Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan manusia seutuhnya sebagai hakikat pembangunan nasional
dicapai dengan berhasilnya salah satu sektor yakni pembangunan kesehatan dan
juga dipengaruhi oleh terkendalinya pertumbuhan penduduk. Sebagai generasi
penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa menuju masyarakat
sejahtera, adil dan makmur, proses pertumbuhan penduduk harus dipantau dan
dikendalikan salah satunya dengan pengadaan program Keluarga Berencana
(KB).
Program KB nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk.
Gerakan KB tahap kedua sekarang ini sedang berusaha meningkatkan
mutu para pelaksana, pengelola dan peserta KB disemua lapangan di pedesaan
baik di kota maupun di desa. Begitu juga dengan para akseptor KB diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat kontrasepsi yang digunakannya
(Hartanto, 2002).
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak
hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena
metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan
kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya
untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus
menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping
potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan,
besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya
mengenai kemampuan mempunyai anak.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian,
meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang
tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman,

1
efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun
budaya pada berbagai tingkat reproduksi.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian KB suntik
2. Untuk mengetahui jenis-jenis KB suntik
3. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas KB suntik
4. Untuk mengetahui cara kerja KB suntik
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan KB suntik
6. Untuk mengetahui efek samping KB suntik dan seperti apa
penanganannya
7. untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi KB suntik

2
BAB II

KONTRASEPSI SUNTIKAN

A. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dankonsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Ada dua pembagian cara
kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi moderen
(metode efektif).
1. Manfaat penggunaan KB
a. Aman artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila di
gunakan.
b. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat
mencegah kehamilan.
c. Dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh
lingkungan budaya masyarakat.
d. Terjangkau.
e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaanya, klien akan segera
kembali kesuburanya, kecuali kontap.
2. Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam pelayanan KB:
a. Status kesehatan
b. Efek samping potensial
c. Konsekuensi kegagalan
d. Besar keluarga yang direncanakan
e. Persetujuan pasangan
f. Norma budaya lingkungan dan orang tua.

3
B. Latar belakang dan sejarah Alat kontrasepsi suntikan
Alat kontrasepsi suntikan progestin yang pertama dikembangkan tahun
1953 oleh Karl Junkman . tahun 1957 Junkman dan kawan-kawan menemukan
NET EN. Pada saat yang sama, Upjohn Company di AS menemukan DMPA
yang berasala dari hormon alamiah progesteron.
NET EN merupakan suntiukan progestin pertama yang dipakai sebagai
kontrasepsi, dan diberi nama dagang Noristerat. Percobaan- percobaan klinik
pertama dari DMPA sebagai metode kontrasepsi dimulai pada tahun 1963,
diikuti percobaan- percobaan di lapangan pada tahun 1965.
Tahun 1967 Upjhon Company meminta izin FDA US (“POM”nya AS)
untuk memasarkan DMPA sebagai kontrasepsi di AS. Pada saat itu telah
diketahui dengan jelas bahwa estrohen dalam kontrasepsi hormonal per-oral
merupakan penyebab dari timbulnya efek samping seperti mual, muntah,
timbulnya bekuan darah. Sehingga adanya metode kontrasepsi yang bebas
estrogen seperti DMPA dan Mini-Pil mmerupakan hal yang sangat menarik.
Tetapi pada tahun 1970, penelitian- penelitian menunjukkan bahwa prigestin,
termasuk DMPA, menyebabkan timbulnya benjolan- benjolan pada payudara
binatang percobaan anjing beogle, sehingga menyebabkan timbulnya
kewaspadaan dari FDA.
Bulan september 1974 FDA menyatakan keinginan tetapi untuk
menyetujui DMPA sebagai suatu metode kontrasepsi tetapi hanya bagi wanita
yang telah mengalami kegagalan kontrasepsi dengan metode lain.
Tidak berapa lama setelah itu, FDA kembali menangguhkan maksudnya
tersebut, setelah timbul pertanyyan apakan DMPA dapat meninggikan risiko
karsinoma serviks. Tahun 1975 dinyatakan bahwa tidak ada bukti-bukti
bertambahnya risiko karsinoma serviks, dan diusulkan kembali penggunaan
DMPA untuk kalangan wanita yang terbatas.

