Anda di halaman 1dari 4

NAMA : HILMAN RIZKY HASIBUAN

NIM : 0301172362
PRODI : PAI-1/SEMESTER III
MATA KULIAH : SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Teori-teori Sosiologi

1. Teori Struktural Fungsional


Para kalangan penganut fungsional struktural ini memandang masyarakat
sebagai berikut :(1) sebagai kelompok yang saling bekerja sama secara
terorganisasi dan secara teratur. (2) sebagai segala sesuatu yang stabil dan teratur
serta cenderung mengarah pada keteraturan dan keseimbangan. (3) melihat
masyarakat dan segala jenis lembaga memang sudah seharusnya berada pada
posisinya yang sekarang. (4) melihat perilaku yang sekarang terjadi karena adanya
fungsional, maka dari itu masih tetap bertahan sampai sekarang.
Penggagas teori ini adalah Talcott Parsons dan Robert K Merton. Parsons
beranggapan bahwa masyarakat dilihat sebagai suatu sistem yang di dalamnya
terdapat bagian-bagian atau sub-sub sistem yang masing-masing mempunyai
fungsi untuk mencapai keseimbangan di dalam masyarakat. Dalam teori
fungsionalisme struktural ini memandang juga bahwa setiap masyarakat
didasarkan pada sistem organik. Fungsionalisme ini berarti melihat bahwa
masyarakat adalah suatu sistem atau sub-sub yang saling berhubungan. Ada
beberapa persyaratan yang harus di penuhi untuk dapat tercapainya suatu tujuan
dan bertahan di masyarakat, teori fungsionalisme ini menggolongkan syarat-syarat
yang harus terpenuhi yaitu sebagai AGIL. Dan hal ini menjadi rujukan keteraturan
suatu sistem sosial dalam lapisan masyarakat, AGIL sendiri adalah (Adaptation,
Goal attainment, Integration, dan Latency).

2. Teori Konflik Sosial


Teori konflik sosial yang muncul pada abad 18 dan 19 dapat dimengerti
sebagai respon dari lahirnya sebuah revolusi, demokratisasi dan industrialisasi.
Teori sosiologi konflik adalah alternatif dari sebuah ketidakpuasan terhadap
fungsionalisme struktural Talcot Parsons dan Robert K. Merton, yang menilai
masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya. Dan perspektif konflik
dalam melihat masyarakat ini dapat dilihat pada tokoh-tokoh klasik seperti Kral
Marx, Max Weber, dan George Simmel.
Teori konflik muncul sebagai bentuk reaksi atas tumbuh suburnya teori
fungsionalisme struktural yang dianggap kurang memperhatikan fenomena
konflik sebagai salah satu gejala di masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian.
Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini
adalah pemikiran Karl Marx dan pada tahun 1950-an, teori konflik yang semakin
mulai merebak.
Teori ini bertujuan untuk menganalisis asal usulnya suatu kejadian
terjadinya sebuah pelanggaran peraturan atau latar belakang seseorang yang
berperilaku menyimpang. Konflik disini menekankan sifat pluralistik dari
masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara
berbagai kelompok, karena kekuasaan yang dimiliki kelompok-kelompok elit
maka kelompok-kelompok itu juga memiliki kekuasaan untuk menciptakan
peraturan, khususnya hukum yang bisa melayani kepentingan-kepentingan
mereka.

3. Teori Kelas Sosial


Teori Kelas sosial adalah sebuah penggolongan manusia dalam bentuk
penggolongannya yang tidak sederajat dengan kelompok sosial. Jika kelompok
sosial lebih menekankan pada penggelompokkan manusia atas dasar perbedaan
yang bersifat horizontal, tetapi dalam kelas sosial manusia dikelompokkan
berdasarkan perbedaan kualifikasi kolektif secara vertikal. Pengkualifikasian
sosial secara vertikal, manusia dikelompokkan menurut kelas masing-masing
seperti kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah.
Teori kelas dari Marx berdasarkan pemikiran bahwa: “Sejarah dari segala
bentuk masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antar
golongan”. Menurut pandangannya, sejak masyarakat manusia mulai dari
bentuknya yang primitif secara relatif tidak berbeda satu sama lain, masyarakat itu
tetap mempunyai perbedaan-perbedaan fundamental antara golongan yang
bertikai di dalam mengejar kepentingan masing-masing golongannya.
Kepentingan golongan serta konfrontasi fisik yang ditimbulkannya adalah
merupakan faktor utama dari proses sosial di dalam sejarah.
Marx mengajukan konsepsi penting tentang konflik, yaitu tentang
masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara
panjang lebar tetapi menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada waktu itu,
terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar).
Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial yang hirarkis, dan borjuis
melakukan eksploitasi terhadap proletar dalam sistem produksi kapitalis.
Teori ini didasarkan pada pemikiran Karl Marx yang melihat masyarakat
berada dalam konflik yang terus-menerus di antara kelompok dan kelas sosial.
Disisi lain konflik masyarakat juga dikuasai oleh sebagian kelompok atau
individu yang mempunyai kekuasaan dominan. Dengan demikian maka
tampaklah bahwa ada pembagian yang jelas antara pihak yang berkuasa dengan
pihak yang dikuasai, keduanya itu mempunyai kepentingan yang berbeda dan
bahkan mungkin akan bertentangan.

4. Teori Interaksionisme Simbolik


Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis
interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin, William James,
Charles H. Cooley, John Dewey, William I.Thomas, dan George Herbert Mead.
Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori tersebut.
Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya
adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara ringkas,
interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut: pertama,
individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk
objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen
lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial,
karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui
penggunaan bahasa. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah
dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam
interaksi sosial.
Teori ini berpandangan bahwa kenyataan sosial didasarkan kepada definisi
dan penilaian subjektif individu. Struktur sosial merupakan definisi bersama yang
dimiliki individu yang berhubungan dengan bentuk-bentuk yang cocok, yang
menghubungkannya satu sama lain. Tindakan-tindakan individu dan juga pola
interaksinya dibimbing oleh definisi bersama yang sedemikian itu dan
dikonstruksikan melalui proses interaksi.
Mead adalah pemikir yang sangat penting dalam sejarah interaksionisme
simbolik. Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes
mengatakan bahwa ada tiga tema besar yang mendasari asumsi dalam teori
interaksi simbolik:
A. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
1. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang
diberikan orang lain terhadap mereka.
2. Makan yang diciptakan dalam interaksi antar manusia.
3. Makna dimodofikasi melalui proses interpretif.
B. Pentingnya konsep mengenai diri
1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi
dengan orang lain.
2. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
C. Hubungan antara individu dan masyarakat
1. Orang dan kelompok- kelompk dipengaruhi oleh proses budaya
dan sosial.
2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

Anda mungkin juga menyukai