Anda di halaman 1dari 10

Fisioterapi Dada dan Postural Drainage

Linda Atika Sari, 1606892812, Praktikum V Kelas B

A. Definisi
Postural drainage dan Fisioterapi dada sering digunakan bersama untuk membantu
mengeluarkan lendir dari paru-paru (Hockenberry & David, 2013). Fisioterapi dada
adalah menepukan dada dengan tangan yang ditangkupkan untuk menggetarkan saluran
udara di paru-paru. Getaran ini memindahkan lendir dari saluran udara yang lebih kecil ke
saluran yang lebih besar sehingga anak dapat batuk (Healthwise Staff, 2017). Postural
drainage adalah prosedur yang menggunakan gaya gravitasi untuk membantu
mengeluarkan sputum dengan cara menempatkan tubuh pada posisi tertentu (Hockenberry
& David, 2013). Setiap posisi mengeluarkan mukus pada area lobus paru yang berbeda.
Lendir kemudian dapat dimuntahkan atau dibatukkan.
B. Tujuan :
1. Mencegah penumpukan sekret.
2. Mengeluarkan sekret yang tertahan.
3. Mengurangi obstruksi jalan napas
4. Meningkatkan oksigenasi
C. Indikasi :
1. Sekresi yang kental dan tenacious (ulet) yang tidak bisa keluarkan hanya dengan
aktivitas siliaris dan batuk normal (Hockenberry & David, 2013).
2. Lobar collapse karena sumbatan lendir.
3. Pasien anak dengan cedera tulang belakang, fibrosis kistik (penyakit genetik yang
menyebabkan lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket), dan kondisi lain
yang membuat mukus sulit dikeluarkan dari paru – paru (Healthwise Staff, 2017).
4. Anak dengan pneumonia.
D. Kontraindikasi
1. Bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr di satu minggu pertama kehidupan.
2. Gagal jantung atau cardiac instability.
3. Terdapat IVH (Intravenntricular Hemmorage).
4. Trombosit rendah atau sekresi yang terdapat darah pada tabung endotrakeal.
5. Distensi adomen atau NEC (Necrotizing Enterocolitis) adalah infeksi dan
pembengkakan pada perut. Sering ditemui pada bayi yang terlahir prematur.
6. Perdarahan Paru.
7. Early uncomplicated RDS/recent surfactant therapy
(Poutney, 2007)
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Pada kondisi neonatal rakhitis (pelunakan tulang) hanya dilakukan positioning saja.
2. Posisi berbaring miring tidak dapat ditoleransi pada bayi dengan unilateral lung
disease dikarenakan ventilation/perfusion mismatch
3. Hentikan CPT Jika :
 Anak batuk tanpa henti, lanjutkan jika anak dapat bernapas dengan mudah.
 Anak merasa mual, pastikan melakukan CPT saat perut anak kosong dan dorong
anak untuk mengeluarkan lendir bukan menelannya.
 Anak merasakan sakit (nyeri), pastikan saat melakukan CPT tangan
ditelungkupkan bukan datar.
 Kesulitan bernapas, lanjutkan kembali jika anak mampu bernapas kembali
dengan normal.
 Menangis, hentikan tangisan terlebih dahulu dengan mengalihkan perhatiannya
dengan cara memberinya sesuatu untuk dimainkan.
 Pusing, lanjutkan jika anak sudah tidak merasakan pusing.
 Refluks gastroesofagus merupakan saat asam lambung kembali ke
kerongkongan. Jika ini terjadi, hindari posisi dengan kepala di bawah.
F. Persiapan alat :
1. Stetoskop 5. handuk
2. Sarung tangan bersih 6. Sekret kom
3. Masker 7. Tissue
4. Bantal 8. CPT cup

G. Cara kerja
No. Langkah prosedur Rasional
Menyapa anak, memperkenalkan diri dan Membina hubungan saling percaya,
menjelaskan prosedur. dan meningkatkan pengetahuan
1.
anak tentang prosedur yang akan
dilakukakn.
Menentukan area paru yang membutuhkan Untuk menentukan posisi yang
2.
terapi dengan cara auskultasi suara napas. tepat saat Postural Drainage
3. Pastikan kapan terakhir anak makan Jika prosedur dilakukan setelah
(tunggu 30 menit sampai dengan 1 jam makan dapat memicu muntah dan
setelah makan.) gastroesofageal reflux.
4. Lepaskan pakain anak, siapkan tempat Air hangat dapat megencerkan
penampung sputum dan siapkan tissue, sekret sehingga mudah dikeluarkan.
jika perlu berikan minum hangat atau
diberikat obat pengencer dahak.
5. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan Standar precaution
bersih dan masker.
Postural drainage
6. Posisikan anak sesuai dengan area paru Agar sekret mengalir ke jalan napas
yang terdapat sekret. Berikan bantal bila yang lebih besar.
perlu dan tutup area yang terbuka dengan
selimut.
a. Posisi untuk pengaliran lobus paru
atas depan.

