Anda di halaman 1dari 49

La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Tahun 2005 - 2025, wilayah perbatasan dikembangkan dengan
mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi
inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan
pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat
keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan
bagi pengembangan pulau-pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari
perhatian.

Kebijakan pengembangan kawasan perbatasan tersebut kemudian diejawantahkan ke


dalam Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dengan menetapkan 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional di
Perbatasan (PKSN) yang tersebar di 10 provinsi, yaitu Jagoi Babang, Nanga Badau,
Paloh-Aruk, Entikong, dan Jasa di Kalimantan Barat; Long Pahangai, Long Nawan,
Nunukan, Simanggaris, dan Long Midang di Kalimantan Timur; Atambua,
Kefamenanu, dan Kalabahi di NTT; Tanah Merah, Jayapura, dan Merauke di Papua;
Batam dan Ranai di Kepulauan Riau; Sabang di Aceh; Dumai di Riau; Dobo,
Saumlaki, dan Ilwaki di Maluku dan Daruba di Maluku Utara; serta Tahuna dan
Melonguane di Sulawesi Utara.

PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan


kawasan perbatasan negara yang ditetapkan dengan beberapa kriteria, antara lain: (1)
pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga; (2) pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional
yang menghubungkan dengan negara tetangga; (3) pusat perkotaan yang merupakan
simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan (4) pusat
perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong
perkembangan kawasan di sekitarnya.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang, maka kebutuhan terhadap produk rencana yang lebih rinci menjadi sangat
penting dalam upaya menetapkan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang melalui
peraturan zonasi, sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
tersebut. Dengan aturan tersebut, diharapkanpersoalan penataan ruang yang selama
ini sulit dikendalikan terutama di kawasan perbatasan negara dapat ditangani,
mengingat Kawasan Perbatasan Negara merupakan salah satu kawasan strategis
nasional yang diprioritaskan untuk ditangani segera dalam rangka memberikan
kepastian hukum bagi Pemerintah dan stakeholder daerah dalam membangun
kawasan tersebut. Dalam konteks Penataan Ruang Nasional, Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perbatasan Negara telah disusun dan akan ditetapkan dalam
Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara Di
Kalimantan sebagai arahan kebijakan penataan ruang yang bersifat umum.

Dalam prakteknya, kebutuhan terhadap rencana rinci yang sifatnya lebih operasional,
seperti dalam hal membangun infrastruktur wilayah, fasilitas pertahanan dan
keamanan, serta fasilitas negara lainnya, dibutuhkan suatu perangkat aturan tata
ruang yang sifatnya lebih rinci dengan tingkat kedalaman Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) untuk masing-masing PKSN yang dinilai strategis untuk mengatur
pemanfaatan ruang dalam pembangunan, dan pengembangan kawasan perbatasan
negara. Dalam Pasal 15, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PKSN ditetapkan dengan kriteria: a) pusat
perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga; b) pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga; c) pusat perkotaan yang merupakan
simpultransportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau d) pusat
perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong
perkembangan kawasan di sekitarnya.

Kawasan perbatasan memiliki peran penting dalam pembangunan wilayah secara


keseluruhan dan mempunyai komunitas desa maupun penduduk yang memiliki
ketergantungan dengan Negara tetangga. Pengembangan PKSN diarahkan untuk
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan
masyarakat di kawasan perbatasan, termasuk pelayanan kegiatan lintas batas
antarnegara, dan dalam kerangka sistem pusat perkotaan nasional sehingga pusat
perkotaan tersebut dapat dilekati fungsi pelayanan, baik sebagai PKN, PKW, maupun
PKL, fungsi pelayanan tersebut merupakan fungsi pelayanan yang hendak dicapai
dalam jangka waktu perencanaan.
Dengan memperhatikan fenomena yang ada di perbatasan dan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, serta PP No. 15 Tahun 2010 yang
menyebutkan perlunya ditambahkan Peraturan Zonasi sebagai perangkat

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

pengendalian pemanfaatan ruang dalam produk rencana rinci, maka perlu disusun
RDTR PKSN.

RDTR dan Peraturan Zonasi untuk PKSN ini diharapkan dapat menjabarkan arahan
yang telah ditetapkan oleh RTRWN dan/atau RencanaTataRuang (RTR)
KawasanStrategisNasional (KSN) Perbatasan dan/atau RTRW Provinsi dan/atau
RTRW Kabupaten/Kota yang memayungi PKSN tersebut ke dalam bentuk rencana
blok peruntukan ruang, kepadatan dan ketinggian bangunan (tata massa bangunan),
indikasi program pembangunan, serta arahan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang (peraturan zonasi). RDTR ini diharapkan dapat menjadi arah dan alat
pengendali pembangunan dan pengembangan PKSN untuk mewujudkan lingkungan
hunian yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Kabupaten Nunukan merupakan kabupaten yang berbatasan langsung dengan Negara


Malaysia di wilayah darat dan laut. Pemekaran Kecamatan Perbatasan yang berada
dalam wilayah administratif Kabupaten Nunukan pada tahun 2011 lalu, berdampak
terhadap eskalasi Kecamatan Perbatasan, yang semula berjumlah 15 Kecamatan,
menjadi 19 Kecamatan, sehingga dampak selanjutnya adalah perubahan terhadap
strategi perwilayahan pembangunan (spasial) di Kalimantan Utara.

Mengacu pada pedoman penyusunan RTRW Kabupaten (Permen PU No 16 Tahun


2009), Pusat Kegiatan di wilayah Kabupaten Nunukan merupan simpul pelayanan
sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten,
terdiri atas :
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kabupaten
3. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWP) yang berada di wilayah kabupaten
4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten.
5. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kabupaten
6. Pusat-pusatlaindidalamwilayahkabupatenyangwewenang penentuannya ada pada
pemerintah daerah kabupaten.

Pulau Sebatik yang berada di Kabupaten Nunukan merupakan salah satu aset NKRI
yang sangat penting. Sebagai beranda depan pagar budaya yang kokoh bagi persatuan
dan kesatuan dalam NKRI, lokasi geografis Kabupaten Nunukan yang berdekatan
dengan Tawao merupakan peluang pasar yang potensial. Pulau Nunukan yang
bersebelahan dengan Pulau Sebatik didukung oleh wilayah mainland di Pulau
Kalimantan yang masih luas dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar,
sehingga berpotensi sebagai sentra industri pengolahan hasil pertanian atau
perkebunan dalam arti luas. Selain itu PKSN Nunukan terletak pada ALKI II yang
merupakan jalur transportasi perdagangan regional dan Internasional masa depan.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 3
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Posisi strategis dari ALKI II semakin nyata seiring dengan semakin meningkatnya
tonase kapal niaga khususnya kapal tanker yang sudah mencapaikategori
ULCC,dimana kapal-kapal bertonese diatas100.000 ton akan menghindari Selat
Malaka (ALKI I) mengingat jalur ini sebagian telah mengalami pendangkalan dan
sudah terlalu padat.

Selain posisi strategis dalam hal transportasi perdagangan internasional, ALKI II


dalam sejarahnya juga telah digunakan oleh tentara Jepang untuk mencegah kapal
perang sekutu dari utara dengan membuat pangkalan AL di Teluk Dondo dan dari
Selatan dengan membangun pangkalan AL di Selat Lombok.Kawasan perbatasan
sebagai KSN membutuhkan upaya afirmatif nasional dalam mendukung
pembangunan dan penataan ruang kawasan perbatasan. RTR KSN Perbatasan perlu
dijabarkan dalam rencana yang lebih operasional, baik dalam bentuk Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten maupun RDTR. Oleh karena itu, Pasal 361 ayat
(3) huruf a Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeriintahan Daerah
menegaskan bahwa dalam konteks pengelolaan dan pemanfaatan kawasan
perbatasan, Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan untuk menetapkan RDTR.
Hal ini selaras dan sejalan dengan pelaksanaan 4 (empat) tugas BNPP yang
diamanatkan dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Wilayah Negara. Dengan demikian, penyusunan RDTR PKSN Nunukan menjadi
sangat strategis mengingat RDTR ini merupkan produk rencana rinci dan dapat
dijadikan matra spasial bagi pembangunan sosial dan ekonomi di Kawasan
Perbatasan.

1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran Penyusunan RDTR PKSN Nunukan

1.2.1.Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari penyusunan RDTR PKSN Nunukan adalah:
1. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program
pembangunan kawasan pusat pertumbuhan dan pengembangan kawasan PKSN
sebagai pusat kegiatan lokal yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan sekaligus sebagai kawasan stategis
nasional dan merupakan kawasan prioritas;
2. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan
strategis nasional;
3. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien;
4. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian program-
program pembangunan kawasan strategis;

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 4
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

5. Mewujudkan ruang kawasan yang indah, berwawasan lingkungan, efisien dalam


alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan
program pembangunan;
6. Menentukan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan berdasarkan kondisi
fisik, aspek administrasi pemerintahan, aspek ekonomi, aspek sosial kependu-
dukan dan aspek pengurangan resiko bencana;
7. Menyusun rencana peruntukan jenis dan besaran fasilitas (perumahan dan
permukiman, perdagangan, pemerintahan dan sebagainya) dan utilitas (jalan,
drainase, kelistrikan, telekomunikasi, limbah dan persampahan);
8. Menyusun pedoman bagi instansi dalam penyusunan zonasi sebagai pedoman
untuk penyusunan rencana rinci tata ruang/rencana teknik ruang kawasan
perkotaan atau rencana tata bangunan dan lingkungan, dan pemberian perizinan
kesesuaian pemanfaatan bangunan dan peruntukan lahan; dan
9. Menyusun arahan, stategis dan skala prioritas program pembangunan serta waktu
dan tahapan pelaksanaan pengembangan kawasan.

1.2.2.Sasaran
Sasaran dari kegiatan Penyusunan RDTR PKSN Nunukan, antara lain :
1. Tersajinya data dan informasi ruang kawasan yang akurat dan aktual;
2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan kawasan sebagai masukan dalam
proses penentuan arah struktur dan pola ruang kawasan;
3. Terwujudnya keterpaduan program pembangunan antar sub-kawasan perkotaan
maupun antarkawasan dalam wilayah kabupaten;
4. Tersusunnya arahan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan;
5. Tersusunnya pedoman bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyusunan
peraturan zonasi,pemberian advice planning, pengaturan bangunan setempat dan
lingkungannya (RTBL) serta pemberian perizinan yang berkaitan dengan peman-
faatan ruang.
6. Terciptanya keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman
dalam kawasan;
7. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional, baik yang dilaku-
kan pemerintah maupun masyarakat/swasta;
8. Terciptanya percepatan investasi masyarakat dan swasta di dalam kawasan; dan
9. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan
masyarakat/swasta.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 5
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

1.2.3.Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun ruang lingkup kegiatan PenyusunanRDTR PKSN Nunukan, meliputi:


1. Menentukan dan menetapkan kawasan perencanaan PKSN Nunukan;
2. Pengumpulan dan pengolahan data:
a. Persiapan survey lapangan
b. Persiapan peralatan dan perlengkapan survei lapangan
c. Metode dan program suvei lapangan terdiri atas pengambilan data sekunder,
pengambilan data primer, dan identifikasi lapangan.
Adapun muatan data dan informasi yang harus didapatkan di lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Fisik dasar kawasan, meliputi informasi dan data topografi, hidrologi, geologi,
klimatologi, oceonografi, dan tata guna lahan;
2. Kependudukan, meliputi jumlah dan persebaran penduduk menurut ukuran
keluarga, umur, agama, pendidikan, dan mata pencaharian;
3. Perekonomian meliputi data investasi, perdagangan, jasa, industri, pertanian,
perkebunan, perikanan, pariwisata, pendapatan daerah, dan lain-lain;
4. Penggunaan lahan, menurut luas dan persebaran kegiatan yang diantaranya
meliputi permukiman, perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, pertambangan,
pertanian dan kehutanan dan lain-lain;
5. Tata bangunan dan lingkungan meliputi intensitas bangunan (KDB, KLB, KDH),
bentuk bangunan, arsitektur bangunan, pemanfaatan bangunan, bangunan khusus,
wajah lingkungan, daya tarik lingkungan (node, landmark, dan lain-lain), garis
sempadan (bangunan, sungai, danau, pantai, SUTT)
6. Prasarana dan utilitas umum meliputi :
a. Jaringan transportasi berupa jaringan jalan, jalur pelayaran, fasilitas umum
lainnya (pelabuhan dll), Pola pergerakan (angkutan penumpang dan barang).
b. Air minum (sistem jaringan, bangunan pengolah, hidran), mencakup kondisi
dan jaringan terpasang menurut pengguna, lokasi bangunan dan hidran, kondisi
air tanah dan sungai, debit terpasang, dll;
c. Sewerage, air limbah rumah tangga
d. Sanitasi (sistem jaringan, bak kontral, bangunan, pengolah), jaringan
terpasang, prasarana penunjang dan kapasitas;
e. Drainase; sistem jaringan makro dan mikro, dan kolam penampung;
f. Jaringan listrik; sistem jaringan (SUTT, SUTM, SUTM, SUTR), gardu (Induk,
distribusi, tiang/beton), sambungan rumah (domestik, non domestik)
g. Jaringan telekomunikasi; jaringan, rumah telepon, stasiun otomat, jaringan
terpasang (rumah tangga, non rumah tangga, umum)

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 6
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

h. Pengolahan sampah; sistem penanganan (skala invidual, skala lingkungan,


skala daerah), sistem pengadaan (masyarakat, pemerintah daerah, swasta)
7. Identifikasi daerah rawan bencana, meliputi lokasi, sumber bencana, besaran
dampak, kondisi lingkungan fisik, kegiatan bangunan yang ada, fasilitas dan jalur
kendali yang telah ada.
8. Data yang diperlukan:
a. Peta:
 Peta-petakondisifisik(geologi,jenistanah,hidrologi, dll);
 Peta RBI;
 Peta Citra Satelit;
 Peta potensi SDA; dan
 Peta potensi kebencanaan.
b. Data dan informasi :
 Kebijakan penataan ruang terkait;
 Kebijakan sektoral;
 Wilayah administrasi;
 Kondisi fisik lingkungan;
 Kondisi sarana dan prasarana;
 Kependudukan;
 Perekonomian dan keuangan;
 Peruntukan ruang;
 Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan ruang;
 Kualitas kawasan maupun kualitas bangunan;
 Kelembagaan; dan
 Peraturan Perundang-undangan terkait.
c. Elaborasi
Kegiatan elaborasi adalah kegiatan yang meliputi:
 Elaborasi penduduk; dan
 Elaborasi kebutuhan sektoral.
Kegiatan ini memperhitungkan kemampuan lokasi perencanaan
menampung penduduk dalam kawasan perencanaan.
9. Analisa kawasan perencanaan meliputi:
a. Analisa struktur kawasan perencanaan, yang meliputi analisis pergerakan;
b. Analisa peruntukan blok rencana, yang meliputi analisis pembagian blok,
analisis peruntukan lahan, analisis fasilitas lingkungan, analisis mitigasi
bencana;
c. Analisa prasarana transportasi, meliputi analisis angkutan jalan raya, angkutan
air, angkutan udara;
d. Analisa utilitas umum, meliputi analisis air minum, drainase, air limbah,
persampahan, kelistrikan, telekomunikasi dan gas;
e. Analisa amplop ruang, meliputi analisis:

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 7
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

 Intensitas pemanfaatan ruang terdiri atas:


 Koefisien Dasar Bangunan (KDB);
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB);
 Koefisien Dasar Hijau (KDH);
 Koefisien Tapak Basement (KTB); dan
 Koefisien Wilayah Terbangun (KWT).
 Kepadatan Bangunan dan Penduduk
 Tata Massa Bangunan, meliputi:
 Pertimbangan Garis Sempadan Bangunan (GSB);
 Garis Sempadan Sungai (GSS) dan jarak bebas bangunan;
 Pertimbangan garis sempadan dana dan waduk; dan
 Pertimbangan tampilan bangunan.
f. Analisa kelembagaan dan peran masyarakat, meliputi:
 Identifikasi aspirasidananalisispermasalahanaspirasi masyarakat;
 Analisis perilaku lingkungan;
 Analisis perilaku kelembagaan; dan
 Analisis metoda dan sistem.
g. Analisis Karakteristik Wilayah;
 Kedudukan dan peran kawasan PKSN dalam wilayah yang lebih luas
(Kabupaten);
 Keterkaitan antar wilayah dan antar kawasan;
 Keterkaitan antarkomponen ruang kawasan;
 Karakteristik fisik kawasan;
 Karakteristik sosial kependudukan;
 Karakteristik perekonomian; dan
 Kemampuan keuangan daerah.
h. Analisis potensi dan masalah pengembangan kawasan PKSN:
 Analisis pusat-pusat pelayanan;
 Analisis kebutuhan ruang;
 Analisis daya dukung;
 Analisis daya tampung; dan
 Analisis perubahan pemanfaatan ruang.
i. Analisis daya dukung dan daya tampung termasuk prasarana/infrastruktur dan
utilitas dan daya tampung lingkungan hidup strategis kawasan/blok, meliputi:
 Karakteristikumumfisikwilayah(letakgeografis,morfologi wilayah, dan
sebagainya);
 Potensi rawanbencanaalam(longsor, banjir,tsunamidan bencana alam
geologi);
 Potensi sumberdaya alam (mineral, batubara, migas, panas bumi dan air
tanah);
 Kesesuaian penggunaan lahan; dan

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 8
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

 Kesesuaian intensitas pemanfaatan ruang dengan daya dukung fisik dan


daya dukung prasarana/infrastruktur dan utilitas pada blok/ kawasan
PKSN.
j. Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan
10. Perumusan konsep rencana dan ketentuan teknis rencana detail
 Konsep rencana, pengembangan struktur ruang kawasan peruntukan lahan
blok serta indikasi hierarki pelayanan.
 Perumusan konsep pengembangan wilayah :
 Rumusan tujuan, kebijakan dan strategi; dan
 Konsep pengembangan bagian dari wilayah PKSN.
 Perumusan RDTR PKSN:
 Tujuan, Kebijakan dan Strategi;
 Rencana Detail Struktur Ruang;
 Rencana Detai Pola Ruang;
 Rencana Pemanfaatan Ruang; dan
 Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Konsepsi RDTR PKSN Nunukan dilengkapi dengan peta yang memiliki tingkat
ketelitian skala 1 : 5.000.
11. Penyusunan produk Rencana Detail Tata Ruang
Rencana struktur ruang kawasan perbatasan meliputi:
 Rencana persebaran penduduk yaitu jumlah dan kepadatan penduduk;
 Struktur kawasan perencanaan yaitu struktur fungsi dan peran kawasan;
 Rencana blok kawasan;
 Rencana skala pelayanan;
 Rencanasistemjaringanyangmeliputijalanraya,fasilitas jalan raya, angkutan air;
dan
 Rencana sistem jaringan utilitas, meliputi jaringan air minum, listrik, gas,
drainase, air limbah, persampahan.
Muatan RDTR terdiri atas:
1. Tujuan penataan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) merupakan nilai
dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian
sebagaimana ditetapkan dalam RTR KSN dan merupakan alasan disusunnya
RDTR tersebut,sertaapabiladiperlukandapatdilengkapikonsep pencapaian.
Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan direncanakan di BWP.

Oleh karena itu, mengingat tujuan pengembangan PKSN melalui perumusan


arahan kebijakan berdasarkan urgensi atau keterdesakan penanganan kawa-
san baik secara administratif maupun geografis (industri, permukiman), maka
penyusunan RDTR harus memperhatikan fungsi PKSN Nunukan sebagai:
a. Pusatpelayanankepabeanan,imigrasi,karantina,dan keamanan;
b. Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 9
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

c. Pusat perdagangan dan jasa;


d. Pusatindustripengolahanhasilpertambanganmineral, batubara, serta
minyak dan gas bumi;
e. Pusat industri pengolahan hasil hutan;
f. Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah
lingkungan;
g. Pusat pengembangan wisata budaya;
h. Pusat pengembangan pertanian, perkebunan, dan perikanan;
i. Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang;
j. Pusat pelayanan transportasi laut; dan
k. Pusat pelayanan transportasi udara.
2. Rencana pola ruang
Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona
peruntukan yang antara lain meliputi hutan lindung, zona yang memberikan
perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat,
perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan RTNH, ke
dalam blok-blok. Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi
sebagai zoning mapbagi peraturan zonasi.
3. Rencana jaringan prasarana
Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hirarki sistem jaringan
prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam
RTRW Kabupaten/Kota. Rencana pengembangan jaringan pergerakan,
rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan, rencana pengembangan
jaringan telekomunikasi, rencana pengembangan jaringan air minum, rencana
pengembangan jaringan drainase, rencana pengem-bangan jaringan air
limbah, rencana pengembangan prasarana lainnya.
4. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
PenetapanSubBWPyangdiprioritaskan penangannnya merupakanupayada-
lamrangkaoperasionalrencanatata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan.
5. Ketentuan pemanfaatan ruang
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTRmerupakan upaya mewujudkan
RDTR dalam bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu
peren-canaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.
6. Peraturan zonasi
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari RDTR.
a. Peraturan zonasi berfungsi sebagai perangkat operasional pengendalian
pemanfaatan ruang acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang,
termasuk di dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di
bawah tanah, acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 10
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

b. Rencana peruntukan blok, meliputi perumahan, perdagangan dan jasa,


industri dan perdagangan, pertambangan, pariwisata.
c. Rencana penataan bangunan dan lingkungan (amplop ruang), meliputi tata
kualitas lingkungan, tata bangunan, arah garis sempadan.
d. Indikasi program pembangunan, meliputi lokasi, jumlah, waktu dan
pembia-yaan terhadap:
 Bangunan/jaringan/lingkungan baru yang akan dibangun;
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang ditingkatkan;
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang akan diperbaiki;
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang akan diperbaharui;
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang akan dipugar; dan
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang akan dilindungi.
 Pengendalian rencana detail, meliputi aturan zonasi, aturan insentif dan
disinsentif, perijinan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
7. Kelembagaan dan peran serta aktif masyarakat:Peran Kelembagaan;
danPeran Masyarakat.

1.2.4.Ruang Lingkup Wilayah


Sesuai dengan Perpres No. 31/2015, PKSN Nunukan merupakan salah satu PKSN
yang berada di Kawasan Perbatasan NegaraPulau Kalimantan – Malaysia, terdapat di
Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantar Utara. Menurut ketentuan,
definsisiKawasan Perbatasan Negara mencakup kawasan perbatasan di darat dan di
laut. Kawasan per-batasan di darat meliputi kawasan yang berada di kecamatan pada
sisi dalam sepan-jang batas wilayah Negara Indonesia dengan Negara Malaysia;
Sedangkan kawasan perbatasan di laut meliputi kawasan sisi dalam garis batas
yurisdiksi, garis Batas Laut Teritorial Indonesia dalam hal tidak ada batas yurisdiksi,
dan/atau Garis Batas Klaim Maksimum dalam hal garis batas negara belum
disepakati, hingga garis pantai terma-suk:a. kecamatan yang memiliki garis pantai
tersebut; atau b. seluruh kecamatan pada gugus kepulauan, atau hingga perairan
dengan jarak 24 mil dari garis pangkal.

Kawasan perbatasan negara di darat dan kawasan perbatasan di laut di Kabupaten


Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas 12 (dua belas) kecamatan, dan salah
satu kecamatannya adalah Kecamatan Nunukan(berada di Pulau Nunukan),yang
diperankan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yaitu kawasan
perkotaanyang ditetapkan untuk mendorong pengembangankawasan perbatasan
negara dengan kriteria sebagai:
 pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pospemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga;
 pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintugerbang internasional yang menghu-
bungkan dengannegara tetangga;

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 11
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

 pusat perkotaan yang merupakan simpul utamatransportasi yang menghubungkan


wilayahsekitarnya; dan/atau
 pusat perkotaan yang merupakan pusatpertumbuhan ekonomi yang dapat mendo-
rongperkembangan kawasan di sekitarnya.

Kecamatan Nunukan, sebagai ibukota kabupaten memilikijumlah penduduk sebanyak


52.164 jiwa (2011) dengan luas ± 564,50 km2 (lihat gambar di bawah ini).

Pulau Nunukan

Mencakup Kel. Nunukan Utara, Barat, Timur, Tengah, dan Kel. Binusan
Gambar 4.1 Administrasi PKSN Nunukan

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 12
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

BAB 2
METODOLOGI PENDEKATAM
STUDI

2.1. Pendekatan Perencanaan

Secara hierarkis, penyusunan RDTR PKSN Nunukan merupakan penjabaran rinci


dari RTR Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan (Perpres No. 31/2015), dan
untuk menyusun RDTR suatu kawasan, harus mengacuk pada Permen PU No.
20/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
Namun demikian, dalam proses penyusunan RDTR PKSN Nunukan, selain
mengikuti ketentuan yang ada tersebut di atas, jugaakan digunakan beberapa
pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan Perundangan dan Kebijakan
PKSN Nunukan merupakan bagian integral dari sistem penataan ruang, baik
nasional, Provinsi Kalimantan Urata, maupun Kabupaten Nunukan. Oleh
karena itu penyusunan RDTR PKSN Nunukan selain perlu menggunakan
pendekatan hukum, juga perlumemperhatikan berbagai peraturan perundang-
undangan dan kebijakan perencanaan di atasnya, agar tidak menimbulkan
permasalahan hukum nantinya.
2. Pendekatan Penataan Ruang
Penataan ruang harus menjadi bagian dari proses menciptakan keseimbangan
antarwilayah sebagai wujud pembangunan yang berkeadilan. Oleh karena itu,
perlu dibangun struktur keterkaitan antarwilayah yang seimbang dan
berkeadilan, men-cegah terjadinya kesenjangan pembangunan yang rawan
menimbulkan konflik. Dimasa sekarang dan masa mendatang diperlukan adanya
pendekatan penataan ruang yang berbasis pada hal-hal berikut :
a. Sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan
yang tidak diinginkan.
b. Menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 13
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

c. Menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang


dan masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan baik dari aspek
sosial, ekonomi, ekologi, dan kelembagaan).
d. Disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk
mengimple-mentasikan perencanaan yang disusun.
3. Pendekatan Kewilayahan
Pendekatan kewilayahan pada prinsipnya memandang wilayah sebagai satu
kesatuan sistem. Keselarasan unsur pembentuk wilayah yang meliputi sumber
daya alam, sumber daya buatan, dan sumber daya manusia beserta kegiatannya
yang meliputi kegiatan ekonomi, politik, sosial-budaya dan pertahanan-
keamanan, berin-teraksi membentuk wujud tata ruang wilayah, baik yang
direncanakan maupun tidak.

Berdasarkan pendekatan wilayah akan dirumuskan fungsi utama kawasan dalam


wilayah (kawasan lindung dan kawasan budidaya), kegiatan kawasan (kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan), nilai strategis kawasan, sistem pusat-pusat
permukiman, serta sistem jaringan prasarana wilayah (transportasi, energi-kelis-
trikan dan telekomunikasi, persampahan dan sanitasi, serta sumber daya air).
4. Pendekatan Nilai Strategis Kawasan
Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk
mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpa-
duan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan demi terwujudnya
pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan berkelanjutan. Penetapan
ka-wasan strategis padasetiap jenjang wilayah administratif didasarkan pada
pengaruh yang sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan,
keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk kawasan
yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Pengaruh aspek kedaulatan negara,
pertahanan, dan keamanan le-bih ditujukan bagi penetapan kawasan strategis
nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan strategis nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berda-sarkan pendekatan ekternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.
5. Pendekatan Sosial Budaya
Pendekatan ini memandang kawasan perencanaan sebagai satu kesatuan ruang
sosial (social space)dengan masyarakatnya yang beragam serta mempunyai
budaya dan tata nilai (norm andvalue) tersendiri. Corak ragam budaya dan tata
nilai dalam masyarakat lokal ini harus ditempatkan sebagai satu variabel yang
penting.Nilai-nilai tradisional yang positif perlu diakomodasikan untuk
merangsang pemberdayaan dan peran serta masyarakat yang lebih besar dalam
pembangunan daerahnya. Sedang-kan nilai-nilai pembangunanperlu diupayakan
agar tidak berbenturan dengan nilai-nilai tradisional yang memiliki kearifan

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 14
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

lokal (local wisdom), sehingga tidak mengha-langi kinerja pembangunan


kawasan.

Diharapkan melalui pendekatan ini akan dapat dihindari kemungkinan terjadinya


benturan sosial dan keterasingan/ketersingkiran (alineasi) kelompok masyarakat
tertentu dari derap kegiatan pembangunan, serta segregasi keruangan yang dapat
berdampak negatif terhadap kinerja perkembangan kecamatan maupun pada
perkembangan kehidupan masyarakat.
6. Pendekatan Partisipasi dan Stakeholder
Pendekatan participatory digunakan untuk memperoleh urutan prioritas pengem-
bangan dan masukan-masukan dari berbagai stakeholders untuk melengkapi peta
potensi yang sudah dihasilkan. Selain melalui penyebaran kuesioner dan wawan-
cara, pendekatan participatory ini juga dilakukan dengan melalui FGD dan
seminar untuk mengkaji lebih lanjut hasil analisis yang dibuat. Pertimbangan
menggunakan participatoryapproach adalah, bahwa saat ini pemaksaan kehendak
dan perencana-an dari atas sudah tidak relevan lagi. Di era reformasi ini perlu
melibatkan berbagai pihak dalam setiap kegiatan pembangunan. Manfaat
penggunaan pendekatan ter-sebut adalah untuk meminimalkan konflik berbagai
kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil akhir yang menguntungkan
untuk semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah jaminan
kelancaran implementasi hasil kajian ini di kemudian hari.

Penyusunan rencana tata ruang tidak terlepas dari keterlibatan masyarakat sebagai
pengguna ruang (pelaksana rencana tata ruang) dan sebagai pihak yang terkena
dampak positif maupun negatif dari pelaksanaan ruang itu sendiri. Oleh karena itu
dalam penyusunan rencana tata ruang digunakan pendekatan partisipasi masya-
rakat (stakeholder approach) untuk mengikutsertakan masyarakat di dalam proses
penyusunan rencana melalui forum diskusi pelakupembangunan. Konsultan
dalam hal ini berusaha untuk melibatkan secara aktif pelaku pembangunan yang
ada dalam setiap tahapan perencanaan.

Di dalam penyusunan rencana masyarakat tidak hanya dilihat sebagai pelaku


pembangunan (stakeholder) tetapi juga sebagai pemilik dari pembangunan
(share-holder). Keterlibatan masyarakat sebagai shareholder dimaksudkan untuk
mengu-rangi ketergantungan wilayah/kawasan terhadap investor dari luar
wilayah/kawa-san, tetapi yang diharapkan adalah kerjasama antara investor
dengan masyarakat sebagai pemilik lahan di wilayah/kawasan tersebut. Dengan
posisi sebagai share-holder diharapkan masyarakat akan benar-benar memiliki
pembangunan di wilayah/ kawasannya, dapat bersaing dengan penduduk
pendatang, dan dengan demikian masyarakat lokal tidak tergusur dari
wilayah/kawasan-nya.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 15
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Melalui pendekatan peran serta masyarakat tersebut juga akan diupayakan agar
arahan kawasan fungsional dan program-program pembangunan yang
dirumuskan dalam RDTR dapat mencerminkan adanya peluang-peluang
masyarakat (khususnya masyarakat bermodal kecil dan menengah) untuk
berperan serta dalam kegiatan investasi dan atau menikmati nilai tambah ruang
yang diakibatkan oleh suatu kegiatan penataan ruang tingkat kawasan.
7. Pendekatan Berwawasan Lingkungan
Kawasan yang berwawasan lingkungan adalah kawasan yang sejak tahap
perenca-naan, penyiapan, penghunian hingga tahap pengembangan pemukiman
difasilitasi agar sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada di kawasan
tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan
penduduk.Bebe-rapa prinsip yang harus menjadi jiwa pembangunan kawasan
yang berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Mengindahkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Membangun kawasan diterapkan azas hemat dan efisien dalam menggunakan
sumberdaya alam yang ada. Kebijakan yang dapat digunakan untuk memandu
implementasi azas hemat dan efisien ini adalah kebijakan alokasi ruang
sebagai-mana tertuang dalam RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten.
 mengembangkan pola usaha yang adaptif terhadap kondisi ekologis
setempat, sehingga sumberdaya alam dapat dimanfaatkan secara lestari
untuk pening-katan taraf hidup dan generasi mendatang secara
berkelanjutan.
 mengembangkan kawasan yang dikemudian hari berkembang sebagai
kawasan ekonomi yang produktif tanpa melampaui daya dukung dan daya
tampung kawasan.
b. Orientasi ke Mutu
Di masa mendatang, target keberhasilan pembangunan kawasan tidak tepat lagi
diletakkan pada jumlah penduduk yang ditempatkan, atau jumlah permukiman
yang dibangun.Srategi pembangunan kawasan , harus diubah dari strategi
push-pull factor menjadi strategi membangun unit-unit permukiman yang
bermutu tinggi. Dengan menerapkan prinsip ini, di masa mendatang
pembangunan kawa-san akan mampu menjamin peningkatan taraf hidup secara
berkelanjutan. Tidak hanya itu, pembangunan kawasan juga harus
dikembangkan sebagai satu kesa-tuan dengan wilayah sekitarnya sehingga
keduanya berkembang sebagai satu kesatuan dengan wilayah sekitarnya
sehingga keduanya berkembang sebagai satu kesatuan sistem kehidupan
seperti yang diutarakan pada prinsip ketiga berikut ini.
c. Pendekatan Sistem Manajemen
Pendekatan sistem merupakan salah satu ciri penting dari penerapan paradigma
ekologi, baru bermakna bila segenap kebijakan, program, kegiatan, pedoman,

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 16
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

prosedur dan praktek-praktek penyelenggaraan pembangunan kawasan


dicurah-kan dan diarahkan untuk perencanaan, pengembangan, pelaksanaan,
koordinasi, pemantauan dan pencapaian kondisi kawasan yang akrab
lingkungan.
d. Memperkuat Ekonomi Lokal
Ekonomi lokal yang dimaksud di sini adalah kehidupan ekonomi yang
bersumber dari kemampuan lokal, dalam memanfaatkan dan mengubah
sumberdaya di kawasannya untuk peningkatan kesejahteraannya secara
berkeadilan dan berkelanjutan. Ini berarti bahwa tumpuan utama ekonomi di
kawasan dan sek-itarnya terletak pada dua hal pokok, yaitu (a) pranata-pranata
ekonomi yang tumbuh kuat di kalangan masyarakat, dan (b) pemanfaatan
secara berkelanjutan sumberdaya di kawasan dan sekitarnya.

Pola-pola usaha yang akan dikembangkan disamping harus adaptif secara


ekolo-gis, juga harus sinergi dengan pola usaha yang telah berkembang di
masyarakat setempat dan bahkan kemudian mempercepat perputaran roda
perekonomian kawasan setempat. Demikian pula kegiatan ekonomi
masyarakat setempat yang telah lama berkembang diberdayakan dan diperkuat
institusi-institusinya agar berkembang sinergi dengan kawasan perkotaan.
e. Memperkuat Pranata Masyarakat Lokal
Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari memiliki pranata yang khas dalam
wujud adat istiadat, kebiasaan dan larangan, prosesi keagamaan yang berbeda
dengan wujud pranata yang bersal dari luar. Pranata yang datang dari luar
mungkin tidak seluruhnya relevan dengan pranata yang ada pada tatanan
masyarakat lokal. Pranata pada tingkat masyarakat lokal harus diperkuat dan
dikembangkan sehingga dapat bersinergi dengan pranata yang baik dan sesuai
dengan pranata yang datang dari luar. Dengan demikian masyarakat lokal dan
pendatang sebagai masyarakat baru dapat berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan.

