Anda di halaman 1dari 18

I.

Judul Percobaan : TITRASI ASAM BASA


II. Tanggal/Hari Percobaan : Rabu,15 November 2017. Pukul 13.00 WIB
Selesai Percobaan : Rabu,15 November 2017. Pukul 15.00 WIB
III. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOHdengan larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
3. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan menggunakan indikator
alami

IV. Dasar Teori :

Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif dan kualitatif.


Data kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan
konsentrasi dari reaktan. Sedangkan data kualitatif dapat dilihat berdasarkan
perubahan warna yang terjadi. Titrasi dilakukan dengan cara menambahkan
sejumlah volume dari larutan tertentu yang sudah diketahui konsentrasinya, untuk
bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.
Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan
indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.
Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat dalam proses
reaksinya, yaitu :
a. Titrasi Asam Basa
Prinsip dasar dari metode ini adalah reaksi penetralan yang terdiri dari H+
(asam) dan OH- (basa) dan menjadi netral (H2O).
b. Titrasi Redoks (Oksidometri)
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi reduksi dan oksidasi yang
terdiri dari O (oksidator) dan R (reduktor).
c. Titrasi Pengendapan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah proses pengendapan yang terdiri
dari kation sehingga terbentuk endapan.
d. Titrasi Pengomplekan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi akseptor donor pasangan
elektron yang terdiri dari ion logam dan ligan.
Dalam praktikum ini akan dibahas lebih lanjut yaitu titrasi asam basa atau
penetralan Penetralan adalah reaksi dari asam dan basa, dan titrasi adalah teknik
yang biasa digunakan untuk penetralan. Titik kritis titrasi adalah titik ekivalen,
suatu titik dimana asam dan basa berada bersama sama dalam proporsi
stoikiometri, tanpa sisa. Titik ekivalen ini dapat diketahui berdasarkan indikator
warna dari indikator asam basa. Titik pada titrasi dimana indikator berubah warna
dinamakan titik akhir dari indikator. Titrasi ini melibatkan larutan asam dan basa.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer maupun titran.
Titran ditambahkan titer setetes demi setetes sampai keadaan ekuivalen yang
artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi, dalam hal ini
biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut
sebagai titik ekuivalen yaitu dimana jumlah mol asam sama dengan jumlah mol
basa.
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalennya. Dalam titrasi biasanya titran telah dapat diketahui. Dan untuk
menghitung konsentrasi titer dapat dihitung dengan persamaan berikut :

na . Ma . Va = nb . Mb . Vb
Keterangan :
na = Valensi asam
Ma = Molaritas asam
Va = Volume asam
nb = Valensi basa
Mb = Molaritas basa
Vb = Volume basa

Cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, yaitu
dengan memakai indikator asam dan basa. Indikator ditambahkan pada titran
sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam
titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Indikator ini akan berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai.
Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna yang
cukup akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil jingga, metil
merah, fenolftalein, dan juga indikator universal. Selain indikator sitetis, ada
bekerapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Indikator
ini juga memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi. Contoh dari indikator alami
adalah ekstrak kunyit, bunga sepatu, kol ungu, dan lain lain. Setiap indicator
mepunyai trayek perubanahan warna yang berlainan.
Pada praktikum titrasi ini digunakan indikator alami berupa ekstrak kunyit.
Rimpang kunyit mengandung kurkuminoid sekitar 10%, kurkumin 1-5%, dan
sisanya terdiri atas demektosikurkumin serta bisdemetoksi-kurkumin.
Komponen yang terpenting dari umbi kunyit adalah zat warna kurkumin dan
minyak atsirinya. Kurkumin merupakan zat warna yang secara biogenetis
berasal dari fenil alanin, asam malonat, dan asam sitrat. Zat warna kurkumin
merupakan kristal berwarna kuning orange, tidak larut dalam ether, larut dalam
minyak, dalam alkali berwarna merah kecoklatan, sedangkan dalam asam
berwarna kuning muda (Nugroho, 1998). Kurkumin memberi-kan perubahan
warna yang jelas dan cepat kurang lebih 5 detik sehingga dimungkinkan
digunakan sebagai indikator. Kunyit mempunyai struktur senyawa sebagai
berikut:
Cara mengambil ekstrak kunyit untuk indikator yaitu dengan
mencampurkannya dengan etanol. Hal ini dilakukan karena polarisasi etanol lebih
tinggi daripada air, dan etanol merupakan pelarut organic yang cocok untuk
melarutkan curcumin yang merupakan senyawa organic. Selain indikator, di
didalam proses titrasi terdapat istilah larutan baku. Larutan baku adalah larutan
yang zat terlarutnya telah diketahui konsentrasinya.
V. Alat dan Bahan :
1. Alat
 Buret 25 mL 1 Buah
 Labu Erlenmeyer 250 mL 3 Buah
 Gelas Kimia 25 mL 2 Buah
 Klem dan Statif 1 set
 Corong 1 Buah
 Pipet tetes 2 Buah
 Mortar dan Alu 1 Set
2. Bahan
 C2H2O4 0,5 M 30 mL
 NaOH secukupnya
 HCl 60 mL
 Indikator Universal secukupnya
 Ekstrak tumbuhan (Kunyit) secukupnya
 Etanol secukupnya
VI. Alur Percobaan :
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku C2H2O4

