KERANGKA TEORITIS
A. Kreatifitas Guru
1. Pengertian kreatifitas
dalam memajukan dunia pendidikan, baik itu dari tingkatan SD, SMP,
sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal itu disebabkan adanya kesulitan
metodologi dan karena adanya keyakinan bahwa kreativitas adalah suatu faktor
kreativitas adalah :
adalah :
Kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga
sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar
menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal – soal yang ada, dan
mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab”.
15
16
Berdasarkan pengertian tentang kreatifitas para ahli diatas maka dapat saya
suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan – gagasan baru
yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
berguna, lebih enak, lebih praktis, dan mendatangkan hasil lebih baik dalam
kreatif. Yang akan dibahas disini adalah teori Psikoanalisis, teori Humanistik, dan
1) Teori Psikoanalisis
mengatasi suatu masalah yang biasanya mulai dimasa anak – anak. Pribadi kreatif
yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan – gagasan yang disadari dan yang
a) Teori Freud
kepribadian yang menetap pada lima tahun pertama dari kehidupan. Sigmund
17
Freud dalam Usman ( 2007: 28 ) adalah toko utama yang menganut pandangan
upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide – ide yang tidak
mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan karena menghabiskan energi
utama kreativitas.
Kaitan antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai
pada tahun – tahun pertama dari kehidupan. Menurut Freud, orang hanya
didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenhi kebutuhan
seksual secara langsung. Pada umur empat tahun pada anak timbul hasrat fisik
terhadap orang tua dari jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak
dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh ibu yang disublimasi, karena ia
b) Teori Kris
mekanisme pertahanan :
18
berhasil atau tidak memberi kepuasan jika sering muncul dalam tindakan kreatif.
Jika seseorang mampu untuk melakukan regresi ke kerangka berpikir atau pola
prilaku seperti anak, rintangan antara alam pikiran sadar dan tidak sadar menjadi
berkurang dan bahan yang tidak didasari yang sering mengandung benih
Orang – orang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu
“memangil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Pada umumnya, sebagai orang
dewasa kita tidak pernah bisa seperti anak lagi. Sedangkan orang kreatif tidak
20
dengan cara yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya
c) Teori Jung
Carl Jung dalam Utami Munandar (2008 : 47) juga percaya bahwa alam
kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak didasari dibentuk oleh masa
lalu pribadi. Selain itu, ingatan kabur dari pengalaman – pengalaman seluruh umat
pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek moyang kita. Dari ketidak
sadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya – karya baru lainnya.
2) Teori Humanistik
sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Tokoh – tokoh aliran
a) Teori Maslow
kebutunya.
Urutan hierarki kebutuhan ini jelas: tidak ada orang yang dapat
mewujudkan dirinya (kebutuhan dasar tinggat tinggi) jika kebutuhan dasar pada
sebagai kebutuhan lagi. “being”. Kebutuhan ini jika dipupuk akan menjadi
Proses perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari
neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang
hakiki. Mereka dapat mencapai apa yang oleh Maslow disebut ” peak experience”,
b) Teori Rogers
Menurut Carl Rogers dalam Utami Munandar (2008 : 49) tiga kondisi
baik. Orang ini dapat berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya – karya kreatif,
dan hidup secara kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorngan
dalam penjelasan kepribadian kreatif. Sulit dan tampaknya tidak perlu untuk
sendiri.
3) Teori Csikszentmihalyi
dan berinteraksi dengan sejawat dan tokoh – tokoh yang penting dalam bidang
bekerja bersama pakar – pakar lain dalam bidang itu adalah hal – hal yang sangat
penting.
– ciri kepribadian kreatif yang seakan – akan paradoksal tetapi saling terpadu
setiap pasangan kedua ciri yang seperti paradoksal itu diperlukan untuk
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas,
mengambil resiki (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak – anak pada
umumnya, artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti,
penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik dan ejekan orang
lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan
Ciri kreatif lainnya adalah kecenderungan untuk lebih tertarik pada hal –
hal yang rumit dan misterius. Yang menarik adalah kecenderungan pribadi kreatif
untuk percaya pada hal – hal yang bersifat paranormal. Mereka lebih sering
Minat untuk seni dan keindahan juga lebih kuat dari pada rata – rata orang.
