Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN MASALAH STROKE NON


HEMORAGIC

DI RUANG STROKE RSUD DR. M YUNUS BENGKULU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Suci Lestari 7. Helda desvianti


2. Ewi novtari 8. Hendrian bagas
3. Ikhwan surya h 9. Hikma ayuda
4. Ice serliani 10. Jayadi
5. Febi indriani 11. Juliya purnama
6. Fuzita fransiska

Pembimbing Pendidikan

( Ns. TUTI ANGRIANI UTAMA.S,Kep.M,Kes )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
makalah seminar di ruang STROKE.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Bengkulu, 13 oktober 2017

Kelompok 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit stroke sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besarmasyarakat. Hal
ini diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi (jumlah kasus baru) kasus stroke yang
terjadi di masyarakat. Insidensi stroke setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia
mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Dikawasan Asia
tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke (WHO, 2010).

Prevalensi Stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per


mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi
stroke berdasarkan diagnosis tertinggi di 2 Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DIY
(10,3%). Bangka belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi
Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan
(17,9%). DIY (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Prevalensi penyakit
Stroke pada kelompok yang didiagnosis nakers meningkat seiring bertambahnya umur,
tertinggi ≥ 75 tahun laki-laki (43,1%) dan perempuan (67,0%) (Riskesdes, 2013).
Sedang prevalensi stroke non hemoragik pada tahun 2009 sebesar 0,09%, mengalami
penurunan bila dibandingkan prevalensi tahun 2008 sebesar 0,11%. Prevalensi tertinggi
adalah di Kota Surakarta sebesar 0,75%. Di Indonesia, setiap 1000 orang, delapan orang
diantaranya terkena stroke (Depkes, 2011).

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja ( Mutaqqin, 2008 ).

Pola hidup yang tidak sehat seperti makan makanan instan, junk food, merokok dan
minum kopi yang berlebihan, tidak pernah melakukan olah raga serta gaya hidup yang
selalu identik dengan narkoba dan alkohol maka segala penyakit akan datang
menyerang. Bermula dari kelebihan kolesterol, kelelahan karena kurang istirahat,
tingkat stres yang tinggi dan hipertensi maka timbullah berbagai penyakit seperti stroke
(Tarwoto, 2007).

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Ny.”P”
dengan Stroke Non Hemoragik di RSUD M YUNUS Bengkulu dengan
menggunakan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus
Penulis mampu:
a. Melaksanakan pengkajian, merumuskan diagnosa, membuat perencanaan,
melaksanakan, mengevaluasi dan mendokumentasikan tindakan keperawatan pada
Ny”P” dengan Stroke Non Hemoragik di RSUD M YUNUS Bengkulu.
b. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan termasuk
faktor pendukung dan penghambat serta mampu memberikan alternatif
pemecahannya.

C. Metoda Penulisan

Dalam mendapatkan data dan Informasi, penulis mempergunakan metode


sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

Metoda kedua adalah dengan mencari litelatur mengenai Stroke di buku-buku.

2. Browsing Internet

Adapun metoda ini merupakan dasar yang sangat penting yaitu dengan mencari
beberapa data mengenai Stroke dan membacanya melalui internet, agar penulis lebih
mudah dalam membuat makalah ini.

D. Sistematika Penulisan

Pada sistematika penulisan makalah ini penulis akan menjelaskan isi makalah
dimulai dengan:

1. BAB I : Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,


sistematika penulisan
2. BAB II : yaitu kajian teoritis. Penulis akan membahas mengenai pengertian
Stroke, jenis/ bentuk/ klasifikasi Stroke, faktor resiko, tanda dan gejala klinis,
patofisiologi, upaya pencegahan, gambaran askep dari pengkajian, diagnosa,
intervensi. Pada bagian akhir penulis menyertakan daftar pustaka dan lampiran
gambar-gambar mengenai Stroke.

3. BAB III laporan kasus pada stroke non hemoragik

4. BAB IV menjelaskan tentang kesenjangan antara bab II dan bab III

5. BAB V menjelaskan tentan kesinpulan yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

6. Dan dilampirka daftar pustaka pada makalah seminar ini.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP TEORI KASUS


A. Definisi
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO, 2014 dalam Latifah
2016).Stroke adalah gangguan fungsi otak yang timbulnya mendadak, berlangsung
selama 24 jam atau lebih, akibat gangguan peredaran darah di otak (Yayasan Stroke
Indonesia, 2010). Stroke diklasifisikan menjadi dua yaitu stroke iskemik dan
perdarahan (Hemoragik). Stroke adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang
mengalami kelumpuhan atau kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak
yang menyebabkan kematian jaringan otak (Batticaca, 2009 dalam Latifah 2016).
Stroke Iskemik atau Non-Hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh
suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang
menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan (AHA, 2015).
Stroke Iskemik atau non-hemoragik merupakan stroke yang disebabkan
karena terdapat sumbatan yang disebabkan oleh trombus (bekuan) yang terbentuk di
dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak (Sylvia, 2005 dalam Latifa
2016).

B. Anatomi pembuluh darah otak


Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi
neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar
1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50%
glukosa yang ada di dalam darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal.
Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang
terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan
otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai
sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior
bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi
dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau
pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi
sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabutserabut saraf ke target organ

Gambar. Sel gilia pada otak

Gambar. Pembuluh darah di otak


Gambar. Bagian otak dan fungsi otak

Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan


pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan
tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke.

C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia
(kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia
urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak
bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat
mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.

Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

Hemisfer Kiri Hemisfer Kanan

- Mengalami - Hemiparese sebelah kiri tubuh


hemiparese kanan - Penilaian buruk
- Perilaku lambat dan - Mempunyai kerentanan terhadap sisi
hati-hati kontralateral sehingga memungkinkan
- Kelainan lapan terjatuh ke sisi yang berlawanan
pandang kanan tersebut
- Disfagia global
- Afasia
- Mudah frustasi

D. Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

1. Keadaan pembuluh darah.


2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke
otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya
embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena
gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral
yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
Pathway

Penykit yang mendasari stroke (alcohol, hiperkolestroid,


merokok, stress, depresi, kegemukan)

Aterosklerosis (elastisitas
pembuluh darah
Pembentukan
Kepekatan darah
menurun thrombus
meningkat

Obstruksi thrombus di
otak

Penurunan darah ke otak

Hipoksia cerebri

Infark jaringan otak

Kerusakan pusat gerakan Kelemahan pada Perubahan


motorik di lobus frontalis nervus V, VII,IX, X. persepsi sensori
hemisphare hemiplagia

Gangguan Mobilitas
mobilitas fisik menurun Penurunan kemampuan
otot mengunyah
menelan
Tirah baring
Gangguan reflek Keseimbangan
menelan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko kerusakan Deficit


integritas kulit perawatan

Sumber : price (2006)


E. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan stroke memiliki 3 tujuan, yaitu:
1. Mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik non
infark.

2. Memperbaiki cedera otak.

3. Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel didaerah


penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamat.

Penatalaksanaan umum pasien stroke:

a. Aktifitas

Bed rest dibutuhkan untuk penghematan energi dan menurunkan metabolisme,


sehingga tidak meningkatkan metabolisme otak yang akan memperburuk
kerusakan otak. Kepala dan tubuh atas dalam posisi 300 dengan bahu sisi yang
lemah diganjal bantal.
b. Perawatan
Prinsip 5 B, yaitu:
1. Breathing (pernapasan)
a) Mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala hambatan, baik akibat
hambatan yang terjadi akibat benda asing ataupun sebagai akibat strokenya
sendiri.
b) Melakukan oksigenasi.
2. Blood (tekanan darah)
a) Mengusahakan otak tetap mendapat aliran darah yang cukup.
b) Jangan melakukan penurunan tekanan darah dengan cepat pada masa akut
karena akan menurunkan perfusi ke otak.
3. Brain (fungsi otak)
a) Mengatasi kejang yang timbul.
b) Mengurangi edema otak dan tekanan intrakranial yang tinggi.
4. Bladder (kandung kemih)
Memasang kateter bila terjadi retensi urin.
5. Bowel (pencernaan)
a) Mengupayakan kelancaran defekasi.
b) Apabila tidak dapat makan per oral, maka dipasang NGT.
c) Medikasi

Pada pasien stroke non hemoragik:


1. Neuroprotektif
Neuroprotektif untuk mempertahankan fungsi jaringan yang dapat dilakukan
dengan cara hipotermia dan atau obat neuroprotektif.
a) Hipotermia
Cara kerja metode ini adalah menurunkan metabolisme dan kebutuhan
oksigen sel- sel neuron. Dengan demikian, neuron terlindung dari
kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia berkepanjangan atau eksitotoksisitas
yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang biasanya timbul setelah
cedera sel neuron.
b) Obat neuroprotektif
Obat ini berfungsi untuk menurunkan metabolisme neuron, mencegah
pelepasan zat- zat toksik dari neuron yang rusak, atau memperkecil respon
hipereksitatorik yang merusak dari neuron- neuron di penumbra iskemik
yang mengelilingi daerah infark pada stroke. Jenis obat neuroprotektif,
antara lain antagonis kalsium, anatagonis glutamat, dan antioksidan.
2. Trombolisis
Trombolisis dapat membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang
berlangsung (3-6 jam pertama), misalnya dengan rt-PA (recombinant tissue-
plasminogen). Pengobatan ini hanya boleh diberikan pada stroke iskemik
dengan onset kurang dari 3 jam dan hasil CT scan normal.
3. Antikoagulasi
Antikoagulasi untuk mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi
trombus dan untuk penderita yang mengalami kelainan jantung, namun
memiliki efek samping trombositopenia.
4. Pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau iskemia
miokard. Bila fibrilasi atrium respons cepat, maka dapat diberikan digoksin
0,125- 0,5 mg intravena atau verapamil 5-10 mg intravena atau amidaron 200
mg drips dalam 12 jam.
5. Tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh diturunkan dengan
cepat karena akan memperluas infark dan perburukan neurologist. Aliran
darah yang meningkat akibat tekanan perfusi otak yang meningkat bermanfaan
bagi daerah otak yang mendapat perfusi marginal (penumbra iskemik). Tetapi
tekanan darah terlalu tinggi, dapat menimbulkan infark hemoragik dan
memperhebat edema serebri.
Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada 3 kali pengukuran
selang 15 menit:
a) Sistolik > 220 mmHg
b) Diastolik > 120 mmHg
c) Tekanan arteri rata- rata >140 mmHg

c. Nutrisi
1) Mengontrol edem serebri dengan pembatasan cairan atau penggunaan
manitol.
2) Pada 24 jam pertama diberikan cairan emergensi intravena dan selanjutnya
diberikan cairan kristaloid atau koloid sesuai kebutuhan.
3) Pasien gangguan menelan atau gangguan kesadaran diberikan makanan cair
melalui pipa nasogastrik (NGT).
4) Jumlah total kalori pada fase kut 25 kkal/kgBB/hari dengan komposisi lemak
30-35%, protein 1,2-1,5 gr/kgBB/hari dan atau sesuai keadaan.
d. Observasi Umum dan Tanda Vital
Observasi neurologis dan tanda vital secara rutin pada 24-48 jam pertama dengan
tujuan mengetahui sejak awal komplikasi medis atau neurologis yang dapat
menambah morbiditas dan mortalitas stroke.
e. Terapi
1. Fisioterapi
a) Mobilisasi untuk mencegah deep vein thrombosis (DVT) maupun
kompikasi pulmonal.
b) Pasien imobil latihan ruang lingkup sendi untuk mencegah kontraktur.
c) Fisioterapi dada, fungsi menelan, dan berkemih.
2. Terapi wicara
Terapi wicara harus dilakukan sedini mungkin pada pasien afasia dengan
stimulasi sedini mungkin, terapi komunikasi, terapi aksi visual, terapi
intonasi melodik, dan sebagainya.

3. Depresi
Depresi diobati sedini mungkin dengan obat antidepresi yang tidak
mengganggu fungsi kognitif.
f. Edukasi
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai stroke, sehingga
dapat mengendalikan factor- factor resiko yang dapat mencetuskan timbulnya
stroke berulang

F. Pencegahan
Pencegahan untuk stroke non-hemoragik ada dua yaitu (Mansjoer dkk, 2000):
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara menghindari rokok, stres mental,
alkohol, kegemukan (obesitas), konsumsi garam berlebih, obat-obat golongan
amfetamin, kokain dan sejenisnya. Mengurangi kolesterol dan lemak dalam
makanan, mengendalikan hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit
vaskular aterosklerotik lainnya serta perbanyak konsumsi gizi seimbang dan
olahraga teratur.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup yang
berisiko seperti hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes melitus
dengan diet dan obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan
antikoagulan oral, dislipidemia dengan diet rendah lemak dan obat anti
dislipidemia, dan berhenti merokok, serta hindari kegemukan dan kurang gerak

G. Komplikasi stroke
Komplikasi stroke meliputi Hipoksia Serebral, penurunan aliran darah
serebral, dan luasnya area cedera.
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi darah
adekuat ke otak.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (pemberian intarvena) harus
menjamin penurunn viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. (Smeltzer & Bare, 2002)
2. KONSEP DASAR ASKEP
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukanaktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar,disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala,kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obatadiktif, kegemukan
d. .Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.

Pengkajian Fokus:
1. Aktivitas/istirahat:Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat
kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,hemiplegi, mudah lelah, dan susah
tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia
dan hipertensiarterial.
3. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK misalnya inkoontinensia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
5. Makanan/caitan : Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi,
tenggorokan, dysfagia
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit.Hilangnya daya sensori pada bagian
yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang
sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
8. Respirasi Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara
nafas, whezing, ronchi.
9. Keamanan sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasitidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampumengambil
keputusan.
10. Interaksi socialGangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

1. Ketidakefektifan Setelah 1. Monitor neurologis


2. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi
Perfusi jaringan dilakukan
dan bentuk pupil
serebral b.d tindakan
3. Monitor tingkat kesadaran klien
aliran darah ke keperawatan 4. Monitir tanda-tanda vital
5. Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
otak terhambat. diharapkan
muntah
suplai aliran
6. Monitor respon klien terhadap
darah keotak
pengobatan
lancar dengan 7. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
8. Observasi kondisi fisik klien
kriteria hasil:
6.
 Nyeri
kepala/
vertigo
berkurang
sampai
dengan
hilang
 Berfungsinya
saraf dengan
baik
 Tanda-tanda
vital stabil

2 Kerusakan Setelah 1. Ajarkan klien untuk latihan rentang


mobilitas fisik b.d dilakukan gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang
kerusakan tindakan sehat
2. Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
neurovas-kuler keperawatan
ekstrimitas yang parese / plegi dalam
selama,
toleransi nyeri
diharapkan klien
dapat melakukan 3. Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
pergerakan fisik mencegah atau mangurangi bengkak
4. Ajarkan ambulasi sesuai dengan
dengan kriteria
tahapan dan kemampuan klien
hasil :
5. Motivasi klien untuk melakukan

 Tidak terjadi latihan sendi seperti yang disarankan


6. Libatkan keluarga untuk membantu
kontraktur
klien latihan sendi
otot dan
footdrop
 Pasien
berpartisipasi
dalam
program
latihan
 Pasien
mencapai
keseimbanga
n saat duduk
 Pasien
mampu
menggunaka
n sisi tubuh
yang tidak
sakit untuk
kompensasi
hilangnya
fungsi pada
sisi yang
parese/plegi

3 Defisit perawatan Setelah 1. Kaji kamampuan klien untuk perawatan


diri; dilakukan diri
2. Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
mandi,berpakaian, tindakan
bantu dalam makan, mandi, berpakaian
makan, keperawatan,
dan toileting
diharapkan
3. Berikan bantuan pada klien hingga
kebutuhan
mandiri klien klien sepenuhnya bisa mandiri
4. Berikan dukungan pada klien untuk
terpenuhi,
menunjukkan aktivitas normal sesuai
dengan kriteria
kemampuannya
hasil:
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan

 Klien dapat kebutuhan perawatan diri klien

makan
dengan
bantuan
orang lain /
mandiri
 Klien dapat
mandi de-
ngan bantuan
orang lain
 Klien dapat
memakai
pakaian
dengan
bantuan
orang lain /
mandiri
 Klien dapat
toileting
dengan
bantuan alat

4 Resiko kerusakan Setelah 1. Beri penjelasan pada klien tentang:


integritas kulit b.d dilakukan resiko adanya luka tekan, tanda dan
immobilisasi fisik tindakan gejala luka tekan, tindakan pencegahan
perawatan agar tidak terjadi luka tekan)
2. Berikan masase sederhana
selama,
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
diharapkan 4. Gunakan lotion, minyak atau bedak
pasien mampu untuk pelican
mengetahui dan 5. Lakukan masase secara teratur
6. Anjurkan klien untuk rileks selama
mengontrol
masase
resiko dengan
7. Jangan masase pada area kemerahan
kriteria hasil :
utk menghindari kerusakan kapiler
8. Evaluasi respon klien terhadap masase
Klien mampu 9. Lakukan alih baring
menge-nali 10. Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2
tanda dan gejala jam
11. Pertahankan tempat tidur sedatar
adanya resiko
mungkin untuk mengurangi kekuatan
luka tekan
geseran
12. Batasi posisi semi fowler hanya 30
Klien mampu
menit
berpartisi-pasi
13. Observasi area yang tertekan (telinga,
dalam
mata kaki, sakrum, skrotum, siku,
pencegahan
ischium, skapula)
resiko luka tekan 14. Berikan manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
(masase
1. Monitor intake nutrisi
sederhana, alih 2. Tingkatkan masukan protein dan
ba-ring, karbohidrat untuk memelihara ke-
manajemen seimbangan nitrogen positif
3. Berikan manajemen tekanan
nutrisi,
4. Monitor kulit adanya kemerahan dan
manajemen
pecah-pecah
tekanan). 5. Beri pelembab pada kulit yang kering
dan pecah-pecah
6. Jaga sprei dalam keadaan bersih dan
kering
7. Monitor aktivitas dan mobilitas klien
8. Beri bedak atau kamper spritus pada
area yang tertekan
BAB III

LAPORAN KASUS

I. PENGKAJIAN

A. Identitas

1. Identitas klien

Nama : Ny. P
Umur : 67 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Pedagang
Suku bangsa : Melayu indonesia
Status perkainan : Kawin
No CM : 757561
Tanggal masuk : 12-11-2017
Tanggal pengkajian :14-11-2017
Alamat : Jl. Rukun 8 RT18 RW 04 kandang

2. Identitas penanggung jawab

Nama :Tn.T
Umur :35 Th
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Hubungan dengan klien :Anak
Alamat : Jl. Rukun 8 RT 18 RW 04 kandang

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakkan, nyeri kepala

2. Riwayat penyakit sekarang

Ny.P masuk IGD rumah sakit RSMY pada tanggl 12 november 2017 pada pukul
20.15 wib. Klien masuk ke ruangan stroke pada pukul 21.45 wib dengan keluhan
tangan dan kaki kiri lemas, tidak bisa digerakkan dan nyeri kepala, penyebab
karena hipertensi dan kolestrol tinggi ,qualitas seperti tertusuk- tusuk,region di
area kepala,skala nyeri 6, waktu nyeri tiba-tiba. pada saat dilakukan pengkajian
pasien tampak lemas, keadaan CM, k/u lemah, GCS 15 (E4M5V5),
TD=160/110mmhg, N=94x/menit, P=23x/menit.

3. Riwayat penyakit dahulu

Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit, tetapi klien memiliki
riwayat hipertensi ± 20 tahun yang lalu, tidak terkontrol dan tidak mengonsumsi
obat hipertensi.

4. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien dan tidak ada penyakit menular dalam keluarga

C. Pemeriksaan fisik

 Pengkajian fisik umum

Tekanan darah : 160/110 mmHg

Frekuensi nafas : 23 x/m

Suhu : 36,3 0C

Nadi : 94 x/m

Keadaan umum : Lemah

 Sistem penglihatan

Posisi mata : Simetris

Kelopak mata : Tidak ada edema

Pergerakan bola mata : Normal, tidak ada kekakuat otot mata

Konjungtiva : An anemis

Sclera : An ikterik

Pupil : Isokor
Fungsi penglihatan : Baik

 Sistem pendengaran

Kondisi telinga : Simetris kiri dan kanan, kondisi bersih, tidak ada
cairan yang keluar dari telinga.

Fungsi pendengaran : Baik

Pemakai alat bantu : Tidak memakai alat bantu pendengaran

 Sistem pernafasan

Jalan nafas : Bersih, tidak ada sumbatan

Frekuensi :23 x/menit


Irama : Teratur
Suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
Penggunaan otot bantu pernafasan : Tidak, pergerakan dinding dada simetris

 Sistim kardiovaskuler

Sirkulasi ferifer

Nadi :94 x/menit, irama teratur, denyut kuat


TD :160/110 mmhg
Akral hangat, CRT <2 detik
Tidak ada edema

Sirkulasi jantung

Irama jantung teratur, Bj1 dan Bj2 lup dup


Tidak ada nyeri dada

 Sistim syaraf pusat

Keluhan sakit kepala


Tingkat kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 E=4 M=6 V=5
Pemeriksaan nervus : mengalami gangguan pada nervus XI karena pasien
mengalami gangguan pada system motoriknya saja

 Sistim integumen/muskuloskletal

Tugor kulit elastis/baik


Keadaan kulit baik
Ada kesulitan dalam gerakan ekstermiatas kiri atas dan bawah
Kekuatan otot :
5 1
5 1
Resiko jatuh: tidak dilakukan pengkajian

D. Pola aktivitas sehari-hari

N Jenis pengkajian Dirumah Di rumah sakit


o
1 Pola nutrisi
a. Makan
Jenis
Nasi,lauk pauk Nasi aluk pauk
Frekuensi
Porsi 3x/hari 3x/hari
Cara
1 porsi ½ porsi
b. Minum
Frekuensi Mandiri Dibantu
Jenis
Cara
Keluhan 1500ml /hari 2000 ml/hari
Air putih Air putih
Mandiri Dibantu
Tidak ada Tidak ada
2 Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi
1x sehari 1x sehari
Konsistensi
Warna Lembek Lembek
Cara
Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
b. BAK
Frekuensi Mandiri Dibantu total
Warna
Jumlah
5x sehari Terpasang kateter
Kuning jernih Kuning jernih
1500 ml/hari 2000/hari
3 Pola istirahat tidur
1. Malam 6-8 jam 6 jam
2. Siang
2 jam 2 jam
4 Personal hygiene
Mandi 2x sehari, mandiri 2x sehari , dibantu
Gosok gigi Ya mandiri Ya dibantu
Ganti pakaian Ya mandiri Ya dibantu

E. Data penunjang

hasil CT-scan 13 November 2017 : Infark serebri dan Atrofi serebri

pemeriksaan laboratorium
tgl 12-11-2017/10:29

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


GDS 130 70-120mg/dl
Ureum 34 20-40mg/dl
creatinin 0,7 0,5-1,2mg/dl
HB 13,9 Lk: 13-18 pr : 12-16 gr/dl
Hematokrit 42 Lk: 37-47 pr: 40-54%
Leukosit 7200 4000-10000mm3
trombosit 231000 150000-450000sel/mm3
Tgl 13-11-2017/09:45

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Kolestrol total 228 150-200mg/dl
Trigliserida 111 150mg/dl
HDL 54 Lk : 30-60 pr : 40-70mg/dl
LDL 138 ,150mg/dl
Tgl 13-11-2017/22:00

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Aric acid 4,2 Lk : 3,4-7,6 pr : 2,4-5,7 mg/gl
Natrium 139 135-155mmol/l
kalium 3,8 3,4-5,3mmol/l

