Anda di halaman 1dari 2

AIR ASAM TAMBANG

Air asam tambang adalah salah satu permasalahan lingkungan yang dihasilkan oleh industry
pertambangan. Air asam tambang merupakan hasil dari oksidasi batuan yang mengandung pirit (FeS2
Seperti diketahui beberapa komponen atau kegiatan pertambangan menghasilkan dampak yang
serius terhadap lingkungan. Kolam tailing (tailing impoundment) dan penempatan batuan sisa (waste
rock piles) merupakan bagian yang harus benar-benar diperhatikan karena menghasilkan dampak
negatif terhadap saluran air, tanah dan air permukaan (Bussiere, 2009). dan mineral sulfida dari sisa
batuan yang terpapar oleh oksigen yang berada dalam air (Elberling.et.al, 2008).

Permasalahan air asam tambang adalah salah satu dampak potensial yang dihadapi industry
pertambangan. Air asam tambang juga mengandung logam berat seperti besi (Fe), alumunium (Al),
mangan (Mn). Kesalahan dalam pemantauan, pengumpulan dan pengolahan air asam tambang dapat
menyebabkan kontaminasi terhadap air tanah dan air permukaan yang berdampak kepada
ekosistem, manusia dan struktur bangunan (MEND Program, 1997).

Air asam tambang (AMD) merupakan masalah lingkungan di negara-negara yang memiliki
sejarah industri pertambangan yang lama hingga sekarang. Pencegahan pembentukannya atau
mitigasi AMD dari sumbernya biasanya lebih disukai, meski terkadang tidak cocok untuk
dilakukan di semua tempat, karena harus mengumpulkan, mengolah dan menyalurkan air
tersebut yang sudah memiliki pH normal ke lingkungan di sekitarnya. Berbagai macam cara
dapat dilakukan untuk remediasi air asam tambang, baik melalui mekanisme kimia dan biologis
untuk menetralisir AMD dan menghilangkan logam dari drainase air tambang. (D. Barrie
Johnson, Kevin B. Hallberg, 2005).

Air asam tambang (AMD) yang terbentuk dari air yang melakukan infiltrasi pada batuan yang
mengandung mineral sulfida, effluent dari pabrik pengolahan mineral dan rembesan dari
bendungan tailing dapat menimbulkan terbentuknya air asam tambang, sehingga keasaman ini
akan mengakibatkan tertransportasikannya logam dalam bentuk terlarutnya. Teknologi
pengolahan air asam tambang konvensional mahal dalam pengoperasiannya. Sehingga salah satu
metoda yang yang disukai adalah menggunakan passive treatment yang berbiaya rendah dalam
menghasilkan air bebas polusi, dan mendorong tanggung jawab komunitas masyarakat mengolah
air asam tambang melalui penggunaan sistim pengolahan air asam tambang dengan wetlands.
Wetlands ini berfungsi menyerap dan mengikat logam berat dan mengendapkannya secara
perlahan sebagai endapan sedimen untuk menjadi bagian dari siklus geologi. (A.S. Sheoran;V.
Sheoran, 2006).

Teknologi Passive Treatment umumnya memiliki dampak terhadap lingkungan yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan Teknologi Active Treatment. Namun Pengoperasian tambang
yang berskala besar jarang hanya mengandalkan passive treatment untuk mitigasi AMD, karena
sistem treament yang effektif biasanya tergantung pada faktor-faktor pengalaman dalam trial
and error yang diperoleh dalam treatment AMD, ketersediaan lahan, topografi, Debit AMD,
karakteristik kimia dan suhu operasi treatment. (Tyler J. Hengen, Maria K. Squillace, Aisling D.
O’Sullivan, James J. Stone; 2014)

Keasaman dalam AMD terdiri atas keasaman mineral (Fe, Al, Mn, dan logam lain yang
tergantung pada mineral logam sulfida yang tersingkap ke atmosfir) dan keasaman ion hidrogen.
Logam-logam lain dalam AMD bervariasi tetapi AMD dikarakterisasikan oleh pH yang rendah,
sulfat dan Fe yang tinggi. Ketika air sungai yang tercemar memasuki danau atau badan air yang
lebih besar maka akan terjadi dilusi, reaksi kimia dan biologi yang terjadi secara alami yang
menyebabkan netralisasi sebagian keasaman dan pengendapan logam. Pada air yang tidak
terkontaminasi maka sifat asam air berkaitan dengan pH rendah, misalnya jika terkontaminasi
oleh hujan asam biasanya memiliki pH rendah yang berkisar dari 3,5 hingga 4,5. Tetapi memiliki
sedikit keasaman mineral. Penirisan dari tambang logam biasanya mengandung sejumlah Zn,
Cu, Ni, Pb, dll. Namun terkait dengan AMD dari tambang batubara maka di Amerika Timur
biasanya pH, Fe, Al, dan Mn menjadi penyebab utama keasaman (Hedin dkk, 1994)

LIMBAH
KEPUTUSAN MENPERINDAG RI NO. 231/MPP/KEP/7/1997 PASAL 1
Limbah adalah bahan / barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang
fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia atau hewan.

Karmana (2007)
Limbah adalah sisa atau sampah suatu proses programsi yang dapat menjadi bahan pencemaran
atau polutan disuatu lingkungan. Banyak kegiatan manusia yang menghasilkan limbah antara lain
kegiatan industri, transportasi, rumah tangga dan kegiatan lainnya.

Susilowarno (2007)
Limbah merupakan sisa atau hasil sampingan dari kegiatan programsi manusia dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembungan limbah yang tidak diolah terlebih dulu sebelum dibuang
ke dalam lingkungan akan menyebabkan polusi.

Stokes (1991)
Limbah infeksius: adalah limbah yang mampu menimbulkan penyakit
Limbah berbahaya: adalah limbah yang membahayakna manusia dan lingkungannya
Limbah toksik: limbah yang mampu menimbulkan efek toksik
Limbah medik: adalah setiap limbah padat yang terjadi saat penegakan diagnosis, perawatan atau
pengimunisasian manusia maupun hewan

Tchobanoglous dan Elliassen (1979)


Pengertian limbah adalah gabungan cairan atau sampah yang terbawa air dari tempat tinggal,
kantor, bangunan perdagangan, industri, serta air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin
ada

FITOREMEDIASI
Fitoremediasi didefinisikan sebagai pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan, termasuk
pohon, rumput-rumputan, dan tumbuhan air. Pencucian bisa berarti penghancuran, inaktivasi atau
imobilisasi polutan ke bentuk yang tidak berbahaya (Chaney et al. 1995).

Fitoremediasi juga berlandaskan pada kemampuan tumbuhan dalam menstimulasi aktivitas


biodegradasi oleh mikrob yang berasosiasi dengan akar (phytostimulation) dan imobilisasi
kontaminan di dalam tanah oleh eksudat dari akar (phytostabilization) serta kemampuan tumbuhan
dalam menyerap logam dari dalam tanah dalam jumlah besar dan secara ekonomis digunakan
untuk meremediasi tanah yang bermasalah (phytomining) (Chaney et al. 1995).

Anda mungkin juga menyukai