Anda di halaman 1dari 13

MONITORING dan EVALUASI

KINERJA KLINIS PERAWAT dan BIDAN

Pendahuluan
Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian penting dari administrasi yang efektif dalam
suatu organisasi. Hal ini suatu proses bantuan kepada staf untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil
yang diharapkan dikaitkan dengan standar yang digunakan dalam pelayanan kesehatan akan
bermakna apabila tujuan dapat dicapai dengan hasil yang baik. Hasil tersebut sangat tergantung
pada kualitas kinerja yang ditampilkan oleh klinisi, termasuk perawat dan bidan. Oleh sebab itu
salah satu bagian yang penting dalam proses manajemen adalah melakukan monitoring untuk
mengetahui bagaimana perawat dan bidan melakukan pekerjaannya.
Dalam melakukan monitoring kinerja perawat dan bidan, perlu ada seorang koordinator
untuk perawat dan koordinator untuk bidan. Dengan demikian diharapkan kinerja perawat dan
bidan dapat dipertanggungjawabkan dan segera diketahui bila terjadi penyimpangan, namun
keputusan harus dibuat berdasarkan informasi yang lengkap. Hasil monitoring ini harus dilaporkan
dan bila terdapat penyimpangan segera ditindaklanjuti tetapi sebaliknya bila terdapat peningkatan
kinerja perlu diberikan penghargaan. Monitoring merupakan bagian dari evaluasi yang dilakukan
dalam proses kegiatan/evaluasi formatif. Sedangkan evaluasi selain berisi monitoring juga melihat
kembali kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan/evaluasi sumatif.
Perubahan yang begitu cepat dalam pelayanan kesehatan, peningkatan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan dan keterbatasan sumber daya, telah mendorong kearah tersedianya
pelayanan yang berkualitas dengan melaksanakan sesuatu yang benar pada saat yang tepat dengan
upaya yang sesuai. Prinsip ini perlu diterapkan sehingga diperlukan adanya jaminan mutu, standar,
indikator kinerja, uraian tugas serta sistem monitoring dan evaluasi yang berdasarkan standar dan
kebutuhan pelayanan.

Monitoring kinerja klinis bagi perawat dan bidan merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan mutu kinerja itu sendiri dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya. Untuk mengukur kinerja harus ada suatu indikator kinerja dan melalui monitoring,
kinerja seseorang dapat dilihat dan dinilai.
Kinerja mengandung komponen kompetensi profesional dan produktifitas dalam kaitannya
dengan pelayanan keperawatan/kebidanan, maka kompetensi perawat dan bidan dalam pelaksanaan
tugas pelayanan didasarkan atas standar profesi masing-masing. Sebagai profesi perawat atau bidan
seyogyanya bekerja secara profesional sehingga layanan yang diberikan bermutu tinggi. Kita
ketahui banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang, namun harus disadari bahwa
profesi perawat dan bidan berkaitan dengan keselamatan dan kesejahteraan orang lain. Tanggung
jawab dan akontabilitas perawat dan bidan akan tercermin dalam deskripsi pekerjaannya dan
diterjemahkan kedalam fungsi-fungsi sesuai dengan lingkup pekerjaannya. Fungsi akan mengarah
pada kegiatan-kegiatan spesifik dan menentukan kinerja klinis tiap perawat dan bidan. Bagaimana
mengukur kinerja klinis perawat dan bidan? Tetapkanlah indikator kinerja kuncinya terlebih dulu,
karena tidak semua indikator akan dimonitor oleh manajer perawat dan bidan. Indikator kinerja
kunci merupakan pilihan dari aktititas yang kritikal sehingga bila tidak dilakukan akan sangat
berdampak luas atau merugikan pasen.