2.2. Proses Muatan Rencana Detail Tata Ruang


A. Proses dan Jangka Waktu Pelaksanaan RDTR

RDTR disusun melingkupi materi/substansi yang dipersyaratkan berdasarkan


Permen PU Nomor. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, meliputi :
a. Persiapan penyusunan RDTR
Persiapan penyusunan RDTR terdiri atas:
1. persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK/TOR;
2. kajian awal data sekunder, yaitu kajian awal terhadap RTR Kawasan
Perbatasan Negara di Kalimantan, RTRW Provinsi Kalimantan Utara dan

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 17
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

RTRW Kabupaten Kabupaten NUnukan dan kebijakan lainnya yang


terkait;
3. persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan metodologi dan teknik
analisis rinci, serta penyiapan rencana survei.
b. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik BWP dan penyusunan rencana pola
ruang dan rencana jaringan prasarana BWP, dilakukan pengumpulan data
primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer setingkat kelurahan dilakukan melalui:


1. penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui
penyebaran angket, temu wicara, wawancara orang perorang, dan lain
sebagainya; dan/atau
2. pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP secara langsung
melalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah kabupaten/kota.
Data yang dihimpun meliputi:
 Peta, skala 1:5.000
 Peta wilayah administrasi dan peta-peta kondisifisik (geologi,
jenistanah, hidrologi, dll.);
 Peta RBI;
 Peta Citra Satelit;
 Peta potensi SDA; dan
 Peta potensi kebencanaan.
 Data dan informasi :
 Kebijakan penataan ruang terkait;
 Kebijakan sektoral;
 Wilayah administrasi;
 Kondisi fisik lingkungan;
 Kondisi sarana dan prasarana;
 Kependudukan;
 Perekonomian dan keuangan;
 Peruntukan ruang;
 Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan ruang;
 Data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan,
tata bangunan);
 Kelembagaan; dan
 Peraturan Perundang-undangan terkait.
 Elaborasi
Kegiatan elaborasi adalah kegiatan yang meliputi:
 Elaborasi penduduk; dan
 Elaborasi kebutuhan sektoral.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 18
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Kegiatan ini memperhitungkan kemampuan lokasi perencanaan menampung


penduduk dalam kawasan perencanaan. Data dalam bentuk data statistik dan
peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series)
minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan keda-laman data setingkat kelurahan,
sehingga dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada
bagian dari wilayah Kabupaten Nunukan dalam kurun waktu minimal 5
tahun.
c. Analisis Data
1. Analisa struktur kawasan perencanaan, yang meliputi analisis
pergerakan;
2. Analisa peruntukan blok rencana, yang meliputi analisis pembagian
blok, analisis peruntukan lahan, analisis fasilitas lingkungan, analisis
mitigasi bencana;
3. Analisa prasarana transportasi, meliputi analisis angkutan jalan raya,
angkutan air, angkutan udara;
4. Analisa utilitas umum, meliputi analisis air minum, drainase, air limbah,
persampahan, kelistrikan, telekomunikasi dan gas;
5. Analisa amplop ruang, meliputi analisis:
 Intensitas pemanfaatan ruang terdiri atas:
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB);
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB);
 Koefisien Dasar Hijau (KDH);
 Koefisien Tapak Basement (KTB); dan
 Koefisien Wilayah Terbangun (KWT).
 Kepadatan Bangunan dan Penduduk
 Tata Massa Bangunan, meliputi:
 Pertimbangan Garis Sempadan Bangunan (GSB);
 Garis Sempadan Sungai (GSS) dan jarak bebas bangunan;
 Pertimbangan garis sempadan dana dan waduk; dan
 Pertimbangan tampilan bangunan.
6. Analisa kelembagaan dan peran masyarakat, meliputi:
 Identifikasi aspirasi dan analisis permasalahan aspirasi
masyarakat;
 Analisis perilaku lingkungan;
 Analisis perilaku kelembagaan; dan
 Analisis metoda dan sistem.
7. Analisis Karakteristik Wilayah;
 Kedudukan dan peran kawasan PKSN dalam wilayah yang
lebih luas (Kabupaten);
 Keterkaitan antar wilayah dan antar kawasan;

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 19
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

 Keterkaitan antarkomponen ruang kawasan;


 Karakteristik fisik kawasan;
 Karakteristik sosial kependudukan;
 Karakteristik perekonomian; dan
 Kemampuan keuangan daerah.
8. Analisis potensi dan masalah pengembangan kawasan PKSN:
 Analisis pusat-pusat pelayanan;
 Analisis kebutuhan ruang;
 Analisis daya dukung;
 Analisis daya tampung; dan
 Analisis perubahan pemanfaatan ruang.
9. Analisis daya dukung dan daya tampung termasuk
prasarana/infrastruktur dan utilitas dan daya tampung lingkungan
hidup strategis kawasan/blok, meliputi:
 Karakteristikumumfisikwilayah(letakgeografis,morfologi
wilayah, dsb.);
 Potensi rawanbencanaalam(longsor, banjir,tsunamidan gempa);
 Potensi SDA (mineral, batubara, migas, panas bumi dan air
tanah);
 Kesesuaian penggunaan lahan; dan
 intensitas pemanfaatan ruang dengan daya dukung fisik dan
daya dukung prasarana/infrastruktur dan utilitas pada blok/
kawasan PKSN. Kesesuaian
10. Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan.
d. Perumusan konsep rencana dan ketentuan teknis rencana detail
 Konsep rencana, pengembangan struktur ruang kawasan peruntukan
lahan blok serta indikasi hierarki pelayanan.
 Perumusan konsep pengembangan wilayah :
 Rumusan tujuan, kebijakan dan strategi; dan
 Konsep pengembangan bagian dari wilayah PKSN.
 Perumusan RDTR PKSN:
 Tujuan, Kebijakan dan Strategi;
 Rencana Detail Struktur Ruang;
 Rencana Detai Pola Ruang;
 Rencana Pemanfaatan Ruang; dan
 Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Konsepsi RDTR PKSN Nunukan dilengkapi dengan peta yang memiliki
tingkat ketelitian skala 1 : 5.000.
e. Penyusunan Produk Rencana Detail Tata Ruang
Rencana struktur ruang kawasan perbatasan meliputi:

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 20
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

 Rencana persebaran penduduk yaitu jumlah dan kepadatan


penduduk;
 Struktur kawasan perencanaan yaitu struktur fungsi dan peran
kawasan;
 Rencana blok kawasan;
 Rencana skala pelayanan;
 Rencanasisteminfrastruktur, meliputijalanraya, angkutan air; dan
udara;
 Rencana sistem jaringan utilitas, meliputi jaringan air minum, listrik,
gas, drainase, air limbah, persampahan.

2.3. Muatan RDTR


Sesuai dengan Perpres No. 31/2015 dan Permen PU No. 20/2011, maka muatan
RDTR PKSN Nunukan terdiri atas:
1. Penentuan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) dengan tujuan menata ruang
secara detail sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTR
KSN dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut. Tujuan penataan BWP
berisi tema yang akan direncanakan di BWP.
Oleh karena itu, mengingat tujuan pengembangan PKSN melalui perumusan
arahan kebijakan berdasarkan urgensi atau keterdesakan penanganan kawasan baik
seca-ra administratif maupun geografis (industri, permukiman), maka penyusunan
RDTR harus memperhatikan fungsi PKSN Nunukan sebagai:
a. Pusatpelayanankepabeanan,imigrasi,karantina,dan keamanan;
b. Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
c. Pusat perdagangan dan jasa;
d. Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak
dan gas bumi;Pusat industri pengolahan hasil hutan;
e. Pusat industri pengolahan dan jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan;
f. Pusat pengembangan wisata budaya;
g. Pusat pengembangan pertanian, perkebunan, dan perikanan;
h. Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang;
i. Pusat pelayanan transportasi laut; dan
j. Pusat pelayanan transportasi udara.

2. Rencana pola ruang


Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona perun-
tukan yang antara lain meliputi hutan lindung, zona yang memberikan perlindung-
an terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan,
perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan RTNH, ke dalam blok-blok.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 21
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi sebagai zoning
mapbagi peraturan zonasi.
3. Rencana jaringan prasarana
Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hirarki sistem jaringan
prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam
RTRW Kabupaten. Rencana pengembangan jaringan pergerakan, pengembangan
jaringan energi/kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan air minum, jaringan
drainase, jaringan air limbah, dan prasarana lainnya.
4. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
PenetapanSubBWPyangdiprioritaskanpenangannnya
merupakanupayadalamrangkaoperasionalRTR yang diwujudkan ke dalam rencana
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan.
5. Ketentuan pemanfaatan ruang
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTRmerupakan upaya mewujudkan RDTR
dalam bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5
(lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.
6. Peraturan zonasi
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
RDTR.
a. Peraturan zonasi berfungsi sebagai perangkat operasional pengendalian pe-
manfaatan ruang acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di
dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah, acuan
dalam pemberian insentif dan disinsentif.
b. Rencana peruntukan blok, meliputi perumahan, perdagangan dan jasa, industri
dan perdagangan, pertambangan, pariwisata.
c. Rencana penataan bangunan dan lingkungan (amplop ruang), meliputi tata
kualitas lingkungan, tata bangunan, arah garis sempadan.
d. Indikasi program pembangunan, meliputi lokasi, jumlah, waktu dan pembia-
yaan terhadap:
 Bangunan/jaringan/lingkungan baru yang akan dibangun;
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang ditingkatkan;
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang akan diperbaiki;
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang akan diperbaharui;
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang akan dipugar; dan
 Bangunan/jaringan/lingkungan yang akan dilindungi.
 Pengendalian rencana detail, meliputi aturan zonasi, aturan insentif dan
disinsentif, perijinan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
7. Kelembagaan dan peran serta aktif masyarakat:Peran Kelembagaan; danPeran
Masyarakat.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 22
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

2.4. Kerangka Pikir Penyusunan Rdtr Pksn Nunukan

Dengan mengacu pada proses dan prosedur penyusunan RDTR sesuai Permen PU N.
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTRdan Peraturan Zonasi Kabupa-
ten/Kota, dan sesuai dengan tahapan yang diarahkan dalam Kerangka Acuan Kerja
maka kerangka berpikir penyusunan RDTR PKSN Nunukan adalah sebagai terlihat
pada Gambar 4.1 di bawah ini.

2.5. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan penyusunan RDTR PKSN Nunukan, dilakukan secara
bertahap mulai dari (1) Persiapan dan Deks Study/Studi Literatur, (2) Pengumpulan
data, (3) Pengolahan dan Analisis data, (4) Pembahasan/diskusi, (5) Perumusan
Konsep RDTR, dan (6) Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi. Masing-masing
tahapan dijelaskan swebagai berikut.

2.5.1.Persiapan dan Deks Study


Persiapan diawali dengan melakukan mobilisasi sumber daya termasuk personil dan
bersama-sama melakukan telaahan untuk memamhi KAK. Kemudian melakukan desk
study untuk mempelajari informasi-informasi, data dan laporan yang relevansi dengan
pekerjaan. Keluaran dari desk studymerupakan pedoman bagi penyusunan pendekat-an
studi,standar perencanaan, teknik pengumpulan data ataupun informasi awal yang
berkaitan dengan pekerjaan untuk memperkaya kerangka konsepsional dan desain
metodologi serta referensi pada saat penyusunan laporan akhir kegiatan. Sumber desk
studydapat berasal dari dokumen kebijakan, statistik, laporan hasil penelitian, dan
peta, antara lain sebagai berikut:
1. Kajian kebijaksanaan pembangunan wilayah, khususnya dalam kaitannya dengan
arah pengembangan PKSN Nunukan khususnya dan Kabupaten Nunukan
umumnya;
2. Melakukan kajian terhadap studi-studi terkait, baik yang menyangkut penataan
ruang wilayah (RTRWN, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten), penataan ruang
kawasan (Masterplan), maupun dengan studi-studi Sektoral yang pernah
dilaksana-kan yang terdapat di wilayah studi;
3. Melakukan kajian mengenai gambaran umum/karakteristik Kabupaten Nunukan
sebagai gambaran makro kawasan dan gambaran umum/karakteristik PKSN
Nunukan sebagai gambaran mikro kawasan disertai perkembangan pembangunan
yang sudah dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah Provinsi maupun
pemerintah Kabupaten.
4. Review atau kajian terhadap standard/kriteria/parameter pengembangan kawasan
perkotaan, serta kaitannya dengan konsep-konsep non spasial yaitu peningkatan
kualitas SDM dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 23
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penyusunan RDTR PKSN Nunukan

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 24
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

2.5.2.Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : (1) Pengumpulan data
primer dan (2) Pengumpulan data sekunder.

Metode perolehan data primer dilakukan dengan survey lapangan yang terdiri dari:
1. Observasi Lapangan/Pengamatan Lapangan, yaitu mengamati langsung obyek
kawasan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi yang akurat
mengenai kondisi eksisting obyek kawasan, fakta-fakta yang ada dilapangan baik itu
potensi, permasalahan, aktivitas/perilaku maupun kebutuhan pengembangan.
Pengamatan/observasi ini ditunjang dengan pencatatan kondisi lapangan dan sketsa
objek pengamatan yang dilengkapi dengan dokumentasi/pengambilan gambar/foto
secara digital untuk lebih mengoptimalkan hasil pengamatan yang ingin dicapai
sebagai data dan informasi terbaru.
2. Interview/wawancara/diskusi, dilakukanmelalui FGD untuk mendapatkan data yang
lebih mendetail dari individu-individu yang kesehariannya berada di lapangan dan
mempunyai kaitan langsung ataupun tidak langsung dengan obyek
kawasan.Wawancara dilakukan terhadapstakeholder(instansi pemerintah daerah,
swasta, LSM, dan masyarakat umum) di daerah dan narasumber yang relevan
dengan pekerjaan RDTR, sekaligus menjaring aspirasi stakeholderbaik berupa
permasa-lahan maupun saran/rekomendasi untuk penyusunan RDTRPKSN yang
diinginkan.

Survei data sekunder dilakukan dengan teknik telaah, pencatatan,dan penggandaan


dokumen. Sumber data sekunder adalah instansi/lembaga terkait dan media masa
(eketronik/cetak). Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang
telah terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di
instansi terkait yang relevansi dengan kegiatan pekerjaan, baik berupa kajian, dokumen
perencanaan, studi-studi serta kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang
digunakan sebagai acuan pemerintah setempat.

Rancangan Pelaksanaan FGD


FGD dirancang dilaksanakan langsung di tingkat Kabupaten Nunukan. Sesuai dengan
KAK, FGD dilakukan di daerah sebanyak 3 (tiga) kali sesuai dengan tahapan pelaksa-
naan pekerjaan, sebagai berikut:
1. FGD ke-1 ditujukan dalam rangka klarifikasi/verifikasi data yang sudah
terkumpul, pengumpulan data dan Jaring Aspirasi seluruh stakeholder
daerah, meliputi:
 Verifikasi/klarifikasi hasil pengumpulan dan pengolahan data sekunder yang
diperoleh dari hasil desk study dan memperoleh data dan informasi aktual dari
daerah melalui pihak-pihak yang diundang hadir pada acara FGD;

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 25
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

 Eksplorasi mengenai potensi, keunggulan, kendala, dan isu-isu stratgeis dan per-
masalahan di daerah secara umum (lingkup Kabupaten Nunukan) dan khusus-nya
di kawasan PKSN, baik dilihat dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
(sisi aratan dan laut, sebagai daerah perbatasan negara dengan Malaysia), dari
sudut kepentingan sosial ekonomi (terutama kesejahteraan masyarakat perbatasan
negara), dan dari sudut kepentingan lingkungan;
 Eksplorasi mengenai arah pengembangan kawasan sesuai dengan kebijakan
pemerintah daerahdan masing-masing SKPD Kabupaten Nunukan.
2. FGD ke-2 dilakukan dalam rangka:
 Pemaparan hasil analisis data dan penyusunan konsep RDTR PKSN Nunukan
berdasarkan hasil analisis dan masukan dari Tim Teknis di Pusat;
 Eksplorasi terkait dengan kebutuhan pengembangan infrastruktur dalam rangka
perwujudan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, terutama
dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan (sisi aratan dan laut, sebagai
daerah perbatasan negara dengan Malaysia), dari sudut kepentingan sosial
ekonomi (terutama kesejahteraan masyarakat perbatasan negara), dan dari sudut
kepentingan ekologi lingkungan.
3. FGD ke-3 dilakukan dalam rangka:
 Pemaparan hasil penyusunan dokumen RTDR dan Peraturan Zonasinya berda-
sarkan hasil penyempurnaan hasil analisis dan masukan dari stakeholders pada
saat FGD-2;
 Pemantapan Materi Teknis, terutama terkiat dengan Indikasi Program Peman-
faatan Ruang dan Rancangan Peraturan Presiden tentang RTDR dan Peraturan
Zonasi PKSN Nunukan.

Stake Holders Yang Diundang:


1. Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan (Bupati dan/atau yang mewakilinya)
2. Bappeda (Bidang Fisik, Ekonomi, dan Sosbud/SDM) dan BKPRD Provinsi
Kalimantan Utara dan Kabupaten Nunukan;
3. Dinas-dinas dan badan/kantor terkait:
a. Dinas Perhubungan (Darat, Laut, dan Udara);
b. Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Tata Ruang dan Permukiman/Dinas Tata Ruang
dan Cipta Karya;
c. Dinas Pertambangan dan Energi;
d. Dinas Kelautan dan Perikanan;
e. Dinas Kehutanan,Pertanian, dan Perkebunan
f. Dinas Perindustrian;
g. Dinas Pendidikan;
h. Dinas Kesehatan;
i. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
j. Dinas Perizinan;

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 26
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

k. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah;


l. Badan/Kantor Lingkungan Hidup Daerah;
m. Pos Lintas Batas Negara Nunukan/Yonif/ Kodim 0911/Nunukan;
n. TNI AL (Komando Angkatan Laut Nunukan)/Polisi Militer AL;
o. TNI AU/Lanud Tarakan, Kalimantan Utara.
2.5.3. Metode dan Teknik Analisis
Pada prinsipnya metode-metode analisa dalam penyusunan rencana dapat dibagi dalam
2 (dua) kelompok, yaitu: Metode analisa kualitatif dan analisa kuantitatif.
Teknik analisis yang digunakan untuk masing-masing analisis kualitatis dan kuantitatif
adalah sebagai berikut.

2.5.3.1. Analisis Arah Kebijakan Pembangunan


Analisis kebijakan pembangunan bertujuan untuk memahami arahan kebijaksanaan
pembangunan PKSN Nunukan yang bersangkutan dan kedudukannya dalam perspek-tif
kebijaksanaan pembangunan provinsi, kabupaten, dan kawasan perkotaan serta untuk
mengantisipasi dan mengakomodasi program-program pembangunan sektoral yang akan
dilaksanakan. Oleh karena itu, selain dilakukan pengkajian terhadap tujuan dan sasaran
pembangunan kawasan yang bersangkutan, juga dilakukan pengkajian terhadap RPJP
dan RPJM Nasional,RPJP/MD Provinsi,dan Kabupaten, RTRWP, RTR P.Kalimantan,
RTRW Kabupaten dan serta program-program sektoral untuk melihat peranan wilayah
perencanaandalam pembentukan pola dan struktur ruang nasional dan regional.
Kebijakan-kebijakan yang dianalisis terkait dengan PKSN Nunukan adalah sebagai
berikut:
1. Kebijakan RPJP Nasional 2005-2025, terutama terkait dengan perlunya
reorientasi arah pembangunan kewilayahan dari ’inward looking’ ke ’outward
looking’.
2. RPJM 2015-2019 – Buku III Pembangunan Wilayah (PerPres No. 2 Tahun
2015), terutama terkait dengan reorientasi transformasi dan akselerasi
pembangunan wilayah yang harus bertumpu pada peningkatan kapasitas sumber
daya manusia, peningkatan efisiensi dan nilai tambah sumber daya alam, penguatan
kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, penyediaan infrastruktur yang terpadu
dan merata; serta penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik yang
ditujukan untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara
yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan
perbatasan terdiri: (a) Pendekatan keamanan (security approach) dan (b)
Pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach)

Strategi pembangunan dilakukan melalui:


1) Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan, pengamanan
kawasan perbatasan Kalimantan
2) Pengembangan Ekonomi Lokal

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 27
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

3) Penguatan Konektivitas dan Sislognas


4) Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek
5) Penguatan Regulasi dan Insentif;
6) Menterpadukan Pengembangan PKSN Nunukan Sebagai Pusat Pertumbuhan
Dengan Lokpri-Lokpri Sekitarnya Sebagai Hinterland dapat dilihat pada
Gambar strategi pengembangan kawasan perbatasan, Provinsi Kalimantan Utara
berikut ini.
3. Arahan kebijakan PKSN Nunukan Berdasarkan Masing-Masing Kebijakan
Arahan kebijakan PKSN Nunukan berdasarkan masing-masing kebijakanbaik
secara spasial maupun pembangunan seperti termuat dalam UU, PP, Perpres,
Perda Provinsi, dan Perda Kabupaten) yang disajikan ke dalam bentuk tabel
matrik analisis kebijakan pada masing-masin level terkait dengan PKSN
Nunukan.

2.5.3.2. Analisis Fisik dan Lahan


Analisis fisik dan lahan dilakukan dengan menghimpun data mengenai kondisi fisik
baik berbentuk tabulasi maupun peta 2 dimensi (peta tematik) yang kemudian
diterjemaahkan ke dalam pengertian dan fungsi dari kondisi fisik tersebut.
Cara/teknik yang digunakan dalam analisis fisik dan lahan adalah teknik
overlay/tumpang tindih/superimpose . Analisis ini dilakukan dengan menggabungkan
2 (dua) atau lebih peta fisik yang diperlukan khususnya dalam menentukan deliniasi
kawasan perkotaan, daya dukung lahan dan kesesuaian lahan berdasarkan kriteria
dan parameter yang belaku.

Tujuan dan penerapan dari metode overlay ini adalah untuk (1) penilaian kesesuain
lahan, (2) identifikasi kriteria lahan, (3) penetuan lokasi, dll. Teknik overlay
merupakan pedekatan tata guna lahan/landscape. Analisis overlay ini juga
dimaksudkan untuk melihat deskripsi kegiatan yang potensial berdasarkan kriteria
pertumbuhan dan kriteria kontribusi. Overlay ini merupakan suatu sistem informasi
dalam bentuk grafis yang dibentuk dari penggabungan berbagai peta individu
(memiliki informasi/database yang spesifik).Teknik overlay ini dilakukan dengan
menggunakan sistem komputerisasi yang berbasiskan SIG/GIS (sistem informasi
geografis) maupun sistem ArcView yang dioperasikan melalui perangkat komputer.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 28
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Gambar 2.2 Metode Overlay (Tumpang Tindih)

Beberapa analisis yang akan dilakukan dengan menggunakan cara tersebut di atas,
adalahsebagai berikut:
a. Interpretasi Peta Citra
Interprestasi peta citra dilakukan dengan menganalisis peta citra dengan tingkat
ketelitian rencana rinci 1 : 5.000 yang akan menghasilkan peta administrasi,
keting-gian, kelerengan/kontur, guna lahan, sebaran bangunan, jaringan jalan
serta kondisi lainnya secara actual.
b. Analisis Kesesuaian Lahan
Kajian mengenai lahan merupakan penilaian terhadap kemampuan atau daya
dukung lahan terhadap pengembangan penggunaan lahan tertentu. Suatu sistem
lahan dapat dikatakan sesuai untuk pengembangan kegiatan tertentu bila
kegiatan atau penggunaan lahan yang dikembangkan tersebut memiliki
produktifitas optimal dengan input yang minimal.Analisis kesesuaian lahan ini
akan menjadi dasar utama dalam menentukan struktur tata ruang, terutama
dalam menentukan struktur kawa-san lindung dan kawasan budidaya kawasan
perencanaan. Disamping itu, identifi-kasi formasi area yang sesuai untuk
pengembangan penggunaan lahan tertentu tercakup pula identifikasi daerah-
daerah yang seharusnya dipertahankan karena memiliki faktor pembatas tertentu
sehingga akan merugikan bahkan membahaya-kan bila dikembangkan. Daerah-
daerah seperti ini nantinya akan diusulkan pemanfa-atannya sebagai kawasan
lindung yang tidak dapat dibudidayakan atau dapat dibudidayakan dengan
persyaratan dan ketentuan khusus dalam pengembangan-nya, sehingga tidak
memberikan dampak yang negatif.Kriteria yang digunakan untuk menentukan
kawasan lindung dan non-lindung, digunakan Keppres No. 32/1990 yang
mengatur tentang Pengelolan Kawasan Lindung, lihat Gambar 4.3 di bawah ini.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 29
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

BAB 3
GAMBARAN UMUM LOKASI
STUDI

3.1. Batasan Wilayah Pksn Nunukan

PKSN Nunukan merupakan salah satu PKSN yang berada di Kawasan Perbatasan
Negara P. Kalimantan-Malaysia, terdapat di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantar
Utara, yang menurut PerPres No. 31 Tahun 2015 telah ditetapkan sebagai Pusat
pelayanan utama dalam peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta
sebagai pendorong pengembangan Kawasan Perbatasan Negara. Kemudianberdasarkan
Pasal 8, ayat 2 dan 3, Perda No. 19 Tahun 2013 Tentang RTRW Kabupaten Nunukan
Tahun 2013 – 2033, dijelaskan bawah PKSN Nunukan berada di Kecamatan Nunukan
dengan fungsi sebagai kawasan perkotaan Nunukan dan ditetapkan sebagai PKW (Pusat
Kegiatan Wilayah) Kabupaten Nunukan, lihat gambar 3.1 dan 3.2 di bawah ini.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 30
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Perbatasan Negara

Gambar 3.1 Lokasi PKSN Nunukan

Gambar 3.2 Batas Administrasi Wilayah Kecamatan Nunukan

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 31
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Menurut ketentuan, definsisiKawasan Perbatasan Negara mencakup kawasan perba-


tasan di darat dan di laut. Kawasan perbatasan di darat meliputi kawasan yang berada di
kecamatan pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Negara Indonesia dengan Negara
Malaysia; Sedangkan kawasan perbatasan di laut meliputi kawasan sisi dalam garis batas
yurisdiksi, garis Batas Laut Teritorial Indonesia dalam hal tidak ada batas yurisdiksi,
dan/atau Garis Batas Klaim Maksimum dalam hal garis batas negara belum disepakati,
hingga garis pantai termasuk:a. kecamatan yang memiliki garis pantai tersebut; atau b.
seluruh kecamatan pada gugus kepulauan, atau hingga perairan dengan jarak 24 mil dari
garis pangkal.

PKSN Nunukan merupakan kawasan perbatasan negara di darat dan kawasan perba-
tasan di laut di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Sesuai dengan keten-
tuan di atas, maka wilayah PKSN Nunukan meliputi batas daratan seluruh Pulau
Nunukan yang di dalam teridiri atas dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Nunukan
dan Kecamatan Nunukan Selatan. Namun demikian, karena sesuai dengan fungsinya,
PKSN merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengem-
bangankawasan perbatasan negara dengan kriteria sebagai:
 pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pospemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga;
 pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintugerbang internasional yang menghu-
bungkan dengannegara tetangga;
 pusat perkotaan yang merupakan simpul utamatransportasi yang menghubungkan
wilayahsekitarnya; dan/atau
 pusat perkotaan yang merupakan pusatpertumbuhan ekonomi yang dapat mendo-
rongperkembangan kawasan di sekitarnya;

Sesuai dengan Perda Nomor 19 Tahun 2013 Tentang RTRW Kabupaten Nunukan Tahun
2013-2033, yang telah menetapkan Kecamatan Nunukan sebagai PKW sekali-gus
sebagai Ibukota Kabupaten Nunukan, maka wilayah perencanaan (sebagai wilayah studi
mikro) yang kemudian akan di-RDTR-kan adalah bagian wilayah yang sudah
menunjukkan sifat perkotaan (urbanized area) di Kecamatan Nunukan, khususnya
mencakup 3 (tiga) wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Nunukan Utara seluas 48,72 Ha,
Kelurahan Nunukan Timur seluas 207,21 Ha, sebagian dari Kelurahan Nunukan Barat
dari luas total keurahan 963,47 Ha, dan sebagian dari Kelurahan Nunukan Tengah dari
luas toal 783,30 Ha.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 32
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

3.2. Kondisi Geografis Wilayah

PKSN Nunukan merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Nunukan yang


merupakanIbukota (Pusat Pemerintahan) Kabupaten Nunukan yang terletak di Pulau
Nunukan.Kecamatan Nunukan terdiri atas 4 (empat) kelurahan dengan klasifikasi
swasembada, yaitu Kelurahan Nunukan Utara, Kelurahan Nunukan Timur, Kelurahan
Nunukan Tengah, Kelurahan Nunukan Barat, dan 1 desa dengan klasifikasi swakarya
yaitu Desa Binusan. Kecamatan Nunukan memliki luas 11.718,74 Ha, dengan luas
wilayah teluas terdapat di Desa Binusan yaitu seluas 9.716,04 Ha (82,91% dari total luas
wilayah Kecamatan Nunukan), dan terkecil berada di Kelurahan Nunukan Utara yaitu
seluas 48,72 Ha (0,42% dari total luas wilayah Kecamatan Nunukan, lihat tabel berikut
di bawah ini, dengan batas administrasi Kecamatan Nunukan, yaitu :
Sebelah Utara: Berbatasan dengan Sabah, Malaysia Timur
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Nunukan/Kecamatan Sebatik Barat
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Selat St. Lucia/ Kecamatan Sei menggaris.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Nunukan Selatan
Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kelurahan dan Desa
di Kecamatan Nunukan Tahun 2013
No Kelurahan/Desa Luas (Ha) Presentase (%)
1 Kelurahan Nunukan Timur 207,21 1.77
2 Kelurahan Nunukan Utara 48,72 0.42
3 Kelurahan Nunukan Barat 963,47 8.22
4 Kelurahan Nunukan Tengah 783,30 6.68
5 Desa Binusan 9.716,04 82.91
Total 11..718,74 100,00
Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Nunukan2014

Kecamatan Nunukanterletak di ketinggian antara 0 m hingga lebih dari 500 m di atas


permukaan laut. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Nunukan bahwa di Kecamatan Nunukan memiliki topografi permukaan bumi yang
dataran rendah dengan suhu maksimun 32,8 0C – minimum 23,7 0C rata rata suhuyaitu
27,5 0C, sedangkan kelembaban udaramin 47 % dengan rata-rata kelembaban udara 84
%. Kondisi curah hujan pada tahun 2013 yaitu rata-rata 194,8 mm3 pada bulan Agustus
curah hujan yang paling lebat yaitu 422,4 mm3 dan banyaknya rata-rata hari hujan
perbulannya sebanyak 20,8 hari.

Untuk Tekanan Udara di kecamatan Nunukan rata-rata yaitu 1.008,7mb, sedangkan Rata
– rata Kecepatan Angin yaitu 3,5 knots pada bulan maret adalah bulan dengan kecepatan
angin yang tercepat yaitu sebesar 4,5 knots.Rata –rata penyinaran Matahari sebesar60 %

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 33
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

dan bulan maret 2013 penyinaran matahari sebesar 80 % dan bulan Januari yang
terendah hanya sebesar 44 %.

3.3. Kependudukan

3.3.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk


Total jumlah Penduduk Kecamatan Nunukan pada tahun 2013 adalah 56.165 jiwa,
terdiri dari 29.775 jiwa penduduk laki-laki dan 26.390 jiwa penduduk perempuan. Rasio
jenis kelamin pendudukKecamatan Nunukan pada tahun 2013 adalah 112,83%(dari
setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 112 penduduk laki-laki). Berdasarkan
distribusi jumlah penduduk menunjukkan bahwa kosentrasi penduduk di Kecamatan
Nunukan berada di Kelurahan Nunukan Timur, Barat, dan Tengah. Untuk lebih jelasnya
mengenai Luas Wilayah Menurut Kelurahan dan Desa di Kecamatan Nunukan dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Distribusi, dan Rasio Jenis
Kelamin di Kecamatan Nunukan Tahun 2013
Jumlah Penduduk (Jiwa) Rasio Jenis
No Tahun Laki- Distribusi Kelamin
Perempuan Jumlah
Laki Penduduk (%) (%)
Kelurahan Nunukan
1 7.283 7.698 14.981 26,67 94,60
Timur
Kelurahan Nunukan
2 4.525 4.061 8.586 15,29 111,44
Utara
Kelurahan Nunukan
3 8.047 6.565 14.612 26,02 122,57
Barat
Kelurahan Nunukan
4 7.269 6.142 13.411 23,88 118,36
Tengah
5 Desa Binusan 2.651 1.924 4.575 8,15 137,78
Jumlah 29.775 26.390 56.165 100,00 112,83
Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Nunukan, 2014

3.3.2. Kepadatan Penduduk


Dengan luas wilayah 11.718,74 ha, Kecamatan Nunukan memiliki kepadatan pendu-
duk sebesar 4,79 jiwa/ha. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan
Nunukan Utara dengan kepadatan penduduk sebesar 176.23Jiwa/Ha (sudah cukup
padat), sedangkan kepadatang terendah terdapat di Desa Binusan dengan kepadatan
penduduk sebesar 0,47Jiwa/Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai Kepadatan Penduduk
di Kecamatan Nunukan dapat dilihat pada tabel berikut.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 34
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Nunukan Tahun 2013


Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
No Kelurahan/Desa Luas (Ha)
(Jiwa) (Jiwa/Ha)
Kelurahan Nunukan
1 207,21 14.981 72,30
Timur
Kelurahan Nunukan
2 48,72 8.586 176,23
Utara
Kelurahan Nunukan
3 963,47 14.612 15,17
Barat
Kelurahan Nunukan
4 783,30 13.411 17,12
Tengah
5 Desa Binusan 9.716,04 4.575 0,47
Total 11.718,74 56.165 4.79

Sumber : StatistikDaerahKecamatanNunukan2014

Data Statistik Daerah Kecamatan Nunukan 2014, menunjukkan bahwa mata pencaha-
rian sehari-hari sebagian besar penduduk Kecamatan Nunukan adalah di sektor perda-
gangan dan jasa pemerintah diantaranya adalah perdagangan hasil pertanian, bahan
makanan, dan perkebunan.

3.4. Perekonomian

3.4.1.Pertanian
Menurut data statistik (2012), sebagian kecil dari masyarakat Kecamatan Nunukan
bekerja di sektor pertanian. Namun demikian, meskipun sektor pertanian bukan
merupakan mata pencaharian utama, kecamatan ini masih menghasilkan produk dari
beberapa sub sektor pertanian, seperti tanaman pangan, hortikultura, perikanan,
peternakan, dan perkebunan. Untuk lebih jelasnya mengenai Luas Panen dan Produksi
Tanaman Pangan, Tahun 2012di Kecamatan Nunukan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan, Tahun 2012
Produksi Produkttivitas
No Jenis Tanaman Luas Panen (Ha)
(Ton) (kw/ha)
1 Padi Sawah 112 520 46.46
2 Jagung 8 17 20.85
3 Kacang Tanah 3 3 10.32
4 Ubi Kayu 46 627 136.3
5 Ubi Jalar 23 207 89.88
Total 192 1374 303.81
Sumber: BPS dan Dinas Pertanian, Kabupaten Nunukan dalam StatistikDaerahKecamatanNunukan2014

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 35
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis tanaman padi sawah memiliki luas panen yang
cukup luas bila dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya yaitu 112 ha, dengan
produksi sebesar 520 ton dan produktivitas sebesar 46,46kwt/ha. Bila dilihat dari
produksi dan produkttivitas, menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu memiliki produksi
(627 ton) dan produkttivitas(136,3 kw/ha) yang cukup besar walaupun luas panen kecil
(46 ha).

Berdasarkan data Statistik Daerah Kecamatan Nunukan 2014, produksi tanaman pangan
di Kecamatan Nunukan tahun 2013, mengalami penurunansebesar 39,07%,khususnya
padi sawah dibandingkan dengan tahun 2012. Ini disebabkan petani padi sawah banyak
yang beralih pekerjaan ke petani budidaya rumput laut.

Selain tanaman pangan, komoditas hortikultura (buah dan sayuran) juga diusahakan
oleh masyarakat Kecamatan Nunukan. Untuk tanaman holtikultura semusim komoditas
yang paling banyak hasil produksinya yaitu kangkung, sawi, dan ketimun masing-
masing sebesar190 ton,165 ton, dan 140 ton. Komoditi lain yang dihasilkan yaitu cabe
rawit, tomat, buncis, bayam dan semangka.Sedangkan untuk tanaman buah yang
dihasilkan di Kecamatan Nunukan, terbesar adalah mangga (511 ton), pisang (156 ton),
rambutan (41 ton), nangka (40 ton), Jeruk Besar (36 ton) jeruk siam (24) sukun (32 ton)
dan Pepaya (19 ton). Selaintanaman di atas juga ada beberapa tanaman buah – buahan
dengan produksinya dibawah 10 ton pertahunnya antara lain alpukat, belimbing, duku,
jambu air, jambu biji, melinjo, petai, salak, nenas,sawo dan sirsak.

3.4.2. Perkebunan
Tanaman perkebunan yang diusahakan di wilayahKecamatan Nunukan adalah kelapa
sawit, kakao, kelapa, dan kopi. Produksi terbesar disektor perkebunan adalah kelapa
sawit. Untuk lebih jelasnya mengenai luas areal, produksi, dan produktivitas tanaman
perkebunan, 2012di Kecamatan Nunukan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5 Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Perkebunan, 2012
Produksi Produkttivitas
No Jenis Perkebunan Luas Panen (Ha)
(Ton) (kw/ha)
1 Kelapa Dalam 1,00 4.530 420
2 Kopi 1,50 441 700
3 Kakao 4,00 3.600 1.200
4 Lada 0,50 - -
5 Kelapa Sawit 762,00 1.041.008 14.000
Total 769,00 1.049.579 16.320
Sumber: Dinas Pertanian, Kabupaten Nunukan dalam StatistikDaerahKecamatanNunukan2014

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 36
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Tabel diatas menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki luas panen yang
cukup luas bila dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya yaitu 762,00
ha, dengan produksi sebesar 1.041.008 ton dan produktivitas sebesar 14.000kw/ha.

3.4.3. Pertenakan
Hewan ternak di Kecamatan Nunukan yaitu terdiri dari 1.000 ekor sapi potong, 168
ekor kerbau, 677 ekor kambing, 330 ekor babi dan domba 13. Sedangkan untuk
populasi unggas di Kecamatan Nunukan, adalah 16.555 ekor ayam buras, 1.293 ekor
itik, 224.330 ekor ayam ras dan ayam petelur 9.000 ekor. Produksi telur yang dihasil-
kan di Kecamatan Nunukan pada tahun 2013 adalah telur ayam ras petelur sebanyak
59.325 kg; telur ayam buras sebanyak 5.504 kg; dan telur itik sebanyak2.395 kg.Karena
Kecamatan Nunukan memiliki wilayah pantai, sebagian masyarakatnya berpro-fesi
sebagai nelayan penangkapan dan nelayan budidaya. Banyaknya rumah tangga
perikanan pada tahun2013 adalah sebanyak 885 rumah tangga, yang terdiri dari 349
rumahtangga di perikanan tangkap, 30 rumah tangga di budidaya tambak, 54 rumah
tangga di budidaya kolam, dan 452 rumah tangga di budibaya pantai/laut (Statistik
Daerah Kecamatan Nunukan 2014).
Produksi penangkapan perikanan laut mencapai 551,46 ton dan perikananbudidaya
tambak (3,47 ton), Kolam (8 ton) dan Budidaya pantai/laut (4.944,38 ton)Luas budidaya
perikananyaitu budidaya tambak luas kotor 15.355 ha dan luas bersih 8.280 ha, kolam
dengan luas kotor 1,20 ha dan luas bersih 0,98 ha, dan untuk daerah pantai budidaya
perikanan seluas 271,40 ha. Untuk jenis budidaya keramba di Kecamatan Nunukan
belum di kembangkan (Statistik Daerah Kecamatan Nunukan 2014).

