Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah transistor pada awalnya di temukan oleh William Shockley dan John Barden
pada tahun 1948. Transistor awal mulanya di pakai dalam praktek pada tahun 1958. Pada
saat ini ada dua jenis tipe transistor, yaitu transistor tipe P – N – P dan transistor jenis N – P
– N. Dalam rangkaian difital, transistor di gunakan sebagai saklar untuk kecepatan tinggi.
Beberapa transistor juga dapat di rangkaian sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai
logic gate, memory dan komponen lainnya.

Kebanyakan ahli sejarah mengira bahwa dunia elektronika dimulai ketika Thomas
Alpha Edison menemukan bahwa filamen panas memancarkan elektron (1883). Untuk
merealisasi nilai komersial dari penemuan Edision, Fleming mengembangkan dioda hampa
(1904). Deforest menambahkan elektroda ketiga untuk mendapatkan trioda hampa (1906).
Sampai 1950, tabung hampa mendominasi elektronik; mereka digunakan dalam penyearah,
penguat, osilator, modulator, dan lain-lainnya.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan berkurangnya penggunaan tabung hampa


dimasa sekarang ini. Hal ini dapat dilihat dari perbedaannya yang sangat mencolok jika
dibandingkan dengan transistor begitu pula dengan kelebihan dan kekurangannya.

Perbedaan tabung hampa dengan transistor adalah sebagai berikut:

1. Pada tabung hampa:

Tabung hampa mempunyai fisik besar dan kurang praktis. Tabung hampa mempunyai tiga
kaki yang terdiri dari Anoda, Katoda, dan Kasa kemudi. Tabung hampa banyak terbuat dari
kaca sehingga rangkaian di dalamnya tampak dengan nyata. Tabung hampa tidak tahan
terhadap goncangan. Memerlukan Tegangan atau energi yang cukup besar.

2. Pada transistor:

Bentuk fisik kecil dan praktis. Transistor mempunyai tiga kaki yan terdirti dari:
Basis, Kolektor, dan Emitor. Rangkaian dalam transistor tak kelihatan dari luar karena
terbungkus plat atau mika. Transistor tahan terhadap goncangan. Transistor hanya

1
membutuhkan tegangan atau energi listrik yang minimum, hanya kira-kira beberapa volt
saja.

Sejak ditemukannya transistor maka terjadilah revolusi di dalam dunia elektronika,


karena transistor memiliki keuntungan yang lebih dibanding tabung hampa. Namun pada
dasarnya, antara tabung hampa dengan transistor hampir sama dengan tabung elektroda
atau tabung elektron. Persamaan ialah pada kakinya sebagai berikut:

Katoda = Emitor (E)

Anoda = Kolektor (C)

Kasa kemudi = Basis (B)

1.2. Tujuan Pembahasan Transistor


Agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai elektronika semikonduktor dan
pengetahuan lebih mendalam tentang kerja transistor dan karakteristik emitor,dijabarkan
persamaan statik dasar transistor bipolar berbagai modus kerja transistor kemudian
dipaparkan lebih sederhana agar mudah untuk pemahamahan dan pembahasannya.

1.3. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini membahas tentang:
1. Sejarah penemuan transistor
2. Aliran Arus Listrik pada Transistor PNP dan NPN
3. Prinsip Kerja Transistor PNP dan NPN
4. Karakteristik Emitor pada Transistor

1.4 Batasan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah, maka makalah ini tidak membahas:
1. Tipe-tipe transistor
2. Transistor uniplar secara terperinci
3. Fungsi transistor secara terperinci.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penemuan Transistor


Transistor adalah kompnen yang mengubah wajah dunia,memungkinkan ukuran
peralatan elektronika semakin kecil dan kompak dan daya konsumsinya rendah,juga
mengawali era elektronika digital. Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai
sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam
kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET),
memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di satu
terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor
adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian
analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi
pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian
digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga
dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan
komponen-komponen lainnya.

Walter H. Brattain dan John Bardeen pada akhir Desember 1947 di Bell Telephone
Laboratories berhasil menciptakan suatu komponen yang mempunyai sifat menguatkan
yaitu yang disebut dengan Transistor.Keuntungan komponen transistor ini dibanding
dengan pendahulunya,yakni tabung hampa,adalah ukuran fisiknya yang sangat kecil dan
ringan.Bahkan dengan teknologi sekarang ini ratusan ribu transistor dapat dibuat dalam
satu keping silikon.Disamping itu komponen semikonduktor ini membutuhkan sumber
daya yang kecil serta serta efesiensi yang tinggi.

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,sebagai sirkuit


pemutusdan penyambung (switching),stabilisasi tegangan , modulasi sinyal atau sebagai
fungsi lainnya.Transistor dapat berfungsi kran listrik,dimana berdasrkan arus inputnya

3
(BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat
dari sirkuit sumber listriknya. Transistor through-hole (dibandingkan dengan pita ukur
sentimeter) Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang
dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal
lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.
Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian
analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam
rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic
gate, memori, dan komponen-komponen lainnya.

Transistor Sebagai Saklar

Transistor Sebagai Saklar maksudnya adalah penggunaan transistor pada salah satu
kondisi yaitu saturasi dan cut off. Pengertiannya adalah jika ada sebuah transistor berada
dalam keadaan saturasi maka transistor tersebut akan seperti saklar tertutup antara colector
dan emiter, sedangkan apabila transistor dalam keadaan cut off transistor tersebut akan
berlaku seperti saklar terbuka.

Pengertian dari Cut off adalah kondisi transistor di mana arus basis sama dengan
nol, arus output pada colector sama dengan nol, sedangkan tegangan pada colector
maksimal atau sama dengan tegangan supply. Saturasi adalah kondisi di mana transistor
dalam keadaan arus basis adalah maksimal, arus colector adalah maksimal dan tegangan
yang di hasilkan colector-emitor adalah minimal.

Apabila terdapat rangkaian transistor sebagai saklar banyak menggunakan jenis


transistor NPN, maka ketika basis di beri tegangan tertentu. Transistor akan berada dalam
kondisi ON, sedangkan besar tegangan pada basis tergantung dari spesifikasi transistor itu
sendiri. Dengan cara mengatur bias sebuah transistor menjadi jenuh, maka seolah akan di
dapat hubungan singkat antara kaki colector dan emitor.

Terminal basis akan dengan cepat mengontrol arus yang mengalir dari colector
menuju emitor. Arus yang di hasilkan dari tegangan input akan menyebabkan transistor
saturasi menjadi saklar tertutup, akibat dari kejadian ini arus akan mengalir dari colector ke
emitor. Pada saat kondisi tegangan colector emitor mendekati 0 volt.

4
Sebaliknya jika tegangan transistor sebagai saklar tidak di berikan arus tegangan,
maka transistor akan berada dalam kondisi Cut off dan terminal colector emitor terputus
seolah sakalar menjadi terbuka. Akibat dari pemutusan ini arus tidak akan mengalir dari
colector menuju emitor. Dalam kondisi ini tegangan yang di hasilkan akan maksimal.

Kalau misalkan transistor di pakai hanya pada dua titik, yaitu titik putus dan titik
saturasi, maka transistor akan di pakai sebagai saklar. Daya yang di serap oleh dua titik ini
sangat kecil, tetapi dalam keadaan aktif daya yang di serap transistor akan lebih besar.
Sebab pemakaian yang mana menggunakan arus lebih besar harus di upayakan agar daerah
yang di lewati aktif, sehingga transistor tidak menjadi terlalu panas.

Transistor Sebagai Penguat

Transistor Sebagai Penguat adalah salah satu fungsi transistor selain transistor
sebagai saklar. Pada saat ini penggunaan transistor sebagai penguat sudah banyak di
gunakan dalam sebuah perangkat elektronik. Contohnya adalah Tone Control, Amplifier
(Penguat Akhir), Pre-Amp dan rangkaian elektronika lainnya. Penggunaan transistor ini
memang sudah menjadi keharusan dalam komponen elektronika.

Transistor merupakan suatu komponen monokristal semi konduktor di mana dalam


komponen terdapat dua pertemuan antara P-N. Sehingga kita dapat membuat dua
rangkaian yaitu P-N-P dan N-P-N. Transistor merupakan suatu komponen yang dapat
memperbesar level sinyal keluaran sampai beberapa kali sinyal masukan. Sinyal masukan
disini dapat berupa sinyal AC ataupun DC.

Prinsip yang di gunakan dalam transistor sebagai penguat adalah arus kecil pada
basis digunakan untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke Kolektor
melewati transistor tersebut. Dari sini dapat kita lihat bahwa fungsi dari transistor hanya
sebagai penguat ketik arus basis akan berubah. Perubahan arus kecil pada basis mengontrol
inilah yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus yang mengalir dari kolektor ke
emitter. Kelebihan dari transistor penguat tidak hanya dapat menguatkan sinyal, tapi
transistor ini juga bisa di gunakan sebagai penguat arus, penguat tegangan dan penguat
daya. Berikut ini gambar yang biasa di gunakan dalam rangkaian transistor khusunya
sebagai penguat yang biasa di gunakan dalam rangkaian amplifier sedehana.

5
Fungsi transistor sebagai saklar dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi)
dan daerah penyumbatan (cutt-off). Pada saat saturasi nilai resistansi penyambungan
kolektor emitter secara ideal sama dengan nol atau koklektor terhubung langsung. Dan
pada saat cut-off nilai resistansi penyambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan
tak terhingga atau terminal kolektor dan emitter terbuka.

Suatu transistor sebagai penguat dapat bekerja secara optimal maka titik penguat
dengan transistor harus di tentukan dan juga harus sama dengan yang di tentukan oleh garis
beban AC/DC. Contohnya adalah memiliki titik kerja di daerah cut-off, titik kerja berada di
tengah-tengah garis beban dan penguat kelas AB merupakan gabungan antara kelas A dan
B yang bekerja secara bergantian dengan tipe transistor PNP dan NPN

Fungsi Transistor
Fungsi transistor antara lain sebagai berikut:
a. Perata arus pada adaptor
b. Penguat arus (amplifier)
c. Penahan sebagian arus
d. Pebangkit frekuensi rendah dan tinggi (osilator)
e. Saklar elektronik (switching)
f. Dll

Fungsi Transistor dalam suatu rangkaian elektronika, terutama dalam sebuah sirkuit
atau jalan sebuah rangkaian. Secara keseluruhan fungsi transistor hanya sebagai jangkar
dalam suatu komponen. Transistor merupakan komponen elektronika yang memiliki 3
kaki,di mana dari masing masing kaki di beri nama dengan basis (B), colector (C) dan
emitor (E).

Transistor adalah sebuah alat semikonduktor yang bisa di pakai sebagai penguat,
sebagai sirkuit pemutus dan penyambung tegangan (switching), stabilisasi tegangan,
modulasi sinyal dan sebagai fungsi lainnya. Transistor sendiri juga dapat kita jadikan
semacam kran listrik , di mana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya
(FET) dapat memungkinkan pengaliran arus listrik yang sangat akurat dari sumber
listriknya.

6
Fungsi transistor juga dapat kita bedakan menjadi 2 bagian, yaitu transistor bagian
PNP dan transistor bagian NPN. Untuk dapat membedakan antara transistor PNP dan
transistor NPN dapat kita lihat dari arah panah pada kaki emitornya. Contohnya adalah
transistor PNP yang anak panahnya mengarah ke dalam dan transistor NPN arah panahnya
mengarah ke luar.

Karakteristik Transistor

Pada bagian ini kita akan mempelajari tiga karakteristik transistor yaitu
karakteristik masukan, karakteristik keluaran, dan karakteristik transfer. Dari karakteristik
masukan kita dapat menghitung hambatan masukan dan dari karakteristik keluaran kita
dapat menghitung hambatan keluaran, sedangkan dari karakteristik transfer kita dapat
menghitung penguatan arus.

a. Karakteristik Masukan
Karakteristik masukan suatu transistor dinyatakan dalam grafik yang menyatakan
hubungan antara tegangan basis-emitor dan arus basis untuk tegangan kolektor-
emitor yang nilainya konstan.
b. Karakteristik keluaran
Karakteristik keluaran suatu transistor dinyatakan dalam grafik yang menyatakan
hubungan antara tegangan kolektor-emitor dan arus kolektor untuk beberapa nilai
arus basis yang konstan.
c. Karakteristik Transfer
Karakteristik transfer suatu transfer dinyatakan dalam grafik yang menyatakan
hubungan antara arus basis dan arus kolektor untuk tegangan kolektor-emitor yang
bernilai konstan.

7
Konstruksi transistor terdiri dari suatu lapisan tipis semikonduktor jenis-p atau
jenis-n yang diapit oleh dua bahan semikonduktor jenis lain. Berdasarkan susunan
semikonduktornya, transistor dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu transistor NPN dan
transistor PNP.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan
Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk
mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada
keluaran tegangan dan arus output Kolektor.

2.2 Aliran Arus Listrik Pada Transistor PNP dan NPN

Jenis-Jenis Transistor yang paling umum di bedakan menjadi dua jenis, yaitu Transistor
Bipolar dan Transistor Efek Medan. Jenis-Jenis Transistor ini sangat menentukan sekali
dalam pembuatan rangkaian elektronika. Terutama untuk pembuatan rangkaian amplifier,
rangkaian saklar, general purpose, rangkaian audio, tegangan tinggi dan masih banyak lagi
yang lainnya.

Transistor Bipolar atau nama lainnya adalah transistor dwikutub adalah jenis transistor
paling umum di gunakan dalam dunia elektronik. Di dalam transistor ini terdapat 3 lapisan
material semikonduktor yang terdiri dari dua lapisan inti, yaitu lapisan P-N-P dan lapisan
N-P-N. Transistor bipolar juga memiliki 3 kaki yang masing masing di beri nama Basis
(B), Kolektor (K) dan Emiter (E). Perbedaan antara fungsi dan jenis-jenis transisor ini
terlihat pada polaritas pemberian tegangan bias dan arah arus listrik yang berlawanan.

Cara kerja transistor bipolar dapat di lihat dari dua dioda yang terminal positif dan
negatif selalu berdempet, itu sebabnya pada saat ini terdapat 3 kaki terminal. Perubahan
arus listrik dari jumlah kecil dapat menimbulkan efek perubahan arus listrik dalam jumlah
besar khususnya pada terminal kolektor. Prinsip kerja ini lah yang mendasari penggunaan
transistor sebagai penguat elektronik.

Transistor Efek Medan atau biasa di singkat FET adalah transistor yang juga memiliki
3 kaki terminal yang masing masing di beri nama Drain (D), Source (S) dan Gate (G).
Sistem kerja FET adalah dengan cara mengendalikan aliran elektron dari terminal Source
ke Drain melalui tegangan yang di berikan pada terminal Gate.
8
Pada saat ini jenis-jenis transistor FET di bagi menjadi dua tipe, yaitu enhancement
mode dan depletion mode. Kedua mode ini menandakan polaritas tegangan gate di
bandingkan dengan source pada saat FET menghantarkan listrik. Sebagai contoh dalam
depletion mode, di sini gate adalah negatif di bandingkan dengan source, sedangkan dalam
enhancement mode, gate adalah positif. Jika tegangan pada gate di rubah menjadi positif,
maka aliran arus kedua mode di antara source dan drain akan meningkat.

1. Transistor Bipolar
Transistor bipolar adalah komponen elktronika yang terdiri dari tiga buah
kaki, yaitu emitor (E), basis (B), dan kolektor (C). Tansistor terdiri dari dua jenis
yaitu transistor tipe NPN dan transistor tipe PNP. Tanda petunjuk arah pada masing-
masing tipe yang ditunjuk anak panah adalah merupakan terminal emitor.

2. Transistor Unipolar
Transistor unipolar adalah FET (Field Effect Transistor) yang terdiri dari
JFET kanal N, JFET kanal P, MOSFET kanal N, dan MOSFET kanal P.

9
2.3 Prinsip Kerja Transistor PNP dan NPN

Transistor yang akan dibahas adalah transistor jenis BJT (Bias Junction Transistor).
Transistor BJT pertama kali dibuat oleh William Bradford Schockley, John Bardeen dan
Walter Houser Brattain pada tahun 1951 atas penemuannya ini ketiga Ilmuan ini
dianugrahi hadiah Nobel pada tahun 1956 dalam bidang fisika. Penemuan transistor
membawa perubahan yang ekstrim dalam dunia khususnya bidang elektronika. Jika dulu
sebelum ada transistor peralatan elektronika dibuat masih menggunakan tabung hampa
yang memiliki ukuran yang besar dan membutuhkan daya listrik yang tinggi untuk
pengoperasiannya, namun setelah ditemukannya transistor, peralatan elektronika dapat
dibuat menjadi lebih kecil, handal dan tidak membutuhkan daya yang besar untuk
pengoperasiaanya. Penemuan transistor membawa perubahan besar dalam industri
elektronika dan membuka gerbang menuju dunia moderen hingga saat ini.
Dari awal mula transistor dibuat hingga saat ini ada 2 golongan besar transistor yaitu :
1. Transistor tegangan bias (Bias Junction Transistor (BJT))
2. Transistor efek medan (FET = Field Effect Transistor)
Namun dipasaran transistor jenis BJT paling banyak digunakan. Transistor efek medan
lebih banyak digunakan pada peralatan yang membutuhkan kecepatan kerja yang tinggi.
Bias Junction Transistor (BJT)

10
Transistor BJT sering disebut transistor saja, transistor berdasarkan susunan semikonduktor
pembentuknya dapat dibagi menjadi 2 tipe transistor yaitu : tipe PNP (Positif – Negatif –
Positif) dan Tipe NPN (Negatif – Positif – Negatif ). Gambar 1 berikut ini menunjukan
perbedaan simbol transistor NPN dan Transistor PNP. Kaki emitor (e) adalah kaki yang
memiliki tanda anak panah. Kaki basis (b) adalah kaki tengah pada simbol dan sisanya
kaki kolektor (c). Transistor terbuat dari gabungan 3 jenis semikonduktor. Untuk transistor
NPN tersusun oleh semikonduktor tipe P yang diapit oleh 2 buah semikonduktor tipe N,
sedangkan transistor PNP terbuat dari semikonduktor tipe N yang diapit oleh 2 buah
semikonduktor tipe P
Transistor mempunyai 3 kaki yaitu kaki emitor, kaki kolektor dan kaki basis, artinya di
dalam transistor juga terdapat 3 buah area yaitu area emitor, area kolektor dan area basis.
Terlihat lapisan tipis semikonduktor tipe P yang diapit oleh 2 semikonduktor tipe N.
Semikonduktor tipe N yang lebih kecil akan menjadi daerah emitor. Pada semikonduktor
tipe N yang menjadi daerah emitor ini disisipkan lebih banyak logam pengotor
dibandingkan dengan semokonduktor tipe N yang menjadi daerah kolektor, sehingga pada
daerah emitor lebih banyak terdapat elektron bebas dibandingkan dengan daerah kolektor,
walaupun kedua daerah ini dibuat dari bahan yang sama yaitu semikonduktor tipe N.
Semokonduktor tipe P yang menjadi daerah basis dibuat tipis dan banyak mengandung
muatan positif (lubang).Bila 2 semikonduktor yang berbeda misalnya tipe N dan tipe P
disambung, maka pada bagian sambungan akan timbul lapisan penyangga atau lebih tepat
disebut depletion layer. Pada transistor karena dibuat dari sambungan 3 jenis
semikondutor, maka terdapat 2 lapisan penyangga (depletion layer) yaitu antara
sambungan daerah emitor dengan basis dan sambungan antara basis dengan kolektor.
Kondisi ini dapat digambar seperti pada gambar 4. Karena daerah emitor memiliki elektron
bebas lebih banyak, maka tebal lapisan deplesi antara sambungan emitor-basis akan lebih
tebal dibandingkan dengan sambungan basis kolektor. Besar tegangan untuk melewati
lapisan penyangga ini adalah 0,7 V untuk semikonduktor dari bahan silikon dan 0,3 V
untuk semikonduktor dari bahan germanium. Tegangan ini identik dengan tegangan Knee
(Vknee) pada dioda.
Transistor tipe BJT baru akan bisa bekerja jika kaki-kakinya diberi tegangan bias. Ada
banyak metode yang dapat digunakan untuk memberi tegangan bias dan masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Pada pokok bahasan ini

11
akan dibahas proses pemberian tegangan bias pada kaki basis atau disebut bias basis.
Gambar berikut ini menunjukan rangkaian pemberi tegangan bias pada transistor NPN.
Saat tidak ada tegangan bias pada kaki basis, maka arus basis (i b) tidak mengalir ke
transistor akibatnya transistor dalam posisi OFF atau tidak ada arus listrik yang mengalir
pada transistor. Ini terjadi karena kaki kolektor diberi tegangan balik (backward voltage)
dari tegangan sumber (VCC). Akibat tegangan balik ini zone deplesi pada sambung
kolektor-basis menjadi semakin tebal.

Ketika kaki basis diberi tegangan bias maju (tegangan +), maka kaki basis – emitor yang
merupakan sebuah dioda mendapat tegangan maju (forward voltage), akibatnya elektron
bebas yang banyak terdapat di daerah emitor akan bergerak ke basis, zona deplesi antara
sambungan basis-emitor hilang. Karena jumlah elektron bebas pada daerah emitor lebih
banyak dari pada jumlah elektron bebas pada daerah kolektor, maka daerah kolektor akan
bersifat lebih positif dibandingkan dengan daerah emitor. Selain itu pada daerah kolektor
terhubung langsung ke tegangan + sumber (VCC), yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan tegangan bias basis, maka elektron – elektron bebas dari daerah emitor sebagian
besar akan mengalir ke tegangan + sumber melewati daerah kolektor dan sebagian kecil
akan mengalir ke tegangan + bias basis.
Pada saat elektron ini mengalir, maka akan mengalir arus listrik yang besarnya sama
dengan arus elektron tetapi arahnya berlawanan dengan arus elektron. Jika arus elektron
mengalir melalui emitor ke kolektor, maka arus listrik akan mengalir dari kolektor ke
emitor. Arus listrik yang mengalir dari tegangan sumber ke kaki kolektor disebut arus
listrik kolektor (iC) dan arus listrik yang mengalir dari kaki emitor menuju ke ground
disebut arus listrik emitor (iE). Arus listrik yang mengalir masuk ke kaki basis akan menuju
ke kaki emitor, karena potensial listrik di kaki kolektor lebih tinggi dibandingkan dengan
potensial listrik di kaki basis.
Kesetimbangan arus listrik yang mengalir melewati transistor ini dapat ditulis secara
matematis sebagai berikut :
ie = ib + ic
Bagaimana dengan transistor PNP ?
Sama halnya dengan transistor NPN, hanya pada transistor PNP polaritas tegangan dibalik
seperti pada gambar 8 berikut ini.

12
Pada transistor PNP kaki kolektor dihubungkan ke kutub negatif sumber tegangan (V CC)
dan kaki emitor dihubungkan ke kutub positif sumber tegangan. Kutub negatif tegangan
bias (VBB) dihubungkan ke kaki basis dan kutub positif tegangan bias bersama dengan
kutub positif sumber tegangan dihubungkan menjadi ground. Bila pada transistor NPN
yang menjadi ground adalah kutub negatif, maka pada transistor PNP yang menjadi ground
adalah kutub positif.

Analisa Rangkaian Transistor


Ada 3 macam rangkaian transistor yang umum digunakan yaitu :
1. Common Emitor (C-E), emitor yang digroundkan
2. Common collector (C-C), kolektor yang digroundkan
3. Common Basis (C-B), basis yang digroundkan
Rangkaian Common Emitor
Pada pembahasan ini, akan dibahas tentang rangkaian transistor common emitor.
Rangkaian common emitor adalah rangkaian yang paling umum dan mudah untuk
dianalisa. Berikut ini adalah contoh rangkaian common emitor yang paling sederhana.
Kaki emitor dihubungkan ke ground. Rangkaian ini mempunyai 2 loop yaitu loop kolektor-
emitor (loop ce) dan loop basis-emitor (loop be).
Pada loop be transistor mendapat tegangan bias maju (forward bias) dari basis ke emitor.
Arus listrik basis (ib ) dapat diatur besarnya dengan mengubah besar nilai resistor pembatas
arus Rb. Mengubah arus listrik basis (ib) juga akan mengubah besar arus listrik kolektor (ic).
Artinya arus listrik kolektor (ic) dapat dikontrol dengan mengubah – ubah arus listrik basis
(ib). Besar arus basis jauh lebih kecil dibandingkan dengan arus kolektor.
Pada loop ce sumber tegangan Vcc memberikan tegangan balik (backward) ke kolektor –
emitor pada transistor melalui RC. Dalam kondisi tanpa bias maju pada loop be, transistor
tidak akan bekerja. Transistor baru akan bekerja jika ada arus basis. Karena transistor
memiliki 3 kaki, maka terdapat 3 tegangan pada transistor yaitu :
Vce = tegangan antara kaki kolektor dengan kaki emitor (Vce = Vc – Ve)
Vcb = tegangan antara kaki kolektor dengan kaki basis (Vcb = Vc – Vb )
Vbe = tegangan antara kaki basis dengan kaki emitor (Vbe = Vb – Ve)
Jadi arus listrik basis (ib) dapat mengalir melalui B-E jika tegangan Vbe lebih besar dari 0,7
V untuk transistor dengan bahan silikon dan lebih besar dari 0,3 V untuk transistor
germanium. Karena Vbe besarnya sama dengan Vb jika tegangan emitor sama dengan nol,

13
maka Vb akan sama dengan 0,7 V untuk transistor silikon dan akan sama dengan 0,3 volt
untuk transistor germanium.
Dengan menggunakan hukum 2 Kirchoff , maka arus basis dapat dihitung. Gambar 13
memperlihatkan loop be.

Menurut hukum ke 2 kirchoff dalam rangkaian tertutup, maka jumlah tegangan harus sama
dengan nol, sehingga didapat :

Daya yang hilang (PD) dapat dihitung :


Pd = Vce . ic
Daya yang hilang atau digunakan oleh transistor adalah besarnya tegangan kolektor emitor
(Vce) dikalikan dengan besarnya arus listrik kolektor (i c). Daya ini menyebabkan naiknya
temperatur pada sambungan semikonduktor kolektor dengan semikonduktor basis dan
emitor. Transistor umumnya akan rusak jika temperatur sambungan ini melebihi 150 oC.
Pada gambar 15 terlihat kurva karakteristik transistor yang bekerja pada arus basis sebesar
ib dengan tegangan Vce yang bervariasi dari nol hingga Vbreak. Vsat adalah tegangan saturasi
yaitu tegangan pada saat arus kolektor yang mengalir melalui transistor menjadi stabil
(konstan). Sedangkan Vbreakadalah tegangan rusak. Daerah antara tegangan saturasi dengan
tegangan rusak disebut daerah aktif transistor. Transistor tidak boleh bekerja melebihi
tegangan rusaknya. Daerah dari Vce = 0 hingga Vce = Vsat disebut daerah jenuh (saturation
zone). Pada daerah jenuh ini penguatan arus listrik (β) akan lebih kecil dari β ada daerah
aktifnya.
Untuk arus basis yang bervariasi dari kecil hingga besar maka kurva karakteristik transistor
dapat digambar seperti pada gambar. Pada saat arus basis 0, maka arus kolektor masih ada
sedikit yang mengalir. Namun arus ini tidak dapat berpengaruh apa-apa. Daerah kurva pada

14
saat ib = 0 disebut cut-off region dan arus kolektor yang lewat pada zona cut-off region
disebut arus cut-off kolektor.
Arus cut-off kolektor ini terjadi karena pada dioda kolektor terdapat kebocoran arus, tapi
kebocoran arus ini sangat kecil sehingga dalam perhitungan dapat diabaikan.

Jadi pada kurva karakteristik transistor terdapat 4 daerah (zona) yaitu daerah aktif, daerah
saturasi, daerah cut-off dan daerah breakdown. Transistor yang dirangkain untuk bekerja
sebagai penguat signal (amplifier) akan bekerja pada daerah aktif. Sedangkan transistor
yang dirangkai sebagai saklar akan bekerja pada daerah saturasi ketika dalam kondisi ON
dan bekerja pada daerah cut-off ketika dalam kondisi OFF. Bila kerja transistor masuk ke
daerah breakdown, maka transistor menjadi rusak. Ke 4 daerah kerja transistor ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor,
bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET),
yang masing-masing bekerja secara berbeda.

Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya


menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus
listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas
dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi
dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut.

FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa
muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama
mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya
(dibandingkan dengan transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik
utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan
yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk
masing-masing tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut.

Pada dasarnya, transistor dan tabung vakum memiliki fungsi yang serupa;
keduanya mengatur jumlah aliran arus listrik.

Untuk mengerti cara kerja semikonduktor, misalkan sebuah gelas berisi air murni.
Jika sepasang konduktor dimasukan kedalamnya, dan diberikan tegangan DC tepat

15
dibawah tegangan elektrolisis (sebelum air berubah menjadi Hidrogen dan Oksigen), tidak
akan ada arus mengalir karena air tidak memiliki pembawa muatan (charge carriers).
Sehingga, air murni dianggap sebagai isolator. Jika sedikit garam dapur dimasukan ke
dalamnya, konduksi arus akan mulai mengalir, karena sejumlah pembawa muatan bebas
(mobile carriers, ion) terbentuk. Menaikan konsentrasi garam akan meningkatkan
konduksi, namun tidak banyak. Garam dapur sendiri adalah non-konduktor (isolator),
karena pembawa muatanya tidak bebas.

Silikon murni sendiri adalah sebuah isolator, namun jika sedikit pencemar
ditambahkan, seperti Arsenik, dengan sebuah proses yang dinamakan doping, dalam
jumlah yang cukup kecil sehingga tidak mengacaukan tata letak kristal silikon, Arsenik
akan memberikan elektron bebas dan hasilnya memungkinkan terjadinya konduksi arus
listrik. Ini karena Arsenik memiliki 5 atom di orbit terluarnya, sedangkan Silikon hanya 4.
Konduksi terjadi karena pembawa muatan bebas telah ditambahkan (oleh kelebihan
elektron dari Arsenik). Dalam kasus ini, sebuah Silikon tipe-n (n untuk negatif, karena
pembawa muatannya adalah elektron yang bermuatan negatif) telah terbentuk.

Selain dari itu, silikon dapat dicampur dengan Boron untuk membuat
semikonduktor tipe-p. Karena Boron hanya memiliki 3 elektron di orbit paling luarnya,
pembawa muatan yang baru, dinamakan "lubang" (hole, pembawa muatan positif), akan
terbentuk di dalam tata letak kristal silikon.

Dalam tabung hampa, pembawa muatan (elektron) akan dipancarkan oleh emisi
thermionic dari sebuah katode yang dipanaskan oleh kawat filamen. Karena itu, tabung
hampa tidak bisa membuat pembawa muatan positif (hole).

Dapat dilihat bahwa pembawa muatan yang bermuatan sama akan saling tolak
menolak, sehingga tanpa adanya gaya yang lain, pembawa-pembawa muatan ini akan
terdistribusi secara merata di dalam materi semikonduktor. Namun di dalam sebuah
transistor bipolar (atau diode junction) dimana sebuah semikonduktor tipe-p dan sebuah
semikonduktor tipe-n dibuat dalam satu keping silikon, pembawa-pembawa muatan ini
cenderung berpindah ke arah sambungan P-N tersebut (perbatasan antara semikonduktor
tipe-p dan tipe-n), karena tertarik oleh muatan yang berlawanan dari seberangnya.

Kenaikan dari jumlah pencemar (doping level) akan meningkatkan konduktivitas


dari materi semikonduktor, asalkan tata-letak kristal silikon tetap dipertahankan. Dalam
16
sebuah transistor bipolar, daerah terminal emiter memiliki jumlah doping yang lebih besar
dibandingkan dengan terminal basis. Rasio perbandingan antara doping emiter dan basis
adalah satu dari banyak faktor yang menentukan sifat penguatan arus (current gain) dari
transistor tersebut.

Jumlah doping yang diperlukan sebuah semikonduktor adalah sangat kecil, dalam
ukuran satu berbanding seratus juta, dan ini menjadi kunci dalam keberhasilan
semikonduktor. Dalam sebuah metal, populasi pembawa muatan adalah sangat tinggi; satu
pembawa muatan untuk setiap atom. Dalam metal, untuk mengubah metal menjadi
isolator, pembawa muatan harus disapu dengan memasang suatu beda tegangan. Dalam
metal, tegangan ini sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari yang mampu menghancurkannya.
Namun, dalam sebuah semikonduktor hanya ada satu pembawa muatan dalam beberapa
juta atom. Jumlah tegangan yang diperlukan untuk menyapu pembawa muatan dalam
sejumlah besar semikonduktor dapat dicapai dengan mudah. Dengan kata lain, listrik di
dalam metal adalah inkompresible (tidak bisa dimampatkan), seperti fluida. Sedangkan
dalam semikonduktor, listrik bersifat seperti gas yang bisa dimampatkan. Semikonduktor
dengan doping dapat diubah menjadi isolator, sedangkan metal tidak.

Gambaran di atas menjelaskan konduksi disebabkan oleh pembawa muatan, yaitu


elektron atau lubang, namun dasarnya transistor bipolar adalah aksi kegiatan dari pembawa
muatan tersebut untuk menyebrangi daerah depletion zone. Depletion zone ini terbentuk
karena transistor tersebut diberikan tegangan bias terbalik, oleh tegangan yang diberikan di
antara basis dan emiter. Walau transistor terlihat seperti dibentuk oleh dua diode yang
disambungkan, sebuah transistor sendiri tidak bisa dibuat dengan menyambungkan dua
diode. Untuk membuat transistor, bagian-bagiannya harus dibuat dari sepotong kristal
silikon, dengan sebuah daerah basis yang sangat tipis.

Menentukan Kaki dan Jenis Transistor

Transistor merupakan komponen aktif elektronika yang dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki tiga buah kaki, yaitu kolektor, basis, danemitor.
Ketiga kaki tersebut tidak boleh salah dalam pemasangannya pada rangkaian elektronika.

17
Gambar 1. Simbol transistor

Untuk menentukan jenis transistor dan ketiga kakinya maka dapat menggunakan dua cara,
yang pertama dengan melihat pada datasheetnya. Sedangkan yang kedua dengan
melakukan pengukuran/ tes kondisi menggunakan AVOmeter/ multitester.
Pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan cara kedua yaitu dengan melakukan tes
kondisi menggunakan multitester, yaitu:

Menentukan Kaki Basis, Sekaligus Menentukan Jenis Transistor.

Untuk menentukan kaki basis kita harus mengetahui karakter kaki basis ini, yaitu
memiliki hubungan fordward bias pada basis ke kolektor dan basis ke emitor
serta referse bias dari kolektor ke basis dan emitor ke basis pada jenis transistor NPN dan
kondisi sebaliknya pada jenis PNP. Pada tahap ini kita harus memisalkan kaki-kaki
transistor tersebut dengan nama lain, sebagai contoh kaki 1, kaki 2, dan kaki 3. Kemudian
atur multitester ke Ohm meter x10 atau x100 kemudian kita cari kaki basis dengan:

Hubungkan probe merah ke salah satu kaki, misal kaki 1 kemudian probe hitam
dihubungkan ke kedua kaki yang lain, apabila multitester memberikan nilai ukur resistansi
yang rendah (jarum bergerak lebar) pada keduanya maka kaki 1 adalah kaki basis untuk
transistor PNP. Dan NPN apabila probe pada posisi kaki 1 adalah probe hitamdengan hasil
ukur seperti sebelumnya. Jika hanya pada satu kaki 2 atau 3 saja yang bergerak
kemungkinan basis-nya 2 atau 3. Ulangi lagi, carilah konfigurasi sampai diketemukan
jarum multitester bergerak semua. Pastikan basis sudah ketemu dan jenis transistor NPN
atau PNP:

18
Gambar 2. Menentukan Basis dan jenis transistor

 NPN: Kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor probe merah maka
jarum bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor
probe hitam jarum tidak bergerak.
 PNP: Kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor probe hitam maka
jarum bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor
probe merah jarum tidak bergerak.

2.4. Karakteristik Emitor Pada Transistor

Kaki basis sudah ditentukan kemudian kita dapat menetukan kaki kolektor dan emitor
dengan konsep transistor sebagai saklar. Untuk menetukan kaki kolektor dan emitor seting
multmeter di pindah ke Ohm meter x10KOhm, Kemudian lakukan teknik berikut.

 Misalnya transistor NPN. Hubungkan probe hitam pada salah satu kaki selain basis
dengan cara menempelkan probe bersama jari tangan kita (probe dan kaki transistor
dipegang jadi satu).
 Hubungkan probe merah pada kaki yang lain (juga selain basis) dan jangan
disentuh dengan jari tangan.

19
 Sentuh kaki basis dengan jari tangan (dengan tujuan memberikan bias pada kaki
tersebut mengingat tubuh kita juga memiliki energi listrik potensial). Jika jarum multitester
tidak bergerak, balik posisinya ke kaki yang lain. Sentuh kembali kaki basis dengan jari
tangan. Jika jarum meter bergerak cukup lebar maka bisa dipastikan kaki yang dipegang
bersama probe hitam adalah kolektor, kaki yang lain (probe merah) adalah emitor.

 Untuk transistor PNP caranya sama cuma posisi probe merah dan probe hitam
dibalik.

Gambar 3. Menentukan Kolektor dan Emitor

Untuk kaki emitor pada kemasan tertentu biasanya ditandai sirip pada kemasan transistor.
Kemudian tanda untuk kaki kolektor adalah huruf c, tanda titik bulat, titik kotak atau titik
segitiga yang berada di kemasan transistor.

Mengukur Transistor jenis Mosfet


FET bentuk fisiknya seperti transistor. Fungsinya adalah untuk menaikkan tegangan atau
menurunkan tegangan.
FET memiliki tiga kaki juga yaitu :
• GATE (G) adalah kaki input.
• DRAIN (D) adalah kaki output.
• SOURCE (S) adalah kaki sumber.

20
Fungsinya biasanya digunakan pada rangkaian power supply jenis switching untuk
menghasilkan tegangan tinggi untuk menggerakkan trafo.

Kakinya biasanya sudah pasti yaitu bila kita hadapkan FET ke arah kita maka urutan
kakinya dari kiri ke kanan adalah GATE, DRAIN, SOURCE.
• Contoh FET penaik tegangan : K 793, K 1117, K 1214, IRF 630, IRF 730, IRF 620, dll.
• Contoh FET penurun tegangan : IRF 9610, IRF 9630, dll (biasanya 4 angka u/ IRF).

• FET PENAIK TEGANGAN


Cara mengukur :
Batas ukur Ohmmeter X10 / X1K.

21
• FET PENURUN TEGANGAN
Cara mengukur :
Batas ukur Ohmmeter X10 / X1K.

22
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Transistor adalah komponen yang mengubah wajah dunia,memungkinkan ukuran


peralatan elektronika semakin kecil dan kompak dan daya konsumsinya rendah, juga
mengawali era elektronika digital.
Tiga karakteristik transisttror yaitu karakteristik masukan (basis), karakteristik
keluaran (collector), dan karakteristik transfer (emitor). Dari karakteristik masukan kita
dapat menghitung hambatan masukan dan dari karakteristik keluaran kita dapat
menghitung hambatan keluaran, sedangkan dari karakteristik transfer kita dapat
menghitung penguatan arus.

Transistor adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai


prinsip kerjanya didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu daerah
emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis yaitu NPN dan
PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan basis, dan yang lain
antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor seperti dua buah dioda yang saling
bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis, atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda
kolektor-basis, atau disingkat dengan dioda kolektor.

Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-
basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan
dioda biasa. Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka
arus basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis
(Ib) akan naik secara cepat.

23
Transistor memiliki dua jenis yaitu: Transistor Bipolar dan Transistor Unipolar.
Transistor Bipolar adalah transistor yang memiliki dua persambungan kutub.
Transistor Unipolar adalah transistor yang hanya memiliki satu buahpersambungan kutub.

1. Transistor Bipolar

Transistor bipolar adalah komponen elktronika yang terdiri dari tiga buah kaki,
yaitu emitor (E), basis (B), dan kolektor (C). Tansistor terdiri dari dua jenis yaitu transistor
tipe NPN dan transistor tipe PNP. Tanda petunjuk arah pada masing-masing tipe yang
ditunjuk anak panah adalah merupakan terminal emitor.

2. Transistor Unipolar

Transistor unipolar adalah FET (Field Effect Transistor) yang terdiri dari JFET
kanal N, JFET kanal P, MOSFET kanal N, dan MOSFET kanal P.

3.2 Saran

Saran saya pada siswa setelah membaca makalah ini yang berjudul Transistor, siswa dapat
mempelajari Transistor yang di bahas dalam makalah ini, kemudian jika ada salah dalam
penulisan, kami atas selaku instruktur meminta ma’af sebesar besarnya.

24
25

Anda mungkin juga menyukai