PEMBAHASAN
Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian hidup
dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari.
Dr. Madeleine Leininger adalah guru besar yang terkenal di seluruh dunia, penulis,
pengembang teori, peneliti, dan pembicara publik. Menjadi professor dari sekitar 70
perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang
bisa dilihat sebagai arsip di Wayne State University yang digunakan juga sebagai bahan
penelitian. Beliau memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah
mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah
keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan budaya,
budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia
keperawatan. Magnificent Achievement.
Pada awal karirnya sebagai perawat, Leininger mengakui pentingnya konsep “peduli”
dalam keperawatan. Teori peduli bertujuan untuk memberikan budaya pelayanan
keperawatan kongruen melalui “tindakan bantu, mendukung, fasilitatif, atau
memungkinkan kognitif berbasis atau keputusan yang sebagian besar dibuat khusus
agar sesuai dengan individu, kelompok, atau lembaga budaya nilai-nilai, keyakinan,
danlifeways. Selama tahun 1950-an Leininger mengalami apa yang menggambarkan
sebagai kejutan budaya ketika dia menyadari bahwa pola-pola perilaku berulang pada
anak-anak tampaknya memiliki dasar budaya. Leininger mengidentifikasi kurangnya
pengetahuan budaya dan perawatan sebagai rantai yang hilang untuk pemahaman
keperawatan tentang banyak variasi yang diperlukan dalam perawatan pasien untuk
mendukung kepatuhan, penyembuhan, dan kesehatan. Wawasan ini adalah awal yang
baru membangun dan penomena terkait dengan pelayanan keperawatan disebut
keperawatan transkultural. Leininger adalah pendiri gerakan keperawatan transkultural
dalam pendidikan penelitian dan praktek.
Sepanjang karianya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan mulai
mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah mendirikan organisasi
organisasi professional termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada tahun 1974,
asosiasi perawatan manusia internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai
presiden secara penuh pertama dari American Association of Colleges of Nursing.
Mendirikan dan menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada
tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime
Achievement Award untuk kualitatif metodologi.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat
pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Definisi tentang keperawatan menurut Leininger, adalah seni humanistik yang dapat
dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi perilaku asuhan (individu dan
kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan pada peningkatan,dan pemeliharaan
perilaku sehat atau pemulihan dari penyakit yang memiliki signifikasi fisik, psiko
kultural dan social atau makna dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat
professional atau dari orang yang memiliki kompetensi peran serupa.
1. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak kaku
memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat patut
diperhatikan dalam memberikan asuhan.
2. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem, Virginia
Henderson, dan Neuman.
3. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien dalam
mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
4. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan saat
melakukan asuhan keperawatan.
Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencakup proses asuhan keperawatan.
1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam
berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari dipelajari.
Selain itu juga, digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori transcultural
nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas secara spesifik
tentang pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhanny Kajian
yang telah dilakukan mengenai etnogeografi dilakukan pada keluarga yang salah-
satu anggota keluarganya mengalami gangguan neurologis yang akut. Hal yang
dilihat disini, adalah bagaimana anggota keluarga yang sehat menjaga anggota
keluarga yang mengalami gangguan neurologis, tersebut. Akhirnya, anggota
keluarga yang sehat di wawancara dan diobservasi guna memperoleh data. Ternyata
mereka melakukan penjagaan terhadap anggota keluarga yang sakit, selama kurang
lebih 24 jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut berpartisipasi untuk merawat
anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa faktor yang memengaruhi
kepedulian anggota keluarga yang sehat untuk menjaga anggota yang sakit. Faktor
tesebut, dintaranya adalah komitmen dalam kepedulian, pergolakan emosional,
hubungan keluarga yang dinamis, transisi dan ketabahan. Penemuan ini
menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa penjagaan terhadap pasien merupakan
salah ekspresi dari sifat caring dan memperikan sumbangsih pada pengetahuan
tentang perawatan peka budaya.
Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis ekspresi
dari pelaksaan sifat caring warga Anglo Amerika dan Afrika Amerika dalam sift
caring jangka panjang dengan menggunakan metode ethonursing kualitatif. Data
dikumpulkan dari 40 orang partisipan, termasuk di dalamnya adalah para penduduk
Anglo Amerika dan Afrika Amerika, staf keperawatan, serta penyedia pelayanan.
pemelihara gaya hidup preadmission, perawatan yang profesional dan memuaskan
bagi penduduk, perbedaan yang besar antara appartemen dengan rumah para
penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang mencerminkan motif dan
pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi masyarakat dan para staf
profesional untuk mengembangkan teori culture care diversity and universality.
2. Edukasi (Education)
pengaruh dari perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan
kurang maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leinginger merasa
khawatir beberapa program menggunkannya sebagai fokus utama. Karena saat ini
pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan presentasi dan
konsultasi di setiap belahan dunia.
3. Kolaborasi (Colaboration)
5. Manajemen
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.
Apresiasi terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah di Indonesia juga
beragam. Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak mengalami influenza
disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya
secara normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit. Karena di Suku Batak,
seseorang dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu untuk menjalankan
aktivitasnya secara normal.
2.3 Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan
1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan.
Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.
Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup, dan nilai serta
norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur, individu memiliki opini dan
pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh, ketergantungan, dan kemandirian yang
berasal dari budaya tersebut. Setiap manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan
meneruskan pengetahuan tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika
seseorang memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut
sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau etnik dari individu.
2. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman -
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau kelompok atau
masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan sosial mayoritas, ekonomi,
budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem layanan budaya juga merupakan faktor
lingkungan spesifik yang terdiri dari dua sub sistem :
1. Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi bagian dari
sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis, layanan keperawatan, dan
fisioterapi.
2. Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang terlibat dalam
bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan etnik, pengobatan
alternative.
Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang di tentukan
dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda antar-budaya, oleh
sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan agar mampu memahami makna yang
diberikan oleh kelompok budaya tertentu terhadap sehat dan sakit.
4. Keperawatan
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain,
menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk,
serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Caring dalam keperawatan adalah
fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok
lain.
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong
klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek biopsiko-sosial spiritual. Bersikap
caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan.
Leininger meyakini bahwa “perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan
keperawatan terhadap konstribusi dari disiplin ilmu yang lain”
Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan eklusive yang sering
muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi perawat dalam
menerapkan “care” pada terapi tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat, mencegah
penyakit, proses penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian. Jadi,
“care” menurut leininger merupakan salah satu konsep yang paling kuat dan fenomena
khusus bagi keperawatan. sebagaimana bentuk dan konsep care itu sendiri, sehingga
harus benar-benar di dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar “care”menjadi
petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek-praktek
keperawatan.
Hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya konsep teori Medeleine Leininger antara lain
di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin membuat
suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan. Hal inilah
yang mendorong beliau untuk menjadi seorang perawat.
Kemudian Pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak Cincinnati
Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu memberikan asuhan
keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam budaya yang berbeda. Kemudian ia
mulai meneliti suatu teori yang bisa membantu memecahkan masalah ini.
Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi hanya
beberapa hal yang didefinisikan :
1. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan
atau perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain / kelompok
dengan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
2. Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
individu lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
3. Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan
transmisi nilai, kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah
kelompok yang dapat menjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil
keputusan, bertindak dan berbahasa.
4. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu lain atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, meingkatkan kondisi kehidupan atau
kematian serta keterbatasan.
5. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu
cara yang hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai
dalam periode waktu tertentu.
6. Perbedaan kulture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian,
pola nilai atau simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan
kondisi manusia, jalan kehidupan atau untuk kematian.
7. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti
pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap
kesehatan manusia.
8. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki,
kepercayaan dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
9. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain
karena mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada
kelompok lain.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care”
dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai,
keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk
perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu.
Leininger meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan
dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan profesional) terhadap
kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah
kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan
kondisi sakit.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka