Pendamping
Deskripsi : Seorang anak laki-laki usia 3 tahun dengan kejang demam kompleks
Tujuan : Melakukan penanganan kegawatan pada kondisi kejang demam serta memberikan penatalaksanaan kejang demam akut.
Bahan Bahasan :
TinjauanPustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas :
Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Dewanto, Suwono, Riyanto, Turana, 2009. Kejang pada Anak. Dalam: Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC, 91-94.
Staf Pangajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002. Kejang Demam. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 847-
855.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Kejang Demam Apakah Menakutkan? Available from :
http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?q=2009421101559 [Diakses Juni 2015]
Hasil Pembelajaran:
2. Objektif :
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium darah serta kimia klinik dapat disimpulkan bahwa
pada pasien ini tidak didapatkan adanya tanda infeksi sistem saraf pusat, gangguan elektrolit maupun gangguan metabolik yang dapat
menyebabkan kejang, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kejang pada pasien disebabkan murni karena demam yang diderita
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Akan tetapi, masih perlu dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal melalui
pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, karena pada anak usia di bawah 1 tahun, manifestasi klinis meningitis sulit
ditemukan. Kejang pada pasien ini termasuk kejang demam kompleks karena kejang berlangsung lebih dari 1 kali dalam 24 jam, kejang
umum diawali oleh kejang fokal terlebih dahulu, serta berlangsung selama lebih dari 15 menit.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Gejala klinis (kejang disertai peningkatan suhu yaitu 39,5℃)
3. Assessment :
Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti ISPA, tonsilitis, otitis media akut, atau bronkitis disebabkan bakteri yang
bersifat toksik. Toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksin ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikkan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai alarm
sign. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga
terjadi peningkatan kontraksi otot. Selain itu, naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia sepeti epinefrin dan prostaglandin. Apabila terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh, dengan demikian reaksi-
reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis sehingga terjadilah keadaan hipoksia sel. Transport aktif
yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na+ intrasel dan K+ ekstrasel meningkat. Apabila neurotransmiter eksitator lebih dominan
daripada inhibitor maka akan terjadi depolarisasi post sinapsis dan apabila mencapai nilai ambang letup akan terjadi potensial aksi pada
neuron post sinapsis. Apabila potensial aksi meluas dan terjadi sinkronisasi akan menimbulkan bangkitan kejang demam.
Kejang demam akut merupakan suatu kondisi kegawatan yang harus segera ditangani dengan menghentikan kejang, karena apabila
kejang tidak segera dihentikan, dapat berisiko lebih besar menimbulkan kelainan neurologis sesudah kejang bahkan kematian. Kriteria
kejang demam yang merupakan indikasi untuk rawat inap adalah kejang demam kompleks, hiperpireksia, usia di bawah 6 bulan, kejang
demam pertama kali, serta apabila ditemukan kelainan neurologis. Selain itu, pada kejang demam perlu digali faktor risiko terjadinya
kejang demam berulang, antara lain riwayat kejang dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang, serta
4. Plan :
Diagnosis :
Perlu dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis karena pada anak usia di
bawah 1 tahun manifestasi klinis dari meningitis sulit ditemukan. Adapun pemeriksaan EEG belum diperlukan kecuali untuk kasus
kejang demam kompleks pada anak usia di atas 6 tahun. Pemeriksaan CT Scan atau MRI kepala dilakukan jika ada tanda kelainan
neurologis atau jika ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Pengobatan :
Penanganan kondisi kejang demam akut :
1. Mempertahankan fungsi vital (A,B,C) bebaskan jalan nafas, oksigenasi, pasang IV line
2. Pre hospital : Dapat dilakukan dengan pemberian diazepam per rektal dengan dosis 5 mg jika BB < 10 kg dan 10 mg jika BB >
10 kg. Pemberian maksimal 2x dengan interval 5-10 menit.