Anda di halaman 1dari 2

III.

GANGGUAN NERVUS IX DAN X

3.1 Lesi nervus glossofaringeus


Lesi nervus glossofaringus terisolasi jarang terjadi, biasnya lesi pada nervus ini juga
melibatkan N.X dan N.XI.4
Penyebab dari lesi nervus glosofaringeus antara lain adalah fraktur basis kranii,
thrombosis sinus sigmoideus, tumor pars kaudal fosa posterior, aneurisma arteri vertebralis
atau arteri basilaris, lesi iatrogenic (disebabkan oleh misalnya: tindakan pembedahan),
meningitis dan neuritis.4

Sindrom klinis lesi nervus glosofaringeus ditandai oleh:

 Gangguan atau hilangnya pengecapan (ageusia) pada sepertiga posterior lidah


 Berkurang atau hilangnya refleks muntah dan refleks palatal
 Anestesia dan analgesia pada bagian atas faring dan area tonsil serta dasar lidah
 Gangguan ringan saat menelan (disfagia)
 Gangguan salivasi dari glandula parotidea

5.1.1 Disfagia

Gangguan menelan bisa disebabkan oleh paresis nervus fasialis atau nervus hipoglosus.
Makanan sukar di pindah-pindahkan untuk dapat dimamah gigi geligi kedua sisi. Lagi pula
tekanan di dalam mulut tidak bisa di tingkatkan sehingga bantuan mendorong makanan ke
orofaring tidak ada. Kesukaran untuk menelan yang berat di sebabkan oleh gangguan nervus
glossofaringeus dan vagus. Makanan sukar ditelan, karena palatum mole tidak bekerja,
sehingga makanan tiba di laring dan menimbulkan refleks batuk. Sukar menelan bukan hanya
karena gangguan pada pasasi makanan di orofaring, juga dapat disebabkan oleh gangguan
mekanisme menelan akibat berbagai proses patologik. Pada infark serebri yang menimbulkan
hemiparesis, sukar menelan menjadi gejala dini. selanjutnya penderita hemiparesis bisa belajar
untuk menelan makanan tanpa kesulitan. Dalam hal tersebut, kelumpuhan UMN pada otot-otot
yang di inervasi nervus glossofaringeus dan vagus mendasari gangguan menelan. Jika terdapat
kerusakan UMN bilateral, seperti pada paralisis pseudobulbar, menelan makanan merupakan
gangguan yang sangat sering, sehingga makanan harus diberikan melalui pipa nasogastrik.
Kelumpuhan LMN pada otot-otot yang diinervasi nervus glossofaringeus dan vagus dapat
disebabkan oleh penekanan di foramen jugularis (sindroma varent) akibat thrombosis vena
jugularis sebagai komplikasi mastoiditis. Infiltrasi dari karsinoma nasofaring atau miastenia
gravis merupakan sebab yang sering dijumpai. Pada anak-anak keadaan pasca difteri bisa
diperburuk karena adanya kelumpuhan pada otot-otot menelan. Sering disebut juga intoksikasi
botulismus, yang menimbulkan kelumpuhan LMN pada otot-otot menelan. Segala macam
gangguan menelan, baik mengenai sukar menelan karena kelumpuhan otot-otot menelan,
maupun karena adanya nyeri atau perasaan tidak enak waktu menelan dikenal sebagai disfagia.
Pada dermatomiositis, skleroderma, amilodosis dan sindroma Plumer-Vinson, disfagia
merupakan bagian gejala dari gambaran penyakit lengkapnya. Disfagia yang jelas karena
adanya penyakit lain lebih sering disebabkan oleh faringitis, tonsillitis, esofagitis, mediastinitis
dan divertikulitis di esofagus.5

Anda mungkin juga menyukai