Anda di halaman 1dari 6

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

THYPOID FEVER

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella
typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C. Penyakit ini
mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3
minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit
daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia. ( Widodo
Djoko, 2009 ).
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Thypi (yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Arief,M.2009).
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak seseorang mulai dapat
mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau mnuman yang dikonsumsi kurang bersih.
Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila terdapat demam terus-menerus lebih dari 1
minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan lemas, pucat, sakit
perut, tidak buang air besar beberapa hari. (Latif Bahtiar, 2008).

2. Etiologi
Salmonella thypi dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram negative, mempunyai

flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic

(O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope

antigen (K) yang terdiri dari polosakarida. Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida

kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella thypi

juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple

antibiotic (Nanda Nic-Noc, 2013)


3. Patofisiologi
Penularan bakteri salmonella typhi dan salmonella paratyphi terjadi melalui makanan dan
minuman yang tercemar serta tertelan melalui mulut. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh asam
lambung. Bakteri yang dapat melewati lambung akan masuk ke dalam usus, kemudian
berkembang. Apabila respon imunitas humoral mukosa (immunoglobulin A) usus kurang baik
maka bakteri akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propia.
Didalam lamina propia bakteri berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel makrofag kemudian
dibawa ke plaques payeri di ilium distal. Selanjutnya Kelenjar getah bening mesenterika melalui
duktus torsikus, bakteri yang terdapat di dalam makrofag ini masuk kedalam sirkulasi darah
mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik atau tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya
menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa diorgan-organ ini
bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid,
kemudian masuk lagi kedalam sirkulasi darah dan menyebabkan bakteremia kedua yang
simtomatik, menimbulkan gejala dan tanda penyakit infeksi sistemik.

4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-NOC. 2013) :

1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan

shock, Stupor dan koma.

4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari

5. Nyeri kepala

6. Nyeri perut

7. Kembung

8. Mual muntah

9. Diare
10. Konstipasi

11. Pusing

12. Nyeri otot

13. Batuk

14. Epistaksis

15. Bradikardi

16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)

17. Hepatomegali

18. Splenomegali

19. Meteroismus

20. Gangguan mental berupa samnolen

21. Delirium atau psikosis

22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit

demam akut dengan diseryai syok dan hipotermia.

5. Penatalaksanaan
a. Diet
Diet yang sesuai seperti jenis makanan padat, lunak dan cair, cukup kalori dan tinggi
protein seperti rendah serat banyak mengkonsumsi vuitamin c dan b kompleks. Pada
penderita yang akut diberi bubur saring seteelah bebas demam diberi bubur kasar selama
2 hari lalu nasi tim dilanjtkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari .
b. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah mencuci tangan setelah
dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minun
air mentah, rebus air mendidih dan hindari makanan pedas.
6. Komplikasi
Komplikasi demam typhoid dibagi dalam :
a. Komplikasi Intestinal
Perdarahan Usus
Perforasi Usus
b. Komplikasi ekstra Intestinal
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi
Komplikasi darah : anemia hemolitik
Komplikasi paru : pneumonia
Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis
Komplikasi ginjal : arthritis
Komplikasi neuropsikiatrik : meningitis

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fokus
a. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat,
suku bangsa, agama, No. registasi, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien Tifoid biasanya mengeluh Demam pada sore
hari menjelang malam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami pasien dai
rumah sampai ke Rumah Sakit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami peyakit menular atau
penyakit keturunan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluarga ada yang memeiliki
penyakit yang sama atau penyakit keturunan.

2. Pola Fungsi Kesehatan


Pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi kesehatan menurut Gordon:
a. Persepsi terhadap Kesehatan.
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan perubahan
terhadap pemeliharaan kesehatan.
b. Pola Aktivitas dan Latihan.
Pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan pasien Tifoid mengalami keletihan,
dan kelemahan dalam melakukan aktivitasgangguan karena adanya dyspnea yang dialami.
c. Pola Istirahat dan tidur.
Salah satu yang perlu dikaji karena pada klien dengan Tifoid salah satunya adalah
gangguan pola tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi fowler. Sedangkan pada pola
istirahat tidur pasien diharuskan untuk istirahat karena untuk mengurangi adanya sesak
yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebih.
d. Pola Nutrisi – Metabolik.
Adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada pasien dengan
Tifoid akan mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh yang berakibat adanya penurunan
BB dan penurunan massa otot.
e. Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada kebiasaan BAB
dan BAK.
f. Pola Hubungan dengan Orang Lain.
Akibat dari proses inflamasi tersebut secara langsung akan memperngaruhi akan
mempengaruhi hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal.

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri.


Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif untuk mengatasi
masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (Body Image, Identitas diri, Peran
diri, dan harga diri)
h. Pola Reproduksi dan Seksual.
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan mengalami
perubahan.
i. Pola Mekanisme Koping.
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah kesehatannya, termasuk
dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan yang intensif.
j. Pola Nilai dan Kepercayaan.
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang baru yang
menimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan mengganggu kebiasaan
ibadah.
k. Pemeriksaan Fisik
1) Paru-Paru :
2)

Anda mungkin juga menyukai