Anda di halaman 1dari 26

KARYA TULIS ILMIAH

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Hernia Strangulata

Oleh:

Nama: Muhammad Delfin

NPM: 1310070100048

Pembimbing: Dr. Wisda Widiastuti, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2015
PERSETUJUAN PEMBIMBING

KARYA TULIS ILMIAH

Judul : Hernia Strangulata


Nama : Muhammad Delfin
NPM : 1310070100048
Jurusan : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran

Padang, Desember 2015


Disetujui oleh
Pembimbing

dr. Wisda Widiastuti, Sp.PD


NIK........................................

Mengetahui,
Mengetahui,
Dekan

Prof. dr. Amirmuslim Malik, Ph.D


NIK. 19460609200511033
ABSTRAK
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan anugerah-Nya

sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini yang berjudul

“Hernia Strangulata”.Karya tulis ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir pada semester

ganjil pada Modul Gawat Darurat Medik. Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis

mendapatkan bantuan dan motivasi yang telah diberikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Wisda Widiastuti, Sp.PD yang telah membimbing penulis sehingga mampu

menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Orang tua yang tanpa kenal lelah mendoakan dan memberi nasihat kepada penulis.

3. Dosen-dosen yang mengajarkan ilmu kepada penulis dan mendukung penulis.

4. Teman- teman yang selalu mendukung penulis untuk berkarya.

Hasil penulisan ini tentu belumlah sempurna. Namun, bagi penulis ini sangatlah berarti

terutama dapat memberikan dorongan sekaligus tantangan untuk mengisi masa depan yang

penuh tantangan. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat menjadi sesuatu yang

berguna bagi semua pihak.

Padang, Desember 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………..………………………...... i

Abstrak ……………………………………………………………….................. ii

Daftar Isi ………………………………………………………………............... iii

BAB I Pendahuluan ………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang ……...…………………………………. 1

1.2 Tujuan ………………………………………………….. 1

1.3 Manfaat ………………………………………………… 2

BAB II Tinjauan Pustaka ………………………….………………... 3

2.1 Defenisi ………………………………………………... 3

2.2 Anatomi/Fisiologi …….………………………