Anda di halaman 1dari 15

ASPEK TEORI KONTINJENSI DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN

ASPEK TEORI KONTINJENSI DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Teori Kontinjensi
Menurut teori, sistem yang terbuka pada suatuperusahaan sangat berkaitan dengan interaksi
untukpenyesuaian dan pengendalian terhadap ligkungan guna kelangsungan hidup usaha. Teori
kontinjensi mempunyai suatu postulat bahwa efektivitas suatu organisasi dalam mengatasi ketidakpastian
lingkungan merupakan unsur-unsur dari berbagai subsistem yang dirancang guna memenuhi tuntutan
lingkungan yang saling berhubungan. Suatu sistem pelaporan keuangan perusahaan adalah salah satu dari
subsistem tersebut. Teori kontinjensi merupakan alat pertama dan yang paling terkenal untuk menjelaskan
berbagai variasi dalam struktur organisasi.
Munculnya Perumusan Kontinjensi
Alasan untuk mempertimbangkan adopsi terhadap teori kontinjensi akuntansi manajemen adalah untuk
digunakan sebagai alat yang dibutuhkan dalam menginterpretasikan hasil riset empiris. Hal ini disebabkan
keterbatasan dalam meninjau dan memahami jenis hipotesis yang telah dikemukakan untuk menjelaskan
penemuan yang berlawanan. Hal ini juga menyatakan bahwa pekerjaan jenis ini tidak dengan sendirinya
mencakup perumusan kontinjensi yang semakin cepat, dan bahwa diperlukan pengembangan paralel
dalam teori organisasi guna mengembangkan suatu penjelasan penting.
Pengaruh Hasil Empiris
Apabila diperoleh hasil yang tidak memuaskan maka masalah tersebut harus dipecahkan dalam kerangka
universal yang telah menjadi sumber stimulus bagi pengembangan perumusan kontinjensi. Konsep,
seperti teknologi, struktur organisasi, dan lingkungan telah dilibatkan untuk menjelaskan mengapa sistem
akuntansi membedakan antara satu situasi dengan situasi yang lain.
Efek Teknologi
Variabel kontinjensi terpanjang dan yang paling sederhana digunakan dalam akuntansi manajemen adalah
teknologi produksi. Jenis teknik dan proses produksi yang berbeda telah memengaruhi desain sistem
akuntansi internal walaupun harus dicatat hal tersebut muncul sebagai alat untuk menjelaskan perbedaan
dengan apa yang dianggap sebagai konfirmasi empiris dari teori organisasi klasik. Sifat alami dari proses
produksilah yang menentukan jumlah alokasi biaya dan biaya tidak didistribusikan langsung secara
merata. Teknologi produksi memiliki pengaruh yang penting terhadap jenis informasi akuntansi yang
disajikan. Hal ini memunculkan aspek selain teknologi yang berpengaruh atas informasi yang harus
disediakan untuk mencapai efektivitas. Sebagai contoh, kompleksitas dari tugas yang dihadapi oleh suatu
organisasi berkaitan dengan struktur pengendalian biaya yang sesuai.
Efek dari Struktur Organisasi
Ada bukti menyatakan bahwa struktur organisasi memengaruhi cara dengan mana informasi
penganggaran digunakan paling baik. Hopwood membedakan antara batasan anggaran (budgeti-
condtrained), yaitu situasi dimana penggunaan informasi akuntansi dalam anggaran menjadi satu-satunya
faktor yang paling penting dalam evaluasi atasan terhadap para bawahan, dan kesadaran laba (profit-
conscius), yaitu gaya yang juga mempertimbangkan efektivitas dan jangka waktu yang lebih panjang.
Studi Hopwood menunjukan bahwa gaya batasan anggaran bersifat kaku.
Studi Hopwood didasarkan pada pusat tanggung jawab (biaya) di pabrik baja terintegritas, sehingga
mempunyai saling ketergantungan yang luas antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Studi Otley
melibatkan pusat tanggung jawab (laba) pada industri penambangan batu bara, yang karena alasan yang
praktis, tidak saling tergantung satu sama lain. Studi awal menunjukan bahwa penggunaan yang kaku dari
ukuran pencapaian tidaklah sesuai jika terdapat saling ketergantungan yang luas. Penggunaan gaya
anggaran yang sesuai bergantung pada derajat tingkat saling ketergantungan yang ada diantara pusat
tanggung jawab yang terlibat.
Efek Lingkungan
Faktor lingkungan juga dilibatkan untuk menjelaskan perbedaan dalam penggunaan informasi akuntansi.
Pengaruh persaingan yang dihadapi oleh perusahaan yang memakai manajemen pengendalian
menyimpulkan bahwa kesempurnaan akuntansi dan sistem pengendalian dipengaruhi oleh intensitas
persaingan yang dihadapi. Lebih lanjut lagi, jenis persaingan yang berbeda mempunyai dampak sangat
berbeda terhadap penggunaan pengendalian akuntansi dalam perusahaan manufaktur. Dengan
membedakan antara operasi (lingkungan dimana adalah sulit bagi seseorang manajer unit untuk
menunjukanlaba akuntansi) dan operasi liberal (lingkungan yang relatof lebih mudah untuk memelihara
operasi yang menguuntungkan) dapat ditunjukan bahwa para manajer senior menggunakan informasi
anggaran untuk mengevaluasi pencapaian manajerial yang sangat berbeda dalam kedua situasi
tersebut.jika ketelitian anggaran dianggap sebagai suatu corak yang diinginkan dari sistem akuntansi,
maka gaya penggunaan anggaran yang berbeda diperlukan untuk mencapai anggaran akurat terhadap
lingkungan.
Pengaruh Teori Organisasi
Ketiga contoh terdahulu telah mengindikasikan sebagian dari variabel yang mengakibatkan perbedaan
dalam penggunaan dan desain dari sistem akuntansi. Ketiga variabel kontinjensi adalah teknologi umum,
struktur organisasi, dan lingkungan telah digunakan sebagai contoh ilustratiif karena ketiganya telah
mengembangkan teori kontinjensi akuntansi manajemen teoretis. Gerakan ini merupakan pendekatan
universalistis terhadap pendekatan akuntansi manajemen yang menjadi mode pada tahun 1970an.
Kelebihan dari pendekatan ini tidak dapat dijelaskan hanya oleh tekanan penemuan empiris yang
berusaha untuk menemukan teori yang bersifat menjelaskan. Faktor utama lain yang memengaruhi teori
kontinjensi akuntansi manajemen yang terjadi lebih dahulu.
Variabel-variabel Dasar Kontinjensi dan Hubungannya
Variabel Sosial
Perdebatan para ahli dalam kerangka teoretis yang mendasari riset komparatif tentang akuntansi
internasional berada dalam perspektif kontinjensi. Pada umumnya, studi ini lebih banyak menggunakan
bentuk pengujian atas perbedaan perbedaan dalam praktik pelaporan keuangan tertentu diantara berbagai
negara atau atas sistem akuntansi nasional. Dalam kedua kasus tersebut, hasil yang umumnya diperoleh
dalam suatu kesimpulan yang menghubungkan perbedaan atau persamaan, baik dalam hal sosial, politik
maupun ekonomi. Teori dalam praktik pelaporan disetiap negara dipengaruhi oleh variabel-variabel sosial
tertentu.
Variabel-variabel sosial terdiri dari beberapa faktor yang terutama terdapat di semua perusahaan dalam
suatu negara yang merupakan hal pokok yang bervariasi pada setiap negara.
Lingkungan
Lingkungan perusahaan merupakan konsep dalam hubungannya dengan ketidakpastian. Karakteristik
tersebut mempunyai sedikitnya dua dimensi yang terdiri atas: a) dimensi stabil-dinamis, dan b) dimensi
homogen dan heterogen. Hal ini sesuai dengan struktur organisasi dan aplikasinya adalam akuntansi
manajemen. Dimensi stabil dan dinamis ditandai dengan tingkat keputusan faktor perubahan lingkungan
internaldan eksternal yang pada dasarnya sama dari waktu ke waktu dalam proses yang
berkesinambungan. Adapun dimensi homogen-heterogen daoat digambarkan dalam hubungannya dengan
tingkat keputusan di mana faktor lingkungan sebagai alternatif dari yang terkecil sampai dengan yang
terbesar. Faktor-faktor yang ada di dalam lingkungan perusahaan dapat dibedakan dalam suatu rangkaian
ketidakpastian dari yang dapat diramalkan sampai yang tidak dapat diramalkan.
Hal yang diperlukan dalam suatu riset adalah pertimbangan yang menyatakan bahwa ketidakpastian
lingkungan tertentu memengaruhi struktur organisasi dan desain sistem akuntansi manajemen.
Atribut Organisasi
Terdapat beberapa konsep yang membingungkan dalam literatur teori kontinjensi terutama mengenai
perbedaan antara variabel lingkungan dan atribut organisasi. Hal ini dapat menimbulkan berbagai
kesulitan yang tidak dapat dipisahkan dalam mendefinisikan atau menjelaskan suatu organisasi.
Pembahasan ini tidak bertujuan untuk memberikan suatu penyelesaian suatu masalah. Atribut organisasi
tetap merupakan konsep yang berkaitan dengan penyediaan dan pengorganisasian sumberdaya perusahaan
meliputi ukuran organisasi, teknologi dan lain sebagainya.
Besaran suatu organisasi merupakan konsep dari ukuran yang ada didalamnya, seperti jumlah karyawan,
tingkat perputaran penjualan, nilai aset bersih atau modal yang digunakan, dan lain sebagainya yang pada
umumnya saling berhubungan. Teknologi telah menjadi konsep penting. Terdapat tiga skala penggunaan
teknologi dalam meningkatkan kompleks teknis yaitu unit dan kelompok kecil, kelompok besar dan
massa, dan proses produksi.
Karakteristik Pengguna
Para pengguna dapart digambarkan sebagai individu yang menggunakan data yang terdapat dalam laporan
perusahaan, dan memiliki suatu kepentingan atau sedang dalam pengambilan keputusan keuangan. Suatu
bukti riset yang harus dipertimbangkan oleh para pengguna adalah alternatif yang berbeda untuk
informasi dan kemampuan proses yang ditimbulkan oleh perbedaan dalam model keputusan, gaya
pengambilan keputusan, dan sifat yang diturunkannya.
Pada kenyataannya , dalam literatur mengenai pengolahan informasi manusia dalam rangka pengambilan
keputusan menyatakan bahwa setiap individu mempunyai model keputusan yang berbeda. Konsep gaya
pengambilan keputusan mempunyai enam dimensi berikut: a) analisis keputusan berbeda dengan
pengambilan keputusan intuitif, perbedaan dalam horizon waktu, c) bentuk pengulangan yang mengacu
banyak faktor dalam pertimbangan pengambilan keputusan, d) kemampuan untuk beradaptasi dalam
keadaan yang berubah-ubah, e) proaktif vs reaktif, dan f) kemampuan strategis dalam hubungannya
dengan pertimbangan di antara keputusan yang sesuai dengan tujuan dan strategi perusahaan.
Atribut Sistem Pelaporan Keuangan Perusahaan yang Dipengaruhi Variabel Kontinjensi
Karakteristik sistem pelaporan keuangan perusahaan terdiri atas suatu contoh yang dirancang untuk
masing-masing unsur utama pelaporan perusahaan. Unsur-unsur tersebut adalah :
1. Pengungkapan, penggolongan, presentasi, penilaian, dan kebutuhan pengukuran dari nergara-negara
yang berbeda. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh metode kepemilikan rata-rata produksi, tingkat dan
konsentrasi kepemilikan pribadi, pola pendanaan perusahaan, penggunaan informasi akuntansi dalam
perencanaan dan pengendalian ekonomi dan lain sebagainya.
2. Frekuensi pelaporan dalam jumlah variasi pengungkapan dari informasi laporanyang bersifat
sementara, metode pengukuran peristiwa (ukuran keuangan dan non keuangan), metode alokasi biaya
(yaitu biaya dan kapitalisasi, periode mortisasi, dan lain-lain), unsur waktu dari infoemasi (peramalan),
tingkat agegasi dan desentraliasi (akun gabungan dan pelaporan yang terdiri dari beberapa bagian), dan
pengungkapan tentang tujuan dari pelaporan khusus (seperti laporan nilai tambah, laporan
ketenagakerjaan, dan format laporan lain dari akuntansi sosial).
3. Metode pelaporan (misalnya laporan, tabel, dan diagram) kompleksitas teori, dan pelaporan dengan
tujuan khusus tertentu, seperti tanggung jawab yang sederhana. Atribut ini dihubungkan dengan
karakteristik pengguna dan sumber informasi yang lain.
Isi Teori Kontinjensi
Studi Empiris
Terdapat studi empiris dalam area akuntansi yang dengan tegas mengadopsi pendekatan kontinjensi
sebelum mengumpulkan data. Lebih lanjut lagi, dua di antara dari studi utama menggunakan faktor
metodologi analisis yang memandang permasalahan dalam penafsiran dan perbandingan. Penafsiram sulit
dilakukan karena faktor dari variabel asli yang mendasari konsep teoretis dalam lompatan intuitif yang
dibuat oleh peneliti tersebut. Tentu saja, perbedaan yang sangat kecil dalam kesalahan acak pada
pengukuran mengakibatkan diperolehnya faktor yang sangat berbeda, sehingga membuat perbandingan
antar studi yang berbeda hampir mustahil. Walaupun analisis faktor adalah metode yang bermanfaat
sebagai dasar dimensi bahwa penggunaan kritik akan terbatas pada akumulasi pengetahuan lebih lanjut.