4
Tetapi pada tahun 1978 FDA secara resmi menolak pemakaian DMPA sebagai
suatu metode kontrasepsi, dengan alasan :

1. Masalah timbulnya benjolan- benjolan pada payudara binatang percobaan


anjing beogleyang diberikan DMPA belum dipecahkan.
2. Adanya risiko yang potensial timbulnya cacat bawaan pada kasus
kegagalan kontrasepsi.
3. Pemberian estrogen untuk menanggulangi perdarahan haid ireguler karena
DMPA, akan mengurangi keuntungan dari kontrasepsi berisi progesteron
saja.
4. Belum dapat ditunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak dari
pemakaian DMPA di AS.

Di samping itu, pihak-pihak yang tidak menyetujui metode kontrasepsi suntikan


juga mengatakan bahwa :

1. Wanita mungkin tidak mengetahui obat apa yang disuntikan kepadanya


atau wanita disuntik tanpa seizinnya (tanpa inform consent).
2. Sebagai obat suntik berdaya kerja panjang efeknya termasuk efek samping
utama maupun yang minor, tidak dapat segera dihentikan dengan cara
menghentikan suntikan.

Baru pada bulan oktober 1992 FDA menyetujui Depo-Provera sebagai kontrasepsi
suntikan.

C. Pengertian Kontrasepsi Suntikan


Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini
di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif,
pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman.
Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan
kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil.
Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai

5
pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk
penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun.

D. Jenis KB Suntik
Jenis-jenis KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
1. Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem
Suntikan KB ini mengandung kombinasi hormon
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol Cypionate
(hormon estrogen). Komposisi hormon dan cara kerja Suntikan KB 1 Bulan
mirip dengan Pil KB Kombinasi. Suntikan pertama diberikan 7 hari pertama
periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah melahirkan bila Anda tidak
menyusui.

2. Suntikan / 3 bulan ; contoh : Depoprovera, Depogeston.


Suntikan KB ini mengandung hormon Depo Medroxyprogesterone
Acetate (hormon progestin) 150 mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini
diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu). Suntikan pertama biasanya diberikan
7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah melahirkan.
Suntikan KB 3 Bulanan ada yang dikemas dalam cairan 3ml atau 1ml.

E. Cara Kerja KB Suntik


1. Menghalangi ovulasi (masa subur)
2. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
3. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
4. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
5. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.

Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan


selama jangka waktu tertentu (antara 1 – 3 bulan). Cairan tersebut merupakan
hormon sistesis progesteron. Pada saat ini terdapat dua macam suntikan KB,
yaitu golongan progestin seperti Depo-provera, Depo-geston, Depo Progestin,

6
dan Noristat, dan golongan kedua yaitu campuran progestin dan estrogen
propionat, misalnya Cyclo Provera. Hormon ini akan membuat lendir rahim
menjadi kental, sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke rahim. Zat ini juga
mencegah keluarnya sel telur (ovulasi) dan membuat uterus (dinding rahim)
tidak siap menerima hasil pembuahan

Hanafi Hartanto (1996) menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi suntik


dalam dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Mekanisme primer adalah
mencegah ovulasi. Pada mekanisme ini, kadar FSH dan LH menurun dan tidak
terjadi sentakan LH. Respons kelenjar hipofise terhadap gonadotropin-releasing
hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di
hipotalamus dari pada di hipofise. Ini berbeda dengan pil oral kombinasi (POK),
yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hipofise. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-
estrogenik.

Pada pemakaian KB Suntik Depoprovera, endometrium menjadi dangkal


dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi
oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi
sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya terdapat sedikit
sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan
kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan berakhir.

Pada mekanisme sekunder, lendir serviks menjadi kental dan sedikit


sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga
membuat endometium kurang layak untuk implantasi dari ovum yang telah
dibuahi. Mekanisme ini mungkin juga mempengaruhi kecepatan transport ovum
di dalam tuba fallopii.

Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus


serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut
juga mencegah pelepasan sel telur yang dikeluarkan tubuh wanita. Tanpa

7
pelepasan sel telur, seorang wanita tidak akan mungkin hamil. Selain itu pada
penggunaan Depo Provera, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan
berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan hormon progestin dengan sedikit
hormon estrogen akan merangsang timbulnya haid setiap bulan.

F. Keuntungan KB Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan
angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996). Suntikan KB
tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan
KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi
perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian
dalam rahim.
Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan
pada pemakaian awal, dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik
perawat maupun bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen
tidak mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi
penggumpalan darah.
Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis/paramedis, peserta
tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali
hanya untuk kembali melakukan suntikan berikutnya. Kontrasepsi ini tidak
menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus rutin kontrol setiap 1, 2
atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan
dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35 tahun, kecuali Cyclofem.

G. Kerugian dan Efek Samping


1. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan
yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
3. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
4. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

8
5. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
6. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang
7. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas,
dan jerawat.

Efek yang terakhir dan efek peningkatan berat badan terjadi karena
pengaruh hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat kontrasepsi
tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi
kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini
juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali
efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan
bertambah dan menurunnya gairah seksual.

Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air,
sehingga organ yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai
mempunyai kandungan air yang sedikit / kering. Kondisi ini juga terjadi pada
vagina sebagai akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina menjadi
kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual,
dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah atau
disfungsi seksual pada wanita.

Beberapa efek samping yang biasa ditemui pada penggunaan Suntikan


KB 3 Bulan adalah:

1. Timbul pendarahan ringan (bercak) pada awal pemakaian


2. Rasa pusing, mual, sakit di bagian bawah perut juga sering dilaporkan
pada awal penggunaan
3. Kemungkinan kenaikan berat badan 1 – 2 kg. Namun hal ini dapat diatasi
dengan diet dan olahraga yang tepat

9
4. Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun penggunaan – namun bisa lebih
cepat). Namun, tidak semua wanita yang menggunakan metode ini terhenti
haid nya
5. Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena tingkat
hormon yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga butuh waktu untuk
dapat kembali normal (biasanya sampai 4 bulan).

Untuk Suntikan KB 1 Bulan, efek samping yang terjadi mirip dengan


efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan Pil KB.. Berbeda dengan
Suntikan KB 3 Bulan, pengguna Suntikan KB 1 Bulan dilaporkan tetap
mendapatkan haid-nya secara teratur. Kesuburan pun lebih cepat kembali setelah
penghentian metode ini dibandingkan dengan Suntikan KB 3 Bulan.

H. Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien menghendaki
pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak
sesuai harapan, tapi saat ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien
yang menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat
melakukan sanggama, atau klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen,
dan klien yang sedang menyusui. Klien yang mendekati masa menopause, atau
sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.

I. Kontra Indikasi
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi
pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika
ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung,
varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau
organ reproduksi, atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan
perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak
jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan
yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.

10
J. Cara Pemberian
1. Waktu Pemberian
a. Setelah melahirkan : hari ke 3 – 5 pasca salin dan setelah ASI
berproduksi
b. Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari
setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
c. Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid

2. Lokasi Penyuntikan
a. Daerah bokong/pantat
K. Interaksi Obat
Aminoglutethimide (Cytadren) mungkin dapat meningkatkan eliminasi
dari medroxyprogesterone lewat hati dengan menurunkan konsentrasi
medroxyprogesterone dalam darah dan memungkinkan pengurangan efektivitas
medroxyprogesterone.

L. Cara Penyimpanan
Disimpan dalam suhu 20-25°C

M. Pelayanan Kontrasepsi Suntik


Penelitian tentang suntikan KB adalah pada tahun 1963 yaitu uji coba pada
depo provera suntik yang kemudian di lisensi di Inggris pada tahun 1984. Pada
tahun 1990-an metode ini telah di lisensi sebagai pilihan metode kontrasepsi
pilihan pertama. Sampai saat ini jenis metode suntik yang digunakan adalah
suntikan kombinasi dan suntikan progestrin.
1. Lokasi Penyuntikan
Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntikan
progestrin secara consensusinternasional bahwa disuntikkan di bokong
yaitu pada musculus ventro gluteal dalam. Musculus ini dapat di ukur dari
spina iliaca anterior superior (SIAS) sampai dengan os coccygeus
kemudian di ambil 1/3 bagian dari SIAS. Atau jika dianalogikan dengan

11
kotak, kemudian kita bagi ke dalam 4 bagian, maka yang akan kita
suntikan adalah bagian kuadran luar.

2. Jenis Kontrasepsi Suntik


a. Suntikan kombinasi
Suntikan kombinasi yang saat ini berada di pasaran Indonesia
adalah kombinasi antara 25 mg medroksiprogesteron asetat dan 5 mg
estradiol sipionat. Cara kerja suntikan kombinasi ini pada prinsipnya
sama dengan cara kerja pil kombinasi. Yang membedakan adalah
lebih secara teknis karena isi dari kontrasepsi suntik ini tidak
mengandung etinilestradiol maka risiko terhadap hipertensi dan
vaskularisasi yang disebabkan oleh hormone ini praktis tidak terjadi.
Maka kontrasepsi suntik ini lebih aman untuk perempuan dengan
hipertensi. Demikian juga pada perempuan yang mempunyai migrain
juga lebih aman menggunakan kontrasepsi ini.
Suntikan kombinasi ini efektif bekerja selam 30 hari atau
dapat juga di hitung dalam 4 minggu. Hal yang membedakan dengan
pil akan tergantung dengan bidan/provider KB yang lain ketika
menghendaki ulangan suntik. Efektivitas suntik juga tinggi namun
pengembalian kesuburan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan pil. Perempuan yang sudah di suntik otomatis
tidak bisa menolak dari semua efek yang terjadi sampai dengan
efektivitasnya habis yaitu 30 hari untuk pil kombinasi hal ini berbeda
dengan pil, yaitu klien dapat menghentikan pengunaannya sewaktu-
waktu.
Waktu pemberian suntik untuk pertama kali hampir sama
dengan pil. Adapun yang membedakan adalah untuk kunjungan
ulang. Suntikan kombinasi diberikan diberikan setiap bulan dengan
teknik intra muskular dalam (disesuaikan dengan kondisi klien, yaitu
gemuk kurusnya klien). Mintalah klien untuk datang 4 minggu
sekali. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan

12
kemungkinan terjadi gangguan pendarahan. Dapat juga diberikan 7
hari setelah jadwal seharusnya agar diyakini perempuan tersebut
tidak hamil. Anjurkan untuk menggunakan barier lain atau tidak
melakukan hubungan seksual selama 7 hari. Namun lebih baik lagi
akseptor datang tepat pada waktunya (4 minggu sekali).

Hal-hal yang perlu disampaikan kepada klien tentang hal-hal


yang perlu diwaspadai pada jangka waktu penggunaan kontrasepsi
suntik kombinasi adalah:

1) Nyeri dada hebat atau nafas pendek, hal ini


mengindikasikan adanya bekuan darah atau adanya
serangan jantung.
2) Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan, ini
mengindikasikan terjadinya stroke, atau migrain.
3) Nyeri tungkai hebat, ini mengindikasikan kemungkinan
penyumbatan pembuluh darah pada tungkai.
4) Tidak terjadinya perdarahan ataupun spotting selama 7 hari
sebelum penyuntikan berikutnya, ini dimungkinkan
terjadinya kehamilan.

b. Suntikan progestrin
Saat ini suntikan progestrin yang beredar di pasaran adalah
yang mengandung Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) yang
mengandung 150 mg DMPA dan diberikan 3 bulan sekali atau 12
minggu sekali pada bokong yaitu musculus gluteus maximus
(dalam). Dahulu dikenal juga suntikan dengan jenis noristerat tetapi
saat ini sudah jarang digunakan.
Kontrasepsi suntikan progestrin ini sangat efektif
dibandingkan dengan mini pil, karena dengan dosis gestagen yang
cukup tinggi dibandingkan dengan mini pil. Akan tetapi, kembali
kesuburan cukup lambat, yaitu rata-rata 4 bulan setelah berhenti dari

13
penyuntikan sehingga akan kurang tepat apabila digunakan para
wanita yang menginginkan untuk segera hamil pada waktu yang
cukup dekat. Kontrasepsi ini cocok bagi ibu yang sedang menyusui.
Secara umum keuntungannya hampir sama dengan mini pil,
hanya saja kontrasepsi ini memang lebih efektif. Tetapi untuk
keterbatasannya perlu dikaji kembali dan disampaikan dengan benar
kepada klien agar tidak kaget dengan hal-hal yang berkaitan dengan
efek samping/keterbatasan kontrasepsi. Hal-hal yang akan sering
ditemukan adalah sebagai berikut:
1) Adanya gangguan haid yang berupa:
2) Siklus haid memanjang atau memendek
3) Perdarahan yang banyak ataupun sedikit
4) Perdarahan tidak teratur ataupun perdarahan bercak
5) Tidak haid sama sekali

Pada penggunaan jangka panjang akan terjadi defisiensi


estrogen sehingga dapat menyebabkan kekeringan vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, jerawat, dan
meningkatnya risiko osteoporosis.

Siapa saja yang boleh dan tidak menggunakan kontrasepsi ini


pada prinsipnya hampir sama dengan metode kontrasepsi oral/pil.
Penggunaan suntik ini pada beberapa penelitian terbukti pada
pemakaian jangka panjang akan menyebabkan defisiensi estrogen,
tetapi pada penelitian lanjutan kadar estrogen tersebut akan kembali
setelah wanita tersebut berhenti menggunakan suntik ini, sehingga
risiko osteoporosis berkurang. Namun hal ini sedang diteliti lebih
lanjut, sehingga tetaplah perlu diberitahukan kepada akseptor bahwa
penggunaan suntikn kombinasi jangka panjang dapat meningkatkan
risiko terjadinya osteoporosis. Perokoko juga merupakan kontra
indikasi pemakaian kontrasepsi hormonal dikarenakan rokok dapat
menyebabkan spasme pembulih darah, sehingga menjadi penyebab

14
penyakit jantung dan stroke. Hal ini dapat menggangu efektivitas
dari hormon ini, dan juga akan memperparah organ tubuh dalam
bekerja.

Waktu pemberian suntik pertama prinsipnya sama dengan


kontrasepsi hormonal lain. Adapun untuk kunjungan ulangnya
adalah 12 minggu setelah penyuntikan. Suntikan ulang dapat
diberikan 2 minggu sebelum jadwal dan bisa diberikan setelah
asalkan perempuan tersebut diyakini tidak hamil, akan tetapi perlu
tambahan barier dalam waktu 7 hari setelah penyuntikan atau tidak
melakukan hubungan seksual.

N. Persiapan dan Pelaksanaan Pelayanan


1. Pelaksanaan Pelayanan
Ruang untuk pasien rawat jalan maupun ruang perawatan dapat di
gunakan untuk pemberian kontrasepsi suntik. Bila mungkin, ruangan
tersebut harus berada jauh dari daerah ramai di lingkungan klinik atau
rumah sakit.
Ruangan tersebut harus:
a. Mendapat cahaya yang memadai,
b. Menggunakan lantai kramik atau semen agar mudah di
bersihkan,
c. Bebas dari debu dan serangga, dan
d. Memiliki vebtilasi yang baik.

Fasilitas untuk mencuci tangan juga harus tersedia di dekat ruang


tersebut, termasuk persediaan air bersih yang mengalir, serta tersedia
wadah atau kantung plastik untuk pembuangan limbah terkontaminasi.
Wadah tahan tusuk harus di letakkan di tempat yang aman untuk
pembuangan jarum dan alat tulis.

15
2. Persiapan Klien
Karena kulit tidak mungkin disterilisasi, antiseptik di gunakan
untuk meminimalkan jumlah mikroorganisme pada kulit tempat suntikan
harus dilaksanakan. Hal ini mutlak harus di laksanakan untuk
mengurangi kemungkinan risiko infeksi pada lokasi suntik.
a. Periksa daerah suntik apakah bersih atau kotor.
b. Bila lengan atas atau pantat yang akan di suntik terlihat kotor,
calon klien diterima membersihkannya dengan sabun dan air.
c. Biarkan daerah tersebut kering.

3. Persiapan Yang Dilakukan Petugas


Langkah 1: cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir.
Keringkan dengan handuk atau dianginkan.
Langkah 2: buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet.
Hapus karet yang ada diatas bagian vital dengan kapas yang telah di
basahi dengan alkohol 60-90%. Biarkan kering (pada depo profera atau
cyclofem).
Langlah 3: bila menggunakan jarum dan spuit sekali pakai, segera buka
plastiknya. bila menggunakan jarum dan spuit suntik yang telah di
sterilkan dengan DTT, pakai korentang atau forsep yang telah di DTT
untuk mengambilnya.
Langkah 4: pasang jarum pada spuit suntik dengan memasukkan jarum
pada mulut spuit penghubung.
Langkah 5: balikkan vial dengan mulut vial di bawah. Masukkan cairan
suntik dalam spuit. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap
kontrasepsi suntik dan menyuntikan pada klien.
4. Persiapan daerah suntikan
Langkah 1: bersihkan kulit yang akan disuntik denga kapas alkohol yang
di bashi oleh ethil/ isopropil alkohol 60-90%.
Langkah 2: biarkan kulit tersebut karing sebelum dapat did suntik.

16
5. Peralatan :
a. Obat yang akan di suntik (depo profera, cyclofem).
b. Spuit suntik dan jarumnya (sekali pakai).
c. Alkohol 60-90% dan kapas.
6. Teknik suntikan
a. Kocok botol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara (depo profera/ cyclofem). Keluarkan isinya.
b. Suntikkan secara intramuskular dalam di daerah pantat (daerah
glutea). Apabila suntukan di berikan terlalu dangkal penyerapan
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segara dan
efektif.
c. Depo profera (3ml/150mg atau 1ml/150mg) di berikan setiap 3
bulan (12 minggu)
d. Noristerat (200mg) di berikan setiap 2 bulan (8 minggu)
e. Cyclofem (25 mg medroksi progesteron asetat dan 5 mg estrogen
sipionate) doberikan setuap bulan. Di indonesia di dapatkan haid
teratur pada 85 % peserta suntikan cyclofum.

7. Setelah tindakan suntik


Jangan memijat daerah suntik. Jelaskan pada klien bahwa obat akan
terlalu cepat di serap.

O. Farmakologi dari kontrasepsi suntikan

DMPA

1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline


2. Setelah satu minggu penyuntikkan 150mg, tercapai kadar puncak, lalu
kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setela 73 hari penyuntikan, tetapi
umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.

17
NET EN :

1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testoteron, dibuat dalam


larutan minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang
tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat suntikan kedalam sirkuladi
darah dapat sangat bervariasi.
2. Lebih cepat dimetabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat
dibandingkan DMPA.
3. Setelah disuntikan, NET EN harus di ubah menjadi nerothindrone (NET)
sebelum ias menjadi aktif secara biologis.
4. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam7 hari setelah penyuntikan,
kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu
2,5-4 bulan setelah disuntikan.

P. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan


1. Primer (Mencegah Ovulasi)
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respon
kelenjar hypophyse terhadap gonadoprotein releasing hormon eksogenous
tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari
pada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya
menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypophyse.
Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-
estrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama,
endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak
didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila dilakukan
biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal
dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.

18
2. Sekunder :
a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuahi
c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum dalam tuba fallopi.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dankonsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini
di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif,
pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. Jenis-jenis KB
suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain: suntikan / bulan
(cyclofem), suntikan / 3 bulan (Depoprovera, Depogeston).
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan
angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996). Suntikan KB
tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan
KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi
perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian
dalam rahim. Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil,
tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

20

Anda mungkin juga menyukai