Anda di halaman 1dari 10

IKHLAS DALAM BERIBADAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir

Dosen Pengampu : Miftahul Jannah, S. Th.I, M.Hum

Di Susun Oleh Kelompok 4 :

1. Hidayat

2. Muhammad Hipni

3. Nur Muhammad Fahmi Abduh

JURUSAN : STRATA 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT
karena atas berkat Rahmat, Taufik, Hidayah serta Inayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam.
Makalah yang kami susun ini membahas tentang “Ikhlas Dalam
Beribadah” yang diharapkan dapat memberi pengetahuan yang lebih luas.
Seperti kata peribahasa “tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dalam
melaksanakan tugas ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sehingga
dengan kerendahan hati, kami sangat memerlukan kritik dan saran yang sekiranya
dapat membangun kami di masa depan.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas kepercayaannya memberikan
tugas ini kepada kami, selamat membaca dan semoga memberi manfaat kepada
kita semua.
Amien Ya Rabbal ‘Alamien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Amuntai, 20 September 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tugas utama manusia hidup di dunia ini adalah beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah kepada-Nya merupakan bukti pengabdian seorang hamba kepada
Tuhannya. Dari berbagai ayat dan hadis dijelaskan bahwa pada hakekatnya
manusia yang beribadah kepada Allah ialah manusia yang dalam menjalani
hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah dan hadis Nabi SAW.
Pengertian ibadah tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah mahdhah
atau rukun Islam saja, tetapi sangat luas seluas aspek kehidupan yang ada. Yang
penting aktivitas yang kita lakukan harus diniatkan untuk ibadah kepada-Nya dan
yang menjadi pedoman dalam mengontrol aktivitas ini adalah wahyu Allah dan
sabda Rasul-Nya.
Namun ada satu aspek yang seringkali dilupakan dalam pelaksanaan
ibadah kepada-Nya, yakni keikhlasan dalam menjalankannya. Keikhlasan dalam
beribadah merupakan aspek yang sangat fundamental yang akan mempengaruhi
diterima atau tidaknya ibadah kita. Ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan
adalah ibadah yang sia-sia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah.


Keikhlasan dalam beribadah ialah beribadah semata-mata hanya kepada
Allah SWT. Menyembah kepada Allah SWT dan menjahui kemusyrikan adalah
agama yang benar dan lurus. Menjalankan ibadah yang telah di tetapkan oleh
Allah SWT dengan penuh keikhlasan, seperti dalam menjalankan perintah shalat
yang tepat pada waktunya dengan khusyuk serta lengkap dengan rukun dan
syaratnya. Kata ikhlas secara harfiah berarti murni, suci, atau bersih. Konteks
ikhlas ini berkaitan dengan niat. Niat adalah dorongan dalam hati manusia untuk
melaksanakan amal perbuatan tertentu. Dalam mengamalkan ajaran agama Islam
hendaknya dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah swt., artinya dengan
kesadaran semata-mata hanya menaati perintah-Nya dan untuk memperoleh ridho-
Nya.

1. QS. Al – An’am : 162 – 163

‫ نل نشمريِ ن‬١٦٢ ‫ب ٱللعنعلنمميِنن‬


‫ك لن ۥهۥُس‬ ‫ي نونمنماَمتيِ مللم نر ب‬ ‫قسلل إملن ن‬
‫صنلمتيِ نونسسسمكيِ نونملحنيِاَ ن‬
١٦٣ ‫ت نوأنننااَ أنلوسل ٱللسملسلممميِنن‬ ‫نوبمعنذلم ن‬
‫ك أسمملر س‬

: Artinya

162. Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam,

163. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).1

Sesungguhnya shalatku = ‫صلنمتيِ إملن‬


‫ن‬

Ibadahku = ِ‫نونسسسمكي‬

1
Robbani Al-Qurán, (Jakarta Timur : Surprise, 2012) Cet. I, hlm. 151.
‫نونمنماَمتيِ نونمححنيِاَ ن‬
Hidup dan matiku = ‫ي‬

‫احلنعاَلنمميِنن نر ب‬
Tuhan semesta alam = ‫ب‬

‫لنهس نشمريِ ن‬
Tiada sekutu bagi-Nya = ‫ك لن‬

‫أسممحر س‬
Aku diperintahkan = ‫ت‬

Orang yang pertama-tama berserah diri = ‫احلسمحسلممميِنن أنلوسل‬

B. Asbabun Nuzul QS. Al - An’am : 162 -163

Tidak ada Asbabun nuzul yang pasti tentang ayat ini akan tetapi dalam
suatu riwayat dijelaskan bahwa ayat ini turun karena adanya tuduhan dari kaum
kafir quraisy tentang dakwah Nabi yang mereka menganggap Nabi mempunyai
maksud dibalik menyuruh mereka meninggalkan kesesatan, mereka menganggap
Muhammad ingin mencari jabatan, dan kekayaan oleh karena itu turunlah ayat ini
yang menyatakan bahwa dakwah Nabi murni dan hanya untuk Allah semata.2

C. Tafsir Global QS. Al – An’am : 162 -163


Secara bahasa ikhlas terambil dari akar kata kholasha, khulushon,
khalashon yang berkonotasi murni dan terbebas dari kotoran. Kata ikhlas
menunjukkan makna murni, bersih, terbebas dari segala sesuatu yang mencampuri
dan mengotorinya. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha
Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Dalam ayat
diatas merupakan ayat yang menjelaskan tentang ikhlas beribadah ayat diatas
menjelaskan tentang kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan
sekaligus gambaran tentang sikap nabi Muhammad yang mengajak kaumya untuk
beriman ayat ini memerintakan: katakanlah wahai Nabi Muhammad, bahwa
sesungguhnya salatku, dan semua ibadahku termasuk korban dan penyembelihan
binatang yang kulakukan dan hidupku bersama yang terkait denganya, baik
2
Matsna, Qur’an Hadist (Semarang : PT Karya Toha Putra, 2006) Cet. I, hlm. 67.
tempat waktu, maupun aktifitas dan matiku, yakni iman dan amal saleh yang akan
aku bawa mati, kulakukan secara ikhlas dan murni hanyalah semata-mata untuk
Allah. Tuhan pemelihara semesta alam, tiada sekutu baginya dalam zat, sifat, dan
perbuatanya.3

Kata nusuk biasa juga diartikan sembelihan, namun yang dimaksud


dengan ya adalah ibadah, termasuk shalat dan sembelihan itu, pada mulanya kata
ini digunakan untuk melukiskan sepotong perak yang sedang dibakar, agar
kotoran dan bahan-bahan lain tidak menyertai potongan perak itu tidak terlepas
darinya, sehingga yang tersisa adalah perak murni, ibadah dinamai nusuk untuk
menggambarkan bahwa ia seharusnya suci, murni dilaksanakan dengan pernuh
keikhlasan demi karena Allah, tidak tercampur sedikitpun oleh selain keikhlasan
kepada Allah.

Penyebutan kata shalat sebelum penyebutan kata ibadah kendati shalat


adalah salah satu bagian dari ibadah dimaksudkan untuk menunjukan rukun islam
yang kedua itu. Ini karena shalat adalah satu-satunya kewajiban yang tidak dapat
ditinggalkan sebanyak lima kali sehari apapun alasanya berbeda dengan
kewajiban yang lainya.

Ayat ini menjadi sebuah bukti ajakan beliau kepada umat agar
meninggalkan kesesatan dan memeluk islam, tidak beliau maksudkan untuk
meraih keuntungan pribadi dari mereka karena seluruh aktifitas beliau hanya demi
karena Allah semata, Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas
adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya
untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada
kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran.

Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa kita dituntut ikhlas dalam
menjalankan semua ibadah kepada Allah baik yang sifatnyal vertical maupun
horizontal, ketika kita hendak melasksanakanya niat kita haruslah lurus semata-
mata karena Allah bukan karena dilhat oleh orang atau lainya yang nantinya akan

3
Syamury, Pendidikan Untuk Kelas X, (Jakarta : Erlangga, 2006) hlm. 56.
dapat merusak pahala dari ibadah kita, ketika hendak melaksanakan shalat, ketika
telah bertakbir maka seluruh aktifitas badan, pikiran, dan perasaan haruslah tertuju
kepada Allah, bukan kepada yang lain begitu juga dengan ibadah yang lain seperti
menolong sesama, puasa, dan ibadah yang lain hendaknya hanyalah tertuju
kepada Allah.4

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari
kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak
menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah
akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan
beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak
terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya’ akan menyebabkan
amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.Tetapi
banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah
SWT, melainkan dengan sikap riya’ atau sombong supaya mendapat pujian dari
orang lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh
Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan


kecuali jika (dilakukan) dengan penuh keikhlasan serta ditujukan untuk
mendapatkan ridha-Nya”.(Al Hadis). Karena itu Imam Ali ra mengungkapkan
bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap
amalnya diterima oleh Allah.

D. Cara Mencapai Keikhlasan Beribadah

4
Al-Mahali, Jalaluddin dan Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (Bandung : Sinar Baru
Al-Qesindo, 2002) hlm. 103.
Cara agar kita dapat mancapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan
pikiran disaat kita sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita hanya memikirkan
Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang kita lakukan hanya
untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada Allah.
Jangan munculkan rasa riya atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak
berdaya di hadapan Allah SWT.

Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang menyaksikan kita.


Insya Allah dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa
untuk berdoa memohon kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah secara
ikhlas untuk-Nya, sebagaimana do’ a Nabi Ibrahim a.s,” Sesungguhnya jika Rabb-
ku tidak memberi hidayah kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang
sesat.

Sebagai upaya membina terwujudnya keikhlasan yang mantap dalam hati


setiap mukmin, sudah selayaknya kita memperhatikan beberapa hal yang dapat
mencapai dan memelihara ikhlas dari penyakit-penyakit hati yang selalu
mengintai kita, di antaranya:

a. Dengan meyakini bahwa setiap amal yang kita perbuat, baik lahir maupun
batin, sekecil apapun, selalu dilihat dan didengar Allah SWT dan kelak
Dia memperlihatkan seluruh gerakan dan bisikan hati tanpa ada yang
terlewatkan. Kemudian kita menerima balasan atas perbuatan-perbuatan
tadi.
b. Memahami makna dan hakikat ikhlas serta meluruskan niat dalam
beribadah hanya kepada Allah dan mencari keridlaan-Nya semata, setelah
yakin perbuatan kita sejalan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Maka
ketika niat kita menyimpang dari keikhlasan.
c. Berusaha membersihkan hati dari sifat yang mengotorinya seperti riya,
nifaq atau bentuk syirik lainnya sekecil apapun. Fudhail Bin`Iyadh men
gatakan:”Meninggalkan amal karena manusia adalah riya, sedang beramal
karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah menyelamatkanmu dari
kedua penyakit tersebut.
d. Memohon petunjuk kepada Allah agar menetapkan hati kita dalam ikhlas.
Karena hanya Dia-lah yang berkuasa menurunkan hidayah dan
menyelamat kan kita dari godaan syetan.

BAB III
PENUTUP

Tidak ada Asbabun nuzul yang pasti tentang ayat ini akan tetapi
dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ayat ini turun karena adanya
tuduhan dari kaum kafir quraisy tentang dakwah Nabi yang mereka
menganggap Nabi mempunyai maksud dibalik menyuruh mereka
meninggalkan kesesatan, mereka menganggap Muhammad ingin mencari
jabatan, dan kekayaan oleh karena itu turunlah ayat ini yang menyatakan
bahwa dakwah Nabi murni dan hanya untuk Allah semata.

DAFTAR PUSTAKA

Robbani Al-Qurán, (Jakarta Timur : Surprise, 2012).

Al-Mahali, Jalaluddin dan Jalalddin Al – Suyuthi, Tafsir Jalalain. Asbabun Nuzul


Ayat, (Bandung : Sinar Baru Al – Qesindo, 2002).

Syamury, Pendidikan Untuk Kelas X, (Jakarta : Erlangga, 2006).

Matsna, Al-Qur’an Hadist, (Semarang : PT Karya Toha Putra, 1997).


http://andrey.web.id/content/faidah-faidah-ikhlas.

Anda mungkin juga menyukai