MONITORING dan EVALUASI


KINERJA KLINIS PERAWAT dan BIDAN

Pendahuluan
Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian penting dari administrasi yang efektif dalam
suatu organisasi. Hal ini suatu proses bantuan kepada staf untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil
yang diharapkan dikaitkan dengan standar yang digunakan dalam pelayanan kesehatan akan
bermakna apabila tujuan dapat dicapai dengan hasil yang baik. Hasil tersebut sangat tergantung
pada kualitas kinerja yang ditampilkan oleh klinisi, termasuk perawat dan bidan. Oleh sebab itu
salah satu bagian yang penting dalam proses manajemen adalah melakukan monitoring untuk
mengetahui bagaimana perawat dan bidan melakukan pekerjaannya.
Dalam melakukan monitoring kinerja perawat dan bidan, perlu ada seorang koordinator
untuk perawat dan koordinator untuk bidan. Dengan demikian diharapkan kinerja perawat dan
bidan dapat dipertanggungjawabkan dan segera diketahui bila terjadi penyimpangan, namun
keputusan harus dibuat berdasarkan informasi yang lengkap. Hasil monitoring ini harus dilaporkan
dan bila terdapat penyimpangan segera ditindaklanjuti tetapi sebaliknya bila terdapat peningkatan
kinerja perlu diberikan penghargaan. Monitoring merupakan bagian dari evaluasi yang dilakukan
dalam proses kegiatan/evaluasi formatif. Sedangkan evaluasi selain berisi monitoring juga melihat
kembali kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan/evaluasi sumatif.
Perubahan yang begitu cepat dalam pelayanan kesehatan, peningkatan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan dan keterbatasan sumber daya, telah mendorong kearah tersedianya
pelayanan yang berkualitas dengan melaksanakan sesuatu yang benar pada saat yang tepat dengan
upaya yang sesuai. Prinsip ini perlu diterapkan sehingga diperlukan adanya jaminan mutu, standar,
indikator kinerja, uraian tugas serta sistem monitoring dan evaluasi yang berdasarkan standar dan
kebutuhan pelayanan.

Monitoring kinerja klinis bagi perawat dan bidan merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan mutu kinerja itu sendiri dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya. Untuk mengukur kinerja harus ada suatu indikator kinerja dan melalui monitoring,
kinerja seseorang dapat dilihat dan dinilai.
Kinerja mengandung komponen kompetensi profesional dan produktifitas dalam kaitannya
dengan pelayanan keperawatan/kebidanan, maka kompetensi perawat dan bidan dalam pelaksanaan
tugas pelayanan didasarkan atas standar profesi masing-masing. Sebagai profesi perawat atau bidan
seyogyanya bekerja secara profesional sehingga layanan yang diberikan bermutu tinggi. Kita
ketahui banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang, namun harus disadari bahwa
profesi perawat dan bidan berkaitan dengan keselamatan dan kesejahteraan orang lain. Tanggung
jawab dan akontabilitas perawat dan bidan akan tercermin dalam deskripsi pekerjaannya dan
diterjemahkan kedalam fungsi-fungsi sesuai dengan lingkup pekerjaannya. Fungsi akan mengarah
pada kegiatan-kegiatan spesifik dan menentukan kinerja klinis tiap perawat dan bidan. Bagaimana
mengukur kinerja klinis perawat dan bidan? Tetapkanlah indikator kinerja kuncinya terlebih dulu,
karena tidak semua indikator akan dimonitor oleh manajer perawat dan bidan. Indikator kinerja
kunci merupakan pilihan dari aktititas yang kritikal sehingga bila tidak dilakukan akan sangat
berdampak luas atau merugikan pasen.

Pengertian

Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis informasi dari penerapan
suatu program termasuk mengecek secara reguler untuk melihat apakah kegiatan/program itu
berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang dilihat /ditemui dapat diatasi(WHO)