Therapi yang diberikn sejak tanggal 12 november2017 s/d 16 November 2017

- IVDL RL drip tarontal xx gtt/m iv - Neurodex po 2x1 tnb

- Ranitidin iv 2x1 amp - Amlodipin po 1x5 g

- Citicolin 3x1 mg - Candesartan po 1x16 mg

- Cifrofloxcime iv 2x500 g - Lexadine syr po 3x1 c

- Coditam po 3x1 mg
ANALISA DATA

N Data senjang Interpretasi data Masalah


o
1 DS: Arterio sklerosis Hambatan perfusi
Pasien mengatakan nyeri kepala jaringan serebral
DO: Trombus serebral
 Klien tampak nyeri
 P : Hipertensi Suplai oksigen keSuplai
Q : Seperti tertusuk-tusuk darah ke otak menurun
R : Di kepala area frontal
S : Skala nyeri 6 Suplai oksigen ke otak
T : Nyeri hilang timbul menurun
 ADL dibantu kleuarga
dan perawat Gangguan perfusi jaringan
 Klien tampak lemah
 GCS E=4 M=6 V=6 serebral
 Hasil CT scan : infark
dan atrofi serebri
 Colestrol : 228 mg/dl
 Kesadaran CM, GCS 15
( E4M6V5)
 TD=160/110 mmhg
N= 94x/menit
P= 23x/menit

2 DS: Arterio sklerosis Hambatan mobilitas


 Klien mengatakan tidak fisik
mampu menggerakkan Suplai o2 keotak menurun
kaki dan tangan kiri
 Klien mengatakan segala Defisit neurologis
aktivitas dibantu
sepenuhnya Kehilangan kontrol
DO: vesikuler
 Klien tampak lemah
 Kekuatan otot
5 1 Kelamahan anggota gerak
51
 ADL dibantu keluarga
dan perawat Hambatan mobilitas fisik

DIAGNOSA
N Diagnosa keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
o masalah masalah
muncul teratasi
1 Gangguan perfusi jaringan 14-11-2017 16 november
serebral b.d penurunan 2017 Kelompok
Kelompo
suplai o2 ke otak 2
k
2
2 Hambatan mobilitas fisik 14-11-2017 16 november
b.d kelemahan anggota 2017
gerak
INTERVENSI

No Tujuan dan kriteria Rencana tindakan Rasionalisasi


hasil
1 Setelah dilakukan 1. Obsevasi tanda 1. Mengetahui ttv pasien
tindakan tanda vital/3 jam
2. Mengetahui tanda-
2. Pantau adanya
keperawatan dalam
tanda gangguan perfusi
nyeri kepala
waktu 3x24 jam
serebral
dengan skala nyeri
diharapkan perfusi
1-10
jaringan serebral
3. Pantau tingkat 3. Mengetahui
efektif dengan KH:
kesadaran perkembangan pasien
 Skala nyeri 4. Pantau kekuatan 4. Mengetahui
berkurang tonus otot, dan perkembangan pasien
 Kelemahan pergerakan dalam melakukan
otot motorik pergerakan
berangsur- 5. Kolaborasi dengan 5. Mengetahui tanda dan
angsur dokter untuk gejala yang terjadi pada
membaik pemberian terapi pasien
 Ttv dalam obat sesuai
batas normal indikasi 6. Posisi yang tinggi
 Klien dapat 6. Tinggikan bagian
dapat memperlancar
berktivits kepala tempat tidur
sirkulasi o2 ke otak dan
dengan 0-45 0
jaringan lainya
mandiri 7. Ajarkan tekhnik
7. Teknik relaksasi napas
napas dalam
dalam dapat
dengan tarik nafas
mengurangi nyeri
dari hidung lalu
keluarkan dari
mulut dengan bibir
membentuk huruf
O

2 Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Untuk mengetahui


tindakan fisik pasien perkembangan fisik
keperawatan dalam pasien
waktu 3x24 jam 2. Monitor tanda- 2. Mengetahui tanda
diharapkan klien tanda vital/ 3 jam tanda vital
3. Ajarkan pasien 3. Agar melatih gerakan
mampu
untuk latihan pada ekstermitas yang
mempertahankan
rentang gerak pada sakit
atau meningkatkan
ekstermitas yang
kemampuan otot
sakit untuk
mendukung
ekstermitas/ 4. Agar keluarga mampu
R OM
melakukan latihan
4. Libatkan dan
rentang gerak secara
anjurkan keluarga
mandiri tanpa dibantu
untuk melatih
perawat.
rentang gerak
5. Untuk mengetahui nilai
pasien
kekuatan otot pada
5. Observasi
pasien
kekuatan otot
pasien pada
ekstermitas
IMPLEMENTASI

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON HASIL


DX
1 Selasa 1. mengobservasi 1. TD : 160/110
14-11-17 tanda-tanda vital mmHg
N : 94 x/m
09.00 WIB yaitu TD, N, P, S.
P : 23 x/m
S : 36,3 0C

2. Klien mengatakan
2. memantau adanya
nyeri kepala, skala
nyeri kepala dan
09.15 WIB
nyeri 6, dan tidak
gangguan
ada gangguan
penglihatan
penglihatan.
( dengan skala nyeri
1-10 dan
snellenchart)
3. Kesadaran CM,
GCS : 15, ku lemah.
3. memantau tingkat
kesadaran
09.30WIB 4. 5 1
4. memantau kekuatan
otot dan pergerakan 5 1
09.45 WIB motorik
Ekstremitas kiri tidak bisa
digerakkan.
5. Pasien sudah
5. mengajarkan pasien dilakukan ROM
untuk latihan
10.00 WIB rentang gerak dan
ROM 6. ADL pasien dibantu
6. kaji kemampuan
total oleh keluarga
fisik pasien dan perawat
7. Obat masuk dengan
10.15 WIB
baik Tanpa reaksi
7. mengkolaborasikan
alergi
pemberian terapi
10.30 WIB obat sesuai indikasi
yaitu RL drip
tarontal 1 amp xx
gtt/m, amlodipin po
1 mg, ranitidin iv 1
amp, cifrofloxcime
iv 500 mg.
8. TD : 150/100
8. Mengobservasi TTV mmHg
N : 90 x/m
P : 22 x/m
S : 360C
11.45 WIB
2 Rabu 1. Mengobservasi TTV 1. TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/m
15-11-17
P : 21 x/m
S : 36,3 0C
2. Kesadaran CM, GCS :
15 (E4M6V5), keadan
2. Memantau tingkat
umum lemah.
kesadaran
3. Klien mengatakan nyeri
kepala, skala nyeri 6,
3. Memantau adanya nyeri
dan tidak ada gangguan
kepala dan gangguan
penglihatan.
penglihatan

4. 5 1

4. Memantau kekuatan
5 1
otot

Ekstremitas kiri tidak bisa


digerakkan.
5. Kepala TT sudah
ditinggikan 450, pasien
5. Meninggikan bagian nyaman.
kepala TT 450
6. Pasien sudah dilakukan
ROM
6. Mengajarkan pasien 7. TD : 140/100 mmHg
N : 82 x/m
untuk latihan rentang
P : 22 x/m
gerak atau ROM S : 360C
7. Mengobservasi TTV 8. Obat masuk dengan
baik Tanpa reaksi alergi

8. mengkolaborasikan
pemberian terapi obat
sesuai indikasi yaitu RL
drip tarontal 1 amp xx
gtt/m, amlodipin po 1
mg, ranitidin Iv 1 amp,
cifrofloxcime Iv 500
mg.

3 Kamis 1. Mengobservasi TTV 1. TD : 140/90 mmHg


N : 85 x/m
15-11-17
P : 22 x/m
S : 360C
2. Klien mengatakan nyeri
kepala berkurang, skala
2. Memantau adanya nyeri
nyeri 4, dan tidak ada
kepala dan gangguan
gangguan penglihatan.
penglihatan
3. Kesadaran CM, GCS :
3. Memantau tingkat
15, ku lemah.
kesadaran

4. Mengajarkan pasien
4. Pasien sudah dilakukan
untuk latihan rentang
ROM
gerak atau ROM
5. mengkolaborasikan 5. Obat masuk dengan
pemberian terapi obat baik Tanpa reaksi alergi
sesuai indikasi yaitu
amlodipin po 1 mg,
ranitidin IV 1 amp,
cifrofloxcime IV 500
mg, neurodex po,
laxadine syr, dan
6. Pasien mengatakan mau
candesartan po.
6. Mengajarkan teknik mengikuti anjuran
relaksasi nafas dalam perawat untuk
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam.
7. 5 1

7. Memantau kekuatan
5 1
otot

Ekstremitas kiri tidak bisa


digerakkan.

8. TD : 130/90 mmHg
N : 88 x/m
P : 20 x/m
8. Mengobservasi TTV S : 36,50C
EVALUASI

Tgl/jam No Catatan Perkembangan paraf


Selasa 1 S : klien mengatakan nyeri kepala
14-11- O : - skala nyeri 6 Kelompo
17 - Kesadaran CM, GCS : 15, ku lemah. k2
- TD : 160/110 mmHg
N : 94 x/m
P : 23 x/m
S : 36,3 0C
- TD : 150/100 mmHg
N : 90 x/m
P : 22 x/m
S : 360C
- Kekuatan otot
4 1

4 1

Ekstremitas kiri tidak bisa digerakkan.


- Obat masuk tanpa reaksi alergi
A : tujuan belum tercapai
P : ulangi intervensi dx 1

S : klien mengtakan tangan dan kaki kiri tidak bisa di gerakkan


O : - klien tampak lemah
- ADL dibantu keluarga dan perawat
- Kekuatan otot
2. 4 1

4 1

Ekstremitas kiri tidak bisa digerakkan.


- TD : 160/110 mmHg
N : 94 x/m
P : 23 x/m
S : 36,3 0C
- TD : 150/100 mmHg
N : 90 x/m
P : 22 x/m
S : 360C
A : tujuan belum tercapai
P : ulangi intervensi dx 2
Rabu 1 S : klien mengatakan nyeri kepala
15-11- O : - skala nyeri 6
17 - Kesadaran CM, GCS : 15, ku lemah.
- Kekuatan otot
5 1

5 1
Ekstremitas kiri tidak bisa digerakkan.
- Kepala TT sudah ditinggikan 450, pasien nyaman.
- Pasien sudah dilakukan ROM
- Obat masuk dengan baik Tanpa reaksi alergi
- TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/m
P : 21 x/m
S : 36,3 0C
- TD : 140/100 mmHg
N : 82 x/m
P : 22 x/m
S : 360C
A : tujuan belum tercapai
P : ulangi intervensi dx 1

S : klien mengtakan tangan dan kaki kiri tidak bisa di gerakkan


O : - klien tampak lemah
- ADL dibantu keluarga dan perawat
- Kekuatan otot
4 1
2

4 1

Ekstremitas kiri tidak bisa digerakkan.


- TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/m
P : 21 x/m
S : 36,3 0C
- TD : 140/100 mmHg
N : 82 x/m
P : 22 x/m
S : 360C
A : tujuan belum tercapai
P : ulangi intervensi dx 2
15-11- 1 S : - klien mengatakan nyeri kepala berkurang
17 - Klien mengatakan akan mengikuti anjuran perawat
untuk teknik relaksasi
O : - skala nyeri 4
- Kesadaran CM, GCS : 15, ku lemah.
- Kekuatan otot
-
5 1

5 1
Ekstremitas kiri tidak bisa digerakkan.
- Obat masuk dengan baik Tanpa reaksi alergi
- TD : 140/90 mmHg
N : 85 x/m
P : 22 x/m
S : 360C
- TD : 130/90 mmHg
N : 88 x/m
P : 20 x/m
S : 36,50C
A : tujuan tercapai sebagian, pasien pulang
P : hentikan intervensi

S : klien mengatakan tangan dan kaki kiri tidak bisa di


gerakkan
O : - klien tampak lemah
2.
- ADL dibantu keluarga dan perawat
- Kekuatan otot
5 1

5 1

Ekstremitas kiri tidak bisa digerakkan.


- Pasien sudah di latih rentang gerak atau ROM
A : tujuan tercapai sebagian, pasien pulang
P : intervensi dihentikan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan studi
kasus asuhan keperwatan pada Ny.P dengan stroke non hemoragic di ruang stroke RSUD M
YUNUS Bengkulu. Pembahasan yang kelompok lakukan meliputi pengkajian , diagnose
keperawatan,intervensi, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian
Kelompok melakukan pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan
mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan. Dalam pengkajian ini kelompok
mengkaji data dari tanggal klien masuk, identitas pasien,penanggung jawab, alasan
masuk.
Pada teori keluhan utama itu biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi. Sedangkan pada kasus
kami pasien Cuma mengalami tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakkan dan nyeri
kepala.
2. Diagnosa
Berdasarkan tinjauan teori diagnose yang dapat ditemukan dari stroke non hemoragic
yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, deficit perawatan diri, kerusakan
mobilitas fisik, dan resiko kerusakan integritas kulit. Pada ny.P kami mengangkat
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan kerusakan mobilitas fisik
karena data subjektif dan objektif yang kami temukan pada ny. P sangat mendukung
untuk mengangkat masalah tersebut.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada ny. P kami buat berdasarkan pada teori
keperawatan medical bedah.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada ny.P berdasarkan rencana yang telah disusun
sebelumnya, untuk mencapai tujuan dan criteria hasil yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi
Menurut Kurniawati ( dalam nurjanah,2005 ) evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, sebgai berikut :
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : analisa untuk menyimpulkan apakah masalah telah teratasi atau belum
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa.
Hasil evaluasi yang didapatkan penulis sesuai dengan tujuan dan criteria hasil yang
telah dibuat sebelumnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama be berapa tahun.
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat
stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke adalah sebagai
berikut:

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke


otak terhambat
2. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik

B. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan jumlah sampel yang lebih
besar dan pengambilan sampel dilakukan secara langsung pada pasien stroke (data
primer).

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan nilai MPV dengan
luasnya infark dan prognosis stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.2007. Nursing Interventions Classification (NIC).


St. Louis :Mosby Year-Book

Johnson,Marion, dkk.2010. Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-
Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet.2008.Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC

Price ,Sylvia A,Lorraine M. Wilson.2008.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit edisi 6 vol 2.Jakarta :EGC

Wiley dan Blacwell.2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,


NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai