na . Ma . Va = nb . Mb . Vb
Keterangan :
na = Valensi asam
Ma = Molaritas asam
Va = Volume asam
nb = Valensi basa
Mb = Molaritas basa
Vb = Volume basa
Cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, yaitu
dengan memakai indikator asam dan basa. Indikator ditambahkan pada titran
sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam
titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Indikator ini akan berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai.
Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna yang
cukup akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil jingga, metil
merah, fenolftalein, dan juga indikator universal. Selain indikator sitetis, ada
bekerapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Indikator
ini juga memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi. Contoh dari indikator alami
adalah ekstrak kunyit, bunga sepatu, kol ungu, dan lain lain. Setiap indicator
mepunyai trayek perubanahan warna yang berlainan.
Pada praktikum titrasi ini digunakan indikator alami berupa ekstrak kunyit.
Rimpang kunyit mengandung kurkuminoid sekitar 10%, kurkumin 1-5%, dan
sisanya terdiri atas demektosikurkumin serta bisdemetoksi-kurkumin.
Komponen yang terpenting dari umbi kunyit adalah zat warna kurkumin dan
minyak atsirinya. Kurkumin merupakan zat warna yang secara biogenetis
berasal dari fenil alanin, asam malonat, dan asam sitrat. Zat warna kurkumin
merupakan kristal berwarna kuning orange, tidak larut dalam ether, larut dalam
minyak, dalam alkali berwarna merah kecoklatan, sedangkan dalam asam
berwarna kuning muda (Nugroho, 1998). Kurkumin memberi-kan perubahan
warna yang jelas dan cepat kurang lebih 5 detik sehingga dimungkinkan
digunakan sebagai indikator. Kunyit mempunyai struktur senyawa sebagai
berikut:
Cara mengambil ekstrak kunyit untuk indikator yaitu dengan
mencampurkannya dengan etanol. Hal ini dilakukan karena polarisasi etanol lebih
tinggi daripada air, dan etanol merupakan pelarut organic yang cocok untuk
melarutkan curcumin yang merupakan senyawa organic. Selain indikator, di
didalam proses titrasi terdapat istilah larutan baku. Larutan baku adalah larutan
yang zat terlarutnya telah diketahui konsentrasinya.
V. Alat dan Bahan :
1. Alat
Buret 25 mL 1 Buah
Labu Erlenmeyer 250 mL 3 Buah
Gelas Kimia 25 mL 2 Buah
Klem dan Statif 1 set
Corong 1 Buah
Pipet tetes 2 Buah
Mortar dan Alu 1 Set
2. Bahan
C2H2O4 0,5 M 30 mL
NaOH secukupnya
HCl 60 mL
Indikator Universal secukupnya
Ekstrak tumbuhan (Kunyit) secukupnya
Etanol secukupnya
VI. Alur Percobaan :
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku C2H2O4
Percobaan 1
Penentuan Konsentrasi NaOH dengan Larutan C2H2O4
Dalam percobaan titrasi pada larutan C2H2O4 0,5 M sebanyak 10 mL
dititrasi dengan NaOH menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut :
2NaOH (aq) + C2H2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq)+ 2H2O (l)
Dalam percobaan pertama, langkah langkah yang dilakukan adalah
memasukkan C2H2O4 sebanyak 10 mL ke dalam Labu Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 2 tetes indikator universal. NaOH dimasukkan ke
dalam buret hingga skala nol, kemudian dibiarkan menetes setetes lalu
dikocok setees lagi lalu dikocok hingga larutan dalam erlenmeyer berubah
warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya pada
pengulangan 1 volume NaOH sebesar 15,3 mL dan berwarna ungu, pada
pengulangan 2 volume NaOH sebesar 20,5 mL dan berwarna hijau kebiruan,
dan pada pengulangan 3 volume NaOH yang dibutuhkan sebesar 17,4 mL
dan menghasilkan warna hijau.
Pada percobaan diatas, digunakan indikator universal yang
berfungsi untuk menentukan perubahan warna pada saat titrasi. Dengan
indikator dapat diketahui titik ekivalen dan titik akhir pada saat titrasi. Pada
tiga kali pengulangan diatas, penetesan indikator universal tidak sekaligus
dimintakan, hal ini dikareanakan indikator universal yang diteteskan pada
asam oksalat akan mudah menguap. Hal ini dikarenakan pada indikator
universal terdapat unsure C yang mudah menguap. Jika indikator universal
yang diteteskan menguap maka akan memengaruhi hasil pada titrasi. Titrasi
akan tetap berhasil, namun membutuhkan lebih banyak NaOH untuk proses
titrasi tersebut.
Pada percobaan pertama ini direaksikan antara asam lemah dan
basa kuat, sehingga menghasilkan garam yang bersifat basa dan air. Karena
hasil akhir reaksi ini berupa basa maka perubahan warna yang benar pada
percobaan pertama ini adalah hijau kebiruan. Dari ketiga percobaan yang
dilakukan, sehingga didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,56 M.
Percobaan 2
Penentuan Konsentrasi Larutan HCl dengan Menggunakan Larutan
NaOH
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10
mL dititrasi dengan NaOH 0,56 M menghasilkan persamaan reaksi sebagai
berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) →NaCl (aq) + H2O (l)
Dalam percobaan pertama, langkah langkah yang dilakukan adalah
memasukkan HCl sebanyak 10 mL ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 2 tetes indikator universal. NaOH dimasukkan ke dalam buret
hingga skala nol, kemudian dibiarkan menetes setetes lalu dikocok setees
lagi lalu dikocok hingga larutan dalam erlenmeyer berubah warna atau titik
akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya pada pengulangan 1
volume NaOH sebesar 8,3 mL dan berwarna ungu, pada pengulangan 2
volume NaOH sebesar 9,3 mL dan berwarna ungu, dan pada pengulangan 3
volume NaOH yang dibutuhkan sebesar 9 mL dan menghasilkan warna
hijau.
Pada percobaan diatas, digunakan indikator universal yang
berfungsi untuk menentukan perubahan warna pada saat titrasi. Dengan
indikator dapat diketahui titik ekivalen dan titik akhir pada saat titrasi. Pada
tiga kali pengulangan diatas, penetesan indikator universal tidak sekaligus
dimintakan, hal ini dikareanakan indikator universal yang diteteskan pada
asam oksalat akan mudah menguap. Hal ini dikarenakan pada indikator
universal terdapat unsure C yang mudah menguap. Jika indikator universal
yang diteteskan menguap maka akan memengaruhi hasil pada titrasi. Titrasi
akan tetap berhasil, namun membutuhkan lebih banyak NaOH untuk proses
titrasi tersebut.
Pada percobaan kedua ini direaksikan antara asam kuat dan basa
kuat, sehingga menghasilkan garam yang bersifat netral dan air. Karena
hasil akhir reaksi ini berupa garam netral maka perubahan warna yang benar
pada percobaan kedua ini adalah hijau. Dari ketiga percobaan yang
dilakukan, sehingga didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,49 M.
Percobaan 3
Penentuan Konsentrasi HCl menggunakan Larutan NaOH dengan
Indikator Ekstrak Kunyit
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10
mL dititrasi dengan NaOH dengan indikator ekstrak kunyit menghasilkan
persamaan reaksi sebagai berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) →NaCl (aq) + H2O (l)
Dalam percobaan ketiga, langkah langkah yang dilakukan adalah
memasukkan HCl sebanyak 10 mL ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 2 tetes indikator ekstrak kunyit. NaOH dimasukkan ke
dalam buret hingga skala nol, kemudian dibiarkan menetes setetes lalu
dikocok setees lagi lalu dikocok hingga larutan dalam erlenmeyer berubah
warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya
pada pengulangan 1 volume NaOH sebesar 8,6 mL dan berwarna jingga,
pada pengulangan 2 volume NaOH sebesar 9,2 mL dan berwarna jingga,
dan pada pengulangan 3 volume NaOH yang dibutuhkan sebesar 8,4 mL
dan menghasilkan warna jingga.
Pada percobaan diatas, digunakan indikator ekstrak kunyit yang
berfungsi untuk menentukan perubahan warna pada saat titrasi. Cara
pengambilan ekstrak kunyit untuk dijadikan indikator yaitu
mencampurkan kunyit yang telah dihaluskan dengan etanol. Dicampurkan
dengan etanol karena etanol mempunyai polaritas yang tinggi
dibandingkan air. Selain itu etanol merupakan pelarut organic yang dapat
melarutkan senyawa organic dengan sempurna. Selain itu, penggunaan
etanol sendiri juga dimaksudkan untuk menyamakan unsure unsurnya
dengan indikator universal karena adanya unsure karbon yang memiliki
sifat mudah menguap sama seperti indikator universal.
Pada percobaan ketiga ini direaksikan antara asam kuat dan basa
kuat, sehingga menghasilkan garam yang bersifat netral dan air. Karena
hasil akhir reaksi ini berupa garam netral dan indikator yang digunakan
adalah ekstrak kunyit maka perubahan warna yang benar pada percobaan
ketiga ini adalah kuning pekat. Dari ketiga percobaan yang dilakukan,
sehingga didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,48 M.
IX. Diskusi
1. Pada percobaan pertama didapatkan dua ketidaksesuaian yaitu pada
pengulangan pertama dan ketiga. Pada pengulangan pertama
dihasilkan warna ungu, padahal seharusnya adalah hijau kebiruan.
Warna ungu yang dihasilkan ini dikarenakan terlalu banyak NaOH
yang diteteskan, sehingga hasil yang diperoleh terlalu basa. Sementara
pada pengulangan ketiga dihasilkan warna hijau yang artinya netral,
hal ini adalah salah kesalahan ini dikarenakan kurangnya NaOH yang
diteteskan pada asam oksalat, hal ini dikarenakan kurang telilinya
peneliti saat melihat perubahan warna yang terjadi. Kesalahan juga
disebabkan faktor kuatnya pengocokan pada saat titrasi tidak sama
antara pengulangan 1, 2, dan 3.
2. Pada percobaan kedua didapatkan kesalahan pada pengulangan
pertama dan kedua. Pada pengulangan pertama dihasilkan warna ungu,
padahal seharusnya adalah hijau. Warna ungu yang dihasilkan ini
dikarenakan terlalu banyak NaOH yang diteteskan, sehingga hasil
yang diperoleh terlalu basa. Sementara pada pengulangan ketiga
dihasilkan warna ungu yang artinya basa, hal ini adalah salah.
kesalahan ini dikarenakan berlebihnya NaOH yang diteteskan pada
asam oksalat, hal ini dikarenakan kurang telilinya peneliti saat melihat
perubahan warna yang terjadi. Kesalahan juga disebabkan faktor
kuatnya pengocokan pada saat titrasi tidak sama antara pengulangan 1,
2, dan 3.
X. Kesimpulan
Berdasarkan percoban yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Pada percobaan pertama diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,56 M.
Pada percobaan kedua diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,49 M.
Pada percobaan ketiga dengan menggunakan indikator ekstraks
tumbuhan (kunyit) diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,48 M.
XI. Pertaanyaan
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan
indikator phenolptalein ?
PERCOBAAN 1
Menitrasi Asam Oksalat dengan NaOH Hasil akhir setelah titrasi pada
yang ada di dalam buret pengulangan 1, 2, dan 3
PERCOBAAN 2
Menitrasi Asam Klorida dengan NaOH Hasil akhir setelah titrasi pada
yang ada di dalam buret pengulangan 1, 2, dan 3
PERCOBAAN 3
Menitrasi Asam Klorida dengan NaOH Hasil akhir setelah titrasi pada
yang ada di dalam buret pengulangan 1, 2, dan 3