Nim : 160603001
Fakultas Teknik
STRUKTUR ATOM DAN PENGIKAT ATOM
Contoh soal :
Penyelesaian nya :
n : 4 , l : 0, m : 0, s : -1⁄2
1.2 Tabel Periodik
Tabel periodik merupakan cara klasifikasi elemen kimia yang sangat berharga,
dimana elemen merupakan satu kumpulan yang berisi atom-atom sejenis. Dari 107
elemen yang muncul, 90 diantaranya terdapat di alam; sisanya diproduksi di reaktor-
reaktor nuklir atau akselerator-akselerator partikel. Disamping lambang kimia setiap
elemen dicantumkan bilangan atomik (Z) dari elemen bersangkutan, yang dianggap
sebagai jumlah proton dalam inti atau jumlah jumlah elektron yang mengorbit
mengelilingi atom. Elemen-elemen biasanya diklasifikasikan dalam (baris
horizontal), bergantung pada kulit elektron mana yang diisi, dan golongan (kolom
vertikal). Elemen yang terletak dalam satu golongan mempunyai konfigurasi elektron
yang sama pada kulit paling luar, dan sebagai akibat langsungnya, memiliki sifat-sifat
kimia yang sama.
Prinsip penyusunan (Aufbau prinsip) untuk tabel periodik pada dasarnya
bertumpu pada dua kaidah. Pertama, Prinsip Eksklusif Pauli harus diikuti. Kedua
sesuai dengan kaidah Hund mengenai multisiplitas maksimum, keadaan dasar selalu
harus menghasilkan spin maksimum, seperti terlihat dalam gambar berikut :
Pengisian elektron pada sub-kulit diisi dari tingkat energi yang lebih rendah ke
tingkat energi yang lebih besar.
1s2 2s2 2p6 3s 2 3p6 4s 2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s 2 4f 14 5d10 6p6 7s2 5f 14
6d10 7p6
Contoh soal :
Penyelesaian:
1H : 1s1
2He : 1s 2
7N : 1s2 2s 2 2p3
Menurut friedrich Hund (1927), seorang ahli fisika dari jerman mengemukakan
aturan pengisian elektron pada orbital yaitu :
Pengisian elektron pada orbital yang satu sub kulit, mula-mula elektron mengisi
satu di tiap orbital, baru kemudian berpasangan.
Contoh soal :
2. 9F : 1s 2 2s 2 2p5
Contoh soal :
Tentukan bilangan kuantum dan diagram orbital yang dimiliki oleh atom-atom
berikut:
a. 19K
b. 20Ca
Penyelesaian :
a. 19K = (AR) 4s1
n = 4, l = 0, m = 0, dan s = + 1⁄2
Materi umumnya berbentuk tiga wujud yaitu wujud padat, cair dan gas. Pada
saat atom-atom berubah langsung dari wujud gas (desublimasi) atau wujud cair
(solidifikasi) ke wujud padat (solid) yang biasaya lebih rapat, atom-atom tersebut
membentuk agregat-agregat didalam ruang tiga dimensi. Gaya-gaya pengikatan
perlahan-lahan muncul ketika atom-atom didekatkan satu sama lain. Kadang-kadang
gaya-gaya ini memiliki arah tertentu di dalam ruang. Sifat dasar dari gaya-gaya ini
berdampak langsung pada struktur padatan yang terjadi dan karenanya berdampak
langsung pada sifat-sifat fisis material. Titik leleh memberikan petunjuk langsung
yang berguna mengenai jumlah energi thermal yang digunakan untuk memutuskan
ikatan interatomik atau interionik ini. Jadi sejumlah padatan meleleh pada temperatur
relatif rendah ( titik leleh timah = 232 C) sedangkan banyak jenis keramik meleleh
pada temperatur sangat tinggi (titik leleh alumina melampaui 2000 C).
biasanya kita mengenal empat tipe pengikatan utama dalam material yaitu,
pegikatan metalik, pengikatan ionik, pengikatan kovalen dan pengikatan yang relatif
jauh lebih lemah yaitu pengikatan van der waals. Didalam suatu logam, setiap
elektron valensi “bebas” terbagi rata keseluruh atom bukannya terikat pada suatu
atom tertentu, dan membentuk bagian dari apa yang disebut sebagai “gas elektron”
yang berputar-putar secara acak ditengah-tengah susunan yang teratur dari inti-inti
elektron bermuatan positif, atau kation (gambar 1.3a). penerapa suatu gradient
potensial listrik akan menyebabkan “gas” tersebut terbawa melalui struktur tanpa
hambatan.
Gambar 1.3 skema (a) pengikatan metalik, (b) pengikatan ionik, (c) pegikatan
kovalen, dan (d) pengikatan van der waals.
Jelas bahwa pada keadaan energi terendah logam semua level energi yang rendah
telah terisi.
Celah energi antar level-level yang berurutan tidak konstan akan tetapi
berkurang dengan meningkat nya energi dari level-level tersebut. Ini biasanya
dinyatakan dalam kerapatan dari keadaan elektronik N(E) sebagai fungsi dari energi
E. kuantitas N(E)dE memberikan banyak nya level energi didalam suatu interval
energi yang kecil dE, dan untuk elektron bebas merupakan fungsi parabolik dari
energi seperti diperlihatkan pada gambar 1.5.
Karena hanya dua elektron yang dapat menempati setiap level, energi dari
elektron yang menempati level energi rendah tidak dapat ditingkat kan terkecuali
elektron tersebut diberi cukup energi sehingga dapat melompat kesebuah level
kosong dibagian atas pita. Lebar energi 1 dari pita-pita ini umum nya sekita 5 atau 6
eV, sehingga harus diberi masukkan energi yang memadai pada logam agar dapat
mengeksitasi seuah elektron yang letaknya rendah. Energi-energi yang demikian
tidak muncul pada temperatur normal, dan hanya elektron yang energi nya mendekati
energi dari elektron dipuncak pita (dikenal sebagai level Fermi dan permukaan Fermi)
yang dapat dieksitasi, dan oleh karena itu hanya sedikit elektron bebas didalam logam
yang dapat ambil bagian dalam proses-proses termal. Energi dari leve Fermi EF
bergantung pada jumlah elektron N per volume satuan V, dan dinyatakan oleh (h2 /
8m) (3N / πV )2/3 .
Elektron didalam pita metalik harus dianggap bergerak secara kontinu melalui
struktur dengan energi yang tergantung dilevel-level mana yang ditempati elektron itu
pada pita. Dari sudut mekanika kuantum, pergerakan elektron yang seperti ini dapat
dinyatakan dalam gelombang dengan panjang gelombang yang ditentukan oleh energi
h
dari elektron itu berdasarkan hubungan de Broglie ℷ = mv , dimana h adalah konstanta
planck, dan m dan v masing-masing adalah massa dan kecepatan dari elektron yang
bergerak . semakin besar energi elektron, semakinn besar pula momentum mv
elektron itu, dan akibatnya semakin pendeklah panjang gelombang dari fungsi
gelombang ditunjau dari apakah gerakan elektron itu dapat dijabarkan. Karena
pergerakan elektron memilik aspek mirip gelombang ini, elektron yang bergerak
dapat menimbulkan, seperti gelombang optik, efek-efek difraksi.
Satu elektron volt adalah energi kinetic yang diperoleh elektron apabila
bergerak bebas melalui perbedaan potensial sebesar 1 volt ( 1 eV = 1,602 x 10−19 J; 1
eV per partikel = 23050 x 4,186 J per mol partikel) .
Gambar 1.5 (a) kerapatan level-level energi diplot terhadap energi. (b) pengisian level
energi oleh elektron-elektron pada temperatur nol absolut. Pada temperature biasa
beberapa dari elektron tersebut tereksitasi secara termal kel level-level energi yang
lebih tinggi dari pada level-level yang dimiliki oleh Emaks seperti yang diperlihatkan
oleh kurva yang terputus pada (a).
Daftar pustaka
Huheey, J. E. (1983). Inorganic Chemistry. edisi ketiga. Harper and Row, New York.