Lartan NaOH Larutan C2H2O4


-
- Dimasukkan kedalam buret - Dimasukkan kedalam
sampai melebihi skala nol Erlenmeyer
dengan corong, lalu buka kran - Ditetesi indikator
sampai larutan tepat di skala universal
nol
- Diteteskan dari buret ke larutan
asam

NaOH C2H2O4 + Indikator


universal

Larutan berwarna hijau kebiruan

- Dicatat Volume NaOH


- Dihitung konsentrasi
NaOH
Konsentrasi larutan NaOH
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

Lartan NaOH Laruta HCl

- Dimasukkan kedalam buret - Dimasukkan kedalam


sampai melebihi skala nol Erlenmeyer
dengan corong, lalu buka kran - Ditetesi indikator
sampai larutan tepat di skala universal
nol
- Diteteskan dari buret ke larutan
asam

NaOH HCl + Indikator universal

Larutan berwarna hijau

- Dicatat Volume NaOH


- Dihitung konsentrasi
NaOH

Konsentrasi larutan HCl


3. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan menggunakan indicator
alami

Larutan NaOH Laruta HCl

- Dimasukkan kedalam buret - Dimasukkan kedalam


sampai melebihi skala nol Erlenmeyer
dengan corong, lalu buka kran - Ditetesi indikator
sampai larutan tepat di skala ekstrak kunyit
nol
- Diteteskan dari buret ke larutan
asam

NaOH HCl + Indikator ekstrak


kunyit

Larutan berwarna Kuning Pekat

- Dicatat Volume NaOH


- Dihitung konsentrasi
NaOH

Konsentrasi larutan HCl


VII. Hasil Pengamatan
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
perc Sebelum Sesudah
1. -larutan NaOH - C2H2O4 ditetesi Reaksi yang terjadi : C2H2O4 ditambah
tidak berwarna indikator berubah 2NaOH(aq) + indikator universal dapat
-larutan C2H2O4 warna menjadi C2H2O4(aq)→ dititrasi dengan NaOH
tidak berwarna merah Na2C2O4(aq)+ dengan molaritas 0,57
-indikator - C2H2O4 ditambah M.
2H2O(l)
universal indikator ditetesi
berwarna merah NaOH sampai
berubah warna
- Pada
pengulangan:
1. Ungu 15,3
ml NaOH
2. Hijau 20,5
ml NaOH
3. Hijau 17,4
ml NaOH
2. -Larutan HCl -HCl + indkator -Reaksi yang HCl ditambah indikator
tidak berwarna universal berubah terjadi : universal dapat dititrasi
-larutan NaOH warna jadi merah. HCl(aq) + dengan NaOH 0,57 M
tidak berwarna -HCl + indikator dengan molaritas HCl
NaOH(aq) →
-indikator universal ditetesi 0,49 M.
NaCl (aq) +
universal NaOH sampai
H2O(l)
berwarna merah berubah warna
-Pada
pengulangan :
1. Ungu 8,3
ml NaOH
2. Ungu 9,3
ml NaoH
3. Hijau 9 ml
NaOH
Dihasilkan
molaritas NaCl
sebesar 0,49 M
3. -larutan HCl -HCl ditetesi HCl ditambah
tidak berwarna ekstrak kunyit indikator ekstrak
-NaOH tidak berubah warna -Reaksi yang kunyit dititrasi dengan
berwarna menjadi kuning terjadi : NaOH 0,56 M .
-indikator -HCl + ekstrak HCl(aq) +
dengan Molaritas HCl
ekstrak kunyit kunyit ditetesi
NaOH(aq) → 0,48 M.
berwarna kuning NaOH sampai
NaCl (aq) +
kecoklatan berubah warna
H2O(l)
-Pada
pengulangan:
1. jingga 8,6
ml NaOH
2. jingga 9,2
ml NaOH
3. jingga 8,4
ml NaOH
M NaOH = 0,56
VIII. Pembahasan

Percobaan 1
Penentuan Konsentrasi NaOH dengan Larutan C2H2O4
Dalam percobaan titrasi pada larutan C2H2O4 0,5 M sebanyak 10 mL
dititrasi dengan NaOH menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut :
2NaOH (aq) + C2H2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq)+ 2H2O (l)
Dalam percobaan pertama, langkah langkah yang dilakukan adalah
memasukkan C2H2O4 sebanyak 10 mL ke dalam Labu Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 2 tetes indikator universal. NaOH dimasukkan ke
dalam buret hingga skala nol, kemudian dibiarkan menetes setetes lalu
dikocok setees lagi lalu dikocok hingga larutan dalam erlenmeyer berubah
warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya pada
pengulangan 1 volume NaOH sebesar 15,3 mL dan berwarna ungu, pada
pengulangan 2 volume NaOH sebesar 20,5 mL dan berwarna hijau kebiruan,
dan pada pengulangan 3 volume NaOH yang dibutuhkan sebesar 17,4 mL
dan menghasilkan warna hijau.
Pada percobaan diatas, digunakan indikator universal yang
berfungsi untuk menentukan perubahan warna pada saat titrasi. Dengan
indikator dapat diketahui titik ekivalen dan titik akhir pada saat titrasi. Pada
tiga kali pengulangan diatas, penetesan indikator universal tidak sekaligus
dimintakan, hal ini dikareanakan indikator universal yang diteteskan pada
asam oksalat akan mudah menguap. Hal ini dikarenakan pada indikator
universal terdapat unsure C yang mudah menguap. Jika indikator universal
yang diteteskan menguap maka akan memengaruhi hasil pada titrasi. Titrasi
akan tetap berhasil, namun membutuhkan lebih banyak NaOH untuk proses
titrasi tersebut.
Pada percobaan pertama ini direaksikan antara asam lemah dan
basa kuat, sehingga menghasilkan garam yang bersifat basa dan air. Karena
hasil akhir reaksi ini berupa basa maka perubahan warna yang benar pada
percobaan pertama ini adalah hijau kebiruan. Dari ketiga percobaan yang
dilakukan, sehingga didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,56 M.

Percobaan 2
Penentuan Konsentrasi Larutan HCl dengan Menggunakan Larutan
NaOH
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10
mL dititrasi dengan NaOH 0,56 M menghasilkan persamaan reaksi sebagai
berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) →NaCl (aq) + H2O (l)
Dalam percobaan pertama, langkah langkah yang dilakukan adalah
memasukkan HCl sebanyak 10 mL ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 2 tetes indikator universal. NaOH dimasukkan ke dalam buret
hingga skala nol, kemudian dibiarkan menetes setetes lalu dikocok setees
lagi lalu dikocok hingga larutan dalam erlenmeyer berubah warna atau titik
akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya pada pengulangan 1
volume NaOH sebesar 8,3 mL dan berwarna ungu, pada pengulangan 2
volume NaOH sebesar 9,3 mL dan berwarna ungu, dan pada pengulangan 3
volume NaOH yang dibutuhkan sebesar 9 mL dan menghasilkan warna
hijau.
Pada percobaan diatas, digunakan indikator universal yang
berfungsi untuk menentukan perubahan warna pada saat titrasi. Dengan
indikator dapat diketahui titik ekivalen dan titik akhir pada saat titrasi. Pada
tiga kali pengulangan diatas, penetesan indikator universal tidak sekaligus
dimintakan, hal ini dikareanakan indikator universal yang diteteskan pada
asam oksalat akan mudah menguap. Hal ini dikarenakan pada indikator
universal terdapat unsure C yang mudah menguap. Jika indikator universal
yang diteteskan menguap maka akan memengaruhi hasil pada titrasi. Titrasi
akan tetap berhasil, namun membutuhkan lebih banyak NaOH untuk proses
titrasi tersebut.
Pada percobaan kedua ini direaksikan antara asam kuat dan basa
kuat, sehingga menghasilkan garam yang bersifat netral dan air. Karena
hasil akhir reaksi ini berupa garam netral maka perubahan warna yang benar
pada percobaan kedua ini adalah hijau. Dari ketiga percobaan yang
dilakukan, sehingga didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,49 M.

Percobaan 3
Penentuan Konsentrasi HCl menggunakan Larutan NaOH dengan
Indikator Ekstrak Kunyit
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10
mL dititrasi dengan NaOH dengan indikator ekstrak kunyit menghasilkan
persamaan reaksi sebagai berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) →NaCl (aq) + H2O (l)
Dalam percobaan ketiga, langkah langkah yang dilakukan adalah
memasukkan HCl sebanyak 10 mL ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 2 tetes indikator ekstrak kunyit. NaOH dimasukkan ke
dalam buret hingga skala nol, kemudian dibiarkan menetes setetes lalu
dikocok setees lagi lalu dikocok hingga larutan dalam erlenmeyer berubah
warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya
pada pengulangan 1 volume NaOH sebesar 8,6 mL dan berwarna jingga,
pada pengulangan 2 volume NaOH sebesar 9,2 mL dan berwarna jingga,
dan pada pengulangan 3 volume NaOH yang dibutuhkan sebesar 8,4 mL
dan menghasilkan warna jingga.
Pada percobaan diatas, digunakan indikator ekstrak kunyit yang
berfungsi untuk menentukan perubahan warna pada saat titrasi. Cara
pengambilan ekstrak kunyit untuk dijadikan indikator yaitu
mencampurkan kunyit yang telah dihaluskan dengan etanol. Dicampurkan
dengan etanol karena etanol mempunyai polaritas yang tinggi
dibandingkan air. Selain itu etanol merupakan pelarut organic yang dapat
melarutkan senyawa organic dengan sempurna. Selain itu, penggunaan
etanol sendiri juga dimaksudkan untuk menyamakan unsure unsurnya
dengan indikator universal karena adanya unsure karbon yang memiliki
sifat mudah menguap sama seperti indikator universal.
Pada percobaan ketiga ini direaksikan antara asam kuat dan basa
kuat, sehingga menghasilkan garam yang bersifat netral dan air. Karena
hasil akhir reaksi ini berupa garam netral dan indikator yang digunakan
adalah ekstrak kunyit maka perubahan warna yang benar pada percobaan
ketiga ini adalah kuning pekat. Dari ketiga percobaan yang dilakukan,
sehingga didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,48 M.

IX. Diskusi
1. Pada percobaan pertama didapatkan dua ketidaksesuaian yaitu pada
pengulangan pertama dan ketiga. Pada pengulangan pertama
dihasilkan warna ungu, padahal seharusnya adalah hijau kebiruan.
Warna ungu yang dihasilkan ini dikarenakan terlalu banyak NaOH
yang diteteskan, sehingga hasil yang diperoleh terlalu basa. Sementara
pada pengulangan ketiga dihasilkan warna hijau yang artinya netral,
hal ini adalah salah kesalahan ini dikarenakan kurangnya NaOH yang
diteteskan pada asam oksalat, hal ini dikarenakan kurang telilinya
peneliti saat melihat perubahan warna yang terjadi. Kesalahan juga
disebabkan faktor kuatnya pengocokan pada saat titrasi tidak sama
antara pengulangan 1, 2, dan 3.
2. Pada percobaan kedua didapatkan kesalahan pada pengulangan
pertama dan kedua. Pada pengulangan pertama dihasilkan warna ungu,
padahal seharusnya adalah hijau. Warna ungu yang dihasilkan ini
dikarenakan terlalu banyak NaOH yang diteteskan, sehingga hasil
yang diperoleh terlalu basa. Sementara pada pengulangan ketiga
dihasilkan warna ungu yang artinya basa, hal ini adalah salah.
kesalahan ini dikarenakan berlebihnya NaOH yang diteteskan pada
asam oksalat, hal ini dikarenakan kurang telilinya peneliti saat melihat
perubahan warna yang terjadi. Kesalahan juga disebabkan faktor
kuatnya pengocokan pada saat titrasi tidak sama antara pengulangan 1,
2, dan 3.
X. Kesimpulan
Berdasarkan percoban yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Pada percobaan pertama diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,56 M.
 Pada percobaan kedua diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,49 M.
 Pada percobaan ketiga dengan menggunakan indikator ekstraks
tumbuhan (kunyit) diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,48 M.

XI. Pertaanyaan
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan
indikator phenolptalein ?

Jawab : Karena indikator Phenolphthalein atau biasa disingkat sebagai PP adalah


suatu senyawa organik dengan rumus C20H14O4 dan biasa dipakai
sebagai indikator untuk titrasi asam basa. Tidak bewarna dalam larutan
asam dan berwarna fuksia (pink) bila dalam larutan basa.
Phenolphthalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang
asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat
yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3 Phenolphthalein tidak
berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah muda
yang semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa maka warna yang
ditimbulkan akan semakin. Seperti yang kita ketahui bahwa NaOH
merupakan larutan yang bersifat basa, sehingga asam oksalat yang telah
diberi indikator phenolptalein akan berubah warna menjadi kemerahan
ketika ditetesi NaOH. Hal ini menyebabkan indikar PP sangat cocok
digunakan untuk djadkan indicator pada titasi asam basa, karena
perubahannya sangat terlihat dari awalnya tidak berwarna menjadi
merah muda.

Struktur molekul dari


indikator Phenolptalein
2. Apa perbedaan titik ekuivalen dan titik akhir ?
Jawab : Titik ekuivalen merupakan keadaan dimana jumlah
mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa,atau bisa disebut
saat larutan menjadi netral. Sedangkan titik akhir adalah titik dimana
telah terjadi perubahan warna pada larutan.
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer,
larutan baku sekunder, dan larutan baku tersier ?
Jawab : Larutan baku primer = Asam Oksalat (C2H2O4)
Larutan baku sekunder = NaOH
Larutan baku tersier = HCl

XII. Daftar Pustaka


Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma
domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis
Volumetri. Yogyakarta : Politeknik LPP.
Keenan, A.Hadyana Pudjaatmaja,PH, CL. 1992. Kimia Dasar untuk
Universitas Jilid 2. Bandung : Erlangga.
Marwati, Siti. 2012. Ekstraksi Dan Preparasi Zat Warna Alami Sebagai
Indikator Titrasi Asam Basa. Yogyakarta : Pendidikan Kimia
FMIPA UNY.

Tim Penulis Kimia Umum. 2013. Kimia Umum. Surabaya : Unesa


University Press

Tim Kimia Dasar. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I.


Surabaya : Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya
LAMPIRAN

PERCOBAAN 1

Menitrasi Asam Oksalat dengan NaOH Hasil akhir setelah titrasi pada
yang ada di dalam buret pengulangan 1, 2, dan 3

PERCOBAAN 2

Menitrasi Asam Klorida dengan NaOH Hasil akhir setelah titrasi pada
yang ada di dalam buret pengulangan 1, 2, dan 3
PERCOBAAN 3

Membuat Indikator ekstrak kunyit Meneteskan pada asam klorida

Menitrasi Asam Klorida dengan NaOH Hasil akhir setelah titrasi pada
yang ada di dalam buret pengulangan 1, 2, dan 3

Anda mungkin juga menyukai