Anda di halaman 1dari 9

3.2.

Landscape Pemukiman Adat Desa Saga


3.2.1. Letak Geografis
Kampung adat Saga teretak di Desa Saga, Kecamatan Detusoko,
Kabupaten Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Desa Saga berada
pada ketinggian 500-850 meter di atas permukaan laut dengan
topografi yang berbukit-bukit dan lembah dengan kondisi tanah yang
subur dan sebagian bertebing dan bercadas. Desa ini memiliki luas
wilay ah 9,89 Km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
A. Utara berbatasan dengan: Desa Ndito
B. Selatan berbatasan dengan: Desa Wolomasi
C. Timur Berbatasan dengan: Desa Sokoria, Kecamatan Ndona
Timur
D. Barat berbatasan dengan: Desa Roa

a) b)
Gambar 3.21. a) Peta pemukiman Desa Saga, b)
Peta pemukiman adat Desa Saga.
Sumber: a) Arsip Desa Saga,b) google earth 2013

3.2.2. Pola Landscape Pemukiman Adat Desa Saga


Pemukiman adat Desa Saga terletak pada ujung atas dari kompleks
pemukiman masyarakat Desa Saga sendiri. Pemukiman adat ini pada
awalnya hanya merupakan pemukiman yang kecil, kemudian
berkembang seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Bila diperhaikan pemukiman adat desa Saga memiliki bentukan pola
pemukiman yang menyebar. Penyebaran ini dimulai dari ujung atas
pemukiman adat berkembang ke arah bagian bagian bawahnya.

52
53
3.2.3. Karakteristik Landscape Pemukiman Adat Desa Saga
Pemukiman adat Saga yang berada di kaki bukit memberikan ciri
tersendiri berupa landscape yang berkontur dengan adanya
permainan trap-trap pada landscape tersebut. Trap-trap pada
landscape ini kemudian diperkuat dengan susunan batu-batu alam
agar kodisi tanah tetap terjaga dari pengaruh erosi.

a) b)
Gambar 3.23. a) sketsa perspektif landscape Pemukiman adat Saga, b)
trap area pemukiman adat menggunakan susunan batu-batu alam.

3.2.4. Ruang Pemukiman Adat


Selain landscape yang berkontur, pemukiman adat ini memiliki
karateristik ruang landscape tersendiri. Ruang landscape pada
pemukiman adat desa Saga terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Saga
ulu, Saga one, dan Saga Wena.

Saga ulu

Saga one

Saga wena

Gamba 3.24. sketsa pembagian ruang pemukiman adat Desa Saga

54
A. Saga Ulu
Saga ulu merupakan wilayah awal mula perkembangan
masyarakat Saga. Seperti namanya, Saga ulu berada pada
bagian paling atas dari pemukiman adat desa Saga. Pada bagian
Saga ulu ini, terdapat rumah yang menjadi kediaman dari garis
keturunan Dala Wolo. Dala Wolo merupakan keturunan yang
dipercaya oleh masyarakat desa Saga sebagai tuan tanah atas
kampung Saga itu sendiri. Selain Dala Wolo yang menempati
ruang ini ialah Mosalaki Ria Bewa dengan nama rumah adatnya
ialah Sa’o Ria Tola Ndale. Ria bewa merupakan Mosalaki yang
memeilki peran sebagai hakim adat dalam masyarakat.
B. Saga One
Dalam perkembangannya, masyarakat desa Saga semakin
bertambah jumlahnya. Hal ini menyebabkan menyebabkan
kebutuhan akan tempat tinggal juga bertambah yang berakibat
pada perkembangan wilayah pemukiman. Dalam wilayah Saga
one itu sendiri terdapat dua Mosalaki Pu’u yang mendiaminya N
AYyaitu Mosalaki Pu’u Wolo dan Mosalaki Pu’u Limbu.
C. Saga Wena
Saga Wena merupakan wilayah paling bawah dari
perkembangan pemukiman adat desa Saga.

55
56
A. Zona Publik
Zona ini adalah zona yang dapat diakses tanpa ada pantangan
tertentu. Masyarakat baik luar maupun masyarakat desa Saga
sendiri masih memiliki kebebasan untuk akses ke zona ini. Zona
publik kemudian dibagi lagi menajdi dua bagian yaitu zona untuk
tempat tingggal manusia dan zona yang secara khusus
diperuntukan bagi tempat tinggal hewan ternak atau tempat
pemeliharaan ternak.

Keterangan:

: zona perumahan
: zona pemeliharaan ternak
Gambar 3.26. sketsa pembagian zona publik

57
B. Zona privat
Zona privat pada pemukiman adat Saga terdapat pada dua
tempat yaitu Kedha dan zona khusus bagi garis keturunan Dala
Wolo. Kedha merupakan rumah adat yang dipercaya begitu
sakral bagi masyarakat Saga. Menurut kepercayaan masyarakat
setempat, adalah pemali bagi kaum hawa untuk memasuki
rumah ini, karena akan memyebakan kemandulan bagi kaum
hawa.
Selain Kedha, tempat yang juga tergolong dalam zona privat
ialah tempat yang menjadi zona khusus bagi garis keturunan
Dala Wolo seperti Tubu Pore Jaji, Kuwu dan Sa’o Nggua Dala
Wolo. Tempat-tempat ini tidak dapat diakses bebas oleh
masyarakat yang bukan garis keturunan Dala Wolo.

Keterangan:

: Kuju Kanga Pu’u dan Kuwu


: Kedha

Gambar 3.27. sketsa penempatan zona privat

58
3.2.6. Aksesibilitas

Keterangan:
: Jalan utama
: Jalan alternatif

------- : akses dalam site

: gerbang utama
gambar 3. 28. Aksesibilitas

Akses menuju site pemukiman adat terbagi atas dua yaitu jalan
utama dan jalan alternatif. Jalan utama merupakan jalan yang pada
saat-saat khusus seperti saat ritual adat mewajibkan para pelaku
ritual untuk menggunakan jalan tersebut dan tidak boleh
menggunakan jalan lain untuk menuju dan keluar site pemukiman
adat. Sedangkan jalan alternati merupakan yang dipakai dalam
keseharian hidup masyarakat agar mempersingkat waktu dan

59
memperpendek jarak menuju site pemukkiman adat. Akses dalam
site itu sendiri merupakan jalan yang dipakai untuk mencapai tiap
tujuan (rumah adat) atau pun menghubungkan tiap trap dalam site.
Material yang digunakan untuk membuat akses ialah batu alam,
tanah, dan beton.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)
Gambar 3.29. a) jalan utama, b) jalan alternatif, c) akses dalam site,
d) gerbang utama, e) dan f) tangga penghubung antar trap.

60

Anda mungkin juga menyukai