Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ANGKUTAN AIR

Pengaruh Cahaya (Suhu) terhadap Kecepatan Transpirasi pada pacar air

(Impatiens balsamina L.)

Oleh:

Lia Agustina NIM 17030204067

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHIAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pacar air
(Impatiens balsamina L.) dengan metode penimbangan?
B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pada pacar air
(Impatiens balsamina L.) dengan metode penimbangan

C. Hipotesis

H1 : terdapat pengaruh pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pacar air


(Impatiens balsamina L.) dengan metode penimbangan

H0 : tidak terdapat pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi pacar air


(Impatiens balsamina L.) dengan metode penimbangan

D. Kajian Pustaka
1. Pacar air (Impatiens balsamina L.)

Tanaman berbatang basah dan tegak ini mempunyai tinggi 30-80 cm dan bercabang.
Daun tunggal, bertangkai pendek. Helaian daun bentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal
runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, dan warnanya hijau muda. Bunga keluar dari
ketiak daun, warnanya bermacam-macam, seperti merah, oranye ungu, dan putih. Bunganya
ada yang tunggal dan ada yang dobel. Buahnya buah kendaga, jika masak akan membuka
menjadi lima bagian yang terpirih.
Tanaman ini berasal dari Asia Selatan (India) dan Asia Tenggara. Diperkenalkan di
Amerika sekitar abad 19. Di Indonesia, tanaman ini tersebar merata dan dipakai sebagai
tanaman hias sedangkan buahnya berbentuk kendaga, apabila masak akan membuka menjadi
5 bagian yang terpilin. Pacar air umumnya tumbuh liar atau ditanam sebagai tanaman hias.
Tanaman pacar air termasuk dalam family Balsaminaceae

2. Transpirasi

Transpirasi air pada permukaan daun, dimana air tersebut diadsorbsi tumbuhan dan
disalurkan ke daun-daun (Andani dan Foth dalam Rosiyana ,2003). Transpirasi merupakan
proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang menjadi uap air ke atmosfir Proses
transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport
melalui batang menuju daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke atmosfir
(Desborough, 1997). Pada proses transpirasi, air bergerak dari daun yang mempunyai tingkat
kelembaban yang lebih tinggi menuju atmosfir yang lebih kering sehingga temperature udara
mempunyai pengaruh terhadap laju transpirasi.

Menurut Salisbury dan Ross(1995), transpirasi adalah penguapan air dari tumbuhan.
Pada tumbuhan peristiwa tersebut biasanya berhubungan dengan kehilangan air dalam
tubuhan melalui stomata, katikula, atau lentisel. Banyak air yang hilang pada tumbuhan
ketika trasnpirasi. Hal itu terjadi karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan
terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam
tumbuhan sebagai karbon dioksida CO2 melalui pori stomata yang terdapat paling banyak di
permukaan daun dan air keluar secara difusi melalui stomata berbarengan dengan masuknya
karbon dioksida saat stomata terbuka.
Menurut Salisbury dan Ross(1995), pada umumnya tumbuhan mampu hidup tanpa
transpirasi, tapi jika transpirasi dilakukan oleh tumbuhan maka akan menimbulkan manfaat
seperti pengankutan mineral, memertahankan turgiditas optimum, dan menghilangkan
sebagian besar bahan dari daun.
a. Pengangkutan mineral
Mineral yang diserap oleh tumbuhan ke dalam akar bergerak ke atas daun menggunakan
bantuan dari arus transpirasi. Yaitu melalui aliran air melalui xylem akibat trasnpirasi.
Transpirasi membantu penyerapan mineral dari tanah dan pengangkutannya dalam tumbuhan.
b. Turgiditas optimum lawan air
Beberapa tumbuhan tidak dapat tumbuh baik bila transpirasi sangat kurang karena sel
berfungsi paling baik dalam keadaan jumlah air yang cukup.mungkin ada turgiditas atau
potensial optimum bagi sel, sehingga di atas dan dibawah tingkat ini berbagai fungsi tertentu
akan kurang efisien. Pertumbuhan sel , bergantung pada penyerapan air oleh sel merupakan
proses pertama yang dipengaruhi oleh ketidakcukupan air. Kejadian tersebut sering menurun
kan hasil dari beberapa proses seperti fotosintesis, sintesis protein, sintesis didnding sel.

3. factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi


Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi proses trasnpirasi yaitu faktor luar dan
faktor dalam. Faktor dalam adalah faktor yang disebabkan oleh tumbuhan itu sendiri dalam
memengaruhi kecepatan transpirasi diantaranya yaitu: jumlah daun, luas area daun, jumlah
stomata dan ada tidaknya trikom pada tumbuhan. Sedangkan factor luar adalah faktor yang
disebabkan oleh lingkungan sekitar tumbuhan yaitu berupa suhu, kelembaban, cahaya
matahari, dan keadaan air dalam tanah (Simanjuntak,2013).

Faktor dalam

a. Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak
tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata
terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini
lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat
cahaya dan kelembaban.
b. Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan. Jumlah dan
ukuran stomata mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total dari pada
pembukaan dan penutupan stomata. Pada tanaman nonakuatik, stomata umumnya terletak di
permukaan abaksial (bagian bawah). Meskipun demikian, pada beberapa spesies, stomata
juga dapat ditemukan di permukaan adaksial daun.
c. Jumlah dan kondisi morfologis daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi. Kondisi morfologis,
seperti luas daun, ketebalan, ada tidaknya lapisan lilin atau kutikula, banyak sedikitnya bulu
di permukaan daun, juga mempengaruhi kecepatan transpirasi suatu tanaman.
d. Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan
transpirasi apabila persediaan air terbatas.
e. Kedalaman dan proliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung
pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan
air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari
suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Gardner, et.al., 1991).

Faktor luar:

1. Intensitas Cahaya
Tumbuhan lebih cepat bertranspirasi apabila terkena cahaya dibandingkan dengan
yang berada ditempat gelap. Hal ini karena cahaya sangat mendorong atau merangsang
tumbuhnya stomata dengan demikian sangat meningkatkan pemindahan uap air dari
ruang-ruang sel ke luar. Cahaya juga meningkatkan transpirasi dengan menghangatkan
daun.
2. Suhu
Gradient suhu dapat mempertajam gradient kerapatan uap, karena kerapatan uap
maksimum udara sangat dipengaruhi oleh suhu. Udara hangat dapat membawa air lebih
besar daripada udara dingin sehingga pada suhu udara tinggi, proses transpirasi menjadi
lebih besar. Suhu juga berpengaruh terhadap membuka menutupnya stomata. Pada banyak
tanaman, stomata tidak membuka jika suhu sekitar 00C.

3. Kelembaban
Difusi air dari stomata pada daun yang berisikan uap ke luar agak perlahan-lahan
apabila udara disekitarnya lembab. Sedangkan apabila udara disekitarnya kering maka
proses difusi air akan berlangsung lebih cepat (Salisbury dan Ross,1995), sehingga
kelembaban yang tinggi akan memperlambar kecepatan transpirasi.
4. Angin
Banyak data yang menerangkan tentang pengaruh angin terhadap transpirasi.
Ada yang menyebutkan bahwa angin dapat menurunkan transpirasi dan ada pula yang
menyebutkan bahwa angin dapat menurunkan transpirasi. Bila muatan radiasi cukup
rendah dan hambatan daun juga rendah, maka tentu transpirasi akan meningkat oleh
angin. Transpirasi dapat diturunkan oleh angin ketika muatan bahang radiasinya tinggi,
terutama jika hambatan daun juga tinggi( berarti stomata tertutup). Pada keadaan
demikian, suhu daun bisa jauh lebih tinggi dari pada suhu udara, yang akan
menyebabkan laju transpirasi tinggi jika stomata terbuka. Tetapi angin mendinginkan
daun dengan cara konveksi, dan cara pendinginan ini lebih efektif untuk mengurangi
transpirasi dari pada peranan angin yang mengurangi lapisan batas sehingga penguapan
meningkat (Salisbury dan Ross,1995).
5. Keadaan Air Tanah
Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban yang
hilang tidak digantikan oleh air segar dari tanah. Bila penyerapan air oleh akar tidak
dapat mengimbangi laju transpirasi, maka terjadi kekurangan turgor, dan stomata pun
menutup. Hal ini dengan segera sangat mengurangi laju transpirasi.
E. Variable Penelitian
1. Variabel manipulasi : intensitas cahaya, suhu, kelembaban
2. Variabel kontrol : - jenis tanaman yaitu pacar air (Impatiens balsamina L.)
- Jumlah daun (8)
- Panjang tanaman (20 cm)
3. Variabel respon : massa Erlenmeyer dan tanaman, lebar daun

