Disusun oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan
secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta
setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pancasila?
2. Bagaimanakah pancasila sebagai dasar negara?
3. Bagaimana pancasila di era globalisasi?
4. Apakah pengamalan Pancasila sesuai dengan zaman sekarang?
5. Akankah Pancasila tetap eksis sebagai ideologi bangsa di era globalisasi?
6. Kasus apa yang pernah terjadi terkait pancasila dalam konteks sekarang ?
C. Tujuan Penulisan
1. Penulis ingin mengetahui sejarah pancasila.
2. Penulis ingin mengetahui pancasila sebagai dasar Negara.
3. Penulis ingin mengetahui bagaimana pancasila di era globalisasi.
4. Penulis ingin memahami tentang pengamalan pancasila dizaman pasca kemerdekaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Pancasila
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-
usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK, tanpa kata Indonesia karena dibentuk Tentara Jepang ke-XVI, bukan Gabungan
Tentara Jepang ke-7 yang menguasai Nanpo Gun) yaitu :
Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, diragukan kesahihannya, (29 Mei 1945)
Panca Sila oleh Soekarno (1 Juni 1945)
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah :
5. Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit
Presiden 5 Juli 1959).
TEMPO.CO, Jakarta – Terdakwa kasus penabrakan di Tugu Tani, Afriyani Susanti, 29 tahun, dijatuhi
vonis hukuman 15 tahun penjara. Ia dianggap terbukti melanggar Pasal 311 Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ia dianggap dengan sengaja mengemudikan
kendaraan dalam keadaan yang membahayakan keselamatan orang lain.
“Memutuskan hukuman penjara 15 tahun kepada terdakwa,” ujar hakim ketua, Antonius Widyanto,
dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 29 Agustus 2012.
Putusan ini lebih rendah dari tuntutan jaksa. Dalam tuntutan awal bulan lalu, Afriyani dijerat juga
pasal pembunuhan dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara.
Namun, majelis hakim memutuskan Afriyani dianggap tidak terbukti sengaja menabrak sembilan
orang dalam kecelakaan di dekat Tugu Tani Jakarta Pusat. “Tak ada niat korban ingin menabrak.
Unsur kesengajaan tidak terbukti. Dibebaskan dari dakwaan pertama,” ujarnya. Hal tersebut
menyebabkan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan tak dapat dipakai untuk menjerat Afriyani.
Putusan ini dipertimbangkan setelah hakim mendengar dakwaan, putusan, dan replik jaksa, pledoi
dan duplik Afriyani, serta keterangan dari belasan saksi. Selain itu, keputusan diambil setelah
mempelajari barang bukti berupa sebuah Xenia hitam dan dua rekaman CCTV di tempat kejadian
pertama, dan satu rekaman di Stadium, klub malam tempat Afriyani menenggak ekstasi.
Hal tersebut terangkum dalam pertimbangan fakta hukum sebagai kronologi terjadinya penabrakan
tersebut. Afriyani terbukti mengendarai mobil dalam keadaan berada di bawah pengaruh narkoba
plus begadang. “Namun itu tak berarti kecelakaan dilakukan dengan sengaja, dengan niat tertentu,”
ujarnya.
Jaksa mengatakan akan pikir-pikir atas putusan ini. “Kami tak akan komentari putusan hakim
sekarang,” ujar jaksa penuntut umum, Tamalia Rosa. Di lain pihak, kuasa hukum Afriyani mengatakan
akan banding. “Kami akan banding,” ujar pengacara Efrizal usai sidang.
Afriyani yang mengenakan padanan busana biru dan hijau toska terlihat sedikit gugup dalam sidang
vonis ini. Di awal sidang, ia terlihat perlu ditenangkan oleh tiga personel polisi wanita. Setelah itu,
kepada hakim ia mengatakan siap menjalani sidang yang baru dimulai pukul 11.30 WIB.
Ia tak memberi komentar atas putusan ini. Afriyani diam seribu bahasa saat meninggalkan ruangan
sidang dan berlalu tak acuh kepada wartawan yang memburunya.
Tanggapan :
Peristiwa diatas menunjukkan bahwa bukan hanya sebagian masyarakat Indonesia yang belum
dapat meenerapkan Pancasila, namun juga pemerintah khususnya lembaga hukum terkait. Nilai-
nilai luhur yang terkandung didalam sila ke-5 Pancasila mengatakan bahwa tiap-tiap individu
diharuskanuntuk menghormati hak orang lain, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
serta mengembangkan sikap adil terhadap manusia. Sayangnya kasus diatas dapat menjadi
contoh belum diterapkan nilai-nilai luhur Pancasila tersebut dalam kehidupan nyata.Seperti kita
ketahui, kasus yang melibatkan anak Hatta Rajasa ini berakhir dengan tidak jelas. Bahkan dapat
dikatakan menghilang begitu saja seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Anak dari pejabat
tinggi negara ini seakan luput dari hukum. Padahal jika dibandingkan dengan Afriyani yang
terlibat dalam kasus serupa, Rasyid Amrullah juga melakukan kesalahan yang sama yaitu
melanggar peraturan lalu lintas yang lalu menimbulkan korban dan pantas dihukum. Namun alih-
alih dijatuhi hukuman 15 tahun penjara seperti Afriyani, ia justru lepas begitu saja dari jerat
hukum.Setiap warga negara Indonesia memiliki hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan. Tetapi kasus Afriyani dan anak Hatta Rajasa ini dengan jelas
menunjukkan belum terpenuhinya hak tersebut. Baik Afriyani maupun Rasyid melakukan
kesalahan yang serupa, hendaknya keduanya juga melalui prosesi hukum yang sama pula.
Namun kenyataannya tidak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peran Pancasila sangat penting dalam menghadapi arus globalisasi. Karena Pancasila
merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari bumi Indonesia untuk menghadapi nilai-nilai
dari luar, sebagai sistem syaraf atau filter terhadap berbagai pengaruh luar, nilai-nilai dalam
Pancasila dapat membangun sistem imun dalam masyarakat kita terhadap kekuatan-kekuatan
dari luar sekaligus menyeleksi hal-hal baik untuk diserap, dan sebagai sistem dan pandangan
hidup yang merupakan konsensus dasar dari berbagai komponen bangsa yang plural ini. Lewat
Pancasila, moral sosial, toleransi, dan kemanusiaan, bahkan juga demokrasi bangsa ini dibentuk.
Pancasila seharusnya dijadikan sebagai poros identitas untuk menghadapi bermacam identitas
yang ditawarkan dari luar. Tetapi sangat disayangkan jika wacana Pancasila belakangan ini
mulai berkurang. Mengingat berbagai potensi yang tersimpan di dalamnya, wacana nasional ini
perlu untuk dimunculkan kembali, dibangkitkan kembali dan digali terus nilai-nilainya agar terus
berdialektika dalam jaman yang terus bergulir. Untuk itu Pancasila harus bisa kita telaah secara
analitis. SARAN Perlu ditanamkannya nilai – nilai dalam Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat. Agar kita mampu memfilterisasi arus globalisasi yang ada. Sesuaikah dengan
nilai – nilai Pancasila. Pancasila dapat berperan dalam era globalisasi apabila dari diri masing –
masing sudah tertanam nilai – nilai luhur Pancasila. Tentu akan percuma peran Pancasila dalam
era globalisasi ini, apabila dalam diri sendiri tidak mempunyai kesadaran akan pentingnya nilai –
nilai Pancasila dalam kehidupan.
B. Saran – Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita wajib menghargai segala nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila, mengingat pancasila adalah falasah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
bersatu dan berdaulat.
DAFTAR PUSTAKA
Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan.
Saafroedin Bahar (ed). (1992) Risalah Sidang BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19 Agustus1945. Edisi
kedua. Jakarta: SetNeg RI.
Suwarno, P.J.. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia.
Tim Fakultas Filsafat UGM (2005) Pendidikan Pancasila. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Darmodiharjo, Darji.1995.Santiaji Pancasila.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
WEBSITE INTERNET.
www.wikipedia.org