Bruns dan Watrehouse membantah bahwa perilaku manajer berkaitan dengan anggaran merupakan
kontinjensi atas berbagai aspek struktur organisasi, seperti pemusatan, otonomi, dan derajat tingkay
aktivitas yang tersusun. tulisan ini menyimpulkan bahwa pengendalian strategi yang berbeda bergantung
pada jenis organisasinya.
Perumusan Teoretis
Sebagai tambahan terhadap pekerjaan yang berdasarkan spekulasi teoretis menyangkut sifat alami dari
teori kontinjensi sistem informasi akuntansi, Gordon dan Milner berusaha untuk menyediakan kerangka
menyeluruh bagi perencanaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang mempertimbangkan kebutuhan
spesifikasi organisasi yang luas dalam teori organisasi. Kebijakan manajemen dan akuntansi untuk
mengidentifikasi variabel adalah penting bagi pencapaian organisasi. Lingkungan, gaya pengambilan
keputusan dan karakteristik organisasi diusulkan sebagai variabel kontinjensi yang terpenting. Masing-
masing variabel kontinjenti tersebut dihubungkan dengan kondisi-kondisi yang sesuai dengan variabel
SIA. Walaupun pertanyaan SIA didesain untuk menghadapi lingkungan, organisasi dan kondisi-kondisi
gaya pengambilan keputusan, perlu dicatat bahwa terdapat tiga pola dasar perusahaan dan
pengelompokan variabel kontinjensi yang khas. Bagaimanapun dua contoh tersebut mempunyai usulan
mengenai karakteristik yang tidak diinginkan yang dapat diperbaiki dengan pemanfaatan sesuai SIA.
Tidak terdapat pertimbangan eksplisit dari efektivitas dan sasaran tujuan organisasi dan keunggulan yang
nampak sepertinya didasarkan pada akal sehat dan bukannya kerangka teoretis eksplisit.
Suatu pendekatan lebih lanjut sedikit berbeda secara alami karena ditulis oleh mahasiswa yang belum
lulus sistem perencanaan dan pengendalian manajemen. Tidak ada formula yang diberikan, melainkan
hanya pendekatan kearah desai sistem yang direkomendasikan dan berbagai kontinjensi yang dikenali.
Argumentasinya bahwa desain apapun dari sistem perencanaan dan pengendalian khususnya bergantung
pada :
a. Sasaran khusus yang dicapai dalam konteks sasaran tujuan organisasi.
b. Format tingkat dan perbedaan desentralisasi tertentu yang dipilih (yaitu struktur organisasi).
c. Proses tunggal dan gabungan yang dikendalikan oleh sub unit-sub unit dan derajatnya, apakah tidak
tersusun atau tersusun (yaitu jenis teknologi)
d. Jenis gaya manajerial yang digunakan oleh para manajer senior.
Kerangka Evaluasi Teori Kontinjensi
SIA hanya meliputi salah satu bagian dari struktur pengendalian organisasi. Suatu strategi pengendalian
organisais akan melibatkan pertimbangan desain organisasim, sistem informasi manajemen, dan sistem
perencanaan dan pengendalian. Tentu saja, hal ini mungkin terlihat sama dengan subtitusi parsial yang
ditandai oleh pernyataan perasaan para manajer industri tertentu bahwa SIA yang digunakan dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan dalam desain organisasi. Dengan adanya kekurangan tersebut, dibentuklah
teori kontinjensi SIA diluar konteks dari keseluruhan paket pengendalian organisasi yang
nyata. Pertana, apa yang mendasari SIA, sehingga berpengaruh baik terhadap apa yang dilakukan oleh
organisasi untuk mencapai tujuannya dan proses pengendalian lain yang kkomplementer terhadap
SIA. Kedua, terdapat jangkauan menyeluruh dari faktor yang akan memengaruhi pencapaian organisasi,
dan bahwa hal itu akan mengendalikan strategi dan struktur, serta menyatakan mengenai produk pasar
dan pengaturan antarorganisasi. Pengaruh SIA terhadap riset kelihatannya relatif kecil. Akhirnya, pertu
ditentukan faktor apa yang mendasari pencapaian organisasi yang efektif dengan menggunakan
perbandingan antara sasaran hasil organisasi dengan standar. Terdapat berbagai kesulitan substansial
dalam pengukuran efektivitas organisasi yang penting begi ukuran tersebut untuk mengembangkan teori
kontinjensi secara benar.
Implikasi Untuk Riset
Akuntansi sebagai Bagian dari Sistem Pengendalian
Studi efektivitas sistem informasi akuntansi manajemen berhubungan dengan studi dari berbagai
mekanisme pengendalian yang digunakan oleh organisasi untuk memengaruhi perilaku anggota mereka
dan hubungan mereka dengan lingkungan eksternal. Sulit untuk memisahkan efek dari SIA dari
pengendalian lainnya. Semuanya bertindak sebagai suatu paket dan harus ditaksir bersama-sama. Fakta
ini memperluas lingkup tentang penyelidikan dan pengindikasian cakupan aktivitas kendali dalam daftar
penyusunan pengendalian. Sistem imbalan adalah suatu penghilang terkemuka. Selain itu jenis
pengendalian berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang berbeda. Mekanisme pengendalian
untuk berbagai tujuan akan menjadi sulit, jika tidak mungkin, untuk mengisolasi efekdari alat
pengendalian spesifik. Mungkin, riset awal dari strategi untuk mengidentifikasi kombinasi pengendalian
terutama sekali ditujukan untuk keadaan tertentu.
Jadi, variabel kontinjensi yang terkait dengan desain organisasi dalam akuntansi manajemen adalah
penting. Klarifikasi konseptual lebih berada pada pemanfaatan kerangkasistem kontrol. Walaupun model
mekanik kendali sederhana tidak dapat secara langsung deberlakukan bagi organisasi,terdapat empat
karakteristik proses yang penting bagi pengendalian organisasi efektif yaitu :
1. Spesifikasi suatu sasaran.
2. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran.
3. Model yang bersifat prediktif terhadap kemungkinan tindakan hasil pengendalian.
4. Kemampuan dan motivasi untuk bertindak.
Efektivitas Organisatoris
Penggunaan kerangka pengendalian menguatkan peran efektivitas organisasi dan perhatian pada sasaran
hasil organisasi. Sasaran hasil adalah suatu bagian penting dari kerangka kontinjensi disamping satu
variabel kontinjensi yang mungkin memenuhi sifat alami sistem akuntansi yang membentuk ukuran
perbandingan dengan efek dalam bentuk pengendalian berbeda yang harus dievaluasi. Dalam rangka
mengasosiasikan sistem akuntansi dan kontinjensi tertentu harus dibuat pedoman mengenai dampak
sistem akuntansi dalam membantu pencapaian organisasi.
Metodologi Riset
Pendekatan kontinjensi berhadapan dengan struktur alat pengendalian yang sangat berhubungan, dimana
SIA merupakan satu kesatuan,membenuk satu pengendalian organisasi yang teratur.banyak dari dibuat
hipotesis variabel yang memengaruhi desain SIA untuk menjelaskan perbedaan struktur organisasi.
Keadaan ini tidaklah realistis untuk metode analisis statistik yang tidak menguraikan pola teladan
interaksi secara kompleks. Peneliti harus mempunyai keterlibatan semakin dekat dalam pengembangan
hipotesis seperti hubungan organisasi. Selain itu hubungan sebab akibat menjadi jauh lebih penting
dibandingkan dengan asosiasi,dimana interaksi variabel diamati dari waktu ke waktu, sehingga menjadi
lebih dihargai dibandingkan studi lintas bagian. Studi longitudinal juga mampu menjelaskan proses
dengan mana sistem akuntansi dikembangkan dan diubah sebagai jawaban atas tekanan organisasi.
Campbell mengambil pelajaran dari riset mengenai efektivitas organisasi dan menyimpulkan bahwa: 1)
adalah kontra-produktif untuk mengikuti pendekatan multivariasi dalam pengembangan ukuran
efektivitas, 2) untuk sasaran dari efektivitas organisasi adalah suatu tugas yang hampir pasti gagal, dan 3)
kekeliruan dalam memusatkan perhatian pada riset terhadap sumber daya yang langka guna
mengembangkan ukuran berorientasi hasil yang berfungsi dalam organisasi, seoerti rasio modal laba,
produktivitas dan semacamnya.
Komunikasi informasi akuntansi 2
a. Model Pemusatan Komunikasi
Rogers dan Kincaid (1981) telah mengkritik model-model terdahulu karena model-model tersebut
mengarah pada tujuan bias dalam komunikasi. Ketujuh bias tersebut meliputi:
1. Suatu pandangan bahwa komunikasi adalah tindakan satu arah yang linier dan
bukannya proses dua arah yang memiliki siklus di mana informasi dipertukarkan sejalan dengan
berlalunya waktu.
2. Sumber bias yang diakibatkan oleh penekanan pada ketergantungan dan bukannya
pada hubungan dari mereka yang melakukan komunikasi dan saling ketergantungan yang mendasar.
Dalam model tradisional,peneriama biasanya bergantung pada informasi yang ditransfer dari sumber.
3. Kecenderungan untuk berfokus pada objek komunikasi dengan mengorbankan
konteks di mana objek tersebut berada. Dalam akuntansi, fokus tersebut adalah pada laporan itu sendiri
dan bukan pada interaksi yang menghasilkannya.
4. Kecenderungan berfokus pada pesan itu sendiri dengan mengorbankan waktu dari
pesan tersebut.
5. Kecenderungan untuk menganggap bahwa fungsi utama dari komunikasi adalah
persuasi dan bukannya pemahaman,konsesus,dan tindakan kolektif yang menguntungkan. Dalam konteks
bisnis, fokus kepada penerapan kebijakan dan bukan pada pengambilan keputusan secara partisipatif.
6. Kecederungan untuk berkonsentrasi pada dampak-dampak psikologis dari
komunikasi terhadap individu-individu yang terpisah dan bukan pada dapak sosial serta hubungan
antarindividu dalam suatu komunitas.
7. Suatu keyakinan dalam hubungan sebab-akibat mekanistis satu arah dan bukannya
hubungan sebab-akibat dua arah yang merupakan karakteristik dari sistem informasi manusia,yang pada
dasarnya bersifat sibernetik.
Rogers dan Kincaid mengajukan model pemusatan komunikasi yang menekankan pada kesatuan
informasi dan tindakan. Semua informasi merupakan konsekuensi dari tindakan; melalui suatu
pemrosesan informasi, tindakan mungkin menghasilkan informasi tambahan. Tapi,model tersebut tidak
mempunyai awal dan akhir. Hanya yang saling mendefinisikan di antara partisipan yang memberikan
makna kepada keseluruhan. Ketika informasi dibagikan kepada dua atau lebih partisipan, pemrosesan
informasi dapat mengarah pada saling memahami,saling menyetujui, dan tindakan kolektif , seperti
pemecahan masalah bisnis.
Salah satu konsekuensi dari model ini adalah bahwa komunikasi selalu mengimplikasikan suatu
hubungan atau suatu proses saling membagi informasi di antara dua atau lebih orang. Akibatnya, analisis
komunikasi harus mempertimbangkan perbedaan dan persamaan partisipan serta perubahan dalam
hubungan antara akuntan dan pengguna informasi baik perubahan satu sama lain maupun perubahan
dalam individu lain di mana mereka berinteraksi mengenai topic-topik keuangan.
b. Satu Model Komunikasi
Model ini terdiri dari tujuh bagian :
1. Sumber komunikasi
2. Pengkodean
3. Pesan
4. Saluran
5. Penguraian
6. Penerimaan

7. Umpan balik
Empat kondisi yang mempengaruhi Pengkodean pesan:
1. Keterampilan
2. Sikap
3. Pengetahuan
4. Sistem Sosial-Budaya
Pesan merupakan suatu produk fisik sebenarnya dari “pengkodean sumber”. Bila seseorang
berbicara,pembicaraan itu adalah pesan,dan bila seseorang menulis,tulisanya itu adalah pesan. Jadi,dapat
disimpulkan bahwa pesan seseorang dipengaruhi oleh kode atau kelompok symbol yang digunakan untuk
mentransfer makna,isi dari pesan itu sendiri, serta keputusan yang diambil dalam memilih dan menata
kode dan isi.
Saluran adalah medium lewat mana pesan itu berjalan. Medium dipilih oleh sumber yang harus
menentukan mana saluran yang formal dan mana yang informal. Saluran formal ditetapkan oleh
organisasi. Saluran itulah yang meneruskan pesan mengikuti jaringan wewenang dalam organisasi.
Penguraian adalah proses penerimaan pesan oleh pihak yang menjadi sasaran dari pesan tersebut. Tetapi,
sebelum pesan dapat diterima, symbol-simbol yang digunakan harus diterjemahkan ke dalam suatu
bentuk yang dapat dipahami oleh penerima.
Umpan balik terjadi jika penerima menguraikan pesan yang dikodekan oleh sumber dan mengembalikan
pesan itu ke dalam sistem , maka diperoleh umpan balik. Uampan balik merupaka pengecekan seberapa
berhasilnya seseorang dalam mentransfer pesan sebagaiman yang dimaksud.
HAL-HAL MENDASAR DALAM KOMUNIKASI
Untuk memperoleh pengetahuan yang cukup akan komunikasi dibutuhkan adanya sutua pemahaman atas
beberapa konsep yang mendasar. Pada bagian ini, kosep-konsep tersebut akan ditinjau secara khusus
untuk melihat pola arus dari komunikasi,membandingkan jaringan komunikasi formal dan informal,
menggambarkan pentingnya komunikasi nonverbal, memperhatikan bagaimana individu memilih saluran
komunikasi, dan menghilangkan penghalang utama dalam komunikasi yang efektif.
A. Arah Komunikasi
Komunikasi dapat mengalir secra vertikal dan lateral. Dimensi vertikal dapat dibagi lebih lanjut menjadi
komunikasi ke atas dan k e bawah. Komunikasi ke “atas” merupakan komunikasi yang mengalir ke suatu
tingkat yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi. Komunikasi ini digunakan untuk memberikan
umpan balik,menginformasikan kemajuan tujuan, dan meneruskan masalah-masalah yang ada kepada
atasan. Komunikasi ke atas menyebabkan para manejer menyadari perasaan para karyawan terhadap
pekerjaannya, rekan sekerjanya, dan organisasi secara umum. Manajer juga mengandalkan komunikasi ke
atas untuk mendapatkan gagasan mengenai bagaimana segala sesuatu dapat diperbaiki.
Sedangkan komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu
kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih rendah. Bila kamu mmbayangkan para manajer yang
berkomunikasi dengan bawahanya, maka itu adalah pola komuikasi ke bawah. Pola ini digunakan oleh
pemimpin kelompok dan manajer untuk menetapkan tujuan, memberikan intruksi pekerjaan,
menginformasikan kebijakan dan prosedure kepada bawahan, menunjukan suatu masalah yang
memerlukan suatu perhatian, dan melakukan kontak lisan dan tatap muka.
Sementara itu, bila komunikasi terjadi di antara anggota kelompok kerja pada tingkat yang sama, di antara
kelompok kerja pada tingkat yang sama, di antara para manajer pada tingkat yang sama, atau di antara
setiap karyawan yang setara secara horizontal, maka hal itu didefinisikan sebagai komunikasi lateral. Jadi
komunikasi lateral dilihat dari segi manajemen, maka hal itu bisa berarti baik atau buruk. Karena
kepatuhan yang ketat terhadap struktur vertikal yang formal untuk semua komunikasi dapat menghambat
transfer informasi yang efisien dan cermat, maka di sini komunikasi lateral dapat bermanfaat. Sementara
Komunikasi Horizontal dibutuhkan karena komunikasi horizontal sering diperlukan untuk menghemat
waktu dan memudahkan koordinasi.
B. Jaringan Formal Dan Informal
Jaringan formal pada umumnya seperti jaringan vertikal, yang mengikuti tingkatan wewenang, dan
terbatas pada komunikasi yang bertalian denga tugas. Sebaliknya, jaringan informal, seprti selintingan,
biasanya bebas untuk bergerak ke segala arah, melopmpat tingkatan wewenang dan kemungkinan besar
memenuhi kebutuhan sosial dari anggota kelompok kare mempermudah penyelesaian tugas.
C. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi tidak harus bersifat verbal untuk menghantarkan suatu pesan. Studi akademik tentang garak
tubuh disebut juga dengan kinetika yang merujuk pada sikap tubuh, konfigurasi wajah, dan gerakan tubuh
lainnya. Tetapi, studi ini merupakan bidang yang relative baru dan lebih dipengaruhi oleh dugaan dan
popularitas dan bukannya dukungan penemuan riset. Walaupun, diakui bahwa gerakan tubuh mereupakan
salah satu segmen penting dari studi atas komunikasi dan perilaku, seseorang tetap harus berhati-hati
dalam pengambialan kesimpulan.
D. Penghalang Komunikasi efektif
Beberapa penghalang utama terhadap komunikasi efektif yang perlu disadari yaitu:
1. Penyaringan
2. Persepsi Selektif
3. Defensif
4. Bahasa
Penyaringan mengacu pada pengirim yang memanipulasi informasi sedemikian rupa sehingga tampak
lebih menguntungkan di mata penerima. Penentu utama dari penyaringan adalah banyaknya tingkatan
dalam suatu struktur organisasi. Semakin banyaknya tingkatan vertikal dalam hierarki organisasi, semakin
banyak kesempatan untuk penyaringan.
Persepsi selektif muncul karena penerima dalam proses komunikasi tersebut melihat dan mendengar
secara selektif berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan karakteristik
pribadinya. Penerima juga memproyeksikan minat dan harapan mereka ke dalam komunikasi ketika
meraka mengurangi komunikasi tersebut.
Defensif ketika orang yang merasa terancam cenderung bereaksi dengan cara mengurangi kemampuan
mereka untuk mencapai pemahaman timbal balik. Artin ya, mereka menjadi defensif, yaitu ketika terlibat
dalam perilaku seperti menyerang orang lain secara verbal, memberi ungkapan-ungkapan yang sarkastis,
bersikap terlalu mengadili, dan menanyakan motif-motif orang lain.
Bahasa adalah kata-kata yang memiliki arti berbeda bagi orang yang berbeda pula.makna kata-kata
tidaklah dari kata-kata itu sendiri, maknanya tersebut ada pada diri penerima. Usia, pendidikan, dan latar
belakang budaya merupakan tiga dari variabel yang jelas mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh
seseorang dan definisi yang diberikan kepada kata-kata tersebut pun pasti berbeda.
VARIABEL-VARIABEL YANG BERPENGARUH PADA KOMUNIKASI AKUNTANSI
1. Sumber
Ada dua aspek yang dapat mempengaruhi proses komunikasi yaitu:
a. Kredibititas sumber
b. Kesamaan antara penerima dan sumber
Kredibititas sumber
Secara umum diakui bahwa semakin kredibel sumber dari suatu pesan,semakin besar efektifitasnya.
Efektivitas biasanya dipahami sebagai perubahan sikap ke arah yang disarankan oleh sumber. Akan
tetapi, kredibilitas sumber merupakan suatu karakteristik dari sumber sebagaimana dipandang oleh
penerima.
Kredibilitas sumber merupakan suatu bangunan yang multidimensional. Riset-riset empiris
mengindikasikan bahwa kredibilitas sumber terdiri dari tiga faktor ,yaitu:
1. Kewarganegaraan –seberapa andal, terinformasi, memenuhi kualifikasi(melalui gelar atau
profesi),cerdas, atau ahli sumber itu dipandang.
2. Kejujuran_ seberapa aman, jujur, ramah, menyenangkan, dan menariknya sumber yang dipandang.
3. Kedinamisan – seberapa agresif, kuat, berani, dan energiknya sumber itu di pandang.
Kesamaan antara penerima dan sumber
Komunikasi yang efektif akan lebih mudah terjadi ketika sumber dan penerima adalah serupa. Tingkat
kesamaan atau perbedaan tersebut ditentukan oleh du faktor,yaitu: kesamaan demografis(misalnya usia,
pendidikan, jenis kelamin, negara, dan lain-lain), dan kesamaan kognitif(misalnya kesamaan dalam sikap,
nilai, budaya, keyakinan, dan lain-lain).
Rogers dan Kincaid(1981) mengutip sejumlah studi empiris yang mengidikasikan bahwa keberhasilan
dalam membuat orang mengadopsi inovasi adalah suatu fungsi dari kesamaan antara seorang agen dengan
kliennya. Dengan demikian, bisa kelihatan efektivitas dari suatu pesan dapat ditingkatkan dengan
menggunakan strategi indentifikasi. Para akunta perlu berjuang untuk menjadi sensitive terhadap
pengguna informasi akuntansi paling tidak dalam hal kriteria objektifitas. Dengan cara ini, para akuntan
akan cederung menjadi lebih efektif. Hal ini mengidikasikan bahwa komunikasi yang efektif dihasilkan
dari kesamaan antara sumber dan penerima.
Pesan
Barlo mengidentifikasikan lima elemen pesan yang sebikinya dipertimbangkan ketika menganalisi
komunikasi:
a. Isi
b. Organisasi atau struktur
c. Kode
d. Perlakuan
e. Elemen-elemen pesan
Elemen-elemen pesan itu sendiri adalahkata-kata, kalimat, paragraf, angka, statistika, table, dan grafik
lainnya.

Organisasi pesan
Cara terbaik untuk mengorganisasikan suatu pesan bergantung pada budaya di mana informasi
tersebut digunakan. Di masyarakat barat, pola pemikiran bersifat linier atau berurutan. Pemrosesan linier
merupakan karakteristik dari semua pemrosesan bahasa (membaca dan mendengar) dan juga banyak
aktivitas pemecahan masalah dan proses berfikir.
Seorang pakar, McLuhan(1964) beragumen bahwa susunan linier dari kata demi kata suatu pesan
adalah benar hanya untuk media cetak. Dengan demikian, jika kauntansi berubah untuk lebih banyak
menggunakan teknologi video dan teknologi berbasis computer, cara pengorganisasian ini dapat terbukti
kurang efektif.cara yang optimal untuk menyusun suatu pesan juga bergantung pada latar belakan
pendengar. Faktor sepeti sikap sebelumnya, pendidikan, komitmen, keterampilan, harapan, perhatian, dan
tingkat keterkaitan mereka terhadap materi tersebut seluruhnya membantu menentukan cara terbaik untuk
mengorganisasi suatu pesan.
Sebelum menyajikan isi yang spesifik dari suatu pesan, sumber perlu menentukan tingkat
perhatian dan tingkat kekhawatiran pendengar terhadap materi tersebut dan konteks di mana itu disajikan.
Tingkat kekhawatiran menegah adalah tingkat yang optimal untuk efektivitas. Jika terdapat terlalu banya
atau terlalu sedikit kekhawatiran, maka tingkat pemahaman akan lebih rendah.
Terdapat tiga strategi urutan pesan yang telah diinvestigasi:1.klimaks, di mana informasi yang
paling penting disajikan terlebih dahulu, 2. Antiklimaks, di mana informasi terpenting disajikan terakhir,
dan 3. Pola pyramid, di mana informasi terpenting ditempatkan di tengah. Urutan klimaks dan
antiklimaks adalah lebih efektif dibandingkan dengan pola pyramid dan kebnyakan bukti menyarankan
bahwa strategi klimaks lebih efektif dibandingkan dengan antiklimaks.
Para peneliti menyimpulkan bahwa urutan penyajian mempengaruhi faktor-faktor seperti
perhatian, minat, pemahaman, dan ingatan. Urutan yang paling efektif dalam menghasilkan perubahan
sikap adalah; 1. Pendahuluan, 2.transisi, 3. Kesimpulan. Skema yang menggunakan urutan deduktif secara
logis lebih efektif dalam memastikan retensi dibandingkan dengan urutan di mana kalimat inti yang
ditempatkan di bagian tengah, tetapi dalam hal ini tidak ada perbedaan atau pengaruhnya terhadap minat
pembaca.
Perlakuan Pesan
Informasi akuntansi sebiknya berulang. Pengulangan meningkatkan pemahamanatas materi.
Retensi meningkat dengan adanya pengulangan atas fakta dan ide yang penting. Ringkasan yang
menunjukkan, menyoroti, atau mengorietasikan pembaca terhadap fakta-fakta penting juga meningkatkan
pemahaman dan retensi pembaca.
J.Woelfel dan J.saltiel(1974) membatah bahwa hubungan antara pengulangan dan efektifitas
bersifat linier. Semkin banyak informasi yang diperoleh seseorang, maka semakin besar dampaknya.
Tetapi, McGuire beragumentasi bahwa sementara pengulangan mempunyai dampak, maka peningkatan
yang terjadi karena dampak tersebut biasanya dapat terlihat walaupun terjadi satu atau dua pengulangan
tetapi akan dengan cepat mencapai titik puncak di mana pengulangan hanya memiliki sedikit dampak.
G.R.Klare(1977) menguraikan bagaimana cara untuk membuat materi yang lebih mudah untuk
dibaca. Kemudahan membaca suatu materi merupakan fungsi dari karakteristik kata-kata dan kalimat,
tetapi Klare lebih lanjut lagi menetapkan aturan utuk menghasilkan dokumen yang mudah dibaca,yaitu:
1. Kata –kata yang sering muncul dan ajrab meningkatkan kemudahan membaca suatu materi.
2. Kata-kata lebih pendek membuat membaca menjadi lebih cepat dan mudah.
3. Kata-kata yang mempunyai nilai asosiatif(secar psikologis) yang berkaitan dengan kata-kata
lainyang muncul di bagian selanjutnya dari teks sebaiknya digunakan.
4. Kata-kata yang konkret, dan buakanya kata-kata yang abstrak, membuat dokumen menjadi
lebih mudah dibaca.
5. Kata-kata kerja aktif, dan bukanya bentuk nominalis, menigkatkan kemudahan membaca.
6. Penggunaan kata ganti dan anaphora(kata-kata atau ungkapan yang mengacu kembali pada
kata atau bagian teks sebelumnya) harus dibatasi.
7. Kalimat harus singkat. Jika penulis akan menggunakan kata penghubung, ia sebaiknya
menggunakan kata dan di bandingkan dengan tetapi atau karena.
8. Anak kalimat sebaiknya singkat dan struktur kalimat sederhana.
9. Kalimat aktif lebih menarik dibandingkan dengan bentuk kalimat pasif.
Anderson (1971) menyarankan bahwa faktor-faktor seperti rantai ide,struktur dan konsep dala teks
tersebut sebaiknya digunakan untuk menentukan seberapa sulit kita memahami materi tersebut, yang
parameter-parameternya sebaiknyya diinvestigasika secara khusus sebagai berikut:
1. Kompleksitas struktur dan materi
2. Keabstrakan
3. Konsep baru
4. Kebutuhan akan pengetahuan yang melatarbelakangi
5. Beban kerja selam membaca
6. Penggunaan waktu
7. Sensitivitas terhadap ganguan dari luar
8. Isi ingatan jangka panjang.
Saluran
Jalur komunikasi merupakan alat untuk menyebutkan informasi. Schramm (1973) mengelopokkan atau
membedakan saluran berdasarkan enam dimensi:
1. Panca indra yang dipengaruhi. Komunikasi tatap muka membuatnya mungkin untuk menggunakan
seluruh panca indra, sementara media yang berbeda menggunakan subkelompok dan panca indra ini
dalam kombinasi untuk menghasilkan dampak diferensial terhadap penerima.
2. Peluang untuk umpan balik;pada umumnya, umpan balik dibutuhkan untuk memastikan komunikasi
yang efektif dan untuk memahami informasi yang disampaikan. Dengan demikian,di dalam penyajian
laporan keuangan harus terkandung metode untuk umpan balik.
3. Besarnya kendali penerima;penerima memiliki sedikit kendali terhadap media siaran kecuali mereka
merekam program tersebut. semakin besar kendali pengguna, maka semakin besar pula pembelajarannya.
4. Jenis pengkodean pesan;iteraksi tatap muka memungkinkan penggunaan petunjuk-petunjuk
nonverbal. Hal ini tidak berlaku dalam media video, film, dan terutama media cetak.
5. Kekuatan multiplikatif; sistem komunikasi massa dapat dengan efisien dan cepat mencapai bayak
penerima yang tersebar. Saluran-saluran interpersonal dapat mencapai penerima yang lebih besar dengan
usaha yang besar pula dan periode waktu yang relative lama.
6. Pelestarian pesan; keunggulan dari medi massa adalah catatan permanen, yang tidak ada dalam
interaksi tatap muka. Secara traditional, keunggulan ini haya terbatas pada media cetak. Tetapi , dengan
pita dan piringan audio dan video serta sistem manajemen informasi yang berbasis Komputer, kapasitas
ini telah diperluas ke medial elektronik.
Implikasi –implikasi dari penggolongan di atas adalah seringnya akuntan professional secara
multinasional mengandalkan media cetak karena memberikan peluang untuk besarnya kendala penerima.
Media cetak sangat efektif untuk menkomunikasikan gagasan-gagasan abstrak dan dapat disebar luas
secara efisien ke penerima. Namun media cetak menghalangi umpan balik yang sebenarnya penting untuk
memastikan pemahaman. Pemahaman materi tentu dapat diperbaiki dengan penggunaan jaringan selain
media cetak. Cara untuk meningkatkan pemahaman tersebut adalah melalui penyajian materi secara
serempak dengan menggunakan saluran yang berbeda. Karena adanya kebutuhan penerima untuk
menggunakan lebih dari satu panca indra pada waktu yang bersamaan.

Penerima
Ketika menganalisis suatu situasi komunikasi, seseorang perlu mempertimbangkan faktor-faktor
mengenai penerima seperti latar belakang demografis dan budaya, sikap sbelumnya, pengetahuan, popla
perilaku, dan sistem lingkungan sosial dimana mereka akan menggunakan informasi tersebut. pada
umumnya, semakin serupa penerima dan sumber mengenai faktor-faktor tersebut, maka semakin mudah
dan semakin efektif komunikasi tersebut.
Analisis penerima
Komunikasi yang efektif dihasilkan ketika iinformasi didesain secara spesifik untuk penerima.
Akibatnya, akuntansi sebiknya sangat mengandalkan analisis penerima secara empiris. Akuntan
sebaiknya menyelidiki penerima yang dimaksud, penerima actual, dan penerima yang potensial sebelum
menghasilkan dokumen. Analisis ini sebaiknya menentukan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh materi
yang direncanakan. Setelah kebutuhan pengguna telah diidentifikasikan, analisis atas penerima yang
potensial sebiknya mengidentifikasikan karakteristik demografis dan tingkat keahlian mereka, bersama-
sama dengan materi atau orang yang mereka gunakan saat ini sebagai sumber informasi, serta saran
mereka mengenai isi dan format dari dokeumen baru. Umpan balik sebaiknya dikumpulkan dari
penerima yang dimaksudkan menegnai laporan tersebut sebelum disajikan untuk memastikan bahwa
laporan tersebut memenuhi kebutuhan penerima akatual sebelum disebarkan.
Para akuntan keperilakuan sebaiknya juga menyelidiki pola pencarian informasi oleh klien mereka
dan pengguna lainnya dari laporan bisnis. Riset tersebut menyimpulkan bahwa orang hanya memberikan
sedikit usaha untuk pencarian informasi adan akan menggunakan sumber yang paling dapat diakses.
Analisis Jaringan
Literatur teoritis dan empiris mengenai jaringan komunikasi bersifat eksensif dan telah ditinjau secara
sangat terinci oleh E.M.Rogers dan D.L.Kincaid. beb erapa metode analisis jaringan memberikan suatu
gambaran grafis atau sosiogram dari struktur komunikasi dan mengdefinisikan peran jaringan seperti
pemisahan, anggota kelopmpok, hubungan, dan diagram pohon. Struktur jaringan yang optimal bervariasi
dengan fungsi yang dilakukan oleh kelompok tugas. Pada umumnya, kelompok-kelompok yang terlibat
dengan manifestasikan tugas produktif akan melaksanakan fungsi mereka paling baik ketika mereka
sangat terintegrasi.
Bidang terakhir berkaitan dengan penggunaan teknologi komunikasi baru seperti jaringan Komputer,
kabel interaktif dua arah, sistem pengiriman lewat satelit, dan teks video. Sejumlah perusahan pialang
saham saat ini memiliki sistem pendukung pengambilan keputusan(decision support system) berbasis
computer untuk membantu para pialang menyimpan dan mengakses catatan klien, menganalisis
potofolionya, dan memperoleh berita tentang harga dan keuangan terkini.
Umpan Balik
Umpan balik merupakan pesan yang dikirim oleh penerima kepada sumber dalam menaggapi
pesan awal. Umpan balik memungkinkan terjadinya pertukaran ide. Umpan balik memastikan
komunikasi yang efektif yaitu pemahaman ide di antra individu dalam jaringan sosial atau oraganisasi
formal. Kurangnya umpan balik adalah penyebab utaman dari masalah efektifitas komunikasi.
Barnett (1979) menyarankan bahwa pendekatan sibernetik digunakan untuk komunikasi teknis.
Hal ini membangun banyak mekanisme umpan balik ke dalam proses komunikasi dan mengubah peran
pengguna dari pembaca pasif menjadi individu yang terlibat secara aktif dalam penyusunan dokumen
yang akan memenuhi kebutuhan mereka.
Umapan balik dalam petranyaan-pertanyaan ini dapat digunakan unttuk memodifikasi draf
dokumen untuk meningkatkan efektivitasnya:
1. Seberapa efektif laporan tersebut memenuhi kebutuhan pengguna? Apakah laporan tersebut
dimegerti?
2. Apakah laporan tersebut memenuhi harapan pengguna?
3. Seberapa sering laporan tersebut digunakan dan untuk tujuan apa laporan itu dibutuhkan?
4. Apakah pemakai melengkapi laporan tersebut dengan mencari sumber-sumber lain?
5. Sumber-sumber lain manakah-dokumen dan orang-yang dicari oleh pengguna untuk memperoleh
informasi sama?
6. Informasi tambahan manakah yang sebaiknya juga dikandung oleh laporan tersebut?
7. Umpan balik seperti apa yang dapat ditawarkan pengguna laporan terhadap bagian tertentu dari
laporan tersebut?
8. Umpan balik sperti apa yang belum diantisipasi, yang dapat diberikan oleh pengguna dalam
menaggapi pertanyaan-pertanyaan terbuka?
9. Apakah karakteristik-karakteristik demograsi dan sosial dari pengguna actual? Siapakah yang
menggunakan laporan tersebut?
Masalah-Masalah Terbaru dalam Komunikasi
1. Penghalang komunikasi antar pria dan wanita
Riset yang pernah dilakukan oleh Deborah Tannen memberikan beberapa wawasan penting menganai
perbedaan antara pria dan wanita dalam gaya mereka. Khususnya, ia mampu menjelaskan megapa gender
sering kali menjadi pengahalang dari komunikasi lisan.
Hakikat dari riset Tannen adalah bahwa pria menggunakan pembicaraan untuk menekankan status,
sementara wanita menggunakannya untuk menciptakan hubungan. Tannen menyatakan bahwa
komunikasi merupakan tindakan penyeimbangan yang berkesinambungan, yang mengubah konflik antara
keeratan dan ketidak tergantungan. Keeratan menekankan pada kedekatan dan kebersamaan.
Sementara,ketidaktergantungan menekankan pada keterpisahan dan perbedaan . wanita berbicara dan
mendengar dalam bahasa hubungan keeratan, sementara pra berbicara dan mendengar dalam bahasa
status dan ketidaktergantungan. Dengan demikian, bagi banyak pria, pembicaraan terutama merupakan
suatu cara untuk melestarikan ketidaktergantungan dan mempertahankan status dalam suatu hierarki
sosial. Bagi banyak wanita, pembicaraan merupakan perundingan untuk menghasilkan kedekatan, di
mana orang mencoba mencari dan memberikan informasi serta saling mendukung.
2. Komunikasi yang “Benar secara Politik”
Kebanyakan orang menyadari secara mendalam mengenai bagaimana peebendaharaan katanya telah
dimodifikasi untuk mencerminkan ketetapan(correctness) secra politik. Tetapi,ada sisi buruk dari
ketetapan politik. Ketetapan ini menyusutkan perbendaharaan kata yang menyulitkan orang-orang untuk
berkomunikasi.
Kata-kata merupakan alat primer untuk berkomunikasi. Bila seseorang menyingkirkan kata-kata
perbendaharaannya karena kata-kata itu tidak tepat secara politis, maka orang tersebut mengurangi
pilihannya untuk menghantar pesan dalam ragam yang paling jelas dan akurat. Pada umumnya, semakin
besar perbendaharaan kata yang digunakan oleh pengirim dan penerima, maka semakin besar kesempatan
untuk menyampaikan peran secara akurat. Dengan menghilangkan kata-kata tertentu dari perbendaharaan
seseorang, oaring itu akan lebih sulit untuk berkomunikasi secara akurat. Biala seseorang kemudian
menggantikan kata-kata ini dengan istilah baru yang maknanya kurang dipahqami, maka orang tersebut
telah meperkecil kemungkinan bahwa pesannya akan diterima sesuai dengan yang ia maksud.
3. Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi yang efektif sulit dilakukan pada kondisi terbaik. Faktor-faktor linta budaya jelas
menciptakan potensi masalah komunikasi meningkat. Seorang penulis telah mengidentifikasikan empat
masalah spesifik yang dikaitkan dengan kesulitan bahasa dalam komunikasi lintas-budaya.
Pertama adalah penghalang yang disebabkan oleh semantika. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
maka kata bisa berbeda untuk orang yang berbeda. Hal ini terutama benar untuk orang-orang yang berasal
dari budaya nasional yang berainan.
Kedua adalah penghalang yang disebabkan oleh konotasi kata. Kata menyiratkan hal-hal yang berlainan
dalam bahasa yang berlainan pula.
Ketiga adalah penghalang yang disebabkan oleh perbedaan nada. Dalam berberapa budaya .perubahan
nada bergantung pada konteksnya. Ada perbedaan antara nada berbicara di rumah, dalam pergaulan
sosial, dan ditempat kerja.
Keempat adalah penghalang yang disebabkan oleh perbedaan persepsi. Orang yang berbicara dalam
bahasa yang berlainan sebenarnya memandang dunia secara berbeda pula. Orang
eskimo mempersepsikan salju secara berbeda kerana mereka mempunyai banyak kata untuk itu.
Sementara orang Indonesia mempersepsikan kata “tidak” secara berbeda dengan orang Amerika.
Terdapat empat aturan yang dapat digunakan ketika berkomunikasi dengan orang yang berasal dari
budaya yang berbeda, yaitu:
1. Asumsikan adanya perbedaan sampai terbuktinya ada persamaan. Kemungkinan aanda membuat
kekeliruan akan jauh lebih kecil jika anda mengasumsikan bahwa orang lain berbeda dari anda.
Sebaliknya, harus mengasumsikan kemiripan sampai terbukti adanya perbedaan.
2. Tekanan pendeskripsian dan bukanya penafsiran atau evaluasi. Penafsiran atau evaluasi lebih
didasarkan pada budaya adan latar belakang pengamat dibandingkan pada situasi yang diamati. Oleh
karena itu, tundalah melakukan penilaian sampai anda mampunyai cukup waktu untuk mengamati dan
menafsirkan situasi dari berbagai perspektif yang berlainan dari semua budaya yang terlibat.
3. Praktikkan empati. Sebelum mengirim suatu pesan, tempatkanlah diri anda dalam situasi penerima.
Contohnya cobalah anda melihat orang lain dari sisi yang sebenarnya.
4. Perlakuan penafsiran anda sebagai suatu hipotesis kerja. Ketiak anda p[ikir anda berempati dengan
seseorang yang berbudaya asing, perlakuan penafsiran anda sebagai suatu hipotesis yang memerlukan
pengujian lebih lanjut dan buakn sebagai suatu kepastian.
4. Komunikasi Elektronik
Pada awal abad ke 20-an, telepon secara dramatis mengurangi komunikasi tatap muka secara pribadi.
Tetapi, sejak awal tahu 1980-an, manusia telah dibanjiri dengan teknologi elektronik baru yang sebagian
besar membentuk ulang cara orang berkomunikasi dalam organisasi. Teknologi tersebut mencangkup
penyeranta(pager), mesin faks, konferensi video, rapat elektronik, e-mail, telepon genggam, dan pesan
suara.
Dalam petengahan dasawarsa 1960-an, organisasi hampir seluruhnya bergantung pada memo untuk
menyampaikan pesan internal dan telegram di kator pos untuk pesan-pesan ekternal. Ketika hampir semua
organisasi mempunai e-mail, maka semakin banyak organisasi yang memberikan akses internet kepada
karyawannya. Dengan demikian, semua komunikasi tertulis dapat diteruskan dengan kecepatan telepon.

Anda mungkin juga menyukai