F. Definisi Operasional variabel

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel manipulasi, variabel
kontrol dan variabel respon. Variabel manipulasi yaitu variabel yang dibuat berbeda.
Dalam penelitian ini variabel yang dibuat berbeda intensitas cahaya, suhu, kelembaban,
pada intinya variable manipulative nya yaitu penempatan di tempat gelap dan tempat
terang. Variable kontrol yaitu variable yang dibuat sama, dalam praktikum ini variabel
kontrolnya yaitu penggunaan tanaman pacar air(Impatiens balsamina L.) sebagai tanaman
uji, dengan 8 lembar daun dan panjang batang 20 cm. Variabel respon yaitu variabel yang
muncul karena adanya variabel manipulasi, dalam penelitian ini, variabel responnya
adalah perubahan massa Erlenmeyer dan tanaman dan juga lebar daun.

G. Alat dan Bahan


Bahan yang dibutuhkan untuk percobaan ini antara lain vaselin, air, kertas
millimeter, tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) yang memiliki kondisi hamper
sama sepanjang 20 cm. bahan yang dubutuhkan dalam praktikum ini yaitu Erlenmeyer 250
ml sebanyak2 buah, sumbat Erlenmeyer dengan lubang di tengahnya (2 buah), timbangan,
thermometer, hygrometer, luxmeter, bohlam lampu 100 watt dan lampu duduk, pisau
tajam dan penggaris.
H. Rancangan Percobaan

2 Erlenmeyer 250 ml 2 pucuk tanaman pacar air

- Diisi air volume 150 ml - Dipotong miring bagian pangkal


- Diletakkan sumbat di di dalam air
mulut erlenmeyernya - Dibuang bunga, kuncup, daun
2 Erlenmeyer berisi air 150 ml yang rusak, dan buahnya
- Diolesi dengan vaselin bagian
yang luka,
Bunga siap dimasukkan ke erlenmeyer

- Dimasukkan ke Erlenmeyer
melalui lubang pada sumbat
- Dibubuhi vaselin diseluruh celah
yang ada pada sumbat dan mulut
Erlenmeyer
- Ditimbang lalu dicatat hasilnya
-
2 Erlenmeyer berisi air 150 ml dan tanaman pacar air

Tempat gelap Tempat terang


berisi air 150 berisi air 150
ml dan
- Dimasukkan ke dalam ruangan gelapml dan - Diletakkan di dekat lampu pijar 100
tanaman
- Diukur dan dicatat kondisi lingkungan tanamanwatt
pacardengan jarak 20 cm
pacar air
meliputi suhu, intensitas cahaya airdan - Diukur dan dicatat kondisi lingkungan
kelembabanya meliputi suhu, intensitas cahaya dan
- Ditimbang Erlenmeyer beserta kelembabanya
perlengkapannya setiap 30 menit - Ditimbang Erlenmeyer beserta
- Diulangi pengukuran sebanyak tiga kali perlengkapannya setiap 30 menit
- Setelah penimbangan terakhir, diambil - Diulangi pengukuran sebanyak tiga kali
daun-daun kemudian diukur luas total - Setelah penimbangan terakhir, ambil
daun menggunakan kertas millimeter daun-daun kemudian diukur luas total
dengan cara dibuat pola masing-masing daun menggunakan kertas millimeter
daun pada kertas grafik lalu dihitung dengan cara dibuat pola masing-masing
dengan ketentuan : apabila kurang dari daun pada kertas grafik lalu dihitung
1/2kotak dianggap nol dann lebih dari ½ dengan ketentuan : apabila kurang dari
kotak dianggap 1 1/2kotak dianggap nol dann lebih dari ½
kotak dianggap 1

Data
I. Langkah Kerja
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Sediakan 2 buah Erlenmeyer, isilah dengan air volume 150 ml
3. Potong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air, dan segera masukkan
potongan tanaman tersebut pada tabung Erlenmeyer melalui lubang pada sumbat
sampai bagian bawahnya terendam air. Buanglah bunga, kuncup, daun yang rusak dan
olesi luka dengan vaselin. Demikian pula olesi celah-celah yang ada dengan vaselin
(misalnya sekitar sumbat penutup).
4. Timbang kedua Erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang ada di
dalamnya dan catat
5. Letakkan Erlenmeyer 1 dalam tempat ruangan gelap dan Erlenmeyer 2 pada tempat
deng jarak 20 cm dari lampu 100 watt. Ukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut
meliputi suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban.
6. Setiap 30 menit timbanglah Erlenmeyer beserta perlengkapannya dan cata.
7. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, ambil daun-daun pada tanaman tersebut, kemudian
ukurlah luas total daun tersebut dengan kertas millimeter/ grafik,
9. Cranya sebagai berikut:
- Buat pola masing-masing daun pad akertas grafik
- Hitung luas dun dengan ketentuan : apabila kurang dari ½ kotak dianggap nol, dan bila
lebih dari ½ dianggap satu.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Kondisi Lingkungan

kondisi lingkungan Gelap Terang


Suhu (°C) 30 33
Intensitas Cahaya (Cd/m2) 0 100
Kelembaban (%) 95 85

Tabel 2. Selisih berat tanaman pacar air pada kondisi gelap dan terang

Massa (gram) Selisih Rata-


Perlakuan
Awal 30' 30'' 30''' 30' 30'' 30''' rata

Gelap 277,1 277,1 277,09 277,08 0 0,01 0,02 0,01


Terang 272,1 271,99 271,45 271,3 0,11 0,65 0,8 0,52
Tabel 3. Luas daun tanaman pacar air pada kondisi gelap dan terang

Luas
Rata-rata Kecepatan transpirasi Gelap
Perlakuan Daun
2
(cm2)
(cm ) 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0,01 𝑔𝑟
gr
𝑣 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 18,5 = 1,8 × 10−5 menit /𝑐𝑚2
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑐𝑚2
15
17
17
Kecepatan transpirasi Terang
24
Gelap 18.5 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0,52 𝑔𝑟
21 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑣 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 19,37 𝑐𝑚2
17 gr
= 89 × 10−5 /𝑐𝑚2
menit
19
18
16
22
13
20
Terang 19.375
18
23
22
21

DIAGRAM BATANG PENGARUH KONDISI


LINGKUNGAN TERHADAP KECEPATAN
TRANSPIRASI
0.001
kecepatan transpirasi

0.0008
(gr/menit/cm2)

0.0006

0.0004
Series1
0.0002

0
gelap terang
kondisi lingkungan
K. Rencana Analisis Data

Table 1 berisi tentang kondisi lingkungan yaitu di lingkungan gelap dan


lingkungan terang. Pada lingkungan gelap bersuhu 30 °C dengan intensitas cahaya 0 Cd/m2
dan kelembabanya sebesar 95 %. Sedangkan untuk lingkungan Terang, memiliki suhu 33 °C
dengan intensitas cahaya 100 Cd/m2 dan kelembabanya sebesar 85 %.

Tabel 2 merupakan table hasil pengamatan Erlenmeyer yang berisi tanaman pacar
air meliputi massa awal, massa 30 menit pertama, 30 menit kedua, 30 menit ketiga serta
selisih massa antara massa awal dengan massa 30 menit pertama, 30 menit kedua dan 30
menit ketiga. Massa awal Erlenmeyer dan tanaman pada lingkungan gelap adalah 277,1 gr:
lalu masa 30 menit pertama adalah 277,1 gr; 30 menit kedua adalah 277,09gr; 30 menit
ketiga adalah 277,8 gr. Sehingga didapat selisih antara massa awal dan 30 menit pertama
adalah 0, selisih massa awal dengan 30 menit kedua adalah 0,09, dan selisih massa awal
dengan massa 30 menit ketiga adalah 0,08 jadi rata-rata selisih massa awal dengan massa
setelah perlakuan adalah 0,01. Massa awal Erlenmeyer dan tanaman pada lingkungan terang
adalah 272,1 gr: lalu masa 30 menit pertama adalah 271,99 gr; 30 menit kedua adalah 271,45;
30 menit ketiga adalah 271,3 gr. Sehingga didapat selisih antara massa awal dan 30 menit
pertama adalah 0,11, selisih massa awal dengan 30 menit kedua adalah 0,65, dan selisih
massa awal dengan massa 30 menit ketiga adalah 0,8 jadi rata-rata selisih massa awal dengan
massa setelah perlakuan adalah 0,52.

Table 3 merupakan tabel hasil pengukuran luas daun. Daun yang dihitung
sebanyak delapan daun untuk setiap tanaman, pada daun tanaman pacar air yang diletakkan di
lingkungan gelap lebar daunnya sebagai berikut: 15 cm2; 17 cm2; 17 cm2;24 cm2; 21 cm2; 17
cm2; 19 cm2; 18 cm2 sehingga didapat luas daun rata-rata sebesar 18,5 cm2, sedangakan
pada daun tanaman pacar air yang diletakkan di lingkungan terang lebar daunnya sebagai
berikut: 16 cm2; 22cm2; 13cm2;20cm2; 18 cm2; 23cm2; 22 cm2; 21 cm2 sehingga didapat luas
daun rata-rata sebesar 19,375 cm2.

Kecepatan transpirasi Gelap

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0,01 𝑔𝑟
gr
𝑣= 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 1,8 × 10−5 menit /𝑐𝑚2
𝑙𝑢𝑎𝑠 18,5 𝑐𝑚2

Kecepatan transpirasi Terang


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0,52 𝑔𝑟
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑣 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 = 19,37 𝑐𝑚2
gr
= 89 × 10−5 /𝑐𝑚2
menit

Setelah diperoleh waktu, massa rata-rata dan luas daun rata-rata maka diperoleh
gr
kecepatan transpirasi lingkungan gelap adalah 1,8 × 10−5 menit /𝑐𝑚2 dan kecepatan
gr
transpirasi pada lingkungan terang sebesar 89 × 10−5 menit /𝑐𝑚2. Sehingga jika dituangkan

pada diagram batang maka terlihat bahwa perbedaan yang sangat siknifikan antara kecepatan
transpirasi pada lingkungan gelap dan pada lingkungan terang. Kecepatan transpirasi pada
lingkungan gelap lebih kecil daripada pada lingkungan terang.

L. Hasil Analisis Data


Praktikum ini menggunakan tanaman pacar air yang mana tanaman ini
merupakan tanaman yang berbatang basah sehingga perubahan massa akibat hilangnya
air dalam proses transpirasi dapat diukur dengan mudah. Praktikum ini menghilangkan
seluruh bagian tanaman kecuali daun dan batang. Daun pun dipilih hanya daun yang
lebar dan tidak rusak. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan data
kecepatan transpirasi yang akurat agar faktor yang mempengaruhi berkurangnya air pada
Erlenmeyer itu merupakan murni dari proses transpirasi bukan dari penggunaan air oleh
sel-sel organ tumbuhan lain. Penggunaan vaselin unutk menutup jarinagn yang luka
dalam praktikum ini, dimaksudkan untuk menghindari proses mengalirnya air keluar
tanaman tidak melalui proses transpirasi, hal itu karena vaselin akan menutup jaringan-
jaringan yang luka agar air hanya keluar melalui stomata daun dengan proses trasnpirasi
melalui xylem menuju daun.
Diagram menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat siknifikan antara
kecepatan transpirasi pada lingkungan gelap dan pada lingkungan terang. kecepatan
gr
transpirasi lingkungan gelap adalah 1,8 × 10−5 /𝑐𝑚2 dan kecepatan transpirasi
menit
gr
pada lingkungan terang sebesar 89 × 10−5 menit /𝑐𝑚2. Kecepatan transpirasi pada

