Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Pengkajian fisik meliputi:
2. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh
yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.

1. Mengkaji tulang belakang


Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), Kifosis (kenaikan
kurvatura tulang belakang bagian dada), Lordosis (membebek, kurvatura
tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

1. Mengkaji system persendian


Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
1. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.

1. Mengkaji cara berjalan


Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic
hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower
motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

1. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer


Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

2. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen tulang belakang.
X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh
terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai
derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan
metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada
proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus
spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva
diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.

1. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang


belakang).
Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara
pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi
membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-
ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah
vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding
kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva,
biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada
screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar
dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada
pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang
lanjut.

1. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).

1. Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman.
5. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan
postur tubuh yang miring ke lateral.
6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.
7. Keletihan berhubungan dengan Posisi tidak seimbangdalam waktu
lama.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakitnya.

1. Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
 Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas teratasi.
 Kriteria Hasil : Pola nafas efektif.
 Intervensi :
 Kaji status pernapasan setiap 4 jam.
R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

 Bantu dan ajarkan pasien melakukan nafas dalam setiap 1 jam.


R//: agar tidak terjadi sesak.

 Atur posisi semi fowler


R//: untuk meningkatkan ekspansi paru.

 Auskutasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap dua jam.


R//: perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paru-paru oleh
tulang belakang.

 Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.


R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
 Tujuan : Rasanyeri teratasi.
 Kriteria Hasil : Rasa Nyeri hilang atau kurang
 Intervensi :
 Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri.
R//: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi,
menentkan evektivitas terapi.

 Atur posisi yang meningkatkan rasa nyaman.


R//: menurunkan tegangan otot dan koping adekuat.

 Pertahankan lingkungan yang tenang.


R//: meningkatkan rasa nyaman.

 Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi.


R//: untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri.

 Anjurkan latihan postural secara rutin.


R//: dengan latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi
tubuh.

 Kaloborasi pemberian analgetik.


R//: untuk meredahkan nyeri.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak


seimbang.
 Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi.
 Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas fisik.
 Intervensi :
 Kaji tingkat mobilitas fisik.
R//: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi
untukmeningkatkan kemajuan ksehatan.

 Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang.


R//: memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan rasa
control diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi social.

 Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif.


R//: Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi.

 Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri.


R//: Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan
kenyamanan pada pasien.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
 Tujuan : Pola tidur kembali normal
 Kriteria hasil :
– Jumlah jam tidur tidak terganggu

– insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur

– pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi

 Intervensi
Mandiri :

 Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi.


R// : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat

 Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ;
bantal dan guling.
R// : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis.

 Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan
baru.
R// : Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres
dan ansietas dapat berkurang.

 Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan
kebutuhan malam hari.
R// : Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu”
dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun.

 Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti
beraktifitas beberapa jam sebelum tidur.
R// : Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan
siap untuk tidur malam hari.

 Instruksikan tindakan relaksasi.


R// : Membantu menginduksi tidur.

 Kurangi kebisingan dan lampu.


R// : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.

 Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila
mungkin.
R// : Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk
membantu merubah posisi

Kolaborasi :
 Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi.
R// :untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari

rumah ke lingkungan baru

5. Gangguan citra tubuh atau konsep diri berhubungan dengan postur tubuh
yang miring ke lateral.
 Tujuan : Gangguan citra tubuh atau konsep diri teratasi.
 Kriteria Hasil : Meningkatkan citra tubuh.
 Intervensi :
 Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya.
R/: membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan
masalah.

 Beri lingkungan yang terbuka atau yang mendukng pada pasien.


R//: meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan
mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian
situasi.

 Diskusikan presepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan


dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi biasanya.
R//: membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup
sebelumnya dan membantu dalam pemecahan masalah.

 Dorong /berikan kunjungan oleh orang yang menderita skoliosis, khususnya


yang sudah berhasil dalam rehabilitasi.
R//: teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak
sebagai model peran dan dapat memberikan keabsahan pernyataan dan juga
harapan untuk pemulihan dan masa dengan normal.

6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit


dan pengobatan.
 Tujuan : Kecemasan berkurang
 Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur
 Intervensi :

*Mandiri
 Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-
masan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.

 Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.


Rasional :Dengan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya
berkurang.

 Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.


Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses
penyakitnya.

 Beri dorongan spiritual


Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau pera-
watan tetapi yang menentukan adalah Tuhan.

7. Keletihan berhubungan dengan Posisi tidak seimbangdalam waktu lama.


 Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
 Kriteria hasil : – melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk
aktivitas
sehari-hari)
– menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya
nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

 Intervensi
 Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

 Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan


otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.

 Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.


Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

 Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,


pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

 Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi


kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri
dan rasa terkontrol.

8. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang


penyakitnya.
 Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi.
 Kriteria Hasil :Pemahaman tentang program pengobatan.
 Intervensi:
 Jelaskan tentag keadaan penyakitnya.
R//: menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan
untuk menerima/memproses dan mengingat menyimpan imformasi yang di
berikan.

 Tekankan pentingnya dan keuntungan mempertahankan program latihan yang


dianjurkan.
R//: mengingatkan pada pasien demi mempercepat proses penyembuhan.

 Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis dan efe


sampingnya.
R//: meningkatkan proses penyembuhan.

 Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.


R//: menghindari kecelakaan dan membantu proses koping individu.

1. Implementasi
Implementasi sesuai rencana tindakan keperawatan.
1. Evaluasi
Setelah intervensi keperawatan, diharapkan:

1. Pola napas efektif


1) menunjukkan bunyi napas yang normal.

2) frekuensi dan irama napas teratur.

1. Nyeri hilang atau berkurang


1) Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima.

2) Memperlihatkan tenang dan rileks.

3) Keseimbangan tidur dan istirahat.

1. Meningkatkan mobilitas fisik


1) Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat.

2) Melakukan mobilitas pada tingkat optimal.

3) Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan.

4) Meminta bantuan jika membutuhkan.

1. Pola tidur kembali normal


2. Meningkatkan harga diri.
1) Mencari orang lain untuk membantu mempertahankan harga diri.

2) Secara aktif ikut serta dalam perawatan dirinya.

3) Menggunakan keterampilan koping dalam mengatasi citra tubuh.

1.
Kecemasan berkurang
2.
Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
3.
Pemahaman pengetahuan
1) Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana
pengobatan, dan gejala kemajuanpenyakit

2) Memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset

3) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

Doengoes, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit.Jakarta: EGC.

Nettina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Alpers, Ann. 2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai