedur transfer pasien untuk pasien rawat inap

Selesai

25
3.2. Pembahasan
Dari standar prosedur pemeriksaan CT Scan kepala di instalasi radiologi RS
Mardi Rahayu terdapat kekurangan, yaitu penanganan pasien anak anak, acuan
pengolahan gambar dan penanganan pasien non koperatif. Penanganan pasien anak
anak dapat diantisipasi dengan desain ruangan ramah anak, untuk pasien usia dini
dapat digedong atau difiksasi agar pasien tidak bergerak yang akan mengakibatkan
gambar yang kurang baik.
Acuan pengolahan gambar dapat ditambahkan dalam standar prosedur
operasional, sehingga citra yang dihasilkan dapat terstandarisasi. Gambar yang
terstandarisasi sehinga dapat diintrepertasikan oleh Radiolog dengan baik. Penanganan
pasien non kooperatif dapat dibius sementara agar citra yang dihasilkan baik dan
menampakan patologi pada pasien

26
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Standar Prosedur Operasional pemeriksaan CT Scan Kepala di Instalasi Radiologi
RS Mardi Rahayu Kudus sudah menjelaskan teknik pemeriksaan dari pasien masuk
hingga akhir pemeriksaan. Hanya saja tidak dijelaskan prosedur pengolahan gambar
nya. Sehingga masih mengandalkan keahlian pengolahan gambar radiograf dari
masing-masing petugas radiologi.
4.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan Merevisi SPO yang ada dan melengkapinya
seperti menambahkan acuan pengolahan gambar radiograf dan pasien non kooperatif

27
DAFTAR PUSTAKA

Bruce W. Long Frank;Eugene D. ; Barbara J. Smith.2016.Merrill’s Atlas of Radiographic


Positioning & Procedures Volume Two Tenth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Guyton & Hall.(2007).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 11). Jakarta:EGC.

Bontrager, Kenneth L.; John P. Lampignano. Textbook of Radiographic Positioning and


Related Anatomy Nine Edition. Missouri: Mosby Elsevier. 2018

Sjahriar Rasad, 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta. FKUI

28

Anda mungkin juga menyukai