b. Posisi pengaliran lobus paru atas


belakang.

c. Posis pengaliran lobus lateral


d. Posisi pengaliran lobus bawah depan

e. Posisi pengaliran lobus bawah


belakang

(Healthwise Staff, 2017)


Perkusi
7. Lakukan perkusi dengan posisi tangan dan Untuk memudahkan pengeluaran
jari – jari dirapatkan dan membentuk sekret, sehingga sekret yang
“cup” lalu tepuk-tepuk diarea yang membandel bisa mengalir ke jalan
diperlukan selama 5-15 menit (area paru napas besar.
yang dilakukan perkusi tidak boleh
diberikan alas baik selimut atau handuk).
8. Dorong anak untuk batuk dan Agar sekret yang sudah sampai
mengeluarkan sekret segera setelah perkusi dijalan napas besar dapat
selesai. dikeluarkan.
9. Jangan lakukan penepukan pada tulang Dapat mengalami gangguan pada
belakang, ginjal, hati, limfa, scapula, organ-organ tersebut dan
klavikula, dan sternum. kemungkinan patah tulang
Vibrasi
10. Anjurkan anak untuk menghirup napas Memudahkan dalam mengeluarkan
dalam secara lambat melalui hidung dan sekret, dan menghirup napas dalam
mengeluarkannya melalui mulut dapat memicu batuk efektif.
selamavibrasi dilakukan.
11. Posisikan telapak tangan rata, dengan hati- Mengalirkan sekret ke jalan napas
hati lakukan vibrasi saat anak besar.
menghembuskan napas, vibrasi dilakukan
ke arah saluran napas besar.
12. Dorong anak untuk batuk dan Mengeluarkan sekret dari jalan
mengeluarkan sekret atau jika perlu napas besar.
lakukan suction segera setelah selesai.
13. Setelah semua dilakukan, kaji kembali Jika masih ada tanda-tanda
kondisi anak. Bila perlu lakukan fisioterapi penumpukan sekret maka lakukan
kembali fisioterapi kembali.
Terminasi
14. Kembalikan anak ke posisi normal, bantu Untuk meberi kenyamanan pada
anak mengenakan kembali pakainnya jika anak
diperlukan dan berikan posisi dengan
nyaman
15. Lakukan terminasi pada anak Mengetahui perasaan dan keadaan
anak setelah prosedur dilakukan
16. lepas sarung tangan, cuci tangan Standar precaution
17. Dokumentasikadan catat : hasil pengkajian Sebagai acuan tindakan
status respiratori dan respon anak, keperawatan selanjutnya, dan untuk
produksi skeret : jumlah sekret dan warna mengetahui apakah efektif atau
sekret. tidak prosedur yang telah
dilakukan.
(Departemen Keperawatan Medical Bedah, 2018)
Terapi Inhalasi
Linda Atika Sari, 1606892812, Praktikum V Kelas B
A. Definisi
Terapi inhalasi adalah cara pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas
melalui penghisapan dengan cara mengubah terlebih dahulu obat maupun cairan menjadi
aerosol yang dapat dihisap. Secara umum terdapat dua cara dalam terapi inhalasi yaitu
menggunakan inhaler dosis terukur (Metered Dose Inhaler) atau nebulizer (penguapan)
(Departemen Keperawatan Medical Bedah, 2018). Cairan dan obat-obatan yang paling
umum digunakan adalah bronkodilator, natrium klorida (0,9% dan hipotonik),
bronkodilator, adrenalin, steroid, dan antibiotik (Sheehan, 2013)
B. Tujuan
Memberikan dosis obat ( dalam bentuk partikel yang dapat di hisap) , selama periode
waktu tertentu biasanya 5-10 menit untuk mengatasi gangguan pada saluran napas sesuai
dengan indikasi masing-masing terapi obat inhalasi (Sheehan, 2013).
C. Indikasi
1. Serangan asma, ditandai dengan adanya suara napas wheezing
2. Penumpukan secret pada jalan napas seperti pneumonia dan TB paru, ditandai
dengan adanya batuk dan suara napas ronchi.
3. Sebelum fisioterapi untuk mengencerkan sekret.
4. Bronkospasme.
5. Bronkiolitis.
6. Kongenital emphisema.
7. Obstruksi saluran napas ditandai dengan adanya suara napas stridor.
D. Kontraindikasi
1. Pemberian terapi yang tidak sesuai dengan indikasi.
2. Anak memiliki alergi pada obat-obatan yang akan diberikan dengan nebulizer.
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Setiap set nabuliser harus digunakan oleh satu pasien maksimum penggunaan satu
minggu untuk kemudian dibuang.
2. Set tersebut harus diberi label dan setiap perubahan set didokumentasikan dalam
catatan keperawatan.
F. Persiapan alat
1. Alat pelindung diri: sarung tangan bersih dan masker
2. Sungkup nebulizer sesuai usia
3. Mesin nebulizer
4. Stetoskop
5. Terapi obat sesuai program medis (bronkodilator, sodium chloride / Nacl, mucolitic,
adrenaline, steroid, antibiotik)
G. Prosedur
No. Prosedur
1. Melakukan verifikasi program terapi medik
2. Mempersiapkan alat, menentukan ukuran sungkup nebulizer sesuai usia
(Sungkup yang terlalu besar akan mengakibatkan dosis obat yang dihirup tidak
maksimal)
3. Memperhatikan jenis alat nebulizer yang akan digunakan seperti sumber
tegangan, tombol OFF/ON, memastikan masker ataupun mouthpiece terhubung
dengan baik, persiapan obat.
(Mouthpiece digunakan untuk terapi antibiotik atau steroid untuk mencegahnya
keluar ke udara dan untuk meminimalkan endapan obat pada wajah anak
(Sheehan, 2013) )
4. Memberikan salam terapeutik, evaluasi validasi, dan kontrak
5. Memberitahu anak dan keluaraga mengenai tujuan prosedur yang akan
dilakukan.
6. Memberikan posisi yang nyaman pada anak contoh : semifowler
7. Mencuci tangan, memakai APD : Sarung tangan dan masker
8. Mengisi chamber pada sungkup nebulizer dengan terapi obat sesuai dengan
program medis menggunakan spuit agar dosis (ml) tepat.
9. Menyambungkan ujung selang pada sungkup nebulizer ke mesin nebulizer dan
menyalakan mesin nebulizer serta mengecek apakah uap yang keluar sudah
mencukup
10. Memasangkan sungkup nebulizer ke bagian hidung dan mulut klien pada posisi
yang tepat (menempatkan sungkup secara tepat sesuai bentuk, bila menggunakan
mouthpiece maka mouthpiece tersebut dimasukkan ke dalam mulut dan mulut
tetap tertutup )
11. Memasang tali elastis pada sungkup nebulizer ke kepala klien untuk fiksasi,
namun jika anak tidak nyaman, melibatkan orang tua untuk memegang sungkup
nebulizer selama terapi inhalasi berlangsung.
12. Lakukan terapi inhalasi sampai waktu yang ditentukan atau sampai cairan obat
habis
13. Matikan mesin nebulizer
14. Rapihkan dan bersihkan sungkup nebulizer dan simpan di tempat yang bersih
untuk digunakan kembali sesuai jadwal
15. Evaluasi respon klien terhadap tindakan inhalasi
16. Kaji ulang status respirasi klien
17. Melakukan rencana tindak lanjut
18. Melakukan kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat) dan terminasi
19. Melakukan kebersihan tangan setelah dari klien dan lingkungan klien
20. Mendokumentasikan tindakan dan hasil
Daftar Pustaka

Departemen Keperawatan Medical Bedah. (2018). Buku Kerja Praktikum Mahasiswa


Keperawatan Dewasa : Oksigenasi dan Termoregulasi. Depok: Universitas
Indonesia.
Healthwise Staff. (2017, Mei 4). Postural Drainage and Chest Percussion. Michigan: C.S.
Mott Children's Hospital Michigan Medicine.
Hockenberry, M., & David, W. (2013). Wong's Esentials of Pediatric Nursing. St.Louis:
ELSEVIER Mosby.
Poutney, T. (2007). Physiotherapy for Children. Philadelphia: Butterworth Heinemann
ELSEVIER.
Sheehan, D. (2013). Nebuliser administration. London: NHS Foundation Trust. Diambil
kembali dari https://www.gosh.nhs.uk/health-professionals/clinical-
guidelines/nebuliser-administration#Rationale

Anda mungkin juga menyukai