Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 4 (A2)
M. AlfatihHardiyanto (11160960000012)
2019
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi semua orang. Selain itu, pangan
maka kebutuhan akan pangan pun semakin meningkat. Untuk mengatasi hal
meningkat. Salah satu bentuk pengolahan pangan yang semakin berkembang saat
ini yakni penambahan atau penggunaan Bahan Tambahan Makanan. BTM atau
food additives adalah senyawa atau campuran berbagai senyawa yang sengaja
beberapa jenis yaitu pewarna, pemanis, pengawet, penguat rasa, dll (Cahyadi,
2006).
suatu produk pangan sehingga produk pangan tersebut tidak mudah rusak.
lingkungan, kadar air, oksigen, pH, relative humidity (RH) dan water activity
1
Pengawetan secara kimia merupakan pengawetan dengan menggunakan
bahan kimia seperti, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoate, asam
propionate, asam sitrat, garam sulfat, dan lainnya. Satu diantaranya adalah
mikroba, sering digunakan untuk mengawetkan ikan dan juga bahan-bahan lain.
mengetahui tercapainya titik ekivalen adalah dengan metode mohr dimana hasil
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
teknologi yang banyak digemari oleh semua orang di dunia ini, sebagian produk
chiki mengandung kadar garam yang berfungsi untuk memberikan rasa gurih pada
sehingga lebih disukai konsumen (Farrell, 1990). Industri ini mulai berkembang
pada awal abad 19, diawali oleh destilasi minyak esensial dan ekstraksi tumbuh-
tumbuhan sebagai bahan bakunya. Mulai abad 20, seiring berkembangnya riset
2002).
seasoning yang memiliki rasa enak namun kita dituntut menghasilkan seasoning
3
yang sesuai dengan jenis produk, kondisi produksi, dan yang terpenting sesuai
ringkas (dapat dimakan di mana saja dan kapan saja) juga karena rasanya.
Sebagian besar produk makanan ringan memiliki rasa asin dan seasoning yang
paling populer untuk produk makanan ringan adalah rasa keju, BBQ, Sour
Cream and Onion, dan Ranch. Keempat jenis seasoning ini adalah basis utama
makanan ringan akan lebih baik jika kita mengenal dahulu bahan-bahan utama
1. Garam
minimal 96% lolos ayakan berukuran 80 mesh. Semakin besar ukuran partikel
garam yang digunakan maka kelekatan seasoning yang dihasilkan akan semakin
rendah atau akan menghasilkan distribusi bahan yang tidak merata. Persentase
garam yang digunakan adalah 15-25% pada tiap formula jika dosis aplikasi
terlalu kuat atau penampakan dari seasoning tidak merata. Bahan pengisi yang
4
digunakan adalah bahan yang memiliki nilai ekonomi rendah dan tidak
memiliki rasa. Jenis bahan pengisi yang biasa digunakan adalah maltodekstrin,
corn syrup solid, tepung terigu, tepung jagung, dan whey dengan dosis
Komponen utama dari bubuk produk hewani adalah lemak. Selain rasa khas
diharapkan adalah lemak yang memiliki titik leleh di bawah suhu mulut.
Diharapkan ketika dikonsumsi lemak tersebut akan meleleh, dan flavor yang
lipofilik akan larut dalam lemak menghasilkan sensasi flavor yang bertahan
lebih lama di dalam mulut. Penggunaan bubuk produk hewani pada dosis
rendah akan membantu pelepasan flavor sedangkan pada dosis tinggi akan
adalah bawang putih, bawang bombay, dan cabai. Pembuatannya yaitu dengan
hingga kadar airnya kurang dari lima persen. Bawang putih atau bawang
bombay bubuk digunakan hampir pada semua produk makanan ringan, hal ini
memberikan
yang dihasilkan memiliki profil lebih kompleks dan lebih panjang rasanya.
5
Penggunaannya pada formulasi seasoning pada dosis sekitar 1-10%, namun
5. Rempah-rempah
dahulu untuk pembuatan seasoning produk makanan ringan, seperti lada hitam,
bubuk cabai, tepung mustard, oregano, basil, dan kunyit. Beberapa rempah-
rempah perlu dihaluskan menjadi tepung seperti bubuk bawang putih, namun
minyak essensial atau oleoresin, biasanya diproses dengan spray dry yang akan
6. Flavor campuran
6
flavor yang lebih kuat. Flavor campuran ini diproduksi menggunakan metode
spray drying atau enkapsulasi dan digunakan dengan dosis sekitar 0.1 - 5%.
rasa ini maka seasoning yang dihasilkan akan memiliki rasa tawar atau datar.
hydrolyzed vegetable protein sekitar 1-5%, serta disodium guanylate pada dosis
0.01%-0.05%.
7. Pemanis
dibuat. Beberapa pemanis yang sering dipakai yaitu sukrosa, gula merah,
padatan madu terdehidrasi, molases hasil spray dry, dektrosa serta fruktosa.
Pemanis sukrosa, gula merah,dan molases memiliki persepsi manis yang sama
sedangkan madu dan sukrosa memiliki profil kemanisan yang sama. Untuk
dextrosa jika digunakan memiliki efek sejuk pada mulut. Pemberian pemanis
dipikirkan apakah perlu ditambahkan anti kempal untuk menjaga sifat fisik
7
seasoning.
8. Asam
Asam sering digunakan jika akan dibuat seasoning dengan rasa asam
pembuatan seasoning adalah asam sitrat, asam laktat, asam malat, dan asam
asetat.
9. Pewarna
pewarna buatan karena lebih stabil dan tidak reaktif dibandingkan pewarna
alami. Pewarna sendiri dibedakan menjadi dua yaitu lake dan dye.
(tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C (
Burhanuddin, 2001).
mempengaruhi mutu ikan asin yang dihasilkan ( Afrianto dan Liviawaty, 2005
).
8
Natrium Klorida (NaCl) berfungsi untuk mempertahankan pH dan
enzym amilase dan penting dalam pembentukan HCl dalam lambung karena
klorida biasanya diangkut melalui membran biologi oleh difusi pasif , tetapi
dalam lambung dan mukosa usus klorida dingkut secara aktif. (Winarno, 2002).
kemasan yaitu untuk menciptakan rasa yang khas adalah untuk memperpanjang
masa simpan pangan tersebut. Garam merupakan faktor utama dalam produk
penggunaan kadar garam yang tinggi selain dapat menyebabkan tingkat keasinan
melewati ambang batas dan menambah berat beban ginjal. Bagi konsumen yang
Dimana dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yaitu penentuan NaCl, dimana
ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan Cl- dari analit membentuk garam yang
9
Indikator lain dapat digunakan yaitu tiosianidadan indikator absorbsi.
mohr, dimana pada metode ini prinsip titrasi yang melibatkan reaksi antara ion
halida (Cl, Br, I) atau anion lainnya (CN, CNS) dengan Ag+ dari perak nitrat
10
BAB III
METODE PERCOBAAN
Dalam percobaan ini alat yang digunakan seperti neraca analitik, mortar,
corong pemisah, pipet ukur, pipet volumetric, pemanas, erlenmeyer, buret, dan
kertas pH serta kertas saring. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel
11
Ditimbang 2-6 gram sampel
- Di dalam erlenmeyer
+ 100 mL akuades
Larutan campuran
- Di test Ph
+ 3 mL indikator K2CrO4
12
BAB IV
Perlakuan Pengamatan
13
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan untuk menetapkan kadar garam (NaCl)
yang terdapat pada produk pangan. Perlakuan persiapan sampel tidak dilakukan
(chiki asin) potabee rasa barbeque dengan berat bersih 15 g hanya mengandung
sebagai titran. Pada percobaan ini menggunakan metode Mohr yaitu didasarkan
pada pembentukan endapan berwarna. Prinsip dari metode Mohr yaitu AgNO3
akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila
semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit
Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan ini
berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari
endapan Ag2CrO4.
Menurut Underwood dan Day (1992), Larutan AgNO3 dan larutan NaCl
pada awalnya masing-masing merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.
Ketika NaCl ditambahkan dengan aquades larutan tetap jernih dan tidak berwarna
dan aquades tersebut larut dalam larutan. Penambahan aquades ini dimaksudkan
agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu basa. Kemudian larutan
dapat melakukan titrasi dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu pH larutan, dimana pH larutan harus dalam suasana netral atau
14
basa lemah (pH = 6 – 8). Hal tersebut harus dilakukan karena jika berlangsung
dalam suasana asam, maka konsentrasi ion CrO42- akan berkurang. Kemudian jika
titrasi dilakukan dalam suasana basa kuat, maka akan timbul suatu endapan
peroksida. Selain itu, titrasi juga harus dilakukan secara cepat dan pengocokan
harus dilakukan dengan kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang akan
berwarna putih menjadi berwarna merah bata yang menunjukan bahwa sampel
mengandung Cl-.
Sedangkan pada titik akhir titrasi, titran juga akan bereaksi sebagai berikut :
Ion klorida (Cl-) dititrasi dengan larutan standar AgNO3 (Perak Nitrat) dengan
menggunakan indikator K2CrO4 5%. Saat semua ion Cl- mengendap dengan
sempurna, kelebihan 1-2 tetes laruran AgNO3 akan bereaksi dengan ion kromat
(CrO42-) membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna merah bata
digunakan untuk menambahkan cita rasa dari produk tersebut atau dapat juga
15
digunakan sebagai bahan pengawet. NaCl dapat berfungsi sebagai bahan
dalam larutan suatu substrat bahan pangan dapat menekan kegiatan pertumbuhan
produk pangan makanan ringan (chiki asin) potabee rasa barbeque yaitu sebesar
1,91%. Sedangkan kontrol positif yang merupakan garam dapur memiliki kadar
NaCl sebesar 9,35%. Kandungan NaCl tersebut masih dibawah ambang batas
yaitu maksimum 20% dan kadar NaCl pada produk chiki asin masih dibawah
kadar NaCl kontrol positf. Hal ini berarti sampel baik untuk dikonsumsi, karena
apabila kadar garam yang tinggi atau >20% akan dapat memicu timbulnya
besar akan diserap oleh usus dan dibuang kembali oleh ginjal melalui urin. Akan
bersirkulasi dalam sistem sirkulasi bertambah jumlahnya, dan apabila jumlah ini
melebihi volume tertentu, maka tekanan di dalam sistem tersebut meningkat, dan
hypertension).
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil paktikum dapat disimpulkan bahwa Prinsip dari metode Mohr
yaitu AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang
berwarna putih dan ketika semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari
AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator
K2CrO4 yang ditambahkan ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila
terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4. Untuk hasil analisis kadar
NaCl pada sampel ciki asin, diperoleh sebesar 1,91% dan berada dibawah ambang
17
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi, D., M. Astawan, dan N.S. Palupi. 1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber,
Rinto, E., Arafah, S.B. Utama. 2009. Kajian Keamanan Pangan (formalin, garam
Underwood, A.L dan Day, R.A. 1992. Analisa Kimia Kuantitatif (Edisi Kelima).
Jakarta : Erlangga.
Yusmita, Lisa. 2017. Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida (NaCl) Pada Jahe
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 2005. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Kanisius. Yogyakarta.
18
LAMPIRAN
57,43695
= x 100
3000 𝑚𝑔
19