Walaupun tidak semua orang berbakat kreatif menjadi seniman, tetapi mereka
mempunyai minat yang cukup besar terhadap seni, sastra, musik, dan teater.
orang tua. Alat penelitian yang digunakan adalah adaptasi dari Torrance “ Ideal
Pupil Checklist “, yang terdiri atas 60 ciri yang melalui studi empiris ditemukan
membedakan kelompok orang yang sangat kreatif dari kelompok orang yang
kurang kreatif.
Ciri – ciri perilaku yang ditemukan Torrance Utami Munandar (2008 : 55)
pada orang – orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap
Berani dalam pendirian dan keyakinan, melit ( ingin tahu ), mandiri dalam
berpikir dan dalam memberi pertimbangan, bersibuk diri terus – menerus dengan
kerjanya atau apa yang menarik perhatiannya, intuitif, ulet, tidak bersedia
menerima menerima pendapat orang lain ( termasuk otoritas ) begitu saja jika
tidak sesuai dengan keyakinannya, dan lain – lainnya. Kenyataan menunjukan
bahwa guru dan orang tua lebih menginginkan pada anak yang berprilaku sopan,
rajin dan patuh, yaitu ciri – ciri yang tidak berkaitan dengan kreativitas.
di satu pihak dan ciri – ciri yang diinginkan pendidik pada anak dilain pihak?
peringkat dari 10 ciri – ciri pribadi yang diperoleh dari kelompok pakar psikologi
Bandingkan ciri – ciri tersebut dengan peringkat ciri siswa yang paling
diinginkan oleh guru sekolah dasar dan menengah (berjumlah 102 orang):
1. Penuh energi.
2. Mempunyai prakarsa.
3. Percaya diri.
4. Sopan.
5. Rajin.
6. Melaksanakan pekerjaan pada waktunya.
7. Sehat.
8. Berani dalam pendapat dan keyakinan.
9. Mempunyai ingatan baik.
10. Ulet.
Dari daftar ciri – ciri ini tampak perbedaan yang mencolok antara ciri –
ciri pribadi kreatif menurut fsikolog dengan ciri – ciri yang paling diinginkan oleh
guru pada siswa. Hal ini menimbulkan pertanyaan sejauh mana iklim pendidikan
upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Dorongan ini ada pada setiap orang dan
1) Keamanan Psikologis
keterbatasannya. Jika orang tua atau guru memberi kepercayaan kepada anak
bahwa ia pada dasarnya baik dan mampu, apapun tingkah laku atau prestasi
kebutuhan akan pertahanan. Bagi anak, bila merasakan bahwa ia berada dalam
suasana dimana ia tidak dinilai, tidak diukur menurut patokan dari luar, maka
tindakan – tindakannya, betul – betul memberi rasa aman. Dalam suasana ini,
2) Kebebasan Psikologis
Jika orang tua atau guru mengizinkan atau memberi kesempatan kepada
permissiveness ini memberi anak kebebasan dalam berfikir atau merasa sesuai
dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekspresikan dalam tindakan konkret
dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas – batasnya, tetapi
gambar.
a. Teori Wallas
seseorang mencipta. Salah satu teori yang sampai sekarang banyak dikutif adalah
teori Wallas yang dikemukakan dalam bukunya “ The Art of Thought “ Piirto
dalam Utami (2008:60 ) yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat
tahap, yaitu (1) persiapan; (2) inkubasi, (3) iluminasi, dan (4) verifikasi.
30
masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain,
dan sebagainya.
melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak
memikirkan masalah secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra – sadar.
saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses – proses psikologis
Tahap verifikasi atau evaluasi adalah tahap dimana ide atau kreasi baru
tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan
berdiferensasi berkembang menjadi pola dengan preferensi untuk kiri dan kanan.
Hampir setiap orang mempunyai sisi yang dominan. Pada umumnya orang lebih
bisa menggunakan tangan kanan (berarti dominasi belahan otak kiri); tetapi ada
orang – orang yang termasuk kidal (left – handed). Mereka lebih disukai oleh
belahan otak kanan. Dihipotesiskan bahwa belahan otak kanan terutama berkaitan
bagi semua fungsi mental menjadi fungsi belahan otak kanan atau kiri, lihat Tabel
31
2.3. teori ini, walaupun didukung oleh bukti – bukti empiris, namun masih
memerlukan pengkajian lebih lanjut Dacey dalam Utami Munandar (2008 : 62)
untuk keabsahannya.
Intelek Intuisi
Konvergen Divergen
Intelektual Emosional
Rasional Metorik, intuitif
Verbal Nonverbal
Horizontal Vertikal
Konkret Abstrak
Realistis Impulsif
Diarahkan Bebas
Diferensial Eksistensial
Sekuensial Multipel
Historikal Tanpa batas waktu
Analitis Sintesis, holitik
Eksplisif Implisit
Objektif Subjektif
Suksesif Simultan
Sumber. Springer, S.P. dan Deutsch, G, 2010
Pada pribadi kreatif, jika memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang
untuk bersibuk diri secara kreatif (proses), maka dapat diprediksikan bahwa
tahap – tahap proses kreatif dari Wallas dan produk yang dicapai. Ia menekankan
bahwa prilaku kreatif memerlukan kombinasi antara ciri – ciri psikologis yang
berinteraksi sebagai berikut : sebagai hasil dari prilaku konvergen atau kecerdasan
32
cara – cara yang tidak lazim dan tidak diduga. Namun, konstruksi konfigurasi
tersebut tidak memerlukan berpikir konvergen dan divergen saja, tetapi juga
unsur – unsur sosial, misalnya kesediaan untuk tidak mengikuti saja; dan
keterampilan komunikasi. Proses ini disertai perasaan dan emosi, yang dapat
masalah penilai produk (Amabile, Ekvall dan Parnes), dalam Utami Munandar
Sebagai contoh adalah penilaian produk penemuan dalam hukum paten di A.S.
Kiranya hal ini berkaitan dengan keyakinan dan keuletan inventor. Kita ingin
bahwa edison mengalami kegagalan lebih dari 200 kali sebelum ia berhasil
Patokan penilaian produk dari hukum paten cukup membantu, tetapi tidak
cukup spesifik untuk penilaian secara ilmiah. Dibutuhkan perangkat kriteria yang
kreativitas, tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal.
Mengigat kompleksitas dari konsep kereativitas, agaknya hal ini tidak mungkin
dan juga tidak perlu karena kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek, yang
Munandar (2014: 25) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas
pribadi (person), proses, dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi
Rhodes menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai “Four P’s
kreativitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau kombinasinya. Keempat
34
P ini saling berkaitan: Pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif,
Produk kreatif.
terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
menyebabkan seseorang itu disebut kreatif, begitupula seorang guru. Guru yang
Indikator sebagai ciri dari kreativitas dapat diamati dalam dua aspek yakni
aspek aptitute dan nonaptitute. Ciri – ciri aptitute adalah ciri – ciri yang
nonaptitute adalah ciri – ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.
melakukan segalanya dengan cara-cara yang unik. Semua ciri-ciri tersebut secara
konstruktif dapat dimunculkan dalam diri setiap individu, sebab setiap individu
mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreatifitas, hal ini
memberikan makna bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif dalam dirinya.
http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/ciri-ciri-dan-faktor-yang-mempengaruhi-
kreativitas/.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi
Sebelum kita mengartikan apa itu motivasi, terlebih dahulu kita akan
menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada
hakikatnya mempunyai motif. Juga tingkah laku yang disebut tingkah laku secara
tertentumeskipun maksud itu tidak disadari oleh manusia. Motif manusia bisa
bekerja secara sadar dan juga secara tidak sadar. Untuk mengerti dan memahami
tingkah laku manusia dengan lebih sempurna, patutlah kita pahami dan mengerti
terlebih dahulu apa dan bagaimana motif – motifnya dari pada tingkah laku.
hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya,
untuk melakukan sesuatu. Motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku
kita. Juga berbagai kegiatan yang biasanya kita lakukan sehari – hari motif
tersendiri.
Sheeif dalam Alex Sobur (2011: 267) misalnya, menyebut motif sebagai istila
generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis
prilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan (needs) yang
berasal dari fungsi – fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan
selera sosial, yang bersumber dari fungsi – fungsi tersebut. Giddens (alex 2011:
64) mengartikan motif sebagai impuls atau dorongan yang memberi energi pada
kebutuhan. Menurut Giddens, motif tak harus dipersepsikan secara sadar. Ia lebih
37
merupakan suatu “keadaan perasaan”. Secara singkat. Nasution dalam Alex Sobur
menjelaskan bahwa motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
bahwa motif ‘is an inner state that energizes, activates, or moves (hence
‘motivation’), and that directs or channels behavion toward goals”. (adalah suatu
keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan, atau yang
World Dictionary, “Motive: an inner drive, implus, etc., that causes one to act”
(Motif: suatu perangsang dari dalam, suatu gerak hati, dan sebagainya, yang
Setelah melihat para ahli diatas bahwa motif itu adalah tujuan. Tujuan ini
disebut insentif (incentive). Adapun insentif bisa diartikan sebagai suatu tujuan
yang menjadi arah suatu kegiatan yang bermotif. Contoh motif, seperti telah
disinggung, adalah lapar (huger), maka insentifnya adalah makanan. Jadi motif
motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri
38
individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan
atau perbuatan. Karena itu, bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti
atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan
atau tujuan.
sebagai dasar tingkah laku individu, yaitu: (1) Komponen internal, merupakan
dorongan yang berdasarkan kebutuhan atau motif, dan (2) komponen tujuan yang
itu tidak timbul, belum tentu ia berbuat demikian. Di muka dikatakan bahwa pada
umumnya siswa itu rajin belajar. Akan tetapi, kalo seseorng siswa begitu takut
belajar, membaca buku hingga lewat tengah malam, tanpa menghiraukan atau
merasakan kantuk dan kelelahan, itu disebabkan adanya motif yang timbul
padanya. Contoh lain, jika terjadi suatu pembunuhan, misalnya, yang pertama –
tama timbul pada benak seseorang petugas kepolisian atau seseorang hamba
hukum ialah pertanyaan “apakah motif pembunuh itu”. Artinya, jika seseorang
petani harus bekerja keras”, “mengapa orang itu membunuh”, “mengapa dia
bersikap demikian’, “mengapa orang itu bertingkah laku aneh”, dan seterusnya.
netral, atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor – faktor lain, misalnya
Dalam suatu motivasi, umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur
dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik antara
kedua unsur ini terjadi didalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal –
hal diluar diri manusia. Misalnya, keadaan cuaca, kondisi lingkungan, dan
sebagainya. Oleh karena itu, bisa saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu
40
yang relatif singkat jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau
mengerti gejalah – gejalah psikis yang menjadi objek ilmu jiwa. Seperti setiap
ilmuan pengetahuan yang melebihi taraf deskripsi belaka, psikologi pun tidak
“motif” atau “motivasi”, mengingat manusia adalah makhluk berbudi. Karena itu,
psikologis yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan
seorang manusia.
Troppmann (2008: 190) mengemukakan bahwa sumber motivasi berasal dari luar
1) Faktor Ekstrinsik. Faktor dari luar individu yang terbagi menjadi dua : a)
faktor sosial meliputi faktor manusia lain baik hadir secara langsung atau tidak
langsung. b) faktor non sosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca,
2) Faktor Intrinsik. Faktor dari dalam diri individu yang terbagi menjadi dua:
yaitu dengan:
a) Mengungkap harapan yang jelas. Peserta didik perlu mengetahui dengan tepat
apa yang diharapkan akan mereka lakukan, bagaimana mereka akan dievaluasi
balik tidak diberikan maka nilai informasi dan motivasi akan berkurang.
C. Belajar
1. Pengertian Belajar
dengan stabilo kuning sambil mendengarkan alunan musik dari ruang lain. Atau,
bila menghadapi ujian akhir semester esok hari, belajar berarti minum kopi
sebanyak mungkin atau minum pil anti ngantuk dan menghabiskan sepanjang
43
malam untuk berusaha menjejali otaknya dengan semua bahan mata pelajaran
yang, sebetulnya, mesti dipelajari selama kurang lebih dua belas minggu
sebelumnya.
menghasilkan pemahaman yang cukup untuk bisa lepas dari masa percobaan
disekolah. Dan, karena kebiasaan itu diperkuat dengan cara tersebut, ada
menurut Calhoun & Acocella (Alex, 2011: 181), “ The constitute the least
efficient way of learning,” kebiasaan itu merupakan cara yang paling tidak efisien
dalam belajar.
dalam otak manusia. Saraf dan sel – sel otak yang bekerja mengumpulkan semua
yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain – lain, lantas disusun oleh
otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bisa belajar jika fungsi
otaknya terganggu.
Hingga kini, para ahli tidak mengetahui seratus persen bagaimana persis
terjadinya peristiwa itu. Pada masa lalu, ada ahli ada yang percaya bahwa
peristiwa belajar semata – mata merupakan proses kimia yang terjadi dalam sel –
sel, terutama dalam sel dan saraf otak. Pendapat ini kadang – kadang dirumuskan
terlalu ekstrem, seakan – akan manusia itu hanya kumpulan jasad kebendaan saja.
Ini adalah pengaruh pandangan hidup yang materialistik, yang artinya tidak
percaya adanya jiwa atau roh. Memang, ilmu pengetahuan sudah menemukan
44
bahwa terdapat bagian – bagian tubuh diotak maupun di berbagai kelenjar tubuh
yang sangat mempengaruhi daya ingat kita. Walau pun demikian, pendapat yang
pengantar psikologi “ sebelum ujian; kegiatan yang disebut terakhir ini melibatkan
disebutkan pertama, kita tidak perlu duduk dan mempelajari prinsip – prinsip
persepsi dari berbagai buku. Meskipun begitu, untuk kedua kasus tersebut, sama –
perubahan prilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman”. Disini,
tidak termasuk perubahan perilaku yang diakibatkan oleh kerusakan atau cacat
meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada
dialami tiap – tiap individu atau manusia, terutama hanya sekali sejak manusia
dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan – perubahan dalam arti perkembangan
45
melalui fase – fasenya. Dan karena itu pula, sejak saat itu berlangsung proses –
proses.
beberapa perumusannya.
“perbaikan” akan menghilangkan banyak problem yang menarik dan sulit dari
mencoba membuat definisi yang lebih saksama, kita akan meninjau beberapa
“ suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau
tingkah laku yang bisa diamati pada perkembangan seseorang sejak bayi
Good & Bophy, adalah suatu proses yang tidak bisa dilihat dengan nyata. Proses
suatu tingkah lakuyang tampak, tetapi terutama prosesnya yang terjadi secara
Hubungan – hubungan baru itu bisa berupa : hubungan antar perangsang antara
2010:4) menyatakan:
Hintzman lebih lanjut menjelaskan bahwa pengalaman hidup sehari – hari, dalam
bentuk apa pun, amat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Mengapa ?
f. Hilgard & Bower dalam dalam Theories of learning, seperti dikutip Purwanto
(2008:8), mengemukakan :
unsur penting yang menjadi ciri – ciri diatas pengertian mengenai belajar, yaitu
berikut ini:
1) Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan – tujuan tersebut diterima, baik oleh
2) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dan perubahan itu
bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada
4) Untuk bisa disebut belajar, perubahan itu harus relatif mantap, harus
merupakan akhir dari pada priode waktu yang cukup panjang. Seberapa lama
priode waktu itu berlangsung, sulit ditentukan dengan pasti, namun perubahan
itu hendaknya merupakan akhir dari suatu priode yang mungkin berlangsung
berhari – hari, berbulan – bulan, atau pun bertahun – tahun. Ini berarti kita
ataupun kebiasaan.
49
gunakan dalam percakapan sehari – hari, adalah kata yang berasal dari bahasa
Dalam konteks belajar, tentu saja yang dimaksud proses disini jika kita
mengacu pada kamus diatas adalah pada pengertian yang pertama. Kata ini, kalau
kita cermati, mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah
pada suatu sasaran atau tujuan. Chaplin dalam Dictionary of psychology nya
dimaksud istilah “proses belajar” adalah “cara – cara atau langkah – langkah yang
tertentu.
tujuan atau benda, tetapi merupakan suatu proses kegiatan untuk mencapai tujuan.
Pengertian proses disini lebih merupakan “cara” mencapai tujuan atau benda.
Inilah langkah – langkah atau prosedur yang ditempuh. Dalam belajar, setiap
pribadi yang terjadi didalam diri setiap individu. Proses belajar itu sendiri, apabila
berjalan dengan baik, kelak akan memberi hasil, yang kita sebut “hasil belajar”.
Hasil belajar itu tidak akan bisa kita capai jika dalam diri kita sendiri tidak terjadi
proses belajar. Jadi, kita tidak usah heran apabila kita merasa tidak mencapai hasil
apa – apa jika memang dalam diri kita tidak pernah terjadi proses belajar itu.
Kalau proses itu berlangsung kurang mantap, hasilnya pun tidak akan
memuaskan.
cara belajar berkembang, bagaimana siswa bergaul dengan guru, bagaimana siswa
berikut:
Secara garis besar, faktor – faktor yang mempengaruhi belajar anak atau
1) Faktor endogen atau disebut juga faktor internal, yakni semua faktor yang
berada dalam diri individu. Faktor endogen atau faktor yang berada dalam diri
individu meliputi dua faktor, yakni faktor fisik dan faktor psikis.
a) Faktor Fisik
Faktor fisik ini bisa kita kelompokan lagi menjadi beberapa kelompok,
antara lain faktor kesehatan. Umumnya anak yang kurang sehat atau kurang gizi,
daya tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang dibandingkan dengan anak
yang sehat.
Selain faktor kesehatan, ada faktor lain yang penting, yaitu cacat – cacat
yang dibawa sejak anak berada dalam kandungan. Keadaan cacat ini juga bisa
menghambat keberhasilan seseorang. Misalnya orang tersebut bisu, tuli sejak lahir
penglihatan, pihak guru seyogiannya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk
Bagaimana pun, daya pendengaran dan penglihatan anak yang rendah akan
menyulitkan sensory register dalam penyerap item – item informasi yang bersifat
53
echoic dan econic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah
tersebut.
b) Faktor Psikis
dan kualitas perolehan pembelajaran. Diantara begitu banyak faktor psikis, yang
paling banyak atau paling sering disoroti pada saat ini adalah faktor – faktor
berikut:
Pada dasarnya, manusia itu berbeda satu sama lain. Salah satu perbedaan
itu adalah dalam hal kemampuan atau inteligensi. Kenyataan menunjukan, ada
Bagi seorang anak, mempelajari satu hal yang menarik perhatian akan
lebih muda diterima dari pada pembelajaran hal yang tidak menarik perhatian.
Dalam penyajian pelajaran pun, hal ini tidak bisa diabaikan, terutama anak kecil.
Anak – anak akan tertarik pada hal – hal yang baru dan menyenangkan. Dalam hal
minat, tentu saja seseorang yang menaruh minat pada suatu bidang akan lebih
mudah mempelajari bidang tersebut. Keinginan atau minat dan kemauan sangat
54
seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat,
tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk mempelajari, ia tidak akan bisa
seseorang anak yang memiliki inteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar
biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
Bakat setiap orang berbeda – beda. Orang tua terkadang kurang memperhatikan
dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap anak tentu
berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam,
faktor motivasi memegang peran pula. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik
yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang
belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap
usaha belajar akan lebih berhasil bila dilakukan bersama dengan tingkat
Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu bahwa anak adalah makhluk kecil
ada beberapa fase yang harus dilalui. Seseorang anak yang belum mencapai fase
tertentu akan mengalami kesulitan jika ia dipaksa melakukan hal – hal yang
terjadi pada fase berikutnya. Anak yang memasuki fase sekolah sudah mulai
tertarik pada hal – hal yang baru dan dapat melepaskan diri dari orang tua dalam
waktu yang terbatas tanpa menyebabkan ketegangan bagi sianak. fase ini makin
berkembang dan anak memasuki masa sekolah, dalam arti kata anak mulai belajar
membaca dan berhitung, pada fase ini, anak sudah tidak terlalu egosentrik dalam
2) Faktor eksogen atau disebut juga faktor eksternal, yakni semua faktor yang
berada di luar diri individu, misalnya orang tua dan guru, atau kondisi
Kedua faktor diatas, dalam banyak hal, acap kali saling berkaitan dan
memengaruhi satu sama lain. Seperti sudah dijelaskan, faktor eksogen berasal dari
luar diri anak. Faktor eksogen sebetulnya meliputi banyak hal, namun secara garis
56
besar kita bisa membaginya dalam tiga faktor, yakni: a) faktor keluarga, b) faktor
a. Faktor keluarga
pertama – tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri
sama, bantu – membantu; dengan kata lain, anak pertama – tama belajar
memegang peranan sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma – norma dan
belajar, dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni: a) kondisi ekonomi keluarga, b)
hubungan emosional orang tua dan anak, serta c) cara – cara orang tua mendidik
anak.
b. Faktor sekolah
dan teman – teman sekolah, dapat memengaruhi semangat belajar seorang anak.
Dalam belajar disekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor
57
yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan kepada anak didiknya, bisa turut menentukan hasil belajar yang
adalah faktor disiplin, sudah tentu anak – anak tidak akan serius dalam belajar,
inteligensi yang baik, bersekolah disuatu sekolah yang keadaan guru – gurunya
serta alat – alat pelajarannya baik, belum tentu pula menjamin anak belajar dengan
baik. Masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya,
karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, sehingga memerlukan
kendaraan untuk keperluan perjalanan yang relatif cukup lama, dan ini melelahkan
anak yang bisa berakibat pada proses dan hasil belajar anak.
Selain itu, faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula
mempengaruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas diluar sekolah memang baik untuk
membantu anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas diluar
rumah dan diluar sekolah, sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar,