Anda di halaman 1dari 2

Pengaplikasian Canadian C-Spine Rule (CRR)

Cedera servikal merupakan cedera tulang belakang yang paling sering menimbulkan
kecacatan dan kematian, dari beberapa penelitian terdapat korelasi antara tingkat cedera
servikal dengan morbiditas dan mortalitas, yaitu semakin tinggi tingkat cedera servikal
semakin tinggi pula morbiditas dan mortalitasnya (Ning GZ, 2011).

Sekitar 10% pasien kecelakaan lalu lintas selalu menderita cedera servikal, baik
cedera pada tulang servikal, jaringan penunjang, maupun cedera pada cervical spine.
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh adalah penyebab sebagian besar fraktur tulang servikal.
Trauma pada servikal subaksis (C3–7) lebih umum terjadi dibanding servikal C1 dan C2.
Trauma servikal sering terjadi pada pasien dengan riwayat kecelakaan kendaraan bermotor
dengan kecepatan tinggi, trauma pada wajah dan kepala, terdapat deficit neurologis, nyeri
pada leher, dan trauma multiple (Weishaupt N., 2010).

IGD adalah gerbang rumah sakit yang merupakan tempat penanganan pertama pada
pasien, termasuk pasien dengan cedera di cervical spine. IGD di RSUP Dr Kariadipun sering
mendapatkan pasien dengan cedera di cervical spine. Sebagian besar pasien yang dibawa ke
IGD RSUP Dr. Kariadi dengan ambulan telah terlindungi oleh papan punggung dan terpasang
necollar. Saat pasien datang, biasanya perawat akan menyelesaikan penilaian triase dan
langsung mengirim pasien ke label merah. Di label merah, pasien akan dalam keadaan
imobilisasi berjam-jam hingga pengkajian fisik dan radiografi selesai.

Beberpa kasus di IGD RSUP Kariadi ditemukan, setelah dilakukan radiografi,


ternyata pasien tidak memerlukan imobilisasi dan dalam kondisi yang tidak mengancam
nyawa. Hal ini tentunya menimbulkan kerugian bagi pasien ataupun pelayanan di IGD.
Imobilisasi yang dilakukan pada pasien tentu akan menimbulkan ketidaknyamanan, apalagi
ketika pasien mendapatkan imobilisasi terlalu lama. Selain itu, imobilisasi yang cenderung
lama dan tidak perlu akan menambah beban karena penuhnya IGD dan menurunkan
pelayanan keperawatan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu prosedur yang dapat membantu
dalam menentukan perlunya imobilisasi dan radiografi pada pasien trauma yang mengalami
nyeri leher atau pasien yang datang dengan terpasang necollar.

Sumber:

Ning, G.Z., Yu, T.Q., Feng, S.Q, Zhow, X.H., Ban, D.X., Liu Y et al. 2011. Epidemiology of
traumatic spinal cord injury in Tianjin, China. Spinal Cord. 49(3): 386-390
Weishaupt, N., Silasi, G., Colbourne, F., & Fouad, K. 2010. Secondary damage in the spinal
cord after motor cortex injury in rats. J Neurotrauma, 27(5): 1387-1397.

Anda mungkin juga menyukai