Pengertian Evaluasi
World Health Organization (WHO) merumuskan evaluasi sebagai suatu proses dari
pengumpulan dan analisis informasi mengenai efektivitas dan dampak suatu program dalam tahap
tertentu sebagai bagian atau keseluruhan dan juga mengkaji pencapaian program. Definisi lain
dikemukakan oleh Swansburg (1996) yang menyatakan bahwa evaluasi kinerja adalah suatu proses
pengendalian dimana kinerja pegawai dievaluasi berdasarkan standar.
Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data menganalisis informasi tentang efektifitas
dan dampak dari suatu tahap atau keseluruhan program . Evaluasi juga termasuk menilai pencapaian
program dan mendeteksi serta menyelesaikan masalah dan merencanakan kegiatan yang akan
datang(WHO). Evaluasi adalah proses pemberian informasi untuk membantu membuat keputusan
tentang objek yang akan dievaluasi
Banyak orang berfikir bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di akhir suatu
program/proyek dan itu tidak membutuhkan pikiran yang serius , pendapat ini adalah suatu hal yang
salah karena evaluasi membutuhkan perencanaan sebelum mengerjakan suatu program /proyek dan
termasuk evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama program atau kegiatan berlangsung dan ini
dikaitkan dengan proses monitoring.Informasi yang diperoleh dari monitoring memungkinkan
untuk dapat membuat dan menetapkan tentang bagaimana program tersebut dapat berjalan atau
bagaimana sebaiknya proses untuk mencapai tujuan; contoh monitoring dari suatu pencapaian
artinya bahwa anda dapat terus menerus mengkaji ulang kemajuan dan mengidentifikasi sesuatu
untuk menyakinkan bahwa hal itu realistik dan dapat dicapai dan dimodifikasi atau bila perlu
memperbaikinya sementara program masih berjalan.

Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah :
1. Menentukan kompetensi pekerjaan.
2. Meningkatkan kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai
(perawat dan bidan).
3. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi pegawai kearah pencapaian kualitas yang
tinggi.
4. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.
5. Memilih perawat dan bidan berkualitas untuk pengembangan dan peningkatan gaji.
6. Mengidentifikasi ketidakpuasan pegawai.

Secara umum Sistem Manajemen Kinerja Klinis memberi kerangka kerja pengembangan
program melalui; kinerja yang disadari (performance awareness), pengukuran kinerja
(performance measurement) dan peningkatan kinerja (performance improvement).

Tujuan Monitoring dan Evaluasi

1. Memperoleh informasi terutama tentang kegiatan apakah telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan memberikan umpan balik
2. Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah dilakukan
3. Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan program/kegiatan dan
tindak lanjut dari aktifitas monitoring.
4. Menentukan kompetensi pekerjaan dan meningkatkan kinerja dengan menilai dan
mendorong hubungan yang baik diantara pegawai dalam hal ini perawat dan bidan.
5. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi perawat dan bidan kearah pencapaian
kualitas yang tinggi.
6. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer
7. .Memilih perawat dan bidan yang berkualitas untuk pengembangan dan peningkatan gaji.
8. Mengidentifikasi ketidak puasan perawat dan bidan.

Manfaat monitoring dan evaluasi


1. Mengidentifikasi masalah keperawatan/kebidanan.
2. Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya.
3. Mengukur pencapaian sasaran/target.
4. Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasen/masyarakat yang mendapat pelayanan.

Prinsip – prinsip evaluasi dan monitoring


 Libatkan staf dalam perencanaan dan implementasi,rapat dengan staf untuk memberi
kesempatan mengerti konsep dan ide-ide dan keuntungan self evaluasi menjadi berguna
 Pilih seorang atau dua orang sebagai tim kecil yang bertanggung jawab dan membatasi data
dan analisis tetapi tidak membuat rekomendasi.
 Pastikan ada konsensus rencana evaluasi walaupun ini kelihatannya membtuhkan waktu dan
usaha yang besar
 Sediakan kepada tim evaluasi sumber–sumber pengambilan data dan analisis ini mungkin
melibatkan pendapat dari ahli
 Mendorong evaluator untuk melaporkan kemajuan walaupun mereka tidak pada posisi
untuk melapor
 Gunakan temuan – temuan untuk merefleksikan program dibawah pengawasannya, tentukan
apa yang akan dirubah, dibuat dan untuk apa contoh apakah proses implementasi harus
dimodifikasi sehingga tujuan dapat dicapai.

Hal – hal yang harus di perhatikan dalam melakukan monitoring


1. Monitoring kinerja klinis perawat dan bidan berdasarkan indikator kinerja klinis
2. Indikator kinerja berdasarkan standar dan uraian tugas.
3. Indikator kinerja klinis dipilih yang menjadi indikator kunci
4. Indikator harus bersifat ; dapat diukur atau dinilai, dapat dicapai, dan bersifat spesifik
5. Dalam waktu tertentu dapat dilakukan perubahan
6. Monitoring harus ditentukan bagaimana caranya, kapan dimana, dan siapa yang akan
memonitor serta harus didokumentasikan.

Langkah – Langkah Dalam Monitoring

1. Perencanaan
a. Merancang sistem monitoring yang spesifik: apa yang akan dimonitor, tujuan apakah
untuk memperoleh infomasi rutin atau jangka waktu pendek? mengapa dan untuk
siapa (user).
b. Menentukan scope monitoring: luasnya area (RS, puskesmas non TT)? apakah
bersifat klinis atau service? Siapa yang terlibat, bidan, perawat, dokter? Berapa lama
monitoring akan dilakukan?
c. Memilih dan menentukan indikator tentukan batasan sasaran kelompok misalnya
kelompok anak dibawah 2th, 5 th atau antara 12-60 bln ? Terminologi: kasus diare,
mungkin kultur masyarakat dari satu tempat akan berbeda dgn tempat lainnya, maka
penyusunan indikator merujuk pada budaya setempat dan terakhir tentukan
"performance standard" atau target pencapaian (%) serta frekuensinya
(harian/mingguan/bulanan) tergantung kebutuhan user.
d. Menentukan sumber-sumber informasi, memilih metoda pengumpulan data, seperti
metoda observasi, interview petugas, perawat/bidan, pasen atau rapid survey untuk
cakupan atau pengobatan di rumah (home treatment).

2. Implementasi
a. Mengumpulkan data penggunaan format pengumpulan data, termasuk memilih
menentukan proses supervisi dan prosessingnya (kemana akan dikirim)
b. Tabulasi data dan analisa data: membandingkan temuan atau pencapaian aktual
dengan perencanaan
c. Temuan dalam monitoring: apakah ada penyimpangan, bila ada perlu diidentifikasi
masalah penyebabnya. Hasil temuan di "feedback" kan kepada semua staf yang
terlibat.
d. Menggali penyebab dan mengambil tindakan perbaikan: menggali penyebab
terjadinya masalah, bisa jadi masalah timbul dalam hal yang sudah familiar bagi
perawat dan bidan, misalnya immunisasi cakupan turun. Bila penyebab telah
diketahui, check list immunisasi dipakai lagi. Rencana monitoring perlu disusun
jangka pendek untuk menjamin bahwa tindakan/prosedure dilaksanakan sesuai
standar (rencana) serta memberi efek sesuai dengan harapan

3. Menentukan kelanjutan monitoring


Kegiatan monitoring dirancang untuk memperoleh hasil kinerja sekarang (rutin) atau jangka
pendek bagi manajer atau user lainnya. Ketika program atau kegiatan rutin telah memberikan
perubahan signifikan, maka kelangsungan program kinerja memerlukan perhatian. Review
secara periodik tetap diperlukan. Sistem informasi manajemen akan membantu manajer untuk
mempertimbangkan kapan indikator dan frekuensi monitoring dikurangi dan pada bagian
mana perlu direncanakan lagi dan dilanjutkan.

Tipe Monitoring
a. Monitoring Rutin :
Kegiatan mengkompilasi informasi secara reguler berdasarkan sejumlah indikator kunci.
Jumlah indikator dalam batas minimum namun tetap dapat memberikan informasi yang
cukup bagi manajer untuk mengawasi kemajuan/perkembangan. Monitoring rutin dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi penerapan program dengan atau tanpa perencanaan
b. Monitoring jangka Pendek :
Dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan biasanya diperuntukkan bagi aktifitas yang
spesifik. Seringkali bila aktifitas atau proses-proses baru diterapkan, manajer ingin
mengetahui, apakah sudah diterapkan sesuai rencana dan apakah sesuai dengan keluaran
yang diinginkan. Pada umumnya manajer memanfaatkan informasi ini untuk membuat
penyesuaian dalam tindakan yang baru. Sekali penerapan telah berjalan baik maka indikator
kunci dimasukkan kedalam monitoring rutin. Monitoring jangka pendek diperlukan bila
manajer menemukan suatu masalah yang muncul berhubungan dengan input atau pelayanan.

Untuk merancang sistem monitoring rutin atau jangka pendek, beberapa hal perlu dipertimbangkan:
(1) Memilih indikator kunci yang akan dipergunakan manajer;
(2) Hindari mengumpulkan data yang berlebihan agar tidak menjadi beban staf.
(3) Berikan feedback pada waktu tertentu;
(4) Gunakan format laporan yang dapat dengan mudah untuk menginterpretasikan data dan
tindakan.

SISTEM MONITORING
Sistem monitoring indikator kinerja klinis perawat dan bidan sangat diperlukan untuk
meningkatkan serta mempertahankan tingkat kinerja yang bermutu. Melalui monitoring akan dapat
dipantau penyimpangan - penyimpangan yang terjadi, penyimpangan harus dikelola dengan baik
oleh manajer perawat dan bidan untuk diluruskan kembali agar kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan standar. Ada tiga indikator kinerja perawat dan bidan yang perlu dimonitor. yaitu:
administratif, klinis dan pengembangan staf.
Yang termasuk dalam indikator kinerja administratif meliputi pendokumentasian asuhan
keperawatan (askep) dan asuhan kebidanan (askeb) segala sesuatu yang berhubungan dengan
kegiatan administratif termasuk pencatatan dan pelaporan; Indikator kinerja klinis adalah
pelaksanaan kegiatan atau aktifitas asuhan langsung terhadap pasen, misalnya asuhan keperawatan
bedah (pre-op), asuhan kebidanan pada ibu hamil. Pengembangan staf berkaitan dengan
pengembangan kemampuan klinis staf (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang dapat dilakukan
secara rutin antara lain melalui ref1eksi diskusi kasus. (Lihat diagram dibawah ini;

SISTEM MONITORING

RCD Job
Standards
Description

Giving feed back Key performance


indicator

Monitoring
Handling Variances
system
Monitoring sangat diperlukan dalam suatu sistem manajemen dan hasilnya merupakan
feedback bagi manajemen untuk lebih meningkatkan rencana operasional serta mengambil langkah-
langkah tindakan korektif. Oleh karena itu manajer hendaknya memiliki sistem monitoring
sehingga feedback atau penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan tepat, cepat dan
dapat dilakukan upaya perbaikan dengan segera. Dengan melakukan monitoring secara periodik
sesuai dengan kepentingannya, maka pelayanan keperawatan dan kebidanan dapat ditingkatkan
mutunya secara terus menerus.

METODE EVALUASI KINERJA

Dalam tatanan klinik dapat digunakan metoda evaluasi yang bervariasi. Manajer atau
supervisor harus mempertimbangkan tujuan dari evaluasi kinerja klinis, kemampuan
bekerja yang akan dievaluasi. Ini berarti harus jelas deskripsi pekerjaan dan kegiatan yang
didasarkan pada standar setiap posisi klinis.

Menegakkan indikator evaluasi harus mencerminkan deskripsi pekerjaan yang harus


mereka lakukan dan harus sederhana, khusus dan jelas. Penilaian kinerja klinis dapat
menggunakan tehnik kualitatif untuk mengukur kompetensi pekerjaan di bagian khusus.
Susunan indikator harus dikembangkan berdasarkan kekhususan fungsi dan tugas dan itu
juga digunakan untuk mengukur proses dari outcomes kilnis. Metoda evaluasi kinerja
bervariasi seperti:

a. Catatan Anecdotal

Catatan Anecdotal adalah catatan individu berdasarkan peristiwa, kegiatan klinik dan
hasil serta masalah yang terjadi pada pegawai yang bersangkutan. Setiap pegawai
mempunyai catatan/buku anecdotal. Isu yang dicatat akan dibahas antara manajer
atau supervisor dengan pegawai/staf yang bersangkutan dan ditandatangani oleh
pegawai dan supervisor. Walaupun catatan anecdotal memberi satu arti sistematis
untuk pencatatan observasi, mereka tidak dapat menjamin bahwa observasi akan
dibuat sistematis atau khusus terhadap perilaku yang relevan diobservasi. Hal ini
memerlukan pertimbangan waktu pencatat observasi. Dokumen anecdotal disimpan
oleh manajer, dan menulis laporan rekapitulasi serta mengirim laporan anecdotal
kepada seksi keperawatan dan kebidanan di rumah sakit / koordinator di Puskesmas.

b. Penilaian Diri Sendiri

Penilaian diri sendiri adalah metoda lain untuk evaluasi kinerja dan sedikit digunakan
dilapangan. Masalah penilaian diri sendiri bagi pelaksana sama dengan penilaian
supervisor dimana membutuhkan suatu pelatihan dalam menilai diri sendiri. Mereka
menjadi terbiasa untuk setiap posisi klinik.
Pertanyaan yang akan memfasilitasi penilaian diri sendiri adalah:

 Pikirkan siapa yang lebih efektif untuk menilai?


 Perilaku dan hasil apa yang dapat mendukung pilihan?
 Pikirkan perilaku dan hasil yang membuat anda bicara dengan diri anda
sendiri “Akankah menjadi lebih baik bila setiap orang mengerjakannya ?
 Kebiasaan apakah dari pekerjaan yang berkaitan dengan tugas untuk dinilai?
 Bagaimana perbedaan dari orang berpenampilan rata-rata dengan orang yang
sempurna?

c. Check List

Check List dapat mengkaji kategori kehadiran atau absen, atau karakteristik yang
diharapkan atau perilaku. Check list harus digunakan untuk variabel nyata seperti
inventaris perlengkapan. Metoda ini dapat pula digunakan untuk evaluasi
ketrampilan keperawatan atau kebidanan klinis dan disarankan untuk mencatat
perilaku esensial dalam keberhasilan kinerja.

d. Peer Review

Peer Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi dengan
kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview praktek sejawatnya
dengan menggunakan standar kinerja yang baku. Ini adalah self-regulation dan
mendukung prinsip autonomi. Peer review terdiri dari sejawat yang memeriksa tujuan
asuhan langsung dari sejawatnya dengan standar yang khusus, indicator kritis dari
asuhan yang ditulis oleh sejawat. Tujuan peer review adalh untuk mengukur
akontabilitas, evaluasi dan meningkatkan pemberian asuhan, identifikasi kekuatan
dan kelemahan, mengembangkan policy yang baru atau diubah.

Umumnya sistem manajemen kinerja klinis adalah untuk memberi kerangka kerja
pengembangan program melalui kinerja yang disadari ( performance awareness),pengukuran
kinerja( performance measurement) dan peningkatan kinerja (performance improvement).
Pengembangan kinerja klinis keperawatan dan kebidanan tidak dapat dipisahkan dari upaya
pengembangan sumber daya manusianya yaitu perawat dan bidan itu sendiri. Pengembangan diri
secara terus menerus dapat dilakukan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
melalui pelatihan (training) dan dapat juga dilakukan melalui refleksi diskusi kasus (RDK). RDK
dapat dikategorikan sebagai suatu “in-service training” untuk selalu mengembangkan kemampuan
dan dapat dipakai sebagai salah satu indikator pengembangan staf.

OUT COME EVALUASI

Ada 3 komponen outcomes evaluasi dalam organisasi, yaitu :


1. Clinical outcomes
2. Administrative outcomes
3. Service/delivery outcomes

Ad 1. Clinical outcomes
Clinical outcomes berfokus pada penilaian proses asuhan sebagai perkembangan
pasen melalui suatu sistem yang luas dan spesifik. Umumnya penilaian harus
memenuhi outcomes yang mungkin dapat diterapkan dalam pelayanan. Contoh
indikator clinical outcomes adalah :
a. Angka infeksi. Outcome yang diharapkan harus bermakna seperti penurunan
infeksi nasokomial menjadi nol.
b. Pasen jatuh/kecelakaan. Outcome yang diharapkan nol, berarti pasen harus
sering diobservasi terutama pada pasen yang siap ambulansi.

Ad 2. Administrative out comes


Outcomes ini khusus berkaitan dengan organisasi sebagai keseluruhan dan
mempengaruhi sistem kepegawaian, staf, dokter dan alur bawah organisasi. Dasar
pengukuran indikator dalam sistem pelayanan kesehatan adalah implikasi dari
organisasi seperti :
1. Kepuasan pegawai. Ini merupakan indikator kritis dari outcome untuk
keberhasilan program dan asuhan pasen. Sistem ini harus meningkatkan
kualitas lingkungan kerja pegawai meskipun membutuhkan waktu. Sistem
yang lebih efektif dan efisien didasarkan pada filosofi kerja kelompok dan
asuhan yang berfokus pada pasen. Mengukur kepuasan pegawai harus dikaji
atas peratuaran yang mendasar.
2. Analisis budaya dan suasana organisasi. Suatu perencanaan yang baik dan
efektif dirancang dengan proses keseinambungan. Patokan kasus umum
memberi implikasi positif baik terhadap budaya maupun suasana organisasi.
Budaya membangun “spirit kelompok” dengan berfokus pada pasen dan
proses. Ini adalah nilai nyata adanya pendidikan dimana belajar menghargai
diantara sesama staf, dokter dan manajemen. Transformasi suasana ke dalam
lingkungan ini menumbuhkan autonomi staf, mendorong, menghargai
kreativitas dan inovasi, mendukung kemampuan manajerial dan suatu
kebersamaan diantara anggota kelompok.

Ad 3. Service/delivery outcomes
Ada satu komponen tetap dari indikator pelayanan dasar yang dapat dievaluasi dan
langsung menilai outcomes. Indikator outcomes pelayanan sedikit dan lebih
sederhana, antara lain :
a. Kepuasan pasen. Banyak metoda dan alat yang cocok untuk menilai kepuasan
pasen yang akurat sebagai indikator kritis. Kegagalan mendengar dan
menanggapi persepsi pasen dalam sistem pemberian asuhan akan
mengakibatkan ancaman kegagalan dari organisasi. Data yang berkaitan dengan
kepuasan pasen harus disampaikan kepada semua staf secara regular, hanya
outcomes terbaik memberikan “inovasi” lebih jauh untuk meningkatkan kinerja .
Penilaian yang kurang akan memberi dampak kepada organisasi.
b. Lamanya menunggu (Respone Time). Adalah indikator pelayanan yang
sempurna untuk menilai efektivitas sistem. Suatu birokrasi yang kompleks,
lamban, aturan sistem menghasilkan keterlambatan pemasaran. Pasen sensitif
terhadap keterlambatan dan keterbelakangan yang menimbulkan kesan negatif
terhadap organisasi berdasarkan pengalaman dalam proses sewaktu masuk ke
rumah sakit.

Evaluasi data penyimpangan kinerja adalah satu bagian penting dalam peningkatan
kinerja. Ada dua jenis penyimpangan. Pertama, penyebab umum terjadinya penyimpangan yang
erat kaitannya dengan penyimpangan minor yang terjadi dalam satu organisasi pelayanan kesehatan,
tanpa memperdulikan sistem yang telah mapan. Penyebab umum terjadi penyimpangan mungkin
juga termasuk penyimpangan minor dalam penampilan kinerja staf, dimana prosedur yang tidak
jelas dan keterbatasan peralatan.

Oleh karena itu, keterbatasan sumber untuk mendeteksi penyebab setiap penyimpangan
minor dapat ditoleransi. Kedua, penyebab khusus terjadinya penyimpangan, mungkin termasuk
kesalahan pegawai, kurangnya pengetahuan dalam menjabarkan peralatan. Target indikator adalah
menggunakan deviasi standar untuk mengidentifikasi penyebab penyimpangan tertentu yang dapat
mentoleransi fluktuasi penyebab umum. Penyebab khusus terjadinya penyimpangan biasanya
mudah dikoreksi dari pada penyebab umum terjadinya penyimpangan. Sebagai contoh; Keharusan
mencuci tangan secara rutin mungkin ditingkatkan dengan drastis, apabila staf sadar dan menerima
bahwa praktek cuci tangan akan di evaluasi. Rencana tindakan adalah kunci untuk menghilangkan
penyebab khusus terjadi penyimpangan.

Anda mungkin juga menyukai