Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Biografi Medeleine M. Leininger

Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian hidup
dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari.

Dr. Madeleine Leininger adalah guru besar yang terkenal di seluruh dunia, penulis,
pengembang teori, peneliti, dan pembicara publik. Menjadi professor dari sekitar 70
perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang
bisa dilihat sebagai arsip di Wayne State University yang digunakan juga sebagai bahan
penelitian. Beliau memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah
mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah
keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan budaya,
budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia
keperawatan. Magnificent Achievement.

Pada awal karirnya sebagai perawat, Leininger mengakui pentingnya konsep “peduli”
dalam keperawatan. Teori peduli bertujuan untuk memberikan budaya pelayanan
keperawatan kongruen melalui “tindakan bantu, mendukung, fasilitatif, atau
memungkinkan kognitif berbasis atau keputusan yang sebagian besar dibuat khusus
agar sesuai dengan individu, kelompok, atau lembaga budaya nilai-nilai, keyakinan,
danlifeways. Selama tahun 1950-an Leininger mengalami apa yang menggambarkan
sebagai kejutan budaya ketika dia menyadari bahwa pola-pola perilaku berulang pada
anak-anak tampaknya memiliki dasar budaya. Leininger mengidentifikasi kurangnya
pengetahuan budaya dan perawatan sebagai rantai yang hilang untuk pemahaman
keperawatan tentang banyak variasi yang diperlukan dalam perawatan pasien untuk
mendukung kepatuhan, penyembuhan, dan kesehatan. Wawasan ini adalah awal yang
baru membangun dan penomena terkait dengan pelayanan keperawatan disebut
keperawatan transkultural. Leininger adalah pendiri gerakan keperawatan transkultural
dalam pendidikan penelitian dan praktek.

Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin


dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada
manusia. Madeleine Leininger merupakan seorang perawat professional pertama yang
menyandang gelar Ph.D dibidang cultural dan social antrophology. Adapun riwayat
pendidikan dan karirnya adalah sebagai berikut :

1. Pada Tahun 1948, dia menyelesaikan sekolahnya di diploma keperawatan St


‘Anthony Denver.
2. Pada tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan
humaniora dari Benedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan
keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha,
Nebraska.
3. Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University
chatolic of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai
program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
4. Tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca
sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan
psikiatrik, yang di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa
dan digunakan di seluruh dunia.
5. Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama yang mendapat gelar Ph.D dalam
antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau dalam
mencari penyelesaian masalah yang tidak cukup adekuat terhadap intervensi
kejiwaan tradisional yang menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar belakang
budaya yang berbeda-beda.
6. Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University
of Colorado, dan untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalkan di
dunia keperawatan.
7. Tahun 1969-1974, sebagai dekan, professor keperawatan dan dosen antropologi di
University Of Washington school of Nursing
8. Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan
membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.
9. Tahun 1981, sebagai professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne
State University.
Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :
1) Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.
2) The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
3) Gershenson’s Research Fellowship Award.
10. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh California
State University.
11. Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya
tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah
“culturally congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam
buku keanekaragaman budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode
Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup
bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatan
transkultural.

Sepanjang karianya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan mulai
mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah mendirikan organisasi
organisasi professional termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada tahun 1974,
asosiasi perawatan manusia internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai
presiden secara penuh pertama dari American Association of Colleges of Nursing.
Mendirikan dan menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada
tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime
Achievement Award untuk kualitatif metodologi.

2.2 Teori Model Konsep Keperawatan Leininger

Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang pemberian


traskultural. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan
yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang
melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting
memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat
pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Definisi tentang keperawatan menurut Leininger, adalah seni humanistik yang dapat
dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi perilaku asuhan (individu dan
kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan pada peningkatan,dan pemeliharaan
perilaku sehat atau pemulihan dari penyakit yang memiliki signifikasi fisik, psiko
kultural dan social atau makna dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat
professional atau dari orang yang memiliki kompetensi peran serupa.

Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).

Beberapa Inti dari model Keperawatan Leininger :

1. “Care” mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang


berhubungan dengan pemberian bantuan, dukungan, atau
memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku kepada orang
lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki
kondisi maupun cara hidup manusia.
2. ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan
secara langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau
memungkinkan individu lain dan kelompok didalam memenuhi
kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau
dalam menghadapi kematian.
3. “Culture” Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan
transmisis nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu
kelompok tertentu yang memberikan arahan kepada cara berfikir
mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan dalam pola hidup.
4. “Culture Care” (Perawatan kultural) mengacu kepada pembelajaran
subjektif dan objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang
membantu, mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain
maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka,
kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau
untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan
dan juga kematian.
5. “Cultural Care Diversity” (keragaman perawatan kultural) mengacu
kepada variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup,
ataupun simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan
yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau
memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.
6. “Cultural care universality” (Kesatuan perawatan kultural) mengacu
kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun
pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai - nilai, gaya hidup
atau symbol - simbol yang dimanifestasikan diantara banyak
kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas
atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong
orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu cara
yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.
7. Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan
profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan
fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu,
memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam suatu
cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau
untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan
kematian.
8. “World View” (Pandangan dunia) mengacu kepada cara pandang
manusia dalam memelihara dunia atau alam semesta untuk
menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup
mereka atau lingkungan di sekitarnya.
9. “Culture and Social Struktere Demensions” (Dimensi struktur sosial
dan budaya) mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran hubungan
struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan
yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan,
teknologi, nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana
faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi
perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.
10. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau
pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia,
interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial
politik, dan atau susunan kebudayaan.
11. “Enviromental Contect, Languange & Etnohistory” mengacu kepada
keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian,
dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan serta suatu institusi
yang difokuskan kepada manusia/masyarakat yang menggambarkan,
menjelaskan dan menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu
bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun
pendek.
12. “Generic Care System” Sistem perawatan pada masyarakat tradisional
mengacu kepada pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat
tradisional (awam) dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan tradisonal yang diwariskan untuk memberikan bantuan,
dukungan atau memfasilitasi tindakan untuk individu lain, kelompok
maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk
memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk
menghadapi rintangan dan situasi kematian.
13. “Profesional Sistem” perawatan profesional mengacu kepada pemikiran
formal, pembelajaran, transmisi perawatan profesional, kesehatan,
penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan dalam pengetahuan dan
keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi profesional biasanya
personil multi disiplin untuk melayani konsumen.
14. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan
secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan
kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan
budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup
15. “Culture Care Preservation/maintenance” Mempertahankan perawatan
kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau
pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang memungkinkan
yang dapat menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan
mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat
memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau
menghadapi rintangan mapun kematian.
16. “Culture Care Acomodation/negotiation” tehnik negosiasi atau
akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan,
fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas profesional
yang memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai dengan adaptasi
kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk
mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui
petugas perawatan yang professional
17. Culture Care Repattering/restructuring Restrukturisasi perawatan
transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau
keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk
mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan
memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan
menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan
budayanya.
18. Culturally Congruent Care for Health, Well-being or Dying Perawatan
kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk
membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat suatu keputusan
dan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi individu, atau kelompok
dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang berbeda, yang
bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.

Untuk membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka Leininger


menjalaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah peta kognitif
yang bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana dalam menyajikan faktor
penting teorinya secara holistik.
Sunrise model dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi tentang pemahaman
perawat mengenai budaya yang berdeda-beda. Perawat dapat menggunakan model ini
saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan, pada pasien dengan
berbagai latar belakang budaya. Meskipun model ini bukan merupakan teori, namun
setidaknya model ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk memahami aspek holistik,
yakni biopsikososiospiritual dalam proses perawatan klien. Selain itu, sunrise model ini
juga dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk menilai faktor cultural care pasien
(individu, kelompok, khususnya keluarga) untuk mendapatkan pemahaman budaya
klien secara menyeluruh. Sampai pada akhirnya, klien akan merasa bahwa perawat
tidak hanya melihat penyakit serta kondisi emosional yang dimiliki pasien. Namun,
merawat pasien secara lebih menyeluruh. Adapun, sebelum melakukan pengkajian
terhadap kebutuhan berbasis budaya kepada klien, perawat harus menyadari dan
memahami terlebih dahulu budaya yang dimilki oleh dirinya sendiri. Jika tidak, maka
bisa saja terjadi cultural imposition.

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan


pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan
yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Dalam hal ini, kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan yang hanya dimiliki
oleh kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan Suku Anak Dalam, Suku Batak, Suku
Minang. Sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan yang umumnya
dipegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya, kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan merupakan perilaku yang baik, untuk meminimalisir tubuh terkontaminasi oleh
mikroorganisme ketika makan. Dengan mengetahui budaya spesifik dan budaya
universal yang dipegang oleh klien, maka praktik keperawatan dapat dilakukan secara
maksimal.

Kelebihan Teori Madeleine Leininger

1. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak kaku
memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat patut
diperhatikan dalam memberikan asuhan.
2. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem, Virginia
Henderson, dan Neuman.
3. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien dalam
mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
4. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan saat
melakukan asuhan keperawatan.

Kelemahan Teori Madeleine Leininger

Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencakup proses asuhan keperawatan.

Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan

1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam
berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari dipelajari.
Selain itu juga, digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori transcultural
nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas secara spesifik
tentang pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhanny Kajian
yang telah dilakukan mengenai etnogeografi dilakukan pada keluarga yang salah-
satu anggota keluarganya mengalami gangguan neurologis yang akut. Hal yang
dilihat disini, adalah bagaimana anggota keluarga yang sehat menjaga anggota
keluarga yang mengalami gangguan neurologis, tersebut. Akhirnya, anggota
keluarga yang sehat di wawancara dan diobservasi guna memperoleh data. Ternyata
mereka melakukan penjagaan terhadap anggota keluarga yang sakit, selama kurang
lebih 24 jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut berpartisipasi untuk merawat
anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa faktor yang memengaruhi
kepedulian anggota keluarga yang sehat untuk menjaga anggota yang sakit. Faktor
tesebut, dintaranya adalah komitmen dalam kepedulian, pergolakan emosional,
hubungan keluarga yang dinamis, transisi dan ketabahan. Penemuan ini
menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa penjagaan terhadap pasien merupakan
salah ekspresi dari sifat caring dan memperikan sumbangsih pada pengetahuan
tentang perawatan peka budaya.

Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis ekspresi
dari pelaksaan sifat caring warga Anglo Amerika dan Afrika Amerika dalam sift
caring jangka panjang dengan menggunakan metode ethonursing kualitatif. Data
dikumpulkan dari 40 orang partisipan, termasuk di dalamnya adalah para penduduk
Anglo Amerika dan Afrika Amerika, staf keperawatan, serta penyedia pelayanan.
pemelihara gaya hidup preadmission, perawatan yang profesional dan memuaskan
bagi penduduk, perbedaan yang besar antara appartemen dengan rumah para
penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang mencerminkan motif dan
pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi masyarakat dan para staf
profesional untuk mengembangkan teori culture care diversity and universality.

2. Edukasi (Education)

Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan keperawatan


bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau dalam dunia
keperawatan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan pada tahun
1917, saat komite kurikulum dari National League of Nursing (NLN)
mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus pada ilmu sosiologi dan isu sosial
yang sering dihadapi oleh para perawat. Kemudian, tahun 1937 komite NLN
mengelompokan latar belakang budaya ke dalam panduan untuk mengetahui reaksi
seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya.

Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan antara


tahun 1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya
mengembangkan Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan
program perawat besama ilmuwan Ph-D, pertama di Colorado School of Nursing.
Kemudian dia memperkenalkan teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada
tahun 1977. Ada pandangan, jika beberapa program keperawatan tidak mengenali

pengaruh dari perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan
kurang maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leinginger merasa
khawatir beberapa program menggunkannya sebagai fokus utama. Karena saat ini
pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan presentasi dan
konsultasi di setiap belahan dunia.

Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural nursing


dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan langsung
dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai budaya
yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi klien yag
berasal dari luar negara Indonesia.

3. Kolaborasi (Colaboration)

Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan dengan mengacu


pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan
dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan


memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman terhadap
budaya klien akan diimplentasikan ke dalam strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi perawatan peka
budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah :

a) Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relavan, misalnya budaya berolah raga setiap pagi.
b) Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani atau nabati lain yang
nilai gizinya setara dengan ikan.
c) Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
4. Pemberi Perawatan (Care Giver)

Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural


Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan
(perawat), baik secara diam maupun terang- terangan memaksakan nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu, keluarga, atau
kelompok dan budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi
dari pada budaya kelompok lain.
Contoh kasus, seorang pasien penderita gagal ginjal memiliki kebiasaan selalu
makan dengan sambal sehingga jika tidak ada sambal pasien tersebut tidak mau
makan. Ini merupakan tugas perawat untuk mengkaji hal tersebut karena ini terkait
dengan kesembuhan dan kenyamanan pasien dalam pemberian asuhan
keperawatan. Ada 3 cara melaksanakan tindakan keperawatan yang memiliki latar
budaya atau kebiasaan yang berbeda. Dalam kasus ini berarti perawat harus
mengkaji efek samping sambal terhadap penyakit gagal ginjal pasien, apakah
memberikan dampak yang negatif atau tidak memberikan pengaruh apapun. Jika
memberikan dampak negatif tentunya sebagai care giver perawat harus
merestrukturisasi kebiasaan pasien dengan mengubah pola hidup pasien dengan hal
yang membantu penyembuhan pasien tetapi tidak membuat pasien merasa tidak
nyaman sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan.

Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektivitas


keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.

5. Manajemen

Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa


ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit
yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan
oleh pasien. Hal ini memungkinkan pasien lebih nyaman dalamperawatan.

6. Sehat dan Sakit

Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.

Apresiasi terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah di Indonesia juga
beragam. Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak mengalami influenza
disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya
secara normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit. Karena di Suku Batak,
seseorang dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu untuk menjalankan
aktivitasnya secara normal.
2.3 Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan

1. Manusia

Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan.
Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.

Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup, dan nilai serta
norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur, individu memiliki opini dan
pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh, ketergantungan, dan kemandirian yang
berasal dari budaya tersebut. Setiap manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan
meneruskan pengetahuan tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika
seseorang memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut
sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau etnik dari individu.

2. Lingkungan

Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman -
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau kelompok atau
masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan sosial mayoritas, ekonomi,
budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem layanan budaya juga merupakan faktor
lingkungan spesifik yang terdiri dari dua sub sistem :

1. Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi bagian dari
sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis, layanan keperawatan, dan
fisioterapi.

2. Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang terlibat dalam
bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan etnik, pengobatan
alternative.

3. Sehat dan sakit


Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok
untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.

Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang di tentukan
dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda antar-budaya, oleh
sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan agar mampu memahami makna yang
diberikan oleh kelompok budaya tertentu terhadap sehat dan sakit.

4. Keperawatan

Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan


serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang
bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan
individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang
menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang
agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan sebagai keperawatan


transkultural atau keperawatan etnik, Leininger menekankan aspek-aspek sebagai
berikut :

a) Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik

b) Keperawatan berpusat pada individu

c) Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan kesejahteraan, dan


memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu penyakit, sambil
mempertimbangkan perbedaan budaya.

Menurut Leininger, perbedaan budaya dapat dipertimbangkan dengan cara :

a) Preservasi Asuhan Kultural

Preservasi asuhan kultural berarti bahwa keperawatan melibatkan penghargaan yang


penuh terhadap pandangan budaya dan ritual pasien serta kerabatnya.

b) Adaptasi Asuhan Kultural


Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural, adaptasi asuhan kultural melibatkan
negosiasi dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka menyesuaikan pandangan dan
ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan.

c) Rekonstruksi Asuhan Kultural

Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama dengan pasien dan kerabatnya


dalam rangka membawa perubahan terhadap perilaku mereka yang berkaitan dengan
sehat, sakit, dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi mereka.

Dalam model sunrice-nya, Leininger menampilkan visualisasi hubungan antara


berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat dari
Leininger sebagai bentuk dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan.

Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik


dasar dari keperawatan. Tindakan membantu diidentifikasi sebagai perilaku yang
mendukung. Menurut Leininger, bantuan tersebut baru benar – benar efektif jika
latarbelakang budaya pasien dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan pemberian
asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

2.4 Hubungan Teori Model dan Konsep Caring

Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain,
menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk,
serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Caring dalam keperawatan adalah
fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok
lain.

Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong
klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek biopsiko-sosial spiritual. Bersikap
caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan.

Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk melakukan


pendekatan dalam mempelajari ‘care’ karena metode ini secara langsung menyentuh
bagaimana cara pandang, kepercayaandan pola hidupyang dinyatakan secara benar.
Pada tahun 1960-an, Leininger mengembangkan metode ethnonursing untuk
mempelajari fenomena keperawatan secara spesifik dan sistematik.

Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan klasifikasi pelayanan keperawatan,


nilai-nilai, praktik-praktik secara kognitif atau secara subjektif yang dikenal sebagai
designated cultured (atau cultural representatives) melalui bahasa local, pengalaman-
pengalaman, keyakinan-keyakinan, dan sistem value tentang fenomena keperawatan
yang actual dan potensial seperti kesehatan dan factor-faktor lingkungan.

Walaupun keperawatan telah menggunakan kata-kata “care” dan “caring” untuk


menggambarkan praktek keperawatannya selama lebih dari satu abad, definisi dan
penggunaannya seringkali masih rancu dan hanyalah berbentuk klise tanpa ada
pengertian yang spesifik bagi klien atau bahkan bagi perawat itu sendiri. Walaupun
demikian, konsep caring adalah satu bahasan yang paling sedikit dimengerti dan
dipelajari dari pada bidang ilmu pengetahuan dan area penelitian lainnya. melalui
definisi bahwa teori keperawatan transcultural dan ethnomethodes yang berfokus pada
“emic” , seseorang dapat semakin dekat pada pengertian “care” itu sendiri, karena
ethnomethodes bersumber pada people centered data dan tidak berasal dari opini
penelitian tersebut, kepercayaan dan prakteknya. Tujuan penting dari teori ini adalah
bagaimana teori ini dapat mendokumentasikan, mengetahui, memprediksikan dan
menjelaskan secara sistematis data dilapangan tentang fakta universal dan perbedaan
yang ada terkait dengan pelayanaan professional, pelayanan seacara umum dan
pelayanan keperawatan. Tujuan secara umum teori keperawatan transcultural adalah
untuk menentukan people’s emic terhadap “care” sesuai dengan keyakinan dan praktek
pelayanan dan mempelajari sumber pengetahuan ini menggunakan perspektif etika
keperawatan. tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa “care” adalah cocokdan
masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.

Leininger meyakini bahwa “perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan
keperawatan terhadap konstribusi dari disiplin ilmu yang lain”

Alasan utama untuk mempelajari caring adalah :

1) Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia, perkembangan


manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
2) Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan secara kultural.
3) ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses
penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok
sepanjang waktu.
4) Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara
sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek
epistemology dan ontology yg berlandaskan pada pengetahuan keperawatan.

Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan eklusive yang sering
muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi perawat dalam
menerapkan “care” pada terapi tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat, mencegah
penyakit, proses penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian. Jadi,
“care” menurut leininger merupakan salah satu konsep yang paling kuat dan fenomena
khusus bagi keperawatan. sebagaimana bentuk dan konsep care itu sendiri, sehingga
harus benar-benar di dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar “care”menjadi
petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek-praktek
keperawatan.

2.5 Perkembangan Model Leininger dan Latar Belakang Konsep Leininger

Hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya konsep teori Medeleine Leininger antara lain
di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin membuat
suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan. Hal inilah
yang mendorong beliau untuk menjadi seorang perawat.

Kemudian Pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak Cincinnati
Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu memberikan asuhan
keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam budaya yang berbeda. Kemudian ia
mulai meneliti suatu teori yang bisa membantu memecahkan masalah ini.

Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi hanya
beberapa hal yang didefinisikan :
1. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan
atau perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain / kelompok
dengan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
2. Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
individu lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
3. Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan
transmisi nilai, kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah
kelompok yang dapat menjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil
keputusan, bertindak dan berbahasa.
4. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu lain atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, meingkatkan kondisi kehidupan atau
kematian serta keterbatasan.
5. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu
cara yang hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai
dalam periode waktu tertentu.
6. Perbedaan kulture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian,
pola nilai atau simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan
kondisi manusia, jalan kehidupan atau untuk kematian.
7. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti
pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap
kesehatan manusia.
8. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki,
kepercayaan dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
9. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain
karena mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada
kelompok lain.

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care”
dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai,
keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk
perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu.

Leininger meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan
dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan profesional) terhadap
kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah
kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan
kondisi sakit.

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi


oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor
filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor
ekonomi dan faktor-faktor pendidikan.
Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah
etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok
masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-
praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.

Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara


berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger
sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan.

Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut


Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya
pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu
dikaitkan dengan budaya

3.2 Saran

1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu


antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.

2. Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang


lain yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dll.

Daftar Pustaka

Alimul Hidayat, A. Azis. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta


: Salemba Medika

Christensen Paula J. & Kenney Janet W (2009), Proses Keperawatan : Aplikasi


model konseptual edisi 4, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Potter A Patricia, Perry G Anne (1992) Fundamentals Of Nursing –Concepts
Process & Practice 3rd ed. London Mosby Year Book.

Harmer, B., & Henderson, V. A. 1955.Buku dari prinsip dan praktik


keperawatan. New York:Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai