Bab Ii Tinjauan Pustaka Jurnal
Bab Ii Tinjauan Pustaka Jurnal
TINJAUAN PUSTAKA
B. Konsep Aktivitas
1. Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
sistem persarafan dan muskuloskeletal (Tarwoto, Wartonah, 2007).
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk
mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain sebagainya.
Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh
berulang-ulang serta ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani disebut
olahraga (Farizati, 2002).
2. Tujuan Aktivitas
a. Memperkuat Jantung
Jantung sebenarnya tersusun dari serangkaian otot yang bekerja bersama,
oleh sebab itu, latihan secara teratur akan meningkatkan kinerjanya. Dengan
memperkuat otot jantung, bisa menghindari penyakit jantung yang bisa
menyebabkan kematian, bahkan pada anak-anak sekalipun.
b. Menjaga Arteri dan Vena Supaya Dapat Bekerja dengan Baik
Latihan fisik atau olahraga dapat mengurangi jumlah kolesterol dan lemak
berbahaya dalam darah. Hal ini akan meningkatkan fleksibilitas dinding
pembuluh darah, serta membantu penurunan tekanan darah. Hal ini dapat
mengurangi risiko serangan jantung maupun stroke.
c. Memperkuat Paru-Paru
Olahraga dapat meningkatkan kapasitas dan efisiensi paru terutama saat
beraktivitas, sehingga akan lebih banyak oksigen yang masuk kedalam tubuh
dan lebih banyak karbon dioksida yang dikeluarkan dari tubuh.
d. Menurunkan Kadar Gula Darah
Latihan fisik akan mencegah akumulasi berlebih gula dalam sirkulasi
darah. Saat berolahraga, otot akan mengambil pasokan gula dari sirkulasi dan
mengubahnya dalam bentuk energi. Hal ini tentunya akan mengurangi risiko
diabetes.
e. Mengontrol Berat Badan
Saat bermalas-malasan, tubuh kita cenderung mendapat asupan kalori
berlebih dibandingkan penggunaannya, kalori yang tidak terpakai tersebut
nantinya akan tersimpan sebagai lemak. Lain halnya apabila kita aktif
berolahraga, tubuh kita akan membutuhkan lebih banyak kalori, sehingga
lemak tubuh yang tersimpan akan dibakar untuk diubah menjadi energi.
Penurunan berat badan, memberikan efek positif bagi kesehatan jantung dan
pengontrolan kadar gula darah.
f. Mencegah Kanker
Seseorang yang berolahraga teratur memiliki risiko lebih kecil terkena
penyakit kanker terutama pada usus besar, rahim dan payudara.
g. Mengatur Tekanan Darah
Latihan fisik atau olahraga telah terbukti dapat mengurangi stres. Dengan
menghindari stress berlebihan, resiko peningkatan tekanan darah serta
penyakit jantung pun akan menurun
3. Aktivitas Fisik Pada Lansia
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia, diantaranya
perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular,
respirasi, dan kognisi. Distribusi lemak berubah dengan bertambahnya usia.
Laki-laki dengan bertambahnya usia akan mengakumulasi lemak terutama di
sekitar batang tubuh (truncus) dan di sekitar organ-organ dalam, sedangkan
wanita terutama di sekitarorgan-organ dalam. Penelitian pada atlet senior
menunjukkan bahwa mereka mempunyai kadar lemak lebih rendah
dibandingkan dengan non-atlet, namun apabila dibandingkan dengan atlet
muda mempunyai kadar lemak 5-10% lebih tinggi (Wojtek, 2000).
Pada lansia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot,
penurunan PH dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku, dan ada penurunan
kekuatan otot. Olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, massa otot, perfusi
otot, dan kecepatan konduksi saraf ke otot.
1) Manfaat Olahraga pada Lansia
Manfaat olahraga pada Lansia antara lain dapat memperpanjang usia,
menyehatkan jantung, otot, dan tulang, membuat Lansia lebih mandiri,
mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh
kepercayaan diri yang lebih tinggi. Olahraga dikatakan dapat memperbaiki
komposisi tubuh, seperti lemak tubuh, kesehatan tulang, massa otot, dan
meningkatkan daya tahan, massa otot dan kekuatan otot, serta fleksibilitas
sehingga lansia lebih sehat dan bugar dan risiko jatuh berkurang.
Selain itu, olahraga atau aktivitas fisik bermanfaat secara fisiologis,
psikologis maupun sosial. Menurut Nina (2007), secara fisiologis,
olahraga dapat meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan, fleksibilitas,
dan keseimbangan. Secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan
mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara sosial,
olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat
banyak teman, dan meningkatkan produktivitas.
2. Fisiologi Tidur
Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat yang terletak di bagian
bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan terjaga, sehingga
menyebabkan tidur.Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian
dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. (Kozier,2010).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan
pusat otak agar agar dapat tidur dan bangun. Pusat pengaturan tidur terdapat pada
medula oblongata (Hidayat, 2008). Menurut Hanun (2011), berdasarkan gambaran
EGG tidur dapat dibagi menjadi dua fase yaitu non rapid eye movement (NREM)
dan rapid eye movement (REM). Pada awal tidur didahului oleh fase NREM yang
terdiri dari tiga stadium NREM dan satu REM yaitu
a. Tidur stadium 1 (N1)
Stadium ini merupakan antara tahap terjaga dan tahap awal tidur.Saat
seseorang mulai mengantuk, perlahan-lahan kesadaran mulai meninggalktan
dirinya.Stadium ini juga disebut dengan downiness, yaitu tahap ketika pikiran
kita melayang-layang tak menentu tetapi masih menyadari kondisi disekeliling
sehingga merasa belum tidur. Stadium ini hanya berlangsung 3-5 menit dan
mudah ekali dibangunkan. Gambaran EKG biasanya terdiri dari gelombang
campuran alfa, beta, dan kadang gelombang teta dengan amplitude yang
rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
b. Tidur stadium 2 (N2)
Setelah stadium N1, maka akan semakin dalam tertidur dan masuk ke tidur
fase stadium N2. Gelombang otak lambat masih menjadi latar, tetapi sesekali
muncul gelombang khas berupa gelombang sleep spindle. Pada stadium ini,
tidur semakin sulit bangunpanggilan berulang-ulang karena merupakan tahap
tidur terbanyak, kira-kira 50 % dari total tidur satu malam.
c. Tidur stadium 3 (N3 )
Setelah kira-kira 10 menit dalam tahap N2, maka akan masuk ke stadium tidur
yang lebih dalam, yaitu tahap stadium 3 (N3) atau sering disebut tidur slow
wave karena gelombang otak semakin melambat dengan frekuensi yang lebih
rendah. Pada gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris
antara 25%- 50% serta tampak gelombang sleep spindle. Dalam stadium ini
hormone pertumbuhan (growth hormon) dan prolaktin dikeluarkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan pada bayi dan perbaikan untuk mempertahankan keutuhan
maupun kemudaan jaringan tubuh.Sementara prolaktin adalah hormon yang
banyak terdapat pada ibu menyusui maka semakin tinggi pula produksi
prolaktin. Namun fungsi pada saat tidur belum dapat dijelaskan.
d. Tahap tidur REM
Dari tahap N3 biasanya akan terus meningkat dan kembali pada tahap N2.
EEG akan menunjukkan aktivitas otak yang meningkat secara drastis, yang
pertanda seseorang memasuki tahap tidur R (REM) atau hanyut dalam mimpi.
Tahap ini tubuh tidak bisa menerima rangsangan apa pun, karena tubuh tidak
merespon aktivitas otak yang menimbulkan lumpuh sesaat. Pada lansia yang
sering terbangun dan kembali tidur, maka tahap 1 akan dimulai kembali.
Dalam pola tidur normal, sekitar 70 sampai 90 menit setelah awitan tidur.
Konsekuensi dari terbangun pada malam hari dapat menimbulkan efek buruk
pada fisiologis dan fungsi mental pada usia lanjut (Stanley, 2006).