- Modal Ventura
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final sebesar 0,1% (satu perseribu) dari jumlah bruto nilai transaksi
Perusahaan pasangan usaha adalah perusahaan yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a) merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang melakukan kegiatan dalam sektor-
Dalam hal transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal tersebut dilakukan melalui
bursa efek, maka pengenaan PPh nya mengacu pada PP Nomor 41 Tahun 1994 s.t.d.t.d PP Nomor
14 Tahun 1997.
Dasar Hukum:
Pasal 4 ayat (2) UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d UU Nomor 36 Tahun 2008
- Konstruksi
Pengertian
1. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan konstruksi;
2. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
3. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
4. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu
5. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu
6. Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang
7. Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang
kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa kontruksi baik sebagai perencana konstruksi,
Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang menerima penghasilan dari usaha di bidang
jasa konstruksi.
Tarif
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima penghasilan dari jasa
1. Kontrak yg ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008 dan pembayaran dari kontrak atau bagian
dari kontrak tersebut dilakukan s.d tgl 31 Desember 2008 tunduk pada ketentuan lama;
2. Kontrak yg ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008 dan pembayaran dari kontrak atau bagian
a. Berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan ditandatangani penyedia jasa s.d 31
b. Berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan ditandatangani penyedia jasa setelah
1. Bila pengguna jasa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, bentuk usaha
tetap atau Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak, dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran uang muka dan termin.
2. Bila pengguna jasa adalah selain huruf a, disetor sendiri oleh penerima penghasilan pada saat
1. Dalam hal Pajak Penghasilan yang terutang melalui pemotongan, maka Pembayaran atau
penyetoran pajak disetor ke bank persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal 10 bulan
2. Dalam hal Pajak Penghasilan terutang harus disetor sendiri oleh yang penyedia jasa, maka
wajib menyetor ke bank persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
3. Wajib Pajak wajib menyampaikan laporan pemotongan dan atau penyetoran pajaknya
melalui Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayan Pajak atau KP2KP, paling lama 20
hari setelah masa pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak bertepatan dengan hari
libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan
- Pelayaran
Penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang bagi Wajib Pajak perusahaan
pelayaran dalam negeri adalah sebesar 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final
Yang dimaksud dengan peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang
atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari
pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di
Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
PPh Pasal 15 atas Penghasilan yang Diperoleh Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran
Peredaran bruto bagi Pajak Perusahaan Pelayaran Dan/Atau Penerbangan Luar Negeri adalah
semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau
barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di
Penghasilan neto bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari peredaran bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.
Besarnya Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar
negeri adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh empat persen) dari peredaran bruto
Dasar Hukum:
KMK-416/KMK.04/1996
- Penerbangan
PPh Pasal 15 atas Penghasilan yang Diperoleh Wajib Pajak Perusahaan Penerbangan Dalam
Negeri
Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan penerbangan yang
Peredaran bruto bagi Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan
atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
berdasarkan perjanjian charter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu
luar negeri.
Penghasilan neto bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan sebesar 6%
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang bagi Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a adalah sebesar 1,8% (satu koma delapan
Pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kredit pajak yang
Hingga saat ini perkembangan usaha semakin pesat. Perkembangan suatu usaha tersebut salah
satunya dapat diawali dengan cara restrukturisasi. Restrukturisasi merupakan kegiatan untuk
mengubah struktur sebuah perusahaan, dalam artian bisa memperbesar atau memperkecil struktur
perusahaan tersebut. Upaya ini dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan
membuat maksimal kinerja perusahaan agar target dapat tercapai. Lalu, bagaimana dengan pajak
Sebelum membahas tentang pajak restrukturisasi usaha, sebaiknya Anda mengenal lebih jauh
Selain itu, tingkat kesehatan dapat dilihat dari profil risiko tingkat pengembalian atau risk return
profile.
minoritas, karyawan PT, kreditor dan mitra usaha lainnya dari PT, serta masyarakat dan persaingan
sehat dalam melakukan usaha. Direksi PT yang melakukan restrukturisasi wajib mengumumkan
ringkasan rancangan restrukturisasi minimal dimuat dalam satu surat kabar dan mengumumkan
secara tertulis kepada karyawan PT yang akan melakukan restrukturisasi. Pengumuman tersebut
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sebelum pemanggilan RUPS. Dalam jangka
waktu paling lambat 14 hari setelah pengumuman tersebut, kreditor dapat mengajukan keberatan
kepada PT yang melakukan restrukturisasi, atau lebih dari 14 hari dianggap menyetujui. Selama
penyelesaian keberatan dari kreditor tersebut belum tercapai, maka restrukturisasi tidak dapat
dilaksanakan. Restrukturisasi yang berhasil dilakukan memiliki kewajiban untuk membayar pajak
restrukturisasi usaha.
Berbagai Cara dalam Melakukan Restrukturisasi Perusahaan
Restrukturisasi perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti perubahan strategi
Perseroan, perubahan visi Perseroan, perubahan struktur organisasi Perseroan (reorganisasi), atau
perubahan budaya perusahaan. Selain itu bisa juga dengan cara pemasangan atau perubahan
teknologi, penggantian Anggota Direksi atau Komisaris, perubahan atau penambahan ketentuan-
ketentuan AD, atau pembuatan atau perubahan sistem & prosedur Perseroan. Cara lain yang dapat
leverege buy outs (LBO), aliansi strategi bisnis, spin-off, split-off, dan tindakan lain yang tidak
Merger merupakan sebuah proses difusi atau penggabungan dua perusahaan dengan salah satu di
antaranya tetap berdiri dengan nama perusahaannya sementara yang lain lenyap dengan segala
nama dan kekayaan dimasukan dalam perusahaan yang tetap berdiri tersebut. Ada beberapa tujuan
Lebih murah mendapatkan fasilitas yang sudah ada dari pada membangun atau Cost Advantage
Lebih kecil risikonya membeli pabrik dan pasar yang ada dari pada mengembangkannya sendiri
Jika fasilitas didapatkan dengan membeli maka kegiatan perusahaan bisa langsung beroperasi dari
pada melalui pembangunan sendiri yang perlu waktu untuk perijinan, konstruksi, uji coba disebut
dapat terhindar dari pengambil alihan oleh perusahaan lain atau Avoidance Of Takeovers
Melalui penggabungan usaha dapat diperoleh patents, mineral rights, hasil penelitian, goodwill
(databse pelanggan, nama baik perusahaan, manajemen yang baik, lokasi yang baik) yang disebut
Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-23/PJ.42/1999 Buku Panduan Tentang Perlakuan
Perpajakan atas Restrukturisasi Perusahaan. Harta Badan Usaha yang melakukan pengalihan atau
transferor company, yang dialihkan kepada Badan Usaha yang menerima pengalihan atau
acquiring company dalam rangka penggabungan harus dicatatkan atau dibukukan oleh Badan
Usaha yang menerima pengalihan dengan nilai buku fiskal menurut Badan Usaha yang
terutangnya PPN atas penyerahan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan usaha terjadi
pada saat yang disepakati atau ditetapkan sesuai hasil RUPS yang tertuang di dalam perjanjian
penggabungan tersebut.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 567/KMK/.04/2000 Tentang Nilai Lain sebagai Dasar
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 yang mengatur bahwa pemilik saham pendiri
dikenakan pajak tambahan berupa Pajak Penghasilan sebesar 0,5%. Pengenaan pajak sebesar 0,5%
entitas yang lama atau merging company? Dan kapan mulai berhenti beroperasi total serta
bagaimana tentang pajak restrukturisasi usaha? Aturan tentang hal tersebut dijelaskan dalam Per-
28/PJ/2008 Tanggal 19 Juni 2008 Pasal 5 Huruf b yang berbunyi bahwa kegiatan usaha Wajib
Pajak yang mengalihkan harta masih berlangsung sampai dengan tanggal efektif merger.
Sedangkan dalam Pasal 26 UU Nomor 40 tahun 2007 Tanggal 16 Agustus 2007 menjelaskan
tanggal efektif merger adalah pada saat akta penggabungan dibuat dan yang telah disetujui oleh
Menteri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanggal efektif merger adalah berdasarkan
tanggal akta dan SK Kementerian. Maka sejak tanggal tersebut semua kewajiban perpajakan telah
- Leasing
Sewa (leasing) pada dasarnya merupakan praktik yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk dalam dunia bisnis/usaha. Pertimbangannya adalah efisiensi biaya. Jika dengan sewa
dapat tercapai tujuan dengan biaya yang lebih murah daripada membeli aset maka suatu entitas
Mengapa Leasing?
Hal ini dikarenakan dalam pembelian aset terdapat sejumlah biaya transaksi dan biaya periodik
yang harus dikeluarkan dan menyebabkan nilai perolehan aset tersebut lebih besar. Diantaranya
adalah biaya pembelian, biaya pemeliharaan, dan biaya suku cadang. Sementara pada
mekanisme leasing, biaya hanya meliputi biaya atas sewa atau biaya penyusutan (depresiasi),
tergantung jenis leasing yang dilakukan. Selain itu, menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015:
1.272) terdapat beberapa keuntungan bagi pihak yang menyewa melalui leasing daripada memiliki
atau membeli aset antara lain: tarif sewa yang tetap sampai akhir periode, kemudahan dalam
menukar aset sewa yang dinilai usang, fleksibilitas dalam perjanjian sesuai dengan kebutuhan
kedua pihak, merupakan bentuk pendanaan yang lebih murah, menghemat biaya pajak (terkait
biaya penyusutan), tidak diwajibkan untuk tercantum di dalam neraca (off-balance-sheet) sehingga
mendongkrak nilai rasio efisiensi dan leverage. Sedangkan bagi pihak yang menyewakan,
sebagaimana dijelaskan oleh Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015: 1.284) keuntungan
menyewakan aset antara lain: adanya pendapatan sewa (pokok), pendapatan bunga (tergantung
jenis leasing), insentif pajak (tergantung kebijakan perpajakan negara), dan adanya nilai sisa yang
tinggi.
Ragam Leasing
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 (Revisi 2011) sewa adalah suatu
perjanjian dimana lessor(pihak yang menyewakan) memberikan hak kepada lessee (pihak yang
menyewa) untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai bentuk
kompensasi atas pemanfaatan aset/properti tersebut, maka lesseemembayar uang sewa (rental
payments) kepada lessor sesuai dengan termin periode yang disepakati. Terdapat dua jenis
mekanisme dalam sewa yang sudah diakui dalam dunia bisnis, yaitu sewa operasional tanpa hak
opsi (operating lease) dan sewa pembiayaan dengan hak opsi (capital lease).
Sewa operasional adalah bentuk sewa yang sangat sederhana dan biasanya digunakan untuk
kepentingan jangka pendek sehingga tidak terlalu memperhitungkan nilai aset pada masa yang
akan datang. Status kepemilikan dalam sewa operasional tidak mengalami perubahan dari status
legalnya, yaitu aset yang disewakan (leased asset) tetap menjadi milik lessor meskipun hingga
batas waktu tertentu dipakai oleh lessee. Konsekuensinya, biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara aset tersebut ditanggung pihak lessor. Biasanya untuk mencegah terjadinya kerugian,
maka lessormemasang tarif sewa dengan telah memperhitungkan nilai perolehan aset (historical
cost), biaya pemeliharaan dan margin keuntungan (gain). Sementara itu, sewa pembiayaan
digunakan untuk menyewakan aset dalam jangka panjang dengan masa sewa minimal 75% dari
usia ekonomis aset yang disewakan, sewa pembiayaan juga memiliki kerumitan tertentu karena
melibatkan unsur bunga dan alternatif pengalihan status kepemilikan pada akhir periode sehingga
sewa pembiayaan (capital lease/ finance lease) pada dasarnya adalah bentuk lain dari pembelian
aset secara cicilan dan juga karena nilai sewa saat ini (present value) tidak kurang dari 90% nilai
wajar (fair value) aset yang disewakan sehingga dapat dianggap sebagai bentuk lain penjualan aset.
Di dalam laporan keuangan, ketentuan mengenai aset leasing diperlakukan sesuai dengan sudut
pandang pelapornya yaitu sudut pandang lessor dan lessee. Perlakuan akuntansi pajak terhadap
atas leasing disesuaikan dengan jenis sewa yang disepakati (operating atau capital/finance).
Di dalam laporan keuangan lessee, adanya transaksi operating lease berdampak pada penyajian
beban sewa di dalam Laporan Rugi/Laba. Lesse juga tidak berhak mencantumkan aset yang
disewanya ke dalam neraca karena secara legal tidak ada peralihan kepemilikan (suatu keuntungan
yang akan membuat rasio keuangan lessee menjadi bagus). Mengingat konsep operating
lease yang sederhana maka tidak ada penyajian informasi terkait utang leasing dan beban
penyusutan di dalam Laporan Keuangan lessee (Neraca dan Laporan Rugi/Laba). Dari sisi
perpajakan, terkait adanya transaksi operating lease ini maka lessee bertindak sebagai pihak
dibayarkan lessee kepada lessor adalah nilai bersih yang sudah dipotong PPh Pasal 23. Berikut
(lessor) dengan kesepakatan bentuk sewa adalah operating lease. Masa manfaat mesin adalah 5
tahun dan PT Bina Cita hanya menyewa selama satu tahun saja dengan nilai sewa Rp24.000.000,-
per tahun. Uang sewa untuk setahun penuh dibayarkan kepada PT Cipta Karya pada setiap awal
tahun (Januari 2016). Maka berikanlah penjelasan dan analisis yang komprehensif mengenai aspek
akuntansi dan perpajakan yang harus dilakukan oleh PT Bina Cita jika kedua pihak tetap
melakukan pengakuan pendapatan dan beban untuk setiap bulan di pembukuan masing – masing.
Terhadap ilustrasi diatas, maka dari sisi akuntansi dan perpajakan PT Bina Cita harus mencatat
biaya yang dibayarkan kepada PT Cipta Karya sebagai beban sewa. Tetapi disaat yang sama ketika
melakukan pembayaran, maka PT Bina Cita harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 2% dari nilai
sewa. PPh Pasal 23 yang telah dipotong ini akan menjadi utang yang wajib disetorkan ke Kas
Negara sesuai batas waktu yang ditentukan. Aspek lain yang harus diperhatikan PT Bina Cita
adalah sehubungan dengan pembayaran yang dilakukan pada awal tahun sehingga saat dilakukan
pembayaran, PT Bina Cita memperoleh hak untuk memanfaatkan sampai dengan akhir tahun
(Sewa Dibayar Dimuka) sebesar Rp24.000.000,- atau setara dengan Rp2.000.000,- per bulan.
Sehingga ayat jurnal yang perlu dicatat oleh PT Bina Cita untuk periode Januari 2016 adalah
sebagai berikut:
Kas – Rp23.520.000
Utang PPh Pasal 23 – Rp480.000
Ketika PPh Pasal 23 sudah disetor ke Kas Negara maka PT Bina Cipta melakukan pencatatan
sebagai berikut:
Kas – Rp480.000
Di dalam Laporan keuangan lessor, transaksi operational lease terlihat dari adanya akun
Pendapatan Sewa di dalam Laporan Rugi/Laba. Lessor juga masih wajib mencantumkan leased
asset sesuai dengan nilai yang telah disusutkan secara proporsional menurut besaran depresiasi.
Hal ini dikarenakan lessor wajib setiap tahun menyusutkan leased asset sesuai masa manfaat aset
tersebut. Sehingga di dalam Laporan Rugi/Laba terdapat proporsi yang wajar antara pendapatan
yang diperoleh dengan beban penyusutan yang ditimbulkan (matching concept). Disaat yang
sama, lessorwajib menanggung beban pemeliharaan leased asset sehingga beban tersebut wajib
dibiayakan di dalam Laporan Rugi/Laba yang meliputi: biaya penilai (appraisal fee), biaya
perantara (finders fee), dan biaya suku cadang. Lessormeneriman penghasilan melalui
penyewaan leased asset kepada lessee dengan tetap memperhatikan adanya kewajiban untuk
dipotong PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut. Contoh kasus yang dapat membantu adalah sebagai
contoh kasus sebelumnya namun analisis dan penjelasan diberikan dari sudut pandang PT Cipta
tersebut sebesar Rp120.000.000,-. Maka berikanlah penjelasan dan analisis yang komprehensif
mengenai aspek akuntansi dan perpajakan yang harus dilakukan oleh PT Cipta Karya.
Secara akuntansi aspek terpenting yang harus dipahami bahwa ketika bulan Januari 2016 PT Cipta
Karya menerima pendapatan yang belum sepenuhnya menjadi haknya sehingga disebut
Pendapatan Diterima Dimuka, yaitu pendapatan dari pembayaran sewa untuk bulan Februari s.d.
Desember 2016. Adapun untuk periode Januari 2016 sudah dapat dicatat sebagai Pendapatan Sewa.
Kemudian, terhadap aliran kas masuk yang diterima PT Cipta Karya maka PT Cipta Karya harus
mencatatnya sebagai Kas sebesar nilai bersih setelah dipotong PPh Pasal 23 dan mencatat
pemotongan tersebut sebagai PPh Pasal 23 Dibayar Dimuka. Sehingga ayat jurnal yang disiapkan
Keterangan Debit K
Kas Rp23.520.000 –
Pendapatan Sewa – R
Pada akhir tahun 2016, PT Cipta Karya wajib mencatat jurnal penyusutan atas mesin produksi
sebesar Rp120.000.000 dibagi secara proporsional untuk 5 tahun yaitu Rp24.000.000,- dengan
Keterangan Debit K
Beban Penyusutan- Leased Asset Rp24.000.000 –
Jadi dari ilustrasi diatas dapat diketahui bahwa Operating Lease baik dipandang dari
sisi lessee maupun lessor tidak sama sekali melibatkan konsep bunga dan diperuntukkan untuk
masa sewa yang singkat (masa sewa tidak lebih dari 75% usia manfaat aset yang hendak disewa)
dan nilai sewa tidak melebihi 90% nilai wajar aset tersebut. Ciri khas utama yang mudah dikenali
dari Operating Lease ini adalah tidak adanya opsi pengalihan kepemilikan aset. Status
kepemilikan tetap yakni menjadi milik lessor sampai dengan masa sewa berakhir. Aspek akuntansi
dan perpajakan atas jenis sewa ini terbilang sederhana karena hanya melibatkan perhitungan yang
proporsional.
Didalam laporan keuangan lessee transaksi capital lease menyebabkan kepemilikan aset
dari leasing harus dilaporkan di dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca). Diiringi dengan
penyajian nilai utang leasing di sisi kewajiban. Ketentuan ini membawa konsekuensi penyajian
Beban Penyusutan- Aset Leasing pada Laporan Rugi/Laba dan Akumulasi Penyusutan-
Aset Leasing didalam Neraca. Namun, poin penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa
pembebanan Beban Penyusutan- Aset Leasing selama masa sewa hanya diperkenankan untuk
pengurang penghasilan bruto, pembebanan diperkenankan ketika masa sewa telah habis
dan Aset Leasing telah menjadi milik lessee dengan dasar penyusutan adalah nilai
residu. Hal ini sebagaimana telah diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-
1169/KMK.01/1991 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ.47/1994 termasuk
pula dalam hal ini Beban Bunga yang muncul sehubungan dengan transaksi capital lease. Selain
itu, terkait adanya transaksi capital lease ini maka lessee tidak boleh bertindak sebagai pihak
dibayarkan lessee kepada lessor adalah nilai bersih tanpa dipotong PPh Pasal 23. Berikut disajikan
Pada 1 Januari 2012, PT Pelangi menyewakan peralatan kepada PT Bianglala. Peralatan tersebut
seharga 2.000.000 (Nilai wajar peralatan). Perjanjian sewa mengandung klausul – klausul berikut
ini:
Sewa dapat dibatalkan, dan PT Bianglala akan dikenakan penalti yang tidak signifikan. PT
Bianglala akan mengembalikan peralatan kepada PT Pelangi pada akhir masa sewa. Present
Value (Nilai Kini) dari pembayaran sewa minimum (dihitung dengan menggunakan tingkat bunga
Dari kasus diatas, untuk memastikan jenis sewa yang tepat maka dapat dilakukan sejumlah uji
Kriteria Umum
Klausul: Tidak dinyatakan dalam soal tetapi dari informasi bahwa aset tersebut dinilai lebih rendah ketika opsi
maka terdapat kecenderungan transaksi tersebut mengandung Hak Opsi yang dapat dimanfaatkan lessee.
Masa sewa lebih dari atau sama dengan 75% dari usia ekonomis aset yang disewakan.
Analisis: = = 80%
Nilai Kini dari pembayaran sewa lebih dari atau sama dengan 90% nilai wajar aset
Analisis: = = 91.35%
Setelah melakukan uji kriteria diatas maka dapat disimpulkan bahwa transaksi sewa antara PT
Bianglala selaku lesseedengan PT Pelangi selaku lessor adalah capital lease. Hal ini konsisten
dengan bagan yang diuraikan oleh Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015: 1.275) sebagai berikut:
Analisis selanjutnya adalah mekanisme pencatatan komersial (penting dipahami bahwa dalam
ketentuan perpajakan atau fiskal, lessee tidak diperkenankan mengakui beban penyusutan atas
Aset Leasing dan Beban Bunga) yang harus dilakukan lessee pada laporan keuangannya.
Pencatatan yang dilakukan lessee harus mengikuti besaran angsuran setiap tahun yang dihitung
sebagai berikut:
PT Bianglala. Lease
Jurnal yang dicatat oleh PT Bianglala (lessee) untuk tahun 2012 s.d. tahun 2015 adalah sebagai
berikut:
= Rp250.000
Kas – Rp450.000
Kas – Rp450.000
Kas – Rp450.000
Di dalam laporan keuangan transaksi capital lease terlihat dengan adanya akun Pendapatan Sewa
dan Pendapatan Bunga. Sama halnya seperti pada sudut pandang lessee, pada Capital Lease,
Lessor juga masih wajib mencantumkan leased asset sesuai dengan nilai yang telah disusutkan
secara proporsional menurut besaran depresiasi. Hal ini dikarenakan lessor wajib setiap tahun
menyusutkan leased asset sesuai masa manfaat aset tersebut. Sehingga di dalam Laporan
Rugi/Laba terdapat proporsi yang wajar antara pendapatan yang diperoleh dengan beban
penyusutan yang ditimbulkan (matching concept). Disaat yang sama, lessor wajib menanggung
beban pemeliharaan leased assetsehingga beban tersebut wajib dibiayakan di dalam Laporan
Rugi/Laba yang meliputi: biaya penilai (appraisal fee), biaya perantara (finders fee), dan biaya
suku cadang. Bila dianalisis, maka terdapat dua pembebanan biaya penyusutan aset pada Capital
Lease yakni oleh lessor dan lessee. Dari sisi perpajakan hal ini menyebabkan terkoreksinya
(negatif) potensi PPh akhir tahun (PPh Pasal 25/29) yang harus ditanggung keduanya. Sehingga
ketentuan perpajakan hanya memperkenankan pembebanan biaya penyusutan oleh lessor dan
adapun lessee hanya diperkenankan melakukan hal tersebut jika hak opsi dimanfaatkan dan aset
Contoh kasus yang dapat mewakili sudut pandang ini adalah sebagaimana pada kasus PT Pelangi
sebagai lessor. Jurnal yang harus dibuat oleh PT Pelangi (2012-2015) adalah sebagaimana
Kas Rp450.000 –
Analisis: =
= Rp250.000
31/12/12
Dari jurnal diatas dapat terlihat bahwa aspek akuntansi yang perlu diperhatikan pihak lessor adalah
adanya pengakuan pendapatan atas penghasilan berupa pendapatan sewa dan pendapatan bunga.
Keduanya dicantumkan di dalam Laporan Rugi/ Laba sebagai pendapatan operasional untuk
pendapatan sewa sedangkan untuk pendapatan bunga merupakan pendapatan lainnya. Selain
itu, lessor diperkenankan membebankan biaya penyusutan yang dihitung dengan metode garis
lurus sebagai pengurang pendapatan. Dari penjelasan diatas dapat terlihat pula bahwa tidak aspek
1. Bentuk perjanjian kerjasama antara pemegang hak atas tanah dengan investor,
2. Pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan
4. Bangunan yang didirikan investor dapat berupa gedung perkantoran, apartemen, pusat
© PajakO
Penghasilan Investor adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh investor dari pengusahaan
3. Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dari pemegang hak atas tanah,
dalam hal masa perjanjian bangun guna serah diperpendek dari masa yang telah ditentukan.
4. Apabila dalam pelaksanaan bangun guna serah diberikan penggantian atau imbalan kepada
investor, maka penggantian atau imbalan tersebut adalah penghasilan bagi investor dalam
(diamortisasi dalam jumlah sama besar ) selama masa perjanjian bangun guna serah.
- Apabila masa perjanjian bangun guna serah diakhiri lebih pendek dari masa yang telah
ditentukan dalam pejanjian, maka sisa biaya pembangunan yang belum diamotisasi
dibebankan sekaligus pada tahun diakhirinya perjanjian bangun guna serah tersebut.
- Apabila masa perjanjian bangun guna serah diperpanjang dari masa perjanjian yang telah
ditambahkan pada sisa biaya yang belum diamortisasi, dan selanjutnya diamortisasi
- Amortisasi biaya pendirian bangunan dimulai pada tahun mulai digunakannya atau
- Penghasilan yang diterima atau diperoleh pemegang hak atas tanah sehubungan dengan
Pembayaran berkala yang dilakukan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah selama
-
masa perjanjian.
- Dalam hal bangunan yang didirikan oleh investor tidak seluruhnya menjadi hak investor tetapi
atas tanah.
- PPh yang terutang sebesar = 5% x Nilai teritinggi antara nilai pasar dengan NJOP bagian
- PPh tersebut harus dilunasi oleh pemegang hak atas tanah selambat-lambatnya tanggal 15
- Pada saat berakhirnya perjanjian, bangunan yang diserahkan oleh investor kepada pemegang
hak atas tanah merupakan penghasilan bagi pemegang hak atas tanah. PPh yang terutang
sebesar 5% x Nilai tertinggi antara nilai pasar dengan NJOP bangunan yang diserahkan. PPh
tersebut harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa bangun
- Nilai tertinggi antara nilai pasar dan NJOP bangunan yang diterima oleh pemegang hak atas
tanah tersebut merupakan nilai perolehan bangunan bagi pemegang hak atas tanah.
- Dalam hal pemegang hak atas tanah merupakan wajib pajak orang pribadi atau yayasan atau
- Dalam hal pemegang hak atas tanah merupakan wajib pajak badan atau BUT, pembayaran
PPh 5% tersebut merupakan angsuran PPh dalam tahun berjalan (PPh Pasal 25) yang dapat
dikreditkan.
Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto bagi investor adalah biaya yang sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berkenaan dengan pengusahaan bangunan yang didirikan
seorang investor melakukan kerja sama dengan pemerintah yaitu memanfaatkan aset pemerintah
Kali ini penulis akan mencoba mengupas terkait pertanyaan tersebut diatas, terlebih sekarang ini
banyak sekali varian bisnis yang dilakukan antara pemerintah dengan investor atau antara pemilik
lahan dengan pemodal istilah bisnis ini sering disebut dengan sistem bangun guna serah (Built,
Operate, and Transfer) atau BOT. Dan tulis berikut diharapkan dapat menjadi pengingat apabila
dikemudian hari terdapat pertanyaan yang sama, semoga memberi informasi yang bermanfaat.
Secara umum pengertian Bangun Guna Serah (BGS) adalah Bentuk pendanaan proyek saat suatu
entitas swasta menerima konsesi (pemberian hak, izin, atau tanah oleh perusahaan, individu, atau
entitas legal lainnya) dari entitas lain untuk mendanai, merancang, membangun, dan
mengoperasikan suatu fasilitas yang dinyatakan dalam kontrak konsesi. Umumnya proyek dengan
skema ini kan diserahkan kepada pemerintah pada akhir masa konsesi.
Dalam perspektif perpajakan Bangun Guna Serah adalah bentuk perjanjian kerja sama yang
dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor yang menyatakan bahwa pemegang
hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa
perjanjian bangun guna serah, dan mengalihkan kepemilikan bangunan tersebut kepada pemegang
hak atas tanah setelah masa bangun guna serah berakhir. (Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan
dapat menatakelola lahan tersebut dengan mendirikan berupa gedung perkantoran, apartemen,
pusat perbelanjaan, rumah toko (ruko), hotel, termasuk didalamnya adalah wahana permainan atau
Pembangunan (Build), pemilik proyek sebagai pemberi hak pengelolaan memberikan kuasanya
kepada pemegang hak (pelaksana proyek) untuk membangun sebuah proyek dengan dananya
sendiri (dalam beberapa hal dimungkinkan didanai bersama / participate interest). Desain dan
spesifikasi bangunan merupakan usulan pemegang hak pengelolaan yang harus mendapat
Pengoperasian (Operate). Merupakan masa atau tenggang waktu yang diberikan pemilik proyek
kepada pemegang hak untuk selama jangka waktu tertentu mengoperasikan dan mengelola proyek
tersebut untuk diambil manfaat ekonominya. Bersamaan dengan itu pemegang hak berkewajiban
melakukan pemeliharaan terhadap proyek tersebut. Pada masa ini, pemilik proyek dapat juga
Penyerahan kembali (Transfer), Pemegang hak pengelolaan menyerahkan hak pengelolaan dan
fisik proyek kepada pemilik proyek setelah masa konsesi selesai tanpa syarat (biasanya).
Pembebanan biaya penyerahan umumnya telah ditentukan dalam perjanjian mengenai siapa yang
menanggungnya.
Berdasarkan pengertian, ciri-ciri dari suatu perjanjian Bangun Guna Serah maka didapat beberapa
2. Tanah/Lahan
3. Bangunan komersial
5. Penyerahan
Subjek dalam Bangun Guna Serah adalah pihak-pihak yang melakukan kerjasama dalam bentuk
Pemilik Lahan, jika pemiliknya adalah Pemerintah Daerah maka subjeknya adalah Pengelola
barang (Sekretaris Daerah) tentu setelah mendapat persetujuan Bupati. Jika lahan dimiliki oleh
Investor, Jika investornya adalah Badan maka subjeknya adalah Badan demikian juga jika
Pajak Penghasilan
Jenis pajak dalam skema bangun guna serah adalah pajak penghasilan yang diterima oleh :
1. Investor
a. Investor
Penghasilan yang diterima investor dengan skema bangun guna serah adalah semua penghasilan
dari pemberdayaan lahan. Misal investor membangun wahana permainan seperti Water Park, maka
penghasilannya adalah :
Ticket Masuk
Sewa sehubungan dengan penggunaan harta seperti lapak yang ada disekitar waterpark
Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dari pemegang hak atas tanah apabila masa
perjanjian bangun guna serah diperpendek dari masa yang telah ditentukan
dan lain-lain
Semua penghasilan yang diterima wahana permainan Waterpark tersebut di atas dilaporkan dalam
Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto bagi investor adalah biaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan dengan memperhatikan pasal 9 ayat (1) Undang-undang PPh
berkenaan dengan pengusahaan bangunan yang didirikan berdasarkan perjanjian bangun guna
serah tersebut.
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh investor untuk mendirikan bangunan merupakan nilai
perolehan investor untuk mendapatkan hak menggunakan atau hak mengusahakan bangunan
tersebut, dan nilai perolehan tersebut oleh investor diamortisasi dalam jumlah yang sama besar
contoh-contoh :
Biaya Amortisasi, Investor PT. Nusa Wahana Permai (NWP) mendirikan tempat bermain Water
Park atas tanah milik PT. Channel Penguasa (CP) berdasarkan perjanjian bangun guna serah
dengan biaya Rp. 15 Miliar untuk masa selama 15 Tahun. Maka Amortisasi yang dilakukan oleh
PT. NWP setiap tahunnya adalah Rp. 1 Miliar (Rp 15 Miliar : 15).
Penghasilan, berdasarkan contoh di atas pada akhir tahun tahun ke 10 PT. NWP menyerahkan
bangunan kepada PT. CP. Maka dengan diperpendeknya masa perjanjian tersebut kepada PT.
NWP diberikan imbalan oleh PT. CP sebesar Rp. 5 Miliar padaalhir tahun ke 10 (tahun
bverakhirnya masa perjanjian bangun guna serah). PT. NWP memperoleh tambahan penghasilan
sebesar Rp. 5 M
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 34 Tahun 2016 tentang pajak penghasilan atas penghasilan
dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, dan perjanjian pengikat jual beli atas tanah
dan/atau bangunan beserta perubahannya dijelaskan bahwa yang dikecualikan dari kewajiban PPh
atas PHTB dan PPJB TB adalah Orang pribadi atau badan yang melakukan PHTB dalam rangka
melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna atau pemanfaatan barang milik
negara berupa tanah dan atau bangunan. Sesuai pasal 15 ayat (1) UU PPh pihak-pihak yang
mjelakukan kerjasama dalam bentuk perjanjian bangun guna serah adalah kategori Wajib Pajak
tertentu.
Adapun penghasilan yang terima atau diperoleh pemegang hak atas tanah sehubungan dengan
Pembayaran berkala yang dilakukan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah dalam atau
Bagian keuntungan dari pengusahaan bangunan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang telah
Penghasilan lainnya sehubungan dengan perjanjian bangun guna serah yang terima atau diperoleh
Dalam hal bangunan yang didirikan investor tidak seluruhnya menjadi hak investor tetapi sebagian
diserahkan kepada pemegang hak atas tanah, maka bagian bangunan yang diserahkan merupakan
penghasilan bagi pemegang atas tanah dalam tahun pajak yang bersangkutan. Atas penyerahan
tersebut terutang pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai yang tertinggi
antara lain pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bagian bangunan yang diserahkan, dan
Bangunan yang diserahkan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah setelah masa Perjanjian
bangunan serah berakhir merupakan penghasilan baik pemegang hak atas tanah, dan terutang Pajak
Penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai yang tertinggi antara nilai pasar
dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bangunan yang telah diserahkan, dan harus dilunasi oleh
pemegang hak atas tanah selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa bangun
- E-commerce – dibatalkan
Peraturan Perlakuan Perpajakan e-commerce Terbit, Tingkatkan Kepastian dan Keadilan Bagi
Semua Pelaku Usaha Jakarta, 11 Januari 2019 – Dalam rangka memberikan kepastian terkait aspek
perpajakan bagi pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik,
Pemerintah melalui Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Elektronik. Penting untuk diketahui bahwa Pemerintah tidak menetapkan jenis atau tarif pajak baru
bagi pelaku e-commerce. Pengaturan yang dimuat dalam PMK-210 ini semata-mata terkait tata
cara dan prosedur pemajakan, yang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan administrasi dan
mendorong kepatuhan perpajakan para pelaku e-commerce demi menciptakan perlakuan yang
1. Bagi pedagang dan penyedia jasa yang berjualan melalui platform marketplace
a. Memberitahukan Nomor Pokok Wajib Pajak kepada pihak penyedia platform marketplace;
b. Apabila belum memiliki NPWP, dapat memilih untuk (1) mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP, atau (2) memberitahukan Nomor Induk Kependudukan kepada penyedia platform
marketplace;
c. Melaksanakan kewajiban terkait PPh sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti membayar
pajak final dengan tarif 0,5% dari omzet dalam hal omzet tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam
setahun, serta
d. Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dalam hal omzet melebihi Rp4,8 miliar dalam
setahun, dan melaksanakan kewajiban terkait PPN sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPh terkait penyediaan layanan platform
c. Memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPh terkait penjualan barang dagangan milik
Untuk diketahui, yang dimaksud dengan penyedia platform marketplace adalah pihak yang
menyediakan sarana yang berfungsi sebagai pasar elektronik di mana pedagang dan penyedia jasa
pengguna platform dapat menawarkan barang dan jasa kepada calon pembeli. Penyedia platform
marketplace yang dikenal di Indonesia antara lain Blibli, Bukalapak, Elevenia, Lazada, Shopee,
dan Tokopedia. Selain perusahaan-perusahaan ini, pelaku overthe-top di bidang transportasi juga
tergolong sebagai pihak penyedia platform marketplace. 3. Bagi e-commerce di luar Platform
marketplace Pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan perdagangan barang dan jasa melalui
online retail, classified ads, daily deals, dan media sosial wajib mematuhi ketentuan terkait PPN,
PPnBM, dan PPh sesuai ketentuan yang berlaku. Sebelum PMK-210 ini mulai berlaku efektif pada
1 April 2019, DJP akan melaksanakan sosialisasi kepada para pelaku e-commerce, termasuk
penyedia platform marketplace dan para pedagang yang menggunakan platform tersebut. Untuk
mendapatkan salinan PMK-210 ini dan informasi lain seputar perpajakan serta berbagai program
dan layanan yang disediakan DJP, kunjungi www.pajak.go.id atau hubungi Kring Pajak di 1500
200.