PUSKESMAS I CILONGOK
Preceptor Fakultas:
dr. Diah Krisnansari, M.Si
Preceptor Lapangan:
dr. Novita Sabjan
Disusun oleh:
Niswati Syarifah Anwar G4A015041
Marlina Jaya Diputri G4A015115
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Niswati Syarifah Anwar G4A015041
Marlina Jaya Diputri G4A015115
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL. ................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN. ........................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 3
C. Manfaat ................................................................................................. 3
II. ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas ............................................ 6
B. Deskripsi Situasi dan Kondisi Wilayah Kerja Puskesmas. .................. 7
C. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat ......................... 9
D. Situasi Upaya Kesehatan ...................................................................... 12
III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH
A. Daftar Permasalahan Kesehatan ........................................................... 19
B. Penentuan Prioritas Masalah ................................................................ 20
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH
A. Dasar Teori ........................................................................................... 25
B. Kerangka Konsep ................................................................................. 38
C. Hipotesis ............................................................................................... 39
V. METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................................... 40
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 40
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 40
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 43
E. Definisi Operassional ........................................................................... 43
F. Pengumpulan Data ............................................................................... 45
G. Tata Urutan Kerja ................................................................................. 45
H. Analisa Data ......................................................................................... 49
VI. HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH ............................... 50
VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH .......................................... 55
VIII. RENCANA KEGIATAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 58
B. Tujuan ................................................................................................... 59
C. Judul Kegiatan ...................................................................................... 59
D. Bentuk Kegiatan ................................................................................... 59
E. Sasaran .................................................................................................. 59
F. Pelaksanaan .......................................................................................... 59
G. Rencana Anggaran ............................................................................... 60
H. Rencana Evaluasi Program ................................................................... 60
IX. PELAKSANAAN DAN EVALUASI PROGRAM
A. Pelaksanaan .......................................................................................... 61
B. Evaluasi ................................................................................................ 62
X. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 63
B. Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
3
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat,
rahmat, hidayah dan inayah-nya, sehingga laporan akhir Community Health
Analysis (CHA) ini dapat kami selesaikan tepat waktu.
Laporan CHA ini merupakan salah satu tugas yang dibuat dalam rangka
memenuhi syarat tugas di SMF Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Penyusunan laporan CHA ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapan saran dan kritik untuk perbaikan
penulisan di masa yang akan datang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Novita Sabjan
selaku preceptor lapangan yang membimbing kami dalam penyelesaian laporan di
Puskesmas 1 Cilongok. Kepada dr. Diah Krisnansari selaku pembimbing fakultas
dan dosen-dosen Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
telah membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan laporan CHA ini,
serta kepada rekan co-asissten atas semangat dan dorongan serta bantuannya.
Semoga laporan CHA ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (TBC). Meskipun dapat menyerang hampir
semua organ tubuh, namun bakteri TBC lebih sering menyerang organ paru
(80-85%) (Depkes, 2008). Tuberkulosis yang menyerang paru disebut
tuberkulosis paru dan yang menyerang selain paru disebut tuberkulosis ekstra
paru. Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan dahak menunjukkan BTA (Basil
Tahan Asam) positif, dikategorikan sebagai tuberkulosis paru menular
(Depkes, 2005).
Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menahun, bahkan
dapat seumur hidup. Setelah seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis, hampir 90% penderita secara klinis tidak sakit, hanya
didapatkan test tuberkulin positif dan 10% akan sakit. Penderita yang sakit
bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50% penderita TB paru akan mati,
25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan 25% menjadi kronik dan
infeksius (Jusuf, 2010). Namun Orang Dengan HIV AIDS(ODHA) dengan
TB paru aktif yang tidak diobati lebih mungkin meninggal dalam waktu yang
lebih singkat (Green, 2006).
Pada tahun 2013, beberapa negara anggota World Healh Organization
(WHO) mengusulkan adanya strategi baru untuk mengendalikan TB yang
mampu menahan laju infeksi baru, mencegah kematian akibat TB,
mengurangi dampak ekonomi akibat TB, dan mampu meletakkan landasan ke
arah eliminasi TB. Eliminasi TB akan tercapai apabila angka insidensi TB
berhasil diturunkan menjadi 1 kasus TB per 1 juta penduduk, sedangkan
kondisi yang memungkinkan pencapaian eliminasi TB (pra eliminasi) adalah
apabila angka insidensi mampu dikurangi menjadi 10 per 100.000 penduduk.
Dengan angka insidensi global tahun 2012 mencapai 122 per 100.000
penduduk dan penurunan angka insidensi sebesar 1-2% setahun, maka TB
akan memasuki kondisi pra eliminasi pada tahun 2160 (Kemenkes, 2014).
Kasus baru TB BTA positif di Indonesia pada tahun 2013 ditemukan
sebanyak 196.310 kasus.Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur,
5
dan Jawa Tengah.Kasus baru TB BTA positif di tiga provinsi tersebut hampir
sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia (Kemenkes, 2014).
Penemuan kasus baru TB BTA positif di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2014 adalah sebesar 63 kasus per 100.000 penduduk dengan total 20.796
kasus baru. Penemuan kasus baru TB BTA positif tertinggi adalah di Kota
Magelang, yaitu sebanyak 650 kasus.Kabupaten Banyumas menempati
urutan ke-6 dengan penemuan jumlah kasus TB sebanyak 91 kasus (Dinkes
Jateng, 2014).
Puskesmas I Cilongok merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penduduk yang cukup besar,
yaitu sebesar 66.396 jiwa. Jumlah pasien TB BTA positif yang terdata pada
tahun 2015 di wilayah Puskesmas I Cilongok adalah sebanyak 56 orang
dengan kasus baru TB BTA positif sebanyak 34 kasus. Pada tahun 2015,
angka penemuan penderita pasien TB paru BTA positif/Case Detection Rate
(CDR) hanya sebesar 57,14% dari target 100%. Hal ini dimungkinkan karena
kurangnya skrining atau kurang aktifnya pemegang program, medis, dan
paramedis untuk melakukan penjaringan di keluarga dengan BTA positif.
Penanganan pasien baru penyakit TB BTA positif tercermin dengan angka
pengobatan lengkap sejumlah 17 kasus dan angka keberhasilan pengobatan
sebesar 164,7% (Puskesmas I Cilongok, 2015).
Jumlah pasien TB BTA positif yang terdata pada tahun 2016 di wilayah
Puskesmas I Cilongok adalah sebanyak 46 orang dengan kasus baru TB BTA
positif sebanyak 38 kasus, kasus kambuh sebanyak 4 kasus, dan kasus
pindahan sebanyak 4 kasus. Pada bulan Agustus tahun 2016, angka
penemuan penderita pasien TB paru BTA positif/Case Detection Rate (CDR)
hanya sebesar 33,93% dari target 100%. Hal ini dimungkinkan karena pada
beberapa pasien ada yang sudah mendapatkan terapi antibiotik di pelayanan
kesehatan sebelumnya, selain itu ada juga masalah teknis yaitu kesulitan
mendapatkan sputum karena pada beberapa pasien hanya mengeluarkan air
liur saja, dan kualitas reagen yang hampir expire date(Puskesmas I Cilongok,
2016).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan TB secara umum dibagi menjadi
dua yaitu faktor host atau personal dan faktor lingkungan. Faktor personal
meliputi kebiasaan dan paparan terhadap rokok, status nutrisi, penyakit
6
sistemik, keadaan immunocompromised, dan faktor usia. Faktor lingkungan
meliputi orang yang tinggal serumahdengan penderita TB, selain itu orang
yang tinggal di lingkungan yang banyak terjadi kasus TB, dan sosioekonomi
juga berpengaruh terhadap risiko terkena TB (Horsburgh, 2009).
Strategi penemuan kasus TB BTA positif harus dilakukan secara intensif
pada kelompok populasi terdampak dan populasi rentan disertai kegiatan
promosi yang aktif oleh petugas kesehatan bersama masyarakat dan didukung
dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai untuk pengecekan
dahak, biakan, dan uji kepekaan obat. Kegiatan promosi yang aktif oleh
petugas kesehatan bersama masyarakat penting dilakukan mengingat bahwa
riwayat kontak dengan pasien TB serta kurangnya pengetahuan, sikap, dan
perilaku pencegahan penularan penyakit TB akan mempengaruhi kejadian
penularan TB (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
mengambil judul penelitian “Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat
Tuberkulosis Paru di Puskesmas I Cilongok”.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health
Analysis) di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok Kabupaten Banyumas
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
tuberkulosis paru di Puskesmas I Cilongok.
b. Mencari alternatif pemecahan masalah pada faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas I
Cilongok.
c. Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah pada faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas I
Cilongok.
7
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I
Cilongok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok.
b. Bagi masyarakat desa
Memberikan informasi kesehatan (promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif) kepada masyarakat untuk penelitian khususnya
berkaitan dengan TB.
3. Bagi instansi terkait
Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas
berkaitan dengan promosi kesehatan terutama masalah TB sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan kebijakan
yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.
4. Bagi Fakultas Kedokteran UNSOED
Untuk menambah bahan referensi yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam penelitian selanjutnya.
8
II. ANALISIS SITUASI
9
e. Tenaga Teknis Medis
Puskesmas I Cilongok memiliki 1 (satu) orang tenaga analis dan
1 (satu) orang tenaga radiografer sejak pertengahan tahun 2013.
f. Tenaga Sanitasi
Sampai dengan tahun 2015, tenaga sanitasi di Puskesmas I
Cilongok adalah sebanyak 1 orang atau sebesar 1,5 per 10.000
penduduk. Dibandingkan dengan standard rasio tenaga sanitasi
sebesar 0,29 per 10000 penduduk, maka rasio tenaga sanitasi di
Puskesmas I Cilongok masih kurang dari standard rasio nasional.
g. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesmas di Puskesmas I Cilongok terdapat 1 (satu)
orang.
3. Pembiyaan Kesehatan
Jaminan kesehatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
meliputi Jaminan Kesehatan Nasional, Jamkesda, asuransi swasta, serta
asuransi perusahaan. Peserta jaminan kesehatan pada tahun 2015 sebesar
34.019 orang (51,24%).
4. Sumber Daya Kesehatan Lainnya
Pada tahun 2015, jumlah Posyandu di wilayah Puskesmas I
Cilongok adalah sebanyak 103 Posyandu, sebagai berikut:
a. Posyandu Pratama
Jumlah posyandu dengan strata Pratama adalah sebanyak 3
posyandu atau sebesar 2,9%.
b. Posyandu Madya
Jumlah posyandu dengan strata Madya adalah sebanyak 26
posyandu atau sebesar 25,2 %.
c. Posyandu Purnama
Posyandu dengan tingkat strata Purnama adalah sebanyak 23
posyandu atau sebesar 22,3%.
d. Posyandu Mandiri
Jumlah posyandu dengan tingkat strata Mandiri adalah sebanyak
51 Posyandu atau sebesar 49,5 %.
10
B. Deskripsi, Situasi, Kondisi, dan Wilayah Kerja Puskesmas
1. Keadaan Geografi
Wilayah kerja Puskesmas I Cilongok meliputi sebelas desa yang
berada di Kecamatan Cilongok,yaitu desa Cilongok, Cikidang, Pernasidi,
Rancamaya, Panembangan, Karanglo, Kalisari, Karangtengah,
Sambirata, Gununglurah, dan Sokawera dengan luas wilayah kurang
lebih sebesar 62,1 Km2.Wilayah Puskesmas I Cilongok berbatasan
dengan :
Batas Utara :Karesidenan Pekalongan
Batas Selatan :Wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok
Batas Timur :Wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok dan
KarangLewas
Batas Barat :Wilayah Kerja Puskesmas II Ajibarang
danPekuncen.
Puskesmas I Cilongok berada pada ketinggian 225 meter di atas
permukaan laut. Sebagian wilayah kerja Puskesmas I Cilongok terdiri
dari dataran tinggi sebanyak 73,5% dan dataran rendah sebanyak26,5%.
Luas penggunaan lahan di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
terbanyak adalah dalam bentuk tanah sawah (25%) dan tanah
hutan(25%).
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari hasil registrasi
pertumbuhan penduduk pada akhir tahun 2015,jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas I Cilongok adalah sebanyak 66.396 jiwa,
terdiri dari 33.386 jiwa laki – laki dan33.010 jiwa perempuan yang
tergabung dalam 18.299 KK. Jumlah penduduk tertinggi yang
tercatat adalah di desa Karangtengah sebanyak 9.439 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk terendah adalah di desa Cikidang
sebanyak 3.265 jiwa.Rata-rata jiwa per rumah tangga adalah sebesar
4 jiwa / rumah tangga.
b. Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
belum merata, pada umumnya penduduk masih menumpuk didaerah
11
yang ramai.Rata–rata kepadatan penduduk di wilayah kerja
Puskesmas I Cilongok adalah sebesar 1.096 jiwa setiap kilometer
persegi.Desa dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah desa
Cilongok dengan tingkat kepadatan sebesar 2.497 jiwa setiap
kilometer persegi, sedangkandesa dengan tingkat kepadatan terendah
adalah desa Karangtengah dengan tingkat kepadatan sebesar 548
jiwa per kilometer persegi.
c. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur
Golongan umur terbesar di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
adalah golongan 25-29 tahun sebanyak 5.957
jiwa,sedangkangolongan usia terendah adalahusia >75 tahun
sebanyak 1.622 jiwa.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi masyarakat di daerah wilayah kerja
Puskesmas I Cilongok dapat digambarkan melalui beberapa hal
sebagai berikut:
a. Tingkat Pendidikan
Berdasarkandata yang berhasil dihimpun, jumlah penduduk
di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok baik laki – laki maupun
perempuan berusia 10 tahun keatas yang memiliki tingkat
pendidikan perguruan tinggi atau sederajat adalah sebesar
797jiwa atau sekitar 1,42%dan tamat SMA atau sederajat adalah
sebesar 4.982 jiwa atau sekitar 8,87%. Jumlah ini masih relatif
rendah dibandingkan penduduk yang hanya lulus SD, yaitu
sebesar 23.920 jiwa atau 42,57%. Tingkat pendidikan sebagian
besar penduduk di Wilayah Puskesmas I Cilongok ini, akan juga
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan masyarakat,
khususnya tentang kesehatan.
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian sebagian besar penduduk di wilayah
Puskesmas I Cilongok adalah sebagai buruh tani, yaitu sebesar
9,51%, sedangkan yang berpenghasilan sebagai pengusaha
hanya sebesar 3,56 %, PNS sebesar 1%, atau ABRI sebesar
0,1%. Dari data tersebut terlihat bahwa peningkatan UKBM
12
masih harus terus dikembangkan dengan meningkatkan
kerjasama lintas sektoral secara maksimal sehingga tingkat
pendapatan dan daya beli penduduk akan meningkat yang
akhirnya juga akan meningkatkan kemampuan untuk melakukan
pengobatan sebaik mungkin.
c. Sarana Penunjang
Sarana penunjang laju perekonomian di wilayah Puskesmas
I Cilongok antara lain adalah adanya pasar tradisional,
warung/toko, badan kredit, lumbung desa, dan Koperasi Unit
Desa. Sarana transportasi umum yang mendukung aktifitas
penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok antara lain
angkutan perdesaan (Angkudes), angkutan bus dalam dan antar
propinsi, serta ojek.
Fasilitas tempat sarana peribadatan di wilayah kerja
Puskesmas I Cilongok antara lain adalah mushola dan masjid
yang sebagian besar pendiriannya merupakan swadana
masyarakat. Fasilitas pendukung bagi peningkatan taraf
pendidikan penduduk di wilayah Puskesmas I Cilongok adalah
adanya Sarana Kelompok Bermain (KB) atau PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), Taman Kanak-Kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
13
kematian dan penyakit-penyakit yang terjadi pada periode terakhir akan
diuraikan dibawah ini:
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
Pada tahun 2015di wilayah Puskesmas I Cilongok terdapat 982
kelahiran, dengan 978 kelahiran hidup dan 4 lahir mati. Jumlah bayi
mati pada tahun 2015 di wilayah Puskesmas I Cilongok ditemukan
sebanyak 4 jiwa atau 4,08 per 1000 kelahiran hidup. AKB di wilayah
Puskesmas I Cilongok pada tahun 2014 adalah sebesar 1,5 per 1000
kelahiran hidup, pada tahun 2013 sebesar 5,7 per 1000 kelahiran
hidup, dan pada tahun 2012 adalah sebesar 1,3 per 1000 kelahiran
hidup. Dapat disimpulkan bahwa angka kematian bayi di wilayah
Puskesmas I Cilongok mengalami kenaikan dalam 1 tahun terakhir.
b. Angka Kematian Ibu (AKI)
Jumlah kematian ibu pada tahun 2015 di wilayah Puskesmas I
Cilongok adalah sebanyak 102 angka kematian yang dilaporkan.
Angka kematian tersebut, meliputi jumlah kematian ibu hamil, ibu
bersalin, dan ibu nifas. Jumlah kematian ibu hamil pada tahun 2014
adalah sebanyak 0 (nol) jiwa, jumlah kematian ibu bersalin sebanyak
0 (nol) jiwa, dan jumlah kematian ibu nifas sebanyak 1 (satu) jiwa di
Desa Cilongok. Angka Kematian Ibu (AKI) Puskesmas I Cilongok
tahun 2014 adalah 96,89 per 100.000 kelahiran hidup dan AKI pada
tahun 2013 sebesar 190,8 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan
AKI di Puskesmas I Cilongok disebabkan oleh pengetahuan tentang
kehamilan sehat dan persalinan aman oleh petugas kesehatan kepada
masyarakat, meningkatnya kinerja Bidan dalam manajemen
pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan yang sesuai
dengan standard mutu.
c. Angka kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) di wilayah Puskesmas I
Cilongok pada tahun 2015 adalah 0 dari total 982 kelahiran atau 0
per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 ditemukan 16 (enam
belas) kasus kematian atau sekitar 15,6 per 100.000 kelahiran hidup,
sehingga AKABA di Puskesmas I Cilongok dibandingkan tahun
2014 per 1000 kelahiran mengalami penurunan.
14
d. Angka Kecelakaan
Pada bulan Maret 2016, ditemukan 42 kejadian kecelakaan yang
ditangani di Puskesmas I Cilongok. Tidak ada pasien yang
meninggal dunia. Jumlah pasien yang mengalami luka berat
berjumlah 4 orang, sedangkan pasien yang mengalami luka ringan
berjumlah 38 orang.
2. Morbiditas
a. Penyakit Malaria
Tidak terdapat kasus malaria pada tahun 2015, baik kasus
malaria klinis maupun malaria positif.Jumlah kasus malaria positif
selama tahun 2014 adalah sebanyak 2 kasus, sehingga menunjukkan
bahwa pengobatan dan pencegahan penyakit malaria di Kecamatan
Cilongok mencapai 100%.
b. TB paru
Kasus TB Paru di Puskesmas I Cilongok yang ditemukan
selama tahun 2015 adalah sebanyak 33 kasus dengan BTA (+), tahun
2014 sebanyak 64 kasus dengan BTA (+), tahun 2013 sebanyak 63
kasus BTA (+), sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 53 kasus BTA
(+). Kenaikan kasus TB Paru sampai tahun 2014 di wilayah
Puskesmas I Cilongok disebabkan aktifnya pelacakan pada
suspekTB yang ada di wilayah Puskesmas I Cilongok. Pada tahun
2015 angka kejadian TB paru dengan BTA (+) menurun, karena
sudah tersedia sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendeteksi dan menangani pasien TB Paru di Puskesmas I
Cilongok.
c. HIV
Kasus HIV di Puskesmas I Cilongok selama tahun 2015 terdapat
sebanyak 992 kasus. Kasus HIV ditemukan paling banyak diderita
oleh jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 962 kasus atau
96,98% dan pada kelompok usia 25-49 tahun, yaitu sebanyak
57,86%. Kasus AIDS ditemukan sebanyak 1 kasus.
d. Acute Flacid Paralysis(AFP)
Selama tahun 2015, kasus AFP tidak ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas I Cilongok.
15
e. Demam Berdarah Dengue
Ditemukan sebanyak 5 kasus Demam Berdarah Dengue di
wilayah Puskesmas I Cilongok pada tahun 2015. Dibandingkan
dengan tahun 2014 ditemukan 10 kasus, tahun 2013 ditemukan 17
kasus, dan tahun 2012 ditemukan 4 kasus. Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, terlihat adanya penurunan kasus DBD di wilayah
Puskesmas I Cilongok.
f. Diare
Di wilayah Puskesmas I Cilongok selama tahun 2015 ditemukan
751 kasus diare.Terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu
ditemukan sebanyak 709 kasus diare pada tahun 2014,setelah
sebelumnya mengalami penurunan dari 821 kasus pada tahun 2013
dan 852 kasus pada tahun 2012.
3. Status Gizi
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya adalah untuk
menangani permasalahan gizi yang ada di masyarakat. Berdasarkan
pemantauan status gizi balita tahun 2015 di wilayah Puskesmas I
Cilongok didapatkan data jumlah seluruh balita adalah sebanyak 5.051
jiwa, sedangkan jumlah balita yang ditimbang adalah sebanyak 4.228
jiwa. Ditemukan 39 balita yang menderita gizi buruk dari seluruh balita
yang ditimbang dengan jumlah balita yang mendapatkan perawatan
sejumlah 30 orang (76,9%).
16
Masa kehamilan adalah masa penting yang harus dipantau
secara rutin, sehingga tumbuh kembang janin serta gangguan
kesakitan pada ibu selama kehamilan dapat terus
dipantau.Deteksi dini terhadap kelainan pada janin maupun
kesakitan pada ibu dapat dilakukan dengan pemeriksaan rutin
yang dilakukan ibu hamil.
Jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
pada tahun 2015 yang mendapatkan pelayanan K4 sebanyak
88,1%, pada tahun 2014 yang mendapatkan pelayanan K4
sebanyak 97,3%, dan pada tahun 2013 yang mendapatkan
pelayanan K4 sebanyak 98,1%. Target Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Kabupaten Banyumas tahun 2015 adalah
sebesar 95%, sehingga Puskesmas I Cilongok pada tahun 2015
belum memenuhi Standar Pelayanan Minimal.Dibandingkan
pencapaian pada tahun sebelumnya, maka terjadi penurunan
pelayanan K4 di wilayah binaan Puskesmas I Cilongok.
2) Pertolongan oleh Nakes (tenaga kesehatan)
Komplikasi dan kematian pada ibu maternal serta bayi baru
lahir sangat ditentukan dari penolong persalinan terutama bidan
yang mempunyai kompetensi. Pertolongan persalinan yang tidak
dilakukan oleh nakes akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi maupun kematian pada ibu bersalin maupun bayi.
Di wilayah Puskesmas I Cilongok, pertolongan persalinan
oleh nakes selama tahun 2015 sebesar 83,79%, tahun 2014
sebesar 97,1%, dan tahun 2013 sebesar 100%. Target Standard
Pelayanan Minimal Kabupaten Banyumas tahun 2015 adalah
sebesar 100%, sehingga pencapaian di Puskesmas I Cilongok
belum mencapai hasil sesuai harapan.
3) Bumil Risti (risiko tinggi) ditangani
Pada tahun 2015, ibu hamil berisiko tinggi yang ada di
wilayah Puskesmas I Cilongok sebanyak 187 bumil, dan seluruh
bumil risti ditangani.
4) Bayi dan bayi BBLR (berat badan lahir rendah)
17
Pada tahun 2015 terdapat 57 bayi berat badan lahir rendah
dari 982 jumlah kelahiran hidup yang ada atau 5,8%.
Sedangkan, pada tahun 2014 sebanyak 51 bayi dari 1.027
jumlah kelahiran hidup (4,96%) dan 2013 sebanyak 44 bayi dari
1.031 jumlah kelahiran hidup (2,76%). Dibandingkan tahun
2013 dan 2014, pencapaian tahun 2015 maka kasus BBLR di
wilayah Puskesmas 1 Cilongok mengalami fluktuasi.
b. Pelayanan Keluarga Berencana
Pasangan usia produktif memiliki peranan penting dalam
meningkatkan jumlah penduduk. Wanita usia subur (WUS) berusia
antara 15-49 tahun. Untuk mengatur jarak kehamilan pada WUS
dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2015, jumlah PUS
(pasangan usia subur) di wilayah Puskesmas I Cilongok adalah
sebanyak 12.670, dibandingkan pada tahun 2014 jumlah PUS adalah
sebesar 12.789 dan pada tahun 2013 jumlah PUS adalah sebesar
12.859, maka terjadi penurunan jumlah PUS.
Peserta KB (Keluarga Berencana) aktif di wilayah Puskesmas I
Cilongok pada tahun 2015 adalah sebanyak 9.978 atau sekitar 76%.
Dibandingkan pada 2014 jumlah peserta KB aktif adalah sebesar
9.720 atau 78,39% dan pada 2013 jumlah peserta KB aktif adalah
sebesar 10.249 atau 78,39%, maka jumlah peserta KB aktif di
wilayah Puskesmas I Cilongok mengalami penurunan. Hal ini erat
kaitannya dengan banyaknya pasangan muda di wilayah Puskesmas
I Cilongok.
c. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk
bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio. Campak, HB), imunisasi
untuk wanita usia subur atau ibu hamil (TT), dan imunisasi untuk
anak sekolah SD (kelas 1: DT dan kelas 2-3: TT). Daerah binaan
Puskesmas I Cilongok selama tiga tahun terakhir UCI yang dicapai
sebesar 100%, maka wilayah kerja Puskesmas I Cilongok UCI sudah
tercapai 100% sesuai standard.
18
2. Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Rujukan, dan Penunjang
Pelayanan Kesehatan yang dilakukan di Puskesmas I Cilongok
meliputi pelayanan pada rawat jalan dan rawat inap.
a. Rawat jalan
Pelayanan kesehatan pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap
di Puskesmas I Cilongok selama tahun 2015 terdapat 42.747
kunjungan, yang terdiri dari 9.051 kunjungan baru dan 33.696
kunjungan lama. Dibandingkan dengan tahun 2014 terdapat 43.590
kunjungan, yang terdiri dari 10.170 kunjungan baru dan 33.420
kunjungan lama serta tahun 2013 terdapat 32.427 kunjungan, yang
terdiri dari 6.104 kunjungan baru dan 26.323 kunjungan lama. Hal
ini menunjukkan tingkat kepercayaan dan kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan rawat jalan di Puskesmas I Cilongok cukup
tinggi.
b. Rawat Inap
Pelayanan rawat inap kasus kunjungan baru pada Puskesmas I
Cilongok selama tahun 2015 adalah sebesar 2,2%, dibandingkan
tahun 2014 sebesar 2,2% dan tahun 2013 sebesar 1,5% dari
keseluruhan kunjungan baru di Puskesmas I Cilongok, maka
kunjungan kasus baru tetap.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio
Berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2015, tidak
ditemukan kasus AFP di wilayah Puskesmas I Cilongok.
b. Pencegahan dan pemberantasan TB Paru
Di wilayah Puskesmas I Cilongok, pada tahun 2015 kasus TB
Paru BTA (+) yang ditemukan adalah sebanyak 34 kasus dan angka
kesembuhan sejumlah 39 kasus, angka pengobatan lengkap sejumlah
17 kasus, serta angka keberhasilan pengobatan sebesar 164,7%.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, kasus pneumonia
selama tahun 2015 di wilayah Puskesmas I Cilongok yang
ditemukan dan ditangani sebanyak 65 kasus. Dibanding tahun 2014
19
sebanyak 38 kasus, maka terjadi peningkatan kasus pneumonia yang
ditemukan dan ditangani.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
Kasus DBD selama tahun 2015 di wilayah Puskesmas I
Cilongok ditemukan 5 kasus dan seluruhnya ditangani (100%).
e. Pengendalian penyakit malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang memiliki dampak pada
penurunan kualitas sumber daya manusia. Penegakan diagnosis yang
tepat serta penanganan yang cepat merupakan salah satu upaya
penting dalam pengendalian vektor potensial. Selama tahun 2015
tidak ditemukan kasus malaria di wilayah Puskesmas I Cilongok.
Upaya yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas I Cilongok dalam
rangka pengendalian penyakit malaria adalah dengan upaya
penegakan dini kasus malaria dengan mendatangi warga yang
memiliki gejala kearah malaria.
f. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan
KLB
Pada tahun 2015 tidak ada KLB di wilayah Puskesmas I
Cilongok.
g. Pengendalian vektor
Pengendalian vektor yang dilakukan secara rutin adalah dengan
gerakan PSN, abatisasi, fogging, dan penyuluhan. Pada tahun 2015,
didapatkan rumah atau bangunan bebas jentik sebanyak 96,00% dari
14.812 rumah atau bangunan yang diperiksa. Sedangkan, pada tahun
2014 sebanyak 93,80% dari 11.150 rumah atau bangunan yang
diperiksa dan tahun 2013 sebanyak 96,00% dari 11.675 rumah atau
bangunan yang diperiksa.
4. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
a. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Jumlah institusi diwilayah Puskesmas I Cilongok yang terdiri
sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, dan perkantoran
yang dibina pada tahun 2014 sebanyak 459 sarana (80,5%), pada
20
tahun 2013 sebanyak 456 sarana (80%), dan pada tahun 2012
sebanyak 382 sarana (86,8%).
b. Pelayanan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Tempat-Tempat Umum (TTU) yang diperiksa pada tahun 2015
sebanyak 48 tempat dan semuanya memenuhi persyaratan kesehatan
(100%). Sedangkan pada tahun 2014, TTU yang diperiksa sebanyak
423 tempat dan yang memenuhi persyaratan kesehatan sebanyak 339
(80,14%).
c. Rumah Sehat
Berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2015 dari jumlah
18.299 rumah yang diperiksa, terdapat 14.886 rumah yang
memenuhi syarat Rumah Sehat atau sebesar 81,35%. Pada tahun
2014 dari jumlah 11.887 rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat
Rumah Sehat sebanyak 9.642 atau sebesar 81,11%, maka terlihat
sedikit peningkatan jumlah Rumah Sehat yang diperiksa.
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Jumlah seluruh balita sebanyak 5.051 orang dengan jumlah
balita yang ditimbang sebanyak 4.228 orang. Ditemukan 39 balita
yang menderita gizi buruk dari seluruh balita yang ditimbang dengan
jumlah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan sejumlah 30
orang (76,9%).
b. Pelayanan Gizi
1) Pemberian Kapsul Vitamin A
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan
balita sebanyak 2 kali dalam setahun, dilakukan untuk
mencegah defisiensi vitamin A yang diperkirakan dapat terjadi.
Di Puskesmas I Cilongok, jumlah balita yang mendapat
kapsul vitamin A sebanyak 2 kali pada tahun 2015 adalah
sebesar 100% dari 4.688 bayi dan balita yang ada. Begitu pula
pencapaian pada tahun 2014 dan 2013, 100% bayi dan balita
yang ada mendapat vitamin A.
2) Pemberian Tablet besi
21
Untuk mengatasi kasus anemia pada ibu hamil, maka
dilakukan pemberian tablet besi (Fe) selama kehamilan.Selama
tahun 2015, jumlah ibu hamil yang mendapat tablet besi adalah
88,08%. Pada tahun 2014 sebesar 98,04% dan tahun 2013
sebesar 98,09%,sehingga terlihat adanya penurunan pada tahun
2015.
6. Pelayanan Promosi Kesehatan
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas I Cilongok mengenai
cakupan desa siaga aktif sebesar 100%. Realisasi sampai akhir tahun
2015 mencapai angka 90,91%.
22
III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH
23
B. Penentuan Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah yang dilakukan di Puskesmas I Cilongok
menggunakan metode Hanlon. Penentuan prioritas dengan metode Hanlon
dilakukan dengan menggunakan 4 kriteria, yakni kriteria A (besarnya
masalah), kriteria B (tingkat keseriusan masalah), kriteria C (kemudahan
penanggulangan masalah), dan kriteria D yang menggunakan istilah PEARL
faktor untuk menggambarkan dapat tidaknya program dilaksanakan (Symon,
2013).
1. Kriteria A (Besarnya Masalah)
Besarnya masalah dapat diartikan sebagai angka kejadian penyakit,
yaitu ukuran besarnya populasi yang mengalami masalah tersebut. Angka
kejadian yang besar diberikan skor yang besar pula (Symon, 2013).
2. Kriteria B (Tingkat Keseriusan Masalah)
Keseriusan masalah dilihat dari 3 aspek, yaitu urgensi (urgency),
keparahan (severity), dan ekonomi (cost). Untuk menilai keseriusan
masalah, masing-masing aspek diberikan skor, aspek yang paling penting
diberikan skor yang paling besar kemudian dihitung rata-rata skor dari 3
aspek.
a. Urgensi : dinilai dari keperluan penyelesaian masalah secara
segera dan perhatian publik
b. Keparahan: dinilai dari kemungkinan mortalitas dan fatalitas suatu
penyakit
c. Ekonomi : dinilai dari besarnya dampak ekonomi kepada
masyarakat.
3. Kriteria C ( Kemudahan Penanggulangan Masalah)
Kriteria ini dinilai dari ketersediaan solusi yang efektif
menyelesaikan masalah.Semakin tersedia solusi efektif diberikan skor
yang semakin tinggi.
4. Kriteria D (PEARL)
Dinilai berdasarkan jawaban ya dan tidak, jika ya diberikan skor 1
dan jika tidak diberikan skor 0. PEARL terdiri atas:
24
b. E : Economic : apakah secara ekonomi bermanfaat
c. A : Acceptability : apakah bisa diterima masyarakat
d. R : Resources : adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah
e. L: Legality : tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada.
Berdasarkan metode Hanlon, penentuan prioritas masalah di Puskesmas I
Cilongok sebagai berikut :
1. Kriteria A (Besarnya Masalah)
Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari selisih
antara target capaian program dengan realisasi program :
a. 25% atau lebih : 10
b. 10% - 24,9% :8
c. 1% - 9,9 % :6
d. 0,1% - 0,9% :4
e. 0,01% – 0,09% : 2
f. <0,01% :0
Tabel 3.2.Hasil Kriteria A Puskesmas Cilongok I
Target Realisasi Selisih Skor
No Indikator
(%) (%) (%) A
1. Cakupan kunjungan ibu 90 69 21 8
hamil K-4
2. Cakupan persalinan oleh 95.2 71.36 18.64 8
nakes yang memiliki
kompetensi Kebidanan
3. Cakupan pelayanan ibu 90 71.36 18.64 8
nifas
4. Cakupan pemberian MP 100 51.22 48.78 10
ASI anak 6-24 bulan
keluarga miskin
5. Cakupan pelayanan 100 81.81 18.19 8
imunisasi
6. Cakupan penemuan ISPA 80 1.65 81.54 10
7. Cakupan penemuan pasien 100 33.93 66.07 10
baru penderita TB BTA +
8. Cakupan penemuan 100 0 100 10
penderita diare
9. Cakupan penemuan DB 100 100 0 0
10. Cakupan desa siaga aktif 100 90.91 9.09 6
28
IV. KERANGKA KONSEP MASALAH
A. Tuberkulosis
1. Definisi
jaringan lain sepertikulit, mata, kelenjar limfe, tulang, selaput otak dan
2008).
2. Etiologi
μm dan lebar 0,2 μm–0,5 μm. Organisme ini tidak bergerak, tidak membentuk
spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai akan terlihat berbentuk manik-manik
atau granuler. Basil tuberkulosis bersifat tahan asam dan dapat dilakukan
3. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya TB dibagi menjadi dua yaitu faktor host atau
a. Faktor Personal
29
1) Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok memiliki risiko yang
2) Status nutrisi, seseorang dengan berat badan kurang memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk terkena TB. Vitamin D juga memiliki peran penting
terkena TB.
b. Faktor lingkungan
untuk terkena TB. Selain itu orang yang tinggal di lingkungan yang
banyak terjadi kasus TB juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
Pada anak, faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang
30
endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak
baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti
perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif. Sumber infeksi
TB pada anak yang terpenting adalah pajanan terhadap orang dewasa yang
infeksius, terutama dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif.Berarti bayi dari
seorang ibu dengan BTA sputum positif memiliki risiko tinggi terinfeksi
4. Cara Penularan
dalam dahaknya. Hal tersebut bias saja terjadi oleh karena jumlah kuman
adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah
26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks
31
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk
5. Patogenesis TB
alveolus diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga
basil.Setelah berada dalam ruang alveolus, dibagian bawah lobus atas paru atau
dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel membangkitkan reaksi inflamasi atau
biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
tuberkulosis pneumoni kecil dan disebut sarang primer atau fokus Ghon. Dari
sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus dan
juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus. Proses ini memakan
dormant.
dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru. Sarang dini ini
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. Sarang dini
6. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
minggu atau lebih, batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitudahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
kegiatan fisik dan demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes RI,
1) Gejala respiratori
b) Batuk darah
c) Sesak nafas
d) Nyeri dada
33
2) Gejala Sistemik
c) Malaise
e) Anoreksia
b. Pemeriksaan Fisik
di daerah apeks dan segmen posterior. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai
a) Inspeksi
gerak paru).
b) Palpasi
vokal fremitus.
c) Perkusi
34
d) Auskultasi
Pemeriksaan Bakteriologis
contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagipada hari kedua.
b) P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
fasyankes.
2) Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium Tuberculosis
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal:
a) Pasien TB ekstra paru.
b) Pasien TB anak.
c) Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA
mutunya.
35
Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat
3) Pemeriksaan Radiologi
Tes kulit dapat mengidentifikasi seseorang yang telah terinfeksi pada suatu
36
saat oleh Mycobacterium tuberculosis, namun tidak dapat membedakan antara
penyakit yang sedang berlangsung dengan keadaan paska infeksi.Hasil tes yang
positif tidak selalu diikuti dengan penyakit, demikian juga dengan hasil tes negatif
ml secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan
bawah dengan ukuran jarum suntik 26-27 G dan spuit 1cc. Akan terbentuk
dosis 0,1 ml disuntikan dengan tepat dan cermat. Pembacaan dilakukan 48-72
jam setelah penyuntikan dalam cahaya yang terang dan posisi lengan bawah
Tidak adanya indurasi sebaiknya dicatat “0 mm” dan bukan negatif (Price and
secara tidak langsung menandakan bahwa pernah ada kuman yang masuk ke
bakteriologis.
pemberian terapi antibiotika spectrum luas (Non OAT dan Non quinolon)
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik
underdiagnosis.
tuberkulin.
1) Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya kaku
klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh uji yang diambil
38
g. Alur Penegakan Diagnosis TB
7. Pencegahan
berupa penguatan dari upaya manajerial bagi program PPI TB yang meliputi: a.)
pasien untuk semua pasien batuk, alur pelaporan dan surveilans serta membuat
b. Pengendalian administratif
Pengendalian lingkungan
Pemilihan jenis sistem ventilasi tergantung pada jenis fasilitas dan keadaan
kadar percik renik tidak dapat dihilangkan dengan upaya administratif dan
f) Imunisasi BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah agar kondisi
orang lain yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang
positif tertular.
wadah/ kaleng bertutup yang sudah diberi air sabun. Buanglah dahak ke
41
lubang WC atau timbun ke dalam tanah di tempat yang jauh dari
keramaian.
b) Menutup mulut saat batuk atau bersin dengan saputangan atau tisu atau
c) Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar udara dan sinar matahari
muka, ceramah dan media masa yang tersedia di wilayah tersebut tentang cara
pencegahan TB. Penyuluhan juga dapat diberikan secara khusus kepada klien agar
klien rajin berobat untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain
maupun anggota keluarga lain agar tercipta rumah sehat sebagai upaya
B. Kerangka Konsep
42
C. Hipotesis
43
V. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 di
Banyumas.
1. Populasi Target
2. Populasi Terjangkau
3. Sampel
a. Kasus
b. Kontrol
dengan kasus.
44
4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
1) Kasus
2) Kontrol
Banyumas.
b. Kriteria Eksklusi
5. Besar Sampel
45
Keterangan:
n : Besar sampel
α pada
sebesar 0,4
(1,223 + 0,493)22,944
n1 = n2 = = = 18,4 ≈ 18 = 36
0,16 0,16
masing kelompok kasus dan kontrol adalah 18 orang dengan total sampel
46
36 orang.
6. Teknik Sampling
purposive sampling.
D. Variabel Penelitian
Terdapat 2 jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel
1. Variabel Dependen
2. Variabel Independen
F. Pengumpulan data
2. Instrumen penelitian
tujuan penelitian dan mengacu kepada konsep dan teori. Pertanyaan terdiri
dari 7 bagian yaitu, bagian A berisi tentang data demografi yang meliputi
nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan status kontol atau kasus. Bagian B
berisi status gizi responden yang dinilai dari indek massa tubuh. Bagian C
dari poin C1, C2, C3, C5, C6, C8, C10 dan pertanyaan negatif berjumlah 3
poin yang terdiri dari poin C4, C7, dan C9. Bagian F berisi 10 pertanyaan
pencegahan penyakit tuberkulosis, yaitu: sangat setuju (4), setuju (3), tidak
setuju (2), dan sangat tidak setuju (1). Sedangkan penilaian pernyataan
juga menggunakan skala Likert, yaitu: sangat tidak setuju (4), tidak setuju
50
3. Uji coba alat pengumpulan data
dan telah diuji validitas serta reliabilitasnya. Adapun pengujian reliabilitas dan
antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Nilai
koefisien korelasi antara skor setiap item dengan skor total dihitung degan
yang berarti semua item pertanyaan dinyatakan valid. Variabel sikap untuk
bawah taraf signifikansi 5 % atau 0,05 dan variabel lingkungan kerja untuk
51
b. Uji Reliabilitas
tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
pernyataan yang sama menggunakan alat ukur yang sama pula. Reliabilitas
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
1. Tahap Persiapan
a. Analisis situasi
2. Tahap Pelaksanaan
e. Penyusunan laporan
H. Analisis data
1. Analisis Univariabel
digunakan untuk mencari rerata (mean), standar deviasi, median, dan nilai
maksimum-minimum.
2. Analisis Bivariabel
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji chi square karena data
53
VI. HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Variabel Frekuensi %
Kejadian TB
Kasus 18 50.0
Kontrol 18 50.0
Usia
Usia <45 26 72.2
Usia 45-59 8 22.2
Usia 60-69 1 2.8
Usia ≥70 1 2.8
Jenis Kelamin
Laki-laki 25 69.4
Perempuan 11 30.6
Status Gizi
BB kurang 17 47.2
BB normal 11 30.6
BB dengan risiko 4 11.1
Obes I 3 8.3
Obes II 1 2.8
Riwayat Kontak
Ya 18 50
Tidak 18 50
Pengetahuan
Baik 15 41.7
Buruk 21 58.3
Sikap
Baik 29 80.6
Buruk 8 19.4
Perilaku
Baik 5 13.9
Buruk 31 86.1
Lingkungan
Baik 11 30.6
Buruk 25 69.4
54
masing variabel dan presentasenya untuk menggambarkan karakteristik responden.
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa terdapat 18 responden dengan kejadian penyakit
TB (50%) dan 18 responden tidak terkena TB sebagai kontrol (50%). Rentang usia
menunjukan responden dengan usia <45 tahun sebanyak 26 orang (72.2%), usia
45-59 tahun terdapat 8 orang (22.2 %), usia 60-69 tahun terdapat 1 orang (2.8%),
dan usia ≥ 70 tahun terdapat 1 orang (2.8%). Jenis kelamin laki-laki terdapat 25
responden (69.4%) dan jenis kelamin perempuan terdapat 11 orang (30.6%). Data
hasil penelitian menunjukkan bahwa 17 responden memiliki status gizi kurang
(47.2%), status gizi normal sebanyak 11 orang (30.6%). Status gizi dengan risiko 4
orang (11.1%), obesitas derajat I sebanyak 3 orang (8.3%) dan obesitas derajat II
terdapat 1 orang (2.8%).
Responden dengan riwayat kontak berjumlah 18 orang (50%).
Responden tanpa riwayat kontak berjumlah 18 orang (50%). Responden
dengan pengetahuan baik tentang penyakit TB terdapat 15 orang (41.7%).
Responden dengan pengetahuan akan TB buruk berjumlah 21 orang (58.3%).
Responden dengan sikap baik berjumlah 29 orang (80.6%) sedangkan
responden dengan sikap buruk berjumlah 8 orang (19.4). Perilaku responden
buruk sebanyak 31 orang (86.1%), responden dengan perilaku baik sebanyak 5
orang (13.9%).Keadaan lingkungan terdapat 11 orang (30,6%) yang memiliki
rumah dengan keadaan lingkungan yang sehat dalam hal sanitasi, ventilasi dan
pencahayaan sedangkan 25 orang (60,4%) lainnya tinggal dalam lingkungan
yang tidak sehat.
B. Analisis Bivariat
18 0 18
Kontak
Riwayat (100%) (0%) (50%)
kontak Tidak 0 18 18 - - 0,000
55
(0%) (100%) (50%)
18 18 36
Total
(50%) (50%) (100%)
(Sumber : Data primer yang diolah)
10 15 25
Baik
(40%) (60%) (100%)
Pengetahuan
8 3 11 0,849-
Buruk 4,000 0,148
(72,7%) (27.3%) (100%) 18,836
18 18 36
Total
(50%) (50%) (100%)
(Sumber : Data primer yang diolah)
12 17 29
Baik
(41.4%) (58.6%) (100%)
Sikap 0,903-
56
6 1 7
Buruk 8,500 0,092
(85.7%) (14.3%) (100%) 80,025
18 18 36
Total
(50%) (50%) (100%)
(Sumber : Data primer yang diolah)
0 5 5
Baik
(0%) (100%) (100%)
Perilaku
18 13 31
Buruk - 0,054
(58,9%) (41,9%) (100%) -
18 18 36
Total
(50%) (50%) (100%)
(Sumber : Data primer yang diolah)
0 11 11
Baik
(0%) (100%) (100%)
Lingkungan -
57
18 7 25
Buruk - 0,000
(72%) (28%) (100%)
18 18 36
Total
(50%) (50%) (100%)
(Sumber : Data primer yang diolah)
2 9 11
Baik
(18.2%) (81.8%) (100%)
gizi
16 9 25 1,409-
Buruk 8,000 0,011
(64%) (36%) (100%) 45,407
18 18 36
Total
(50%) (50%) (100%)
(Sumber : Data primer yang diolah)
58
VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
terhadap kejadian tuberkulosis dan hanya factor status gizi yang berpengaruh
kriteria yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar. Efektifitas jalan keluar
meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi dan seberapa pentingnya jalan
keluar sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan
59
1. Kriteria Efektifitas Jalan Keluar
kriteria yaitu:
c. Vulnarebality
: sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan
kecepatan penyelesaian masalah.
menjadi:
60
Tabel 7.3 Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode Rienke
No Daftar Alternatif Efektivitas Efisie M.I.V Urutan
. Jalan Keluar nsi C Prioritas
M I V C Masalah
1. Penjaringan atau 4 3 4 2 24 1
penemuan suspek TB
secara aktif pada keluarga
dan lingkungan sekitar
tempat tinggal pasien TB
Paru BTA Positif.
2. Penyuluhan mengenai 4 2 3 3 8 2
tuberkulosis dan
pencegahan pengendalian
infeksi TB kepada pasien
TB Paru beserta keluarga.
3. Penyuluhan mengenai 3 2 3 3 6 3
pentingnya peran dan
kerjasama organisasi
masyarakat dalam
pengendalian
tuberkulosis.
4. Pembuatan media KIE 2 1 2 4 1 4
berupa standing banner
etika batuk dan leaflet
tuberkulosis.
metode rienke maka didapatkan prioritas pemecahan masalah berupa penjaringan atau
penemuan suspek TB secara aktif pada keluarga dan lingkungan sekitar tempat
61
VIII. RENCANA KEGIATAN (PLAN OF ACTION)
A. Latar Belakang
dalam penemuan pasien baru TB BTA Positif dengan persentase 82% pada
tahun 2015 dari target nasional minimal 90% dan rencana pencapaian standar
Puskesmas I Cilongok faktor riwayat kontak, status gizi, dan lingkungan pasien
penemuan suspek TB secara aktif pada keluarga dan lingkungan sekitar tempat
62
B. Tujuan
Untuk menemukan kasus baru TB Paru BTA Positif dan melakukan pencegahan
C. Judul Kegiatan
D. Bentuk Kegiatan
Cilongok yang memiliki gejala utama TB Paru yakni batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih disertai gejala tambahan berupa dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan atau demam
E. Sasaran Kegiatan
F. Pelaksana
63
b. Marlina Jaya Diputri, S.Ked
H. Evaluasi Program
suspek TB secara aktif pada keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggal
64
IX. LAPORAN HASIL PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan
pada lima keluarga pasien TB Paru dan tetangga disekitar rumahnya. Kegiatan
dilakukan pada hari Sabtu, 15 Oktober 2016 yang dimulai pukul 09.00 WIB s.d.
dan gejala tuberkulosis serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan disertai
pembagian leaflet berjalan dengan lancar, para responden cukup antusias untuk
dua arah. Peneliti menemukan dua responden suspek TB yang kemudian diberi pot
1. Tahap Persiapan
a. Perijinan
b. Materi
c. Sarana
65
2. Tahap Pelaksanaan
a. Judul Kegiatan
B. Evaluasi
a. Evaluasi Formatif
b. Evaluasi Preventif
66
X. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
a. Bagi Pasien TB
b. Bagi Masyarakat
67
c. Bagi Puskesmas
68
DAFTAR PUSTAKA
Bahar A, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Profil Kesehatan Jawa Tengah
Tahun 2014. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Herchline,T.E.,2013.Tuberkulosis.Availablefrom:http://emedicine.medscape.com/
article/230802-overview.
69
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), 2010. Buku Saku
PPTI. Jakarta.
Price, S.A., Standridge, M.P., 2006. Tuberkulosis Paru. Dalam: Price, S.A.,
Wilson, L.M., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC ; 852-861.
70
Lampiran 1
Kami, Niswati Syarifah Anwar S.Ked dan Marlina Jaya Diputri S.Ked, dokter
muda dari bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Jenderal Soedirman ingin mengajak Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian
kami yang berjudul “Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas I Cilongok Kabupaten
Banyumas”
Tujuan Penelitian
Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis (TBC)
di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok Kabupaten Banyumas.
Keikutsertaan Sukarela
Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah sukarela tanpa paksaan. Anda berhak
untuk menolak keikutsertaan tanpa ada kerugian atau sanksi apa pun yang akan
Anda alami akibat dari penolakan tersebut.
Durasi Penelitian, Prosedur Penelitian, dan Tanggung Jawab Informan
Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengisian lembar
persetujuan setelah penjelasan (information and consent form) kemudian
dilanjutkan dengan pengisian kuesioner dipandu oleh peneliti.
Manfaat Penelitian
Partisipasi Anda penting dalam penelitian ini karena Anda berkesempatan
menyampaikan apa yang Anda ketahui, pikirkan,dan lakukan sehubungan dengan
masalah infeksi tuberkulosis. Informasi ini berguna untuk membantu program
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas I Cilongok berkaitan dengan masalah
infeksi tuberkulosis sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
menentukan kebijakan dalam upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif kepada
masyarakat desa di wilayah keerja Puskesmas I Cilongok Kabupaten Banyumas.
Kerahasiaan
Kami menjamin kerahasiaan seluruh data. Data dari kuesioner yang diambil akan
kami tulis dengan kode tertentu. Proses pendokumentasian akan dilakukan jika
Anda memberikan izin terlebih dahulu.
Kesediaan
Tandatangan Anda pada lembar ini menunjukkan kesediaan Anda untuk menjadi
responden dalam penelitian.
Cilongok,….............................
( ) ( )
71
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Status : Kasus/Kontrol
4. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
5. Alamat :
B. STATUS GIZI
1. Berat Badan (kg) :
2. Tinggi Badan (m) :
2
3. IMT (BB/TB ) :
4. Status Gizi (IMT)
a. BB Kurang :<18,5
b. BB Normal : 18,5-22,9
c. BB dengan risiko :23-24.9
d. Obes I : 25-29,9
e. Obes II : ≥30
C. RIWAYAT KONTAK
1. Apakah dalam keluarga Anda ada yang mengalami gejala tuberkulosis paru
seperti : batuk berdahak, batuk darah, nyeri dan sesak dada yang
menahun?
a.Ya b.Tidak
2. Jika ya, apakah Anda serumah dengan penderita tersebut?
a.Ya b. Tidak
3. Apakah Anda mempunyai teman atau tetangga yang mengalami gejala
tuberkulosis paru seperti : batuk berdahak, batuk darah, nyeri dan sesak dada
yang menahun ?
a.Ya b.Tidak
4. Apakah Anda pernah berhubungan atau kontak langsung dengan
penderita?
a.Ya b.Tidak
D. PENGETAHUAN
Petunjuk : Jawablah dengan memberi tanda silang (x) pada pilihan
yang Anda anggap benar.
1. Menurut Anda apa penyebab dari tuberkulosis (TB) Paru?
a. Virus
b. Kuman Basil Tahan Basa
c. Kuman TB (Microbacterium tuberculosis)
2. Menurut Anda kuman TB paru dapat berada pada?
a. Dahak penderita TB paru Positif
b. Ludah penderita TB Paru Positif
c. Alat makan penderita TB Paru positif
72
d. Bekas Makanan TB Paru Positif
e. Bekas Minuman TB Paru Positif
f. Tidak Tahu
3. Gejala utama pada tuberkulosis yang Anda ketahui adalah;
a. Batuk terus menerus dan berdahak selama lebih dari 1 minggu
b. Batuk terus menerus dan berdahak selama lebih dari 2 minggu
c. Batuk terus menerus dan berdahak selama lebih dari 3 minggu
4. Gejala tambahan yang sering dijumpai pada TBC adalah :
a. Dahak bercampur darah
b. Batuk darah
c. Sesak napas dan nyeri dada
d. Badan lemah dan napsu makan menurun
e. Berat badan turun dan rasa kurang enak badan
f. Berkeringat malam hari walaupun tanpa kegiatan
g. Tidak Tahu
5. Apakah penyakit TBC menular?
a. Ya
b. Tidak (lanjut ke no.7)
6. Melalui apa cara penularannya ?
a. Saat batuk atau bersin
b. Peredaran darah
c. Berbicara terlalu dekat
d. Saluran napas
e. Melalui alat makan
f. Tidak Tahu
7. Menurut Anda yang dimaksud dengan perilaku membuang dahak di
sembarang tempat yaitu :
a. Membuang dahak sembarangan di tempat-tempat umum
b. Perilaku batuk tidak menutup mulut
c. Menampung dahak dalam wadah berisi cairan sabun
8. Menurut Anda tempat pembuangan dahak terakhir adalah :
a. Saluran pembuangan rumah tangga
b. Dikuubur
c. Kamar mandidan disiram dengan air sabun
9. Apakah Anda tahu bagaimana awal terjadinya TB ?
a. Tahu
b. Tidak tahu (lanjut ke no.11)
10. Bagaimana awal terjadinya TB yang Anda ketahui ?
a. Tubuh yang mengalami penurunan kekebalan tubuh
b. Penyakit kambuh karena tidak memiliki daya tahan tubuh
c. Perjalanan alamiah TB yang tidak diobati
11. Tujuan pengobatan TB yang Anda ketahui adalah :
a. Menyembuhkan penderita
b. Mencegah kematian
c. Mencegah kekambuhan
d. Menurunkan tingkat penularan
e. Tidak Tahu
73
12. Berapa tahap pengobatan TBC yang Anda ketahui ?
a. 1 Tahap
b. 2 Tahap
c. 3 Tahap
13. Tahap apa saja yang Anda ketahui?
a. Tahap awal dan tahap lanjutan
b. Tahap intensif dan tahap lanjutan
14. Penyuluhan TBC dapat dilakukan melalui :
a. Penyuluhan langsung perorangan
b. Penyuluhan kelompok
c. Penyuluhan massa
d. Kemitraan dalam penanggulangan TBC
e. Penyuluhan terhadap organisasi kesehatan
f. Tidak tahu
74
E. SIKAP
Petunjuk : Jawablah dengan tanda centang ( √ ) sesuai kotak pilihan Anda
Keterangan
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
75
F. PERILAKU
1. Apakah saudara ketika batuk menutup mulut?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika menutup mulut, jenis penutup mulut yang Anda gunakan ?
a. Tissue atau Sapu Tangan
b. Telapak tangan
3. Apabila menggunakan penutup mulut ketika batuk maka :
a. Tissue di buang sembarang tempat
b. Sapu Tangan dicuci dan direndam dengan larutan deterjen
4. Apabila menggunakan penutup mulut, apa alasan saudara ?
a. Mencegah penyebaran kuman penyakit
b. Terbiasa bila batuk menutup mulut
5. Apakah saudara membuang dahak di wadah khusus?
a. Ya
b. Tidak
6. Bila dalam wadah khusus, apa wadah yang saudara gunakan ?
a. Wadah bertutup berisi cairan sabun
b. Wadah biasa
7. Apakah alat makan saudara terpisah dengan anggota keluarga lainya?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah saudara tidur terpisah dengan anggota keluarga lainya?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah saudara menjemur kasur pada terik matahari setiap minggunya ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah saudara pernah merokok ?
a. Ya
b. Tidak
76
G. LINGKUNGAN
Petunjuk : dinilai oleh peneliti melalui observasi secara langsung
Kondisi Rumah
A. Ya
1. Dinding terbuat dari batu bata
B. Tidak
A. Ya
2. Dinding terbuat dari plester
B. Tidak
A. Ya
3. Dinding terbuat dari kayu
B. Tidak
A. Ya
4. Lantai tanah
B. Tidak
A. Ya
5. Lantai diplester
B. Tidak
A. Ya
6. Lantai terpasang ubin
B. Tidak
A. Ya
7. Lantai berkeramik
B. Tidak
2 A. Ya
8. Luas lubang ventilasi>10% luas bangunan dalam m B. Tidak
A. Ya
9. Setiap ruangan mendapat cahaya
B. Tidak
10. Dapat membaca secara jelas didalam rumah tanpa lampu A. Ya
pada siang hari B. Tidak
A. Ya
11. Bangunan berukuran ≥10 m2 per orang B. Tidak
A.Ya
12. Terdapat sumber polusi udara di dalam rumah
B. Tidak
77
Lampiran 2. Analisis Univariat
a. Jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-Laki 25 69,4 69,4 69,4
Perempuan 11 30,6 30,6 100,0
Total 36 100,0 100,0
b. Status gizi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang 19 52,8 52,8 52,8
Normal 9 25,0 25,0 77,8
Risk 4 11,1 11,1 88,9
Obes1 3 8,3 8,3 97,2
Obes2 1 2,8 2,8 100,0
Total 36 100,0 100,0
c. Riwayat kontak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak 18 50,0 50,0 50,0
Ya 18 50,0 50,0 100,0
Total 36 100,0 100,0
d. Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 25 69,4 69,4 69,4
Buruk 11 30,6 30,6 100,0
Total 36 100,0 100,0
e. Sikap
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 29 80,6 80,6 80,6
Buruk 7 19,4 19,4 100,0
Total 36 100,0 100,0
78
f. Perilaku
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 5 13,9 13,9 13,9
Buruk 31 86,1 86,1 100,0
Total 36 100,0 100,0
g. Lingkungan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 11 30,6 30,6 30,6
Buruk 25 69,4 69,4 100,0
Total 36 100,0 100,0
79
Lampiran 3. Analisis bivariat
Diagnosis Total
Tidak Ya Tidak
RiwayatKontak Tidak Count 18 0 18
Expected Count 9,0 9,0 18,0
Ya Count 0 18 18
Expected Count 9,0 9,0 18,0
Total Count 18 18 36
Expected Count 18,0 18,0 36,0
Value
Odds Ratio for RiwayatKontak (Tidak / Ya)
(a)
Diagnosis Total
Tidak Ya Tidak
Pengetahuan Baik Count 15 10 25
Expected Count 12,5 12,5 25,0
Buruk Count 3 8 11
Expected Count 5,5 5,5 11,0
Total Count 18 18 36
Expected Count 18,0 18,0 36,0
80
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,273(b) 1 0,070
Continuity
2,095 1 0,148
Correction(a)
Likelihood Ratio 3,365 1 0,067
Fisher's Exact Test 0,146 0,073
Linear-by-Linear
3,182 1 0,074
Association
N of Valid Cases 36
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,50.
95% Confidence
Value Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Pengetahuan (Baik / Buruk)
4,000 ,849 18,836
Diagnosis Total
Tidak Ya Tidak
Sikap Baik Count 17 12 29
Expected Count 14,5 14,5 29,0
Buruk Count 1 6 7
Expected Count 3,5 3,5 7,0
Total Count 18 18 36
Expected Count 18,0 18,0 36,0
81
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,433(b) 1 ,035
Continuity
2,837 1 ,092
Correction(a)
Likelihood Ratio 4,829 1 ,028
Fisher's Exact Test ,088 ,044
Linear-by-Linear
4,310 1 ,038
Association
N of Valid Cases 36
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
95% Confidence
Value Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Sikap (Baik / Buruk) 8,500 ,903 80,025
For cohort Diagnosis = Tidak 4,103 ,652 25,842
For cohort Diagnosis = Ya ,483 ,285 ,819
N of Valid Cases 36
Diagnosis Total
Tidak Ya Tidak
Perilaku Baik Count 5 0 5
Expected Count 2,5 2,5 5,0
Buruk Count 13 18 31
Expected Count 15,5 15,5 31,0
Total Count 18 18 36
Expected Count 18,0 18,0 36,0
82
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,806(b) 1 ,016
Continuity
3,716 1 ,054
Correction(a)
Likelihood Ratio 7,741 1 ,005
Fisher's Exact Test ,045 ,023
Linear-by-Linear
5,645 1 ,018
Association
N of Valid Cases 36
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,50.
95% Confidence
Value Interval
Lower Upper Lower
For cohort Diagnosis = Tidak 2,385 1,576 3,608
N of Valid Cases 36
Diagnosis Total
Tidak Ya Tidak
Lingkungan Baik Count 11 0 11
Expected Count 5,5 5,5 11,0
Buruk Count 7 18 25
Expected Count 12,5 12,5 25,0
Total Count 18 18 36
Expected Count 18,0 18,0 36,0
83
95% Confidence
Value Interval
Lower Upper Lower
For cohort Diagnosis = Tidak 3,571 1,905 6,696
N of Valid Cases 36
Estimate 8,000
ln(Estimate) 2,079
Std. Error of ln(Estimate) ,886
Asymp. Sig. (2-sided) ,019
Asymp. 95% Confidence Common Odds Lower Bound 1,409
Interval Ratio Upper Bound 45,407
ln(Common Odds Lower Bound ,343
Ratio) Upper Bound 3,816
84
Lampiran 4. Dokumentasi
85
Gambar 2.3 Tampak depan Rumah Responden TB BTA +
86
Gambar 2.5 Keadaan Rumah Responden Bukan TB
87