3.5. Sarana Prasarana


3.5.1. Sarana Pendidikan
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan suatu
daerah. Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui kualitas sum-ber
daya manusia di wilayah tertentu. Ketersediaan fasilitas pendidikan dan tenaga pendidik
yang memadai akan sangat membantu peningkatan pendidikan di wilayah tersebut
Kelurahan Nunukan Barat mempunyai fasilitas pendidikan terbanyak yaitu 17 sekolah,
Kelurahan Nunukan Timur seba-nyak 11 sekolah, Kelurahan Nunukan tengah memiliki
7 sekolah sedangkan Kelurahan Nunukan Utara dan desa Binusan masing-masing
mempunyai 6 buah sekolah (Statistik Daerah Kecamat-an Nunukan 2014).

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 37
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Gambar 3.3 Banyaknya Sarana Pendidikan di Kecamatan Nunukan Tahun 2013

3.5.2. Sarana Kesehatan


Kesehatan adalah salah satu faktor yang menunjukkan tingkat kesejahteraan masya-
rakatdankeberhasilan pembangunan suatu daerah. Dengan fasilitas kesehatan dan
jumlah tenaga kesehatan yang memadai, kualitas kehidupan dan angka harapan hidup
masyarakat di suatu daerah akan meningkat.

Selain fasilitas diatas di Kecamatan Nunukan juga terdapat Apotik sebanyak 13 apotik
dan 3 toko obat.Sebagai wilayah kecamatan yang paling ramai dan menjadi pusat dari
Kabupaten Nunukan, Kecamatan Nunukan memiliki fasilitas kesehatan dan tenaga
kesehatan yang cukup memadai. Puskesmas Nunukan memiliki tenaga kesehatan antara
lain 6 dokter umum, 1 dokter gigi, 17 perawat dan 8 bidan, 11 para medis,dan dukun
beranak sebanyak 16 orang.Puskesmas Nunukan mendapat
kunjunganpasienrawatjalansebanyak43.177 pasien, tetapi belum ada pasien rawat inap
(karena Puskesmas Nunukan belum memiliki fasilitas rawat inap), sedangkan untuk
pasien ganguan Jiwa sebanyak 46 orang(Statistik Daerah Kecamatan Nunukan 2014).
Tabel 3.6 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Nunukan, tahun 2013
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit Umum Daerah 1
2 Puskesmas Induk 1
3 Puskesmas Pembantu 4
4 Puskesmas Keliling 1
5 Posyandu 33
6 Bidan Praktek 11
Total 51
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan dalam StatistikDaerahKecamatanNunukan2014

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 38
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

3.5.3. Sarana Perekonomian


Sarana perekonomian yang tersedia di Kecamatan Nunukan adalah 121 koperasi primer,
yang terdiri dari 120 koperasi non KUD, dan 1 koperasi KUD. Dengan tambahan 3
pasar tradisional dan toko yang menyediakan berbagai kebutuhan. Sebagian besar
barang yang disediakan dan dijual berasal dari Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Tawau-
Malaysia.

Tabel 3.7 Banyaknya Koperasi Menurut Tipe di Kecamatan Nunukan, 2013


No Sarana Banyaknya
1 KUD 1
2 Non KUD 120
3 Induk Koperasi 0
4 Koperasi Primer 121
Jumlah 242
Sumber : Dinas Perindakop Kabupaten Nunukan dalam StatistikDaerahKecamatanNunukan2014

Di tahun 2013, terdapat 5 bank yangberoperasi di Kecamatan Nunukan, yaitu


BPDKaltim, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Mandiri, dan BankDanamon. Selain itu, ada juga Pegadaian yang membantu
masyarakat di sektor finansial. Kecamatan Nunukan merupakan pusat perekonomian
dari Kabupaten Nunukan. Sebagian besar kebutuhan kecamatan lain dikirim dari
kecamatan ini.

3.6. Transportasi

Posisi geografis Kecamatan Nunukan yang terletak di sebuah pulau kecil yang terbagi
menjadi dua dengan Kecamatan Nunukan Selatan, membuat masyarakat harus meng-
gunakan transportasi laut atautransportasi udara untuk akses keluar dan masuk menuju
kecamatan. Kecamatan Nunukan memiliki 1 bandara dengan jumlah pener-bangan
(tahun 2013) adalah 1.778 penerbangan berangkat dan 1.778 penerbangan kedatangan
dengan jumlah penumpang 26.497 berangkat dan sebanyak 27.648 orang yang tiba di
Nunukan. Maskapai yang beroperasi di Bandara Nunukan ada 2, yaitu Kalstar Aviation
dan Susi Air (Statistik Daerah Kecamatan Nunukan 2014).

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 39
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Berdasarkan data dari Dishub Kabupaten Nunukan,


Kecamatan Nunukan memiliki 1 dermaga komersil, dan
4 dermaga perintis, dengan sekitar 250 kapal feri/kapal
motor yang beroperasi. Sarana pelayanan bahan bakar
yang tersedia di kecamatan ada 3 Pom SPBU, 40 pang-
kalan minyak tanah, 1 (satu) agen minyak tanah, 12 kios
BBM, dan 3 agen BBM (Statistik Daerah Kecamatan
Nunukan 2014).
Gambar 3.4 Keberangkatan dan BongkarMuat Barang Melalui Angkutan Laut, 2013

Beban barang yangdimuat mengalami lonjakan yangsignifikan dari tahun 2013


tercatatbarang yang dimuat 79.258 kg atau naik sebesar 12,11%. Sedangkanbeban
barang yang dibongkarmengalami penurunan sebesar 4,02%.Bagasi yang dimuat dan
dibongkar jugamengalami penurunan masing-masingsebesar 5,09% dan 10,17%.

Gambar 3.5 Lalu Lintas Penerbangan Angkutan Udara di Bandara Nunukan, 2009-
2013

Gambar 3.6 Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara di Bandara Nunukan 2009-2013

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 40
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

3.7. Isu strategis kawasan perbatasan kab. Nunukan malaysia

Wilayah perbatasan Kalimantan Utara memiliki arti yang sangat penting baik secara
ekonomi, geo-politik, dan pertahanan keamanan karena berbatasan langsung dengan
wilayah negara tetangga (Sabah) Malaysia yang memiliki tingkat perekonomian relatif
lebih baik. Potensi sumber daya alam yang dimiliki di wilayah ini cukup melimpah,
namun hingga saat ini relatif belum dimanfaatkan secara optimal. Di sisi lain, terdapat
berbagai persoalan yang mendesak untuk ditangani karena besarnya dampak dan
kerugian yang dapat ditimbulkan.

Ketertinggalan secara ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat perbatasan Kabupaten


Nunukan juga dipicu oleh kondisi infrastruktur dan aksesibilitas yang tidak memadai,
seperti jaringan jalan dan angkutan perhubungan darat maupun sungai masih sangat
terbatas, prasarana dan sarana komunikasi seperti pemancar atau transmisi radio dan
televisi serta sarana telepon relatif minim, ketersediaan sarana dasar sosial dan ekonomi
seperti pusat kesehatan masyarakat, sekolah, dan pasar juga sangat terbatas. Kondisi
keterbatasan tersebut akan semakin nyata dirasakan oleh masyarakat perba-tasan ketika
mereka membandingkan dengan kondisi pembangunan di negara tetang-ga Malaysia.

Daerah perbatasan merupakan wilayah strategis sekaligus daerah rawan terkait dengan
masalah-masalah pertahanan dan keamanan negara. Oleh karenanya sangat perlu untuk
mendapatkan perhatian yang lebih besar khususnya yang menyangkut pembangunan
sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi produktif masyarakat dan keamanan.
Selama ini daerah perbatasan masih identik dengan daerah yang terisolir, terpencil,
terbelakang dalam berbagai macam aspek kegiatan baik sosial, ekonomi, budaya, serta
pertahanan dan keamanan.

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kawasan perbatasan Kalimantan Utaradan


Kabupaten Nunukan umumnya, dan PKSN Nunukan secara umum dapat dibagi dalam 3
(tiga) level yaitu: level lokal, level nasional, dan level internasional.
1. Pada level lokal:
Pada level lokal permasalahan yang dihadapi adalah:
 Keterisolasian;
 Keterbelakangan;
 Kemiskinan;
 Mahalnya harga barang dan jasa;
 Keterbatasan prasarana dan sarana pelayanan publik (infrastruktur);
 Rendahnya kualitas SDM pada umumnya;
 Penyebaran penduduk yang tidak merata;
 Terjadinya penumpukan TKI di Nunukan akibat deportasi dari Malaysia

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 41
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Upaya pembangunan yang saat ini sedang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, menghadapi pro-blematika
pembangunan yang cukup berat dan kompleks, seperti:
 Kesenjangan dalam perkembangan sosial ekonomi yang mencolok antar
wilayah desa, antar desa dan kota, dan antar sektor ekonomi;
 Kurangnya peranan dan keterkaitan sektor modern terhadap sektor tradisional;
 Terbatasnya sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas dan
rendahnya daya saing penduduk lokal dibandingkan dengan negara tetangga.
 Masih rendahnya tingkat aksesibilitas wilayah dan kurangnya kemudahan
terha-dap fasilitas berusaha sehingga menjadi kendala untuk menarik
investasi;
 Terbatasnya infrastruktur berupa sarana dan prasarana transportasi;
 Keadaan topografi yang berat, sebagian besar bergunung-gunung, sehingga
sulit dijangkau oleh program pembangunan.

2. Pada level Nasional:


Sedangkan pada level nasional, pembangunan perbatasan dihadapkan pada perma-
salahan sebagai berikut:
 Kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada pembangunan daerah
perbatasan;
 Belum adanya payung hukum dan lembaga yang menangani khusus wilayah
perbatasan Tapal batas negara;
 Penyelundupan tenaga kerja Indonesia;
 Masih kurangnya personel, anggaran, prasarana dan sarana, serta kesejahteraan
anggota TNI/POLRI;
 Terjadinya perdagangan lintas batas illegal;
 Kurangnya akses dan media komunikasi dan informasi dalam negeri;
 Terjadinya proses pemudaran (degradasi) wawasan kebangsaan;
 Illegal loging dan illegal fishing oleh negara tetangga;
 Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral dan lintas wilayah dalam
penanganan wilayah perbatasan;
 Kesenjangan prasarana dan sarana yang terjadi pada daerah perbatasan di
Indonesia jika dibandingkan dengan Malaysia dapat menimbulkan
permasalahan politik dan HANKAM.
 Terjadinya eksodus WNI ke negara tetangga Malaysia dikarenakan hampir
seluruh wilayah kecamatan di perbatasan tidak memiliki akses jalan menuju
ibukota kabupaten.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 42
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

BAB 4
RENCANA KERJA

4.1. Konsep Penanganan Pekerjaan


Konsep perencanaan “top-down” dan “bottom-up” merupakan pendekatan perencana-an
yang umum digunakan dalam pembangunan. Pendekatan kedua konsep ini meng-
gabungkan antara kebijakan yang telah disusun dari pemerintah dan yang datang dari
masyarakat. Pendekatan konsep perencanaan “bottom-up” dalam“Penyusunan Renca-na
Detail Tata Ruang (RDTR) PKSN Nunukan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan
Utara”, dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi baik pada survai ke lokasi studi
untuk mendapatkan masukan dari pihak pemerintah daerah, masyarakat, dan pengu-
saha (swasta/seluruh stakeholder) sebagai pengguna produk rencana ke depan, baik
pada saat FGD maupun pada kesempatan seminar hasil penyusunan RDTR. Sedangkan
konsep perencanaan “top-down” adalah adanya ide dasar dalam pekerjaan ini, yang di-
peroleh dari peran pemerintah, yaitu: regulasi, kebijakan, norma, standar dan pedoman,
lihat gambar 5.1 di bawah ini.

Pemerintah
(Top - Down)

RDTR PKSNNunukan
Pihak Konsultan
(Top - Down)
Kab. Nunukan, Provinsi
Kalimantan Utara

Aspirasi Masyarakat
& Swasta
(Top - Down)

Gambar 4.1 Konsep Penanganan Pekerjaan

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 43
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

Pelaksanaan pendekatan kedua konsep top-down dan bottom-up proses perencanaan


dilakukan pada saat kegiatan survey, wawancara, dan diskusi/dialog (FGD), dengan
cara melalui proses :
1. Sinkronisasi visi, misi dan pemilihan tujuan-tujuan umum jangka panjang
2. Penentuan kebijakan dan program-program strategis
3. Menetapkan metode-metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa kebijakan
dapat terlaksana.
Dalam kegiatan tersebut di atas, pihak konsultan berperan sebagai fasilitator
untukmenjembatani antara kedua kepentingan yang terkait dengan kedua konsep
tersebut.

4.2. Strategi Pelaksanaan Pekerjaan


4.2.1. Strategi Dasar
Dalam pelaksanaan pekerjaan“Penyusunan RDTR PKSN Nunukan Kab. Nunukan
Provinsi Kalimantan Utara”, dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan akandiguna-
kan beberapa strategi dasar sebagai berikut:
1. Inovasi, artinya bahwa sebagai penterjemahan ide yang relatif baru.
2. Akuntabilitas, artinya bahwa semua pelaksanaan yang dilakukan harus dapat diper-
tanggung jawabkan dikemudian hari dan terukur, terutama dalam pengelolaan data
primer dan sekunder.
3. Optimasi, artinya bahwa baik proses maupun hasil, berjalan seoptimal mungkin dan
memuaskan semua pihak.
4. Kerjasama, artinya bahwa pekerjaan ini memerlukan kerja sama yang erat dengan
instansi lain, maupun seluruh stakeholder, terutama pada saat pengumpulan data
sekunder dan primer serta perumusan konsep-konsep pemanfaatan dan pengendalian
ruang kawasan.
5. Strategi Operasional
Perlunya strategi operasional dalam pelaksanaan “Penyusunan RDTR PKSN
Nunukan, Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara”ini adalah untuk
menjamin agar kinerja dari pelaksanaan operasional tetap terjaga, sehingga dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Strategi operasional
ini adalah :
1. Manajemen Pengelolaan Program
Agar program kerja “Penyusunan RDTR PKSN Nunukan Kabupaten Nunukan
Pro-vinsi Kalimantan Utara” berjalan sesuai target yang telah direncanakan
sebelumnya, maka perlu adanya strategi untuk mengelola program. Strategi ini
meliputi pengumpul-an data, pelaporan (reporting) dan dapat
dipertanggungjawabkan (reliable).

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 44
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

 Pengumpulan data (colecting data)


Untuk keperluan analisis, diperlukan pengumpulan data awal baik data primer
maupun sekunder.
 Pelaporan (reporting).
Untuk mendokumentasikan semua hasil kegiatan diciptakan sistem pelaporan.
Pelaporan ini dilaksanakan sejak dimulainya pekerjaan (setelah diterimanya SPK)
sampai dengan selesainya pekerjaan.
 Bisa dipertanggungjawabkan (reliable).
Yang sangat penting dipertahankan bahwa setiap hasil kerja dari konsultan ini
harus bisa dipertahankan kehandalannya.

2. Koordinasi Secara Simultan


Pelaksanaan pekerjaan ini melibatkan banyak pihak terutama pada tahap pengum-
pulan data, diskusi/dialog (FGD), dan seminar dengan para pihak terkait. Koordinasi
yang baik dari Tim Konsultan sangat penting untuk dilaksanakan, koordinasi yang
dila-kukan berupa :
 Konsultasi yang intensif dengan Tim Teknis.
 Kontrol yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap kemajuan pekerjaan,
sehingga setiap penyimpangan yang terjadi dapat diketahui secara dini dan dapat
dipecahkan.
 Berhubungan secara intensif dengan pihak pemberi data, misalnya dengan instansi
daerah, masyarakat dan pengusaha (seluruh stakeholder).

3. Strategi Penanganan Pekerjaan


Penanganan pekerjaan “Penyusunan RDTR PKSN Nunukan Kabupaten Nunukan
Pro-vinsi Kalimantan Utara”, tidak semata-mata untuk mencapai produk fisik
semata, tetapi lebih ditekankan pada upaya pencapaian sasaran yang diinginkan.
Dengan demikian pelaksanaan pekerjaan ini sangat menekankan pada tahap
proses yang akan menun-jang tercapainya sasaran yang diinginkan. Pendekatan
penanganan pekerjaan sangat berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
perumusan konsep pekerjaan, antaralain sebagai berikut:
1. Pihak Pemerintah, yang diwakili oleh pejabat-pejabat pemerintah pusat dan
daerah yang terkait memberikan arahan pada pekerjaan ini dan menyediakan data
baik sekunder maupun primer yang diperlukan.
2. Pihak Masyarakat, menyediakan dan mengoreksi data tentang pemanfaatan
ruang di wilayah yang akan direncanakan maupun aspirasi mereka untuk
masukan bagi kegiatan ini dalam forum Focuss Group Discussion (FGD).
3. Pihak Konsultan, yang berperan aktif untuk memperoleh dan mengumpulkan
data yang diperlukan sebagai bahan analisis dalam penyelesaian pekerjaannya.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 45
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

4.3. Jadwal Pelaksanaanpekerjaan

4.3.1. Rencana Jadwal Keseluruhan Kegiatan


Pelaksanaan kajian dilakukan dalam waktu 5 bulan kerja atau 150 hari kerja, dimulai
sejak dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja dari KPA atau sesuai kontrak kerja antara
penyedia jasa dengan Pengguna Jasa (tanggal 23 Juni 2015).

4.3.2. Rencana Jadwal Berdasarkan Kegiatan


Sesuai dengan waktu pelaksanaan pekerjaan, rencana kegiatan yang telah disusun
sebelumnya maka rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan lihat pada table 5.1 di bawah
ini:
Tabel 4.1 Jadwal PelaksanaanPekerjaan
JULI AGUSTUS SEPT OKTO NOV
No Kegiatan Th. 2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I PERSIAPAN
a Mobilisasi Personil
b Inventarisasi data awal Kawasan
Nunukan
c Inventarisasi Kebijakan
Pengembangan Kawasan Nunukan
d Penyusunan Metodologi
e Perumusan Rencana Kerja
F Penyiapan Perangkat Survey
g Penyiapan Laporan Pendahuluan dan
Bahan Tayangan Presentasi
II TAHAPAN SURVEY
a Peta dasar skala 1 : 5.000
b Survey Primer
c Survey Sekunder
III TAHAPAN PENYUSUNAN FAKTA DAN ANALISIS
a Kompilasi Data/Karakteristik Wilayah
1) Kebijaksanaan terkait
pengembangan Kawasan Nunukan
2) Wilayah administrasi
3) Fisik dasar dan fisik lingkungan
4) Pola penggunaan lahan/peruntukan
ruang kabupaten dan kecamatan
5) Sosial-kependudukan
6) Ketersediaan Sarana dan
Prasarana
7) Perekonomian dan Keuangan
8) Penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan ruang
9) Kualitas kawasan maupun kualitas
bangunan
10) Kelembagaan pembangunan
b Pengolahan dan Analisis Data

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 46
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

JULI AGUSTUS SEPT OKTO NOV


No Kegiatan Th. 2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1) Analisis Karakteristik Wilayah
 Analisis Kebijakan/Analisa
Wialayah Yang Lebih Luas
 Analisis fisik dan SDA
 Analisis Sosial dan
Kependudukan
 Analisis Kebutuhan Sarana dan
Prasarana
 Analisis Perekonomian dan
Keuangan
 Analisis Kualitas Kawasan dan
Bangunan
 Analisis Penggunaan
Lahan/Pemanfaatan Ruang
 Analisis Kelembagaan dan
Pembiayaan Pembangunan
2) Analisis Potensi dan Masalah
Pengembangan BWP
 Analisis pusat-pusat pelayanan
 Analisis kebutuhan ruang
 Analisis daya dukung
 Analisis daya tampung
 Analisis perub. pemanfaatan
ruang
3) Analisis Kualitas Kinerja Kawasan
dan Lingkungan
IV TAHAP PERUMUSAN KONSEP dan RDTR
a Rumusan tentang tujuan, kebijakan,
dan strategi pengembangan Nunukan
b Konsep pengembangan Kawasan
Nunukan
V TAHAP PENYUSUNAN RENCANA DAN NASKAH AKADEMIS PERATURAN ZONASI
a RDTR
1) Tujuan Penataan Ruang Wilayah
Perencanaan
2) Rencana Struktur Ruang Kawasan
3) Rencana Peruntukan Blok
4) Rencana Jaringan Prasarana
5) Penetapan Bagian dari Wilayah
Perencanaan yang Diprioritaskan
6) Ketentuan Pemanfaatan Ruang
b Naskah Akademis Peraturan Zonasi
1) Materi Wajib
2) Materi Pilihan
VI TAHAP PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN RDTR
VI PELAPORAN
I
a Laporan Pendahuluan
b Laporan Antara
c Laporan Draft Laporan Akhir
d Laporan Akhir
e Rancangan Peraturan Daerah
VI PEMAPARAN
II

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 47
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

JULI AGUSTUS SEPT OKTO NOV


No Kegiatan Th. 2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
a Pendahuluan
b Fakta dan Analisis
c Draft Rencana
d Rencana dan Naskah Akademis
Peraturan Zonasi

4.4. Komposisi Tim Dan Penugasan

4.4.1.Kualifikasi Tenaga Ahli


Untuk mendukung pekerjaan “Penyusunan RDTR PKSN Nunukan, Kabupaten
Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara” telah disiapkan tenaga ahli yang dipersyaratkan
terdiri dari tenaga ahli inti (utama) dan tenaga (ahli) pendukung dengan kualifikasi
pendidikan minimal S2 dan S1, sesuai bidangnya dan sesuai kualifikasi keahlian
sebagai berikut:
1. Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah, S2 Perencanaan Wilayah/Planologi dan/atau S2
Kajian Perkotaan jumlah 1 (satu) orang dengan pengalaman kerja minimal 6 (enam)
Tahun, sebagai Ketua Tim.
2. Tenaga Ahli Infrastruktur, S2 Prasarana Wilayah dan/atau S2 Kajian Perkotaan
jumlah 1 (satu) orang dengan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) Tahun.
3. Tenaga Ahli Teknik Lingkungan, S2 Teknik Lingkungan jumlah 1 (satu) orang
dengan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) Tahun, atau S1 dengan pengalaman kerja
6 (enam) Tahun.
4. Tenaga Ahli GIS/Pemetaan/Remote Sensing, S2 Geodesi/Geografi jumlah 1 (satu)
orang dengan minimal 3 (tiga) Tahun untuk S2, atau S1 pengalaman kerja 6 (enam)
Tahun.
5. Tenaga Ahli Arsitektur, S2 Arsitek jumlah 1 (satu) orang dengan pengalaman kerja
minimal 3 (tiga) Tahun, atau S1 dengan pengalaman kerja 6 (enam) Tahun.
6. Tenaga Ahli Pertahanan, S2 Pertahanan jumlah 1 (satu) orang dengan pengalaman
kerja minimal 2 (dua) Tahun, atau S1 dengan pengalaman kerja 6 (enam) Tahun.
7. Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan, S2 Ekonomi Wilayah jumlah 1 (satu) orang
dengan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) Tahun, atau S1 dengan pengalaman kerja
6 (enam) Tahun.
8. Tenaga Ahli Kelautan dan Perikanan, S2 Kelautan dan Perikanan jumlah 1 (satu)
orang dengan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) Tahun, atau S1 dengan pengalaman
kerja 6 (enam) Tahun.

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 48
La

ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN


DEPUTI BIDANG PENGELOLAAN POTENSIKAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
poL La

9. Tenaga Ahli Sosial Kemasyarakatan, S2 Sosiologi jumlah 1 (satu) orang dengan


pengalaman kerja minimal 3 (tiga) Tahun, atau S1 dengan pengalaman kerja 6
(enam) Tahun.
10. Tenaga Ahli Hukum, S2 Hukum Perdata atau Hukum Tata Negara jumlah 1 (satu)
orang dengan pengalaman kerja minimal 4 (empat) Tahun, atau S1 dengan
pengalaman kerja 6 (enam) Tahun.

Untuk membantu tugas-tugas tim ahli tersebut, maka diperlukan beberapa asisten ahli,
surveyor, dan tenaga pendukung, yaitu:
1. Asisten Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota /Planologi (1 orang).
2. Asisten Ahli Arsitektur (1 orang).
3. Asisten Ahli GIS (1 orang).
4. Surveyor (2 orang).
5. Tenaga Typist/Operator Komputer (2 Orang)

RINGKASAN LAPORAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN) NUNUKAN
PENDAHULUAN KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 49

Anda mungkin juga menyukai