Anda di halaman 1dari 14

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama Peserta : dr. Yhastra Hayu Prabhaswari
Dengan judul/topic : Kejang Demam Kompleks
Nama Pendamping : dr. Halifah Haris
NamaWahana : RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

No. Nama Peserta Presentasi No. Tanda Tangan


1 Devina Putri 1
2 Ridha Abdi Wahab 2
3 Fathirina Sientia 3
4 Anugrah Danang 4
5 Tia Febiana 5
6 6
7 7
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

(dr. Halifah Haris )

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 1


Borang Portofolio

Nama Peserta : dr. Yhastra Hayu Prabhaswaru


Nama Wahana : RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Topik : Kejang Demam Komplek
Tanggal (kasus) : 26 Maret 2016
Nama Pasien : An. FTP No. RM: 13.97.36
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Halifah Haris
Tempat Presentasi : RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran TinjauanPustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Seorang anak laki-laki usia 3 tahun dengan kejang demam kompleks

Tujuan : Melakukan penanganan kegawatan pada kondisi kejang demam serta memberikan penatalaksanaan kejang demam akut.

Bahan Bahasan :
TinjauanPustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas :
Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 2


Data Pasien : Nama : An. FTP Nomor Registrasi : 13.97.36
Nama Klinik :
Telp : Terdaftar sejak :
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
I. Diagnosis/Gambaran Klinis: Kejang Demam Kompleks
1. Keluhan Utama : Kejang
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Lokasi : -
b. Onset : Sejak 15 menit sebelum masuk rumah sakit
c. Kualitas : Kejang diawali dari sisi tubuh bagian kanan kemudian seluruh tubuh
d. Kuantitas : Kejang sebanyak 1x sebelum masuk rumah sakit. Pada saat masuk rumah sakit, kejang belum berhenti.
e. Faktor memperberat : Demam
f. Faktor memperingan : -
g. Gejala penyerta : batuk, pilek
h. Kronologis :
Pasien datang dalam kondisi kejang, tidak menangis, masih dalam keadaan tidak sadar. Dari hasil alloanamnesis, diketahui bahwa
kejang terakhir sudah berlangsung selama ± 20 menit, kejang diawali anggota gerak tubuh bagian kanan kemudian diikuti kejang seluruh
tubuh, mata pasien mendelik ke atas, saat kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien sadar. Di rumah, pasien hanya diberikan obat
penurun panas dan belum diberikan obat pemutus kejang. Pasien mengalami demam, batuk, dan pilek sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. muntah (+), nyeri kepala (-), nyeri perut (-), gangguan buang air besar dan kecil (-), sesak nafas (-).

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 3


II. Riwayat Pengobatan:
Pasien hanya mendapatkan obat penurun panas sejak didapatkan keluhan demam 1 hari sebelum rumah sakit, namun saat
kejang, pasien belum diberikan pengobatan apa pun.
III. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat kejang sebelumnya : (+) pada saat berumur 6 bulan dan 1 tahun
Riwayat alergi makanan atau obat : disangkal
Riwayat TB : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
IV. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat kejang : kakak pasien pernah menderita kejang saat kecil
V. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik:
Ayah pasien bekerja sebagai buruh. Ibu pasien merupakan ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan menggunakan
fasilitas BPJS
VI. Riwayat Imunisasi:
Lengkap
VII. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
ANC teratur. Pasien lahir di bidan, normal, spontan, dengan berat lahir 3200 g.
VIII. Riwayat Tumbuh Kembang:
Tumbuh kembang sesuai usia
IX. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : tampak kejang

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 4


Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg BB : 9 kg
- HR : 88 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 39,5°C
Kulit : ikterik (-), pucat (-), petechie (-), sianosis (-)
Turgor : normal
Tonus : normotonus
Kepala : mesocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), pupil (2mm/2mm)
Telinga : discharge (-/-), nyeri (-/-).
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (+), mukosa hiperemis (+)
Tenggorokan : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-), mukosa hiperemis (-), lidah deviasi (-), lidah kotor (-),
Leher : simetris, deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran tiroid (-), distensi vena leher (-), skrofuloderma
(-)
Axilla : pembesaran kelenjar limfe (-/-)
Thorax :
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 5


- Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Paru - paru
- Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, retraksi (-)
- Palpasi : strem fremitus dextra dan sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara napas vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
- Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : timpani, pekak alih (-), ascites (-)
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Ekstremitas : Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Ptekie -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Capillary Refill < 2 detik < 2 detik
Meningeal Sign :
Kaku kuduk (-)

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 6


Brudzinsky I (-)
Brudzinsky II (-)
Kernig (-)

Pemeriksaan Laboratorium Darah :


Hb : 10,5 g / dl
Ht : 32,6 %
Eritrosit : 4,73 juta / μl
MCV : 68,9 fl
MCH : 22,2 pg
MCHC : 32,2 g/dl
Leukosit : 5.100 / μl
Limfosit : 46,9 %
Monosit : 6%
Trombosit : 298.000 / μl
Granulosit : 46,7 %
GDS : 100 mg/dl
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 3.54 mmol/L
Chlorida : 103 mmol/L
Terapi IGD :

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 7


- O2 2 lpm dengan nasal kanul
- Pasang IV line
- Infus RL 36 tpm mikro
- Stesolid 5 ml supp  2x  kejang belum berhenti
- Injeksi fenitoin 1 ampul diencerkan 20 cc NaCl 0,9% bolus pelan  kejang berhenti
- Proris 2 x 135 mg supp

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 8


Daftar Pustaka:

 Dewanto, Suwono, Riyanto, Turana, 2009. Kejang pada Anak. Dalam: Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC, 91-94.
 Staf Pangajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002. Kejang Demam. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 847-
855.
 Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Kejang Demam Apakah Menakutkan? Available from :
http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?q=2009421101559 [Diakses Juni 2015]

Hasil Pembelajaran:

1. Diagnosis kejang Demam


2. Membedakan kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks
3. Penatalaksanaan dan penanganan kegawatan kejang demam akut
4. Edukasi penanganan dan pencegahan kejang di rumah
5. Pengobatan rumatan untuk kejang demam berulang

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 9


1. Subjektif :
Pasien datang dalam kondisi kejang, tidak menangis, masih dalam keadaan sadar. Dari hasil alloanamnesis, diketahui bahwa kejang
terakhir sudah berlangsung selama ± 10 menit, kejang diawali mata mendelik ke atas kemudian diikuti kejang seluruh tubuh termasuk
tangan dan kaki, pasien tidak menangis saat kejang, namun masih sadar. Kejang pertama hingga ketiga terjadi 6 jam sebelum masuk
rumah sakit, berlangsung ± 20 menit, kejang keempat terjadi 4 jam sebelum masuk rumah sakit dan berlangsung ±10 menit. Di rumah,
pasien hanya diberikan obat penurun panas dan belum diberikan obat pemutus kejang. Pasien mengalami demam, batuk, dan pilek sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Mual, muntah (-), nyeri kepala (-), nyeri perut (-), gangguan buang air besar dan kecil (-), sesak nafas (-).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38℃). Namun, perlu digali lagi
apakah penyebab kejang murni karena demam atau ada penyebab lain seperti adanya infeksi pada sistem saraf pusat, gangguan elektrolit
akibat diare/muntah, hipoksemia akibat sesak, atau asupan yang kurang sehingga menyebabkan kondisi hipoglikemia. Selain itu, kejang
demam harus dibedakan apakah termasuk kejang demam sederhana atau kejang demam kompleks.

2. Objektif :
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium darah serta kimia klinik dapat disimpulkan bahwa
pada pasien ini tidak didapatkan adanya tanda infeksi sistem saraf pusat, gangguan elektrolit maupun gangguan metabolik yang dapat
menyebabkan kejang, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kejang pada pasien disebabkan murni karena demam yang diderita
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Akan tetapi, masih perlu dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal melalui
pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, karena pada anak usia di bawah 1 tahun, manifestasi klinis meningitis sulit
ditemukan. Kejang pada pasien ini termasuk kejang demam kompleks karena kejang berlangsung lebih dari 1 kali dalam 24 jam, kejang
umum diawali oleh kejang fokal terlebih dahulu, serta berlangsung selama lebih dari 15 menit.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan :
 Gejala klinis (kejang disertai peningkatan suhu yaitu 39,5℃)

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 10


 Didapatkan riwayat kejang demam pada saat berumur 8 bulan
 Didapatkan riwayat kejang pada keluarga
 Tidak ditemukan tanda-tanda penyebab kejang lainnya misalnya : infeksi sistem saraf pusat, gangguan elektrolit, mapun gangguan
metabolik.
 Kualitas dan kuantitas kejang menunjukkan bahwa jenis kejang demamnya adalah kejam demam kompleks

3. Assessment :
Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti ISPA, tonsilitis, otitis media akut, atau bronkitis disebabkan bakteri yang
bersifat toksik. Toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksin ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikkan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai alarm
sign. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga
terjadi peningkatan kontraksi otot. Selain itu, naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia sepeti epinefrin dan prostaglandin. Apabila terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh, dengan demikian reaksi-
reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis sehingga terjadilah keadaan hipoksia sel. Transport aktif
yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na+ intrasel dan K+ ekstrasel meningkat. Apabila neurotransmiter eksitator lebih dominan
daripada inhibitor maka akan terjadi depolarisasi post sinapsis dan apabila mencapai nilai ambang letup akan terjadi potensial aksi pada
neuron post sinapsis. Apabila potensial aksi meluas dan terjadi sinkronisasi akan menimbulkan bangkitan kejang demam.
Kejang demam akut merupakan suatu kondisi kegawatan yang harus segera ditangani dengan menghentikan kejang, karena apabila
kejang tidak segera dihentikan, dapat berisiko lebih besar menimbulkan kelainan neurologis sesudah kejang bahkan kematian. Kriteria
kejang demam yang merupakan indikasi untuk rawat inap adalah kejang demam kompleks, hiperpireksia, usia di bawah 6 bulan, kejang
demam pertama kali, serta apabila ditemukan kelainan neurologis. Selain itu, pada kejang demam perlu digali faktor risiko terjadinya
kejang demam berulang, antara lain riwayat kejang dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang, serta

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 11


cepatnya kejang terjadi setelah demam. Pada kejang demam kompleks yang berulang dibutuhkan pengobatan rumatan jangka panjang
hingga 1-2 tahun bebas kejang.

4. Plan :

 Diagnosis :
Perlu dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis karena pada anak usia di
bawah 1 tahun manifestasi klinis dari meningitis sulit ditemukan. Adapun pemeriksaan EEG belum diperlukan kecuali untuk kasus
kejang demam kompleks pada anak usia di atas 6 tahun. Pemeriksaan CT Scan atau MRI kepala dilakukan jika ada tanda kelainan
neurologis atau jika ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
 Pengobatan :
Penanganan kondisi kejang demam akut :
1. Mempertahankan fungsi vital (A,B,C)  bebaskan jalan nafas, oksigenasi, pasang IV line
2. Pre hospital : Dapat dilakukan dengan pemberian diazepam per rektal dengan dosis 5 mg jika BB < 10 kg dan 10 mg jika BB >
10 kg. Pemberian maksimal 2x dengan interval 5-10 menit.

3. Alur penatalaksanaan kejang :

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 12


 Pendidikan :

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 13


Edukasi dilakukan kepada orang tua pasien untuk dapat melakukan penanganan kejang demam di rumah meliputi yaitu
mempertahankan fungsi vital (A,B,C) dan pemberian diazepam per rektal. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan naiknya suhu
tubuh dengan cara memiliki termometer sendiri di rumah sehingga dapat dilakukan pengukuran suhu secara manual, pemberian
obat penurun panas, serta pemberian kompres.
 Konsultasi :
Dijelaskan kepada orang tua, kondisi-kondisi kejang demam seperti apa yang memerlukan pengobatan lanjutan jangka
panjang di spesialis anak. Konsultasi ini dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya kejang demam yang berulang yang secara
langsung juga mencegah terjadinya komplikasi sesudah kejang berupa kelainan neurologis bahkan kematian.

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 14

Anda mungkin juga menyukai