Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat
rahmat dan karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas Akuntansi Syariah yang berjudul
‘Dasar-dasar Gagasan Akuntansi Syariah’.
Dalam penyusunan tugas ini, Kami mendapat bantuan dan dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa Kami mengucapkan terimakasih.
Disamping itu Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
Kami masih memerlukan bimbingan dari semua pihak yang dapat membangun motivasi
Kami.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Definisi bebas dari akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian
diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi
tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Definisi bebas dari syariah adalah aturan yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT. untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala
aktivitas hidupnya di dunia. Jadi, akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses
akuntansi atas transaksi transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan
Allah SWT. Oleh sebab itu, akuntansi syariah diperlukan untuk mendukung kegiatan
yang harus dilakukan sesuai syariah, karena tidak mungkin dapat menerapkan
akuntansi yang sesuai dengan syariah jika transaksi yang akan dicatat oleh proses
akuntansi tersebut tidak sesuai dengan syariah. Informasi yang disajikan oleh
akuntansi adalah suatu laporan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Sehubungan dengan
pentingnya informasi akuntansi, maka standar akuntansi merupakan pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan syariah berbeda banyak bila
dibandingkan dengan laporan keuangan konvensional, dalam hal keterikatannya untuk
memenuhi kriteria syariah dalam penyusunan laporannya yang didasarkan pada
transaksi syariah. Agar laporan keuangan sesuai dengan paradigma, azas, dan
karakteristik laporan keuangan syariah.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan Sejarah Lahirnya Akuntansi Syariah (Islam).
2. Menjelaskan Pengertian akuntansi Syariah.
3. Menjelaskan Tujuan Akuntansi Syariah
4. Menjelaskan Prinsip umum akuntansi Syariah
C. Tujuan
1. Untuk mengrtahui Sejarah Lahirnya Akuntansi Syariah (Islam).
2. Untuk mengetahui Pengertian akuntansi Syariah.
3. Untuk mengetahui Tujuan Akuntansi Syariah
4. Untuk mengetahui Prinsip umum akuntansi Syariah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
masalah keuangan ini kedalam pembahasan khusus yang meliputi kaidah-kaidah, hukum-
hukum, dan prosedur-prosedur yang harus di ikuti.
Runtuhnya Khilafah Islamiyah serta tidak adanya perhatian dari pemimpin-
pemimpin Islam untuk mensosialisasikan hukum Islam, serta dengan dijajahnya
kebanyakan negara Islam oleh negara-negara Eropa, telah menimbulkan perubahan yang
sangat mendasar disemua segi kehidupan umat Islam, termasuk
dibidang muamalah keuangan. Pada fase ini perkembangan akuntansi didominasi oleh
pikiran pikiran barat. Para muslim pun mulai menggunakan sistem akuntansi yang
dikembangkan oleh barat.
Sementara di Indonesia sendiri, akuntansi syari’ah mulai banyak
diperbincangkan pada awal tahun 90-an, tepatnya setelah bank syari’ah pertama berdiri
yakni Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh majelis
ulama indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari ikatan cendekiawan muslim
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim (Asad Alhaq, 2010:7). Sedangkan
menurut Muhammad (2002:1), perkembangan akuntansi syari’ah di Indonesia
dilatarbelakangi oleh ketidak nyamanan umat islam terhadap penyakit dualisme
ekonomi-syariah yang sudah cukup lama membelenggunya. Menurutnya dualisme ini
muncul sebagai akibat ketidakmampuan umat Islam menggabungkan dua disiplin ilmu,
yaitu ekonomi dan syari’ah.
3
pengelompokan dan pengikhtisaran dilakukan menurut aturan yang tercantum dalam
Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Masih dalam Muhammad (2002:10) Accounting Principle Board Statement
No.4 mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk
memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan
ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi,
yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif.