lingkungan gelap lebih kecil daripada pada lingkungan terang. Ada beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu faktor intensitas cahaya, pada
Erlenmeyer gelap, intensitas cahayanya 0 Cd/m2 dan pada Erlenmeyer terang intensitas
cahayanya 100 Cd/m2. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi pada proses membuka dan
menutupnya stomata. Pada teori fotosintesis menyebutkan bahwa saat terkena cahaya, sel
penjaga yang berklorofil lebih akan mengalami fotosintesis. Akibatnya gula akan larut
dalam sel penjaga, sehingga potensial air sel penjaga turun dan air dari sel tetangga akan
berdifusi ke dalam sel penjaga, terjadilah turgor di sel penjaga dan stomata akan
membuka (Soerdikoesoemo, 1995). Jika intensitas cahaya tinggi maka stomata akan
sering terbuka dan proses transpirasipun akan semakin cepat.
Selain itu, ada juga faktor suhu. Suhu pada tempat gelap adalah 30 dan tempat
terang sebesar 33. Udara hangat dapat membawa air lebih besar daripada udara dingin
sehingga pada suhu udara tinggi, proses transpirasi menjadi lebih besar. Selanjutnya
terdapat faktor kelembaba. Pada tempat gelap kelembabannya sebesar 95 % dan pada
tempat terang sebesar 85%. Kelembaban udara ini berpengaruh pada proses trasnpirasi
karena semakin lembab keadaan lingkungan akan semakin kecil tingkat transpirasinya
karena proses difusi air dari stomata pada daun yang berisikan uap ke luar berjalan secara
perlahan.
M. Kesimpulan
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
- Terima H1 : terdapat pengaruh pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi
pacar air (Impatiens balsamina L.) dengan metode penimbangan
gr
- kecepatan transpirasi lingkungan gelap adalah 1,8 × 10−5 /𝑐𝑚2 dan kecepatan
menit
gr
transpirasi pada lingkungan terang sebesar 89 × 10−5 menit /𝑐𝑚2 . Kecepatan

transpirasi pada lingkungan gelap lebih kecil daripada pada lingkungan terang.
- Beberapa faktor lingkunangan yang memengaruhi kecepatan transpirasi adalah
intensitas cahaya, kelembaban, suhu, angin, dan keadaan air tanah
- Semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi kecepatan transpirasi,
semakin besar kelembaban maka akan semakin kecil transpirasi, semakin tinggi
suhu maka kecepatan transpirasi semakin besar.

N. Daftar Pustaka

Desborough, C.E. 1997. The Impact of Root Weighting on the Response of Transpiration to
Moisture Stress in Land Surface Schemes. Monthly Weather Review, 125:1920-1930.

Gardner, F. P. , R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi


Rosiyana,I dan Soenarsono,S.2003. Penentuan Media Tanah Sebagai Evapotranspiration
Bed Dengan Tanaman Kana (Canna Sp.) dan Pacar Air (Impatiens Balsamina) untuk
Pengolahan Air Limbah Domestik. Jurnal Purifikasi. 4(3): 103-108
Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Terjemahan oleh Diah R.
Lukman dan Sumaryono, 1995. Penerbit ITB: Bandung.

Simanjuntak.E.T.2013.Alat Pengukur Laju Transpirasi pada Daun Berbasis


Mikrokontroler.Universitas Kristen Surya Wacana: Jawa Tengah
Soerdikoesoemo, Wibisono, dkk. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Tanamanan

Anda mungkin juga menyukai