Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PESEMAIAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perhatian masyarakat terhadap lingkungan beberapa tahun terakhir ini
menjadi meningkat karena semakin dirasakannya dampak negatif penggunaan
bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan
produktivitas dan ekonomi ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan
dampak negatif baik bagi kehidupan manusia maupun lingkungan sekitarnya.
Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus
dapat merusak biota tanah, menimbulkan resistensi hama dan penyakit, serta
dapat mengubah kandungan vitamin dan mineral komoditi sayuran dan buah
(Ryan, 2010).
Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi
siklus kehidupan, bahkan jika sayuran atau buah yang tercemar tersebut
dimakan oleh manusia secara terus menerus, tentunya akan menyebabkan
kerusakan jaringan tubuh, bahkan kematian. Menurut Ryan (2010) pupuk
anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik
yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk
bokashi yang menggunakan EM-4. EM-4 merupakan kultur campuran dari
berbagai organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan produksi
tanaman (Annisava et al, 2013).
2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui cara membuat pesemaian untuk budidaya tanaman
b. Mengetahui kriteria bibit siap tanam
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan pesemaian

10
11

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pesemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih
atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap tanam di lapangan. Benih yang
baik apabila diproses dengan teknik pesemaian yang baik, akan menghasilkan
bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang
kurang baik apabila diproses dengan teknik pesemaian yang tidak sesuai. Bibit
yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh
apabila teknik pesemaian sesuai prosedur yang sudah baku (Longman, 2003).
Tempat pesemaian adalah sepetak tanah yang sengaja di buat untuk
menyemaikan bibit-bibit yang tidak dapat atau sukar untuk ditanam langsung
di kebun. Hampir semua bibit sayuran memerlukan pesemaian itu. Hanya
bayam, lobak, bakung, bawang merah, bawang putih, seledri, radis, wortel dan
semua jenis kacang dapat langsung ditanam (disebarkan) pada petakan-petakan
pesemaian yang agak luas dapat dibuat pada tanah yang khusus disediakan
untuk keperluan itu. Untuk berkebun di halaman cukup dipergunakan sebuah
bak yang dibuat dari kayu (Rismunandar 2003).
Tempat dilakukannya pembibitan atau pesemaian hendaknya mudah
dijangkau dengan memudahkan upaya pengairan, pemberian naungan atau
hal-hal rutin lain yang diperlukan oleh tanaman muda. Ada dua bentuk utama
dari bedengan pesemaian yang ditinggikan (raised beds) dan yang direndahkan
(sunken beds). Bed yang ditinggikan merupakan bentuk bedengan pesemaian
yang lebih banyak dilakukan oleh petani di wilayah yang sering banjir
(Muningsjah, 2000).
Pesemaian tidak memerlukan tanah yang terlalu subur. Tanah
suburmengakibatkan pertumbuhan bibit yang terlalu cepat. Sebaiknya tanah
pesemaian yang kurang subur, maka pertumbuhan akar bibit relatif lebih besar
dari pada batangnya. Tanaman pesemaian dapat dipelihara dalam kotak-kotak
tanah dan dalam kantong-kantong kerta atau dibedngan untuk pesemaian yang
berjarak cukup didalam barisan agar mudah dipisahkan atau dipindahkan
(Fiandika 2006).
12

Pada umumnya pesemaian digolongkan menjadi 2 jenis atau tipe yaitu


pesemaian sementara dan pesemaian tetap. Pesemaian sementara (Flyng
nursery) biasanya berukuran kecil dan terletak di dekat daerah yang akan
ditanami. Pesemaian sementara ini biasanya berlangsung hanya untuk
beberapa periode panenan (bibit atau semai. Sedangkan Pesemaian Tetap.
biasanya berukuran (luasnya) besar dan lokasinya menetap disuatu tempat,
untuk melayani areal penanaman yang luas (Andini 2006).
Pada tanaman yang diperbanyak melalui benih dan memerlukan
pesemaian, pindah tanam sebaiknya dilakukan pada stadia tanaman yang tepat.
Pindah tanam lebih dini akan mempercepat adaptasi tanaman terhadap
lingkungan, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan dapat
menghasilkan bagian vegetatif yang lebih baik. Jika pindah tanam terlambat,
maka tanaman tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan
pertumbuhan vegetatifnya, tanaman lebih cepat menua dan cepat memasuki
stadia generatif. Waktu pindah tanam yang tepat ditentukan, selain oleh jenis
tanaman juga ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat tanaman dipindah
tanamkan srta teknik budidayanya. Penanaman dengan lingkungan terkendali
dibawah naungan memungkinkan pemindahan tanaman lebih awal
dibandingkan penanaman dilahan terbuka (Vavrina, 1998).
Tanaman Sawi merupakan salah satu dari banyak tanaman jenis sayuran
semusim. Sebagai salah satu tanaman sayuran yang kaya akan nutrisi tanaman
sawi ini sering dijumpai untuk dijadikan sebagai lalapan dan bahan tambahan.
Berikut akan dijelaskan mengenai klasifikasi dan morfologi tanaman sawi.
Klasifikasi tanaman sawi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermartophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas : Discotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciterae atau Brassiceae
Genus : Brassica
13

Spesies : Brassica juncea L


Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tanaman semusim yang berasal dari
daerah Amerika Tropis. Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya,
yaitu bayam cabut (Amaranthus tricolor) dan bayam kakap (Amaranthus
hybridus). Bayam kakap disebut juga sebagai bayam tahun, bayam turus atau
bayam bathok, dan ditanam sebagai bayam petik. Bayam cabut terdiri dari dua
varietas, yang salah satunya adalah bayam merah (Saparinto, 2014).
Klasifikasi bayam adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryphyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L ( Saparinto, 2013).

C. Bahan, Alat, dan Langkah Kerja


1. Bahan
a. Benih Sayuran
b. Pupuk kendang
c. Furadan
2. Alat
a. Cetak
b. Plastik
3. Langkah Kerja
a. Membuat media pesemaian yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang
perbandingan 1:1 menggunakan plastik polybag
b. Membuat lubang dan tanam benih sayuran sebanyak 2 benih perlubang
14

c. Siram media sampai basah dan meletakannya di bawah tempat teduh


d. Menyiram setiap hari
e. Dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik cair atau ZPT

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Pesemaian Sawi
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke- Persentase HIdup
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 1,9 5,5 0 2 5 0
2 1,5 0 0 2 0 0
3 2 0 0 2 0 0
100% 60% 0%
4 1,5 3,7 0 2 4 0
5 1,5 4,5 0 2 4 0
Rata-rata 1,68 1,74 0 2 2,25 0
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tumbuhan 2018

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Pesemaian Bayam Hijau


Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman Sampel Pengamatan Ke- Pengamatan Ke- Persentase HIdup
1 2 3 1 2 3
1 1,4 0 0 2 0 0
2 1,5 4 0 2 6 0
3 1,7 0 0 2 0 0
100% 40% 0%
4 1,5 0 0 2 0 0
5 1,6 0 0 2 0 0
Rata-rata 1,54 0,8 0 2 1,2 0
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tumbuhan 2018
15

Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Pesemaian Bayam Merah


Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman Sampel Pengamatan Ke- Pengamatan Persentase HIdup
1 2 3 1 Ke-2 3
1 1,5 0 0 2 0 0
2 1,6 0 0 2 0 0
3 1,5 0 0 2 0 0
100% 0% 0%
4 1,6 0 0 2 0 0
5 1,5 0 0 2 0 0
Rata-rata 1,54 0 0 2 0 0
Sumber ; Praktikum Teknologi Budidaya Tumbuhan 2018

E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini untuk mengetahui bagaimana kriteria bibit yang
sudah siap pindah tanam dilakukan pesemaian. Pesemaian adalah sebuah
tempat atau area yang akan digunakan untuk menumbuhkan bibit yang
kemudian siap dpindahkan ke lahan yang lebih luas. Benih yang baik bila
ditanam dengan proses pesemaian yang benar akan menghasilkan bibit yang
baik, sedangkan benih yang baik jika ditanam dengan proses pesemaian yang
kurang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik juga. Tanaman yang
digunakan dalam praktikum kali ini adalah sawi, bayam hijau, dan bayam
merah. Pengamatan terhadap tiga tanaman ini dilakukan dalam kurun waktu
tiga minggu. Adapun hasil pengamatan selama tiga minggu adalah sebagai
berikut:
Rata-rata hasil pengamatan pada tinggi tanaman dan jumlah daun di
minggu ketiga pada pesemaian adalah 0 atau gagal. Pada minggu pertama
rata-rata tinggi pesemaian sawi adalah 1,68 cm. Pada pesemaian bayam hijau
rata-ratanya adalah 1,54 cm. Sedangkan pada pesemaian bayam merah juga
sama dengan pesemaian bayam hijau yaitu 1,54 cm. Selanjutnya pada
pengamatan minggu kedua rata-rata tinggi pesemaian sawi adalah 2,74 cm.
Pada pengamatan pesemaian bayam hijau mengalami pengurangan rata-rata
16

tinggi tanaman daripada minggu sebelumnya yaitu 0,8 cm. Lain hal dengan
pesemaian bayam merah yang rata-rata tinggi tanamannya adalah 0 cm dengan
kata lain pesemaian bayam merah mengalami kegagalan pada minggu kedua.
Pengamatan pada minggu ketiga semua rata-rata tinggi tanaman pada
pesemaian adalah 0 cm yang artinya semua tanaman yang disemaikan
mengalami kegagalan atau mati.
Pengamatan pada jumlah daun juga dilakukan secara bertahap selama
tiga minggu.Pada minggu pertama rata-rata jumlah daun pada tiga pesemaian
adalah sama yaitu 2 helai daun. Pengamatan pada minggu kedua untuk
pesemaian sawi rata-rata jumlah daunnya adalah 2,25 helai daun. Pada minggu
kedua pesemaian bayam hijau rata-rata jumlah daunnya adalah 1,2 helai daun.
Sedangkan pada pesemaian bayam merah adalah 0 helai daun. Pengamatan
pada minggu ketiga menunjukan bahwa semua tanaman yang disemaikan
mengalami kegagalan dengan rata-rata jumlah daunnya adalah 0 helai daun.
Kegagalan dalam proses pesemaian pada praktikum kali ini disebabkan
adanya hama yang menyerang tanaman seperti ulat, semut, burung kecil, dll.
Hama ulat menyerang bagian daun dengan cara memakan daun-daun tersebut,
ditandai dengan adanya lubang lubang yang ditemukan pada tanaman. Hama
semut menyerang benih yang sudah ditanam, semut-semut ini memakan benih
yang ditanam. Kegagalan pesemaian juga dapat disebabkan karena tanah yang
digunakan terlalu padat sehingga menyulitkan kecambah untuk muncul ke
permukaan tanah. Pesemaian yang terlalu lembab juga dapat mengagalkan
pesemaian.
Proses pindah tanam pada pesemaian memakan waktu sampai 30 hari.
Tanaman yang disemaikan perlu dilakukan pindah tanam agar tanaman dapat
tumbuh dengan lebih baik dan dapat menghasilkan tanaman yang baik. Saat ini
sedang dikembangkan cara untuk dapat melakukan pindah tanam saat
pesemaian mencapai 14 hari.
17

F. KESIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan untuk mengetahui cara membuat pesemaian
untuk budidaya tanaman dapat menggunakan sebuah kotak plastic yang
kemudian diberi media untuk penanaman banih. Dalam praktikum kali ini juga
mengetahui kriteria bibit siap tanam yaitu berumur 30 hari. Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pesemaian antara lain media tanah yang digunakan,
kebutuhan air, dan cahaya matahari.
18

DAFTAR PUSTAKA
Annisava, A.R. 2013. Optimalisasi pertumbuhan dan kandungan vitamin C kailan
(Brassica alboglabra L.) menggunakan bokashi serta ekstrak tanaman
terfermentasi. Jurnal Agroteknologi, 3(2): 1-10.

Fiandika 2006. Penyemaian Benih .Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

Longman.2003.Dasar-dasar perlindungan hutan.Gadjah Mada Press.Yogyakarta.

Muningsjah dan Setiawan.2002. “ Pengaruh Umur Semaian Pada Saat ditanam


ke lapangan Terhadap Pertumbuhan Hasil Kangkung Asal Biji
Botani”. Jurnal Hortikultura 5(5) : 1-12. Pusat Litbang Hortikultura.
Jakarta.

Rismunandar 2003. Pengaruh Pemberian Posfat dan Naungan Terhadap


Produksi Biji Sawi Di Musim Hujan.Jurnal Hortikultura. 6(2): 102-114.

Ryan, I. 2010. Respon Tanaman Sawi (Brasica juncea.L.) Akibat Pemberian


Pupuk NPK dan Penambahan Bokashi Pada Tanah Asal Bumi Wonorejo
Nabire. Fakultas Pertanian Universitas Satya Wiyata Mandala – Nabire
dalam Jurnal Agroforestri.

Saparinto, C. 2013. Grow Your Own Vegetables-Panduan Praktis Menanam 14


Sayuran Konsumsi Populer di Pekarangan. Penebar Swadaya.
Yogyakarta. 180 hlm.

Vavrina, CS. 1998. Transplant age in vegetable crops. Hort Technology.8:1-7


19

Anda mungkin juga menyukai