Sedangkan menurut American Acounting Association (AAA) dalam Soemarso
SR. (1996 : 5) mendefinisikan akuntansi sebagai proses pengidentifikasian, pengukur dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian-penilaian dan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
Mengidentifikasi artinya mencari/menentukan identitas transaksi ekonomi untuk
kepentingan pengambilan keputusan . Mengukur artinya memberikan penilaian yang
dinyatakan dengan uang. Mengkomunikasikan artinya hasil informasi yang berupa
laporan keuangan serta analisisnya dapat dipakai untuk pengambilan keputusan
manajemen.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu sistem
atau teknik dari suatu pencatatan, penggolongan dan peringkasan, pelaporan dan
menganalisa data keuangan yang dilakukan dengan cara tertentu dan ukuran moneter
yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi atau perusahaan.
Sedangkan Syari’ah menurut Imam al-Qurthubi adalah agama yang ditetapkan
oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai hukum dan
ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu disebut syariat karena memiliki kesamaan
dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup.
Makanya menurut Ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan agama.
Mahmud Syaltut, di dalam Kitab al-Islaam; 'Aqiidah wa Syarii'ah menyatakan:
Syarii'ah adalah aturan-aturan (system) yang Allah telah mensyariatkannya, atau
mensyariatkan pokok dari aturan-aturan tersebut, agar manusia mengadopsi aturan-
aturan tersebut untuk mengatur hubungan dirinya dengan Tuhannya, dan hubungan
dirinya dengan saudaranya yang Muslim dan saudara kemanusiaannya (non Muslim),
dan hubungan dirinya dengan alam semesta dan kehidupan"
Dari dua defenisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa syari’ah adalah aturan-
aturan yang telah ditetapkan Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan
tuhannya, dengan sesamanya dan dirinya sendiri. Syari’ah Islam mencakup seluruh aspek
4
kehidupan umat manusia baik ekonomi, politik, sosial dan filsafah moral, termasuk
dalam hal akuntansi.
Berdasarkan defenisi istilah akuntansi dan syari’ah dalam pembahasan diatas,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa akuntansi syari’ah adalahsuatu sistem atau teknik
dari suatu pencatatan, penggolongan dan peringkasan, pelaporan dan menganalisa data
keuangan yang dilakukan dengan cara tertentu dan ukuran moneter yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi atau perusahaan dengan
menggunakan aturan-aturan Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
1. Prinsip pertanggungjawaban
Dalam kebudayaan kita, umumnya "tanggung jawab" diartikan sebagai keharusan
untuk "menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain yaitu suatu keharusan
untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku seseorang dalam rangka
menjawab suatu persoalan. Pertanggungjawaban berkaitan langsung dengan konsep
amanah. Dimana implikasinya dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu
yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa
yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
Pertanggungjawabannya diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan.
2. Prinsip keadilan.
Keadilan adalah pengakuan dan prelakuan yang seimbang antara hak-hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan
5
kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang
memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang
sama dari kekayaan bersama. Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang
sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai
yang secara inheren melekat dalam fitrah manusia. Dalam konteks akuntansi keadilan
mengandung pengertian yang bersifat fundamental dan tetap berpijak pada nilai-nilai
etika/syariah dan moral, secara sederhana adil dalam akuntansi adalah pencatatan
dengan benar setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam Al Quran
disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan
dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita,
sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al Quran menyatakan
dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syura ayat 181-184 yang
berbunyi:"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan
kamu dan umat-umat yang dahulu."
3. Prinsip kebenaran.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan arti
kebenaran, yaitu :
1.Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya);
2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya);
3. Kejujuran, ketulusan hati;
4. Selalu izin, perkenanan;
5. Jalan kebetulan
Sedangkan menurut Aristoteles mendefinisikan kebenaran adalah soal kesesuaian
antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar
dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan
sebagaimana adanya. Kebenaran terletak pada kesesuaian antara subyek dan obyek
yaitu apa yang diketahui subyek dan realitas sebagaimana adanya. Berdasarkan
defenisi-defenisi diatas, jika dikaitkan dengan akuntansi syari’ah maka kebenaran
yang dimaksud adalah kesesuaian antara apa yang dicatat dan dilaporkan dengan apa
6
yang terjadi sebenarnya dilapangan. Jika kita kaitkan dengan profesi Akuntan, maka
prinsip kebenaran menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan,
biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan
secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan
yang disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh
sebuah manajemen yang diangkat atau ditunjuk sebelumnya.
2. Prinsip kedua
Dalam prinsip kedua ini mengandung syakhshiyyah i’tibariyyah, syakhshiyyah
qanuniyyah dan wahdah muhasabiyyah. :
a) Syakhshiyyah I’tibariyyah ( Entitas Spiritual ) Syakhshiyyah I’tibariyyah adalah
adanya pemisahan kegiatan investasi dari pribadi yang melakukan pendanaan
terhadap kegiatan investasi tersebut. ada dua permasalahan yang mempengaruhi
dan akan terpengaruh dengan konsep syakhshiyyah i’tibariyyah
ini. Pertama,berkaitan dengan harta-harta yang di investasikan itu sendiri dan
kaitannya dengan harta-harta pribadi tersebut. Kedua, berkaitan dengan hak-hak
7
dan kewajiban-kewajiban para pemilik kepemilikan yang bersifat lahiriah,
sebagai akibat atau hasil dari kegiatan investasinya.
b) Syakhshiyyah Qanuniyyah ( Legal Entity ) Syakhshiyyah Qanuniyyah adalah
suatu ungkapan mengenai entitas yang terpisah, yang memungkinkannya untuk
menuntut pihak lain secara langsung dalam sifatnya sebagai suatu pribadi,
sebagaimana dimungkinkan pula bagi pihak lain untuk menuntutnya secara
langsung pula, dalam sifatnya sebagai suatu pribadi.
c) Wahdah Muhasabiyyah ( Kesatuan Akuntansi ) Wahdah Muhasabiyyah adalah
kerangka dasar yang menentukan ruang lingkup kegiatan akuntansi ditinjau dari
sisi apa yang harus dimuat oleh buku-buku akuntansi dan apa yang harus diangkat
oleh laporan keuangan baik berbentuk data keuangan yang sudah dikenal
ataupun yang lain. Oleh karena itu, permasalahan yang harus dikaji untuk
menentukan wahdah muhasabiyyah itu adalah masalah kebutuhan terhadap
informasi keuangan. Kebutuhan informasi keuangan itulah yang akan terealisir
pada akhirnya, yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
8
sesungguhnya penerapan prinsip ini haruslah memperhatikan faktor-faktor pasar,
baik segi penambahan, pengurangan, perluasan, dan penyempitan dari faktor-
faktor yang mempunyai hubungan secara langsung dengan kelangsungan kegiatan
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat kita simpulkan bahwa syari’ah adalah aturan-aturan yang telah
ditetapkan Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, dengan
sesamanya dan dirinya sendiri. Syari’ah Islam mencakup seluruh aspek kehidupan
umat manusia baik ekonomi, politik, sosial dan filsafah moral, termasuk dalam hal
akuntansi. Berdasarkan defenisi istilah akuntansi dan syari’ah dalam pembahasan
diatas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa akuntansi syari’ah adalah suatu sistem
atau teknik dari suatu pencatatan, penggolongan dan peringkasan, pelaporan dan
menganalisa data keuangan yang dilakukan dengan cara tertentu dan ukuran moneter
yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi atau perusahaan
dengan menggunakan aturan-aturan Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan As
Sunnah.
B. SARAN
Kepada seluruh mahasiswa agar mendalami materi akuntansi syariah sehingga
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan klebih memajukan ekonomi
syariah kedepannya khususnya akuntansi syariah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hendriansdiamond.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-akuntansi-syariah.html?m=1
http://repository.uin-suska.ac.id/7016/4/BAB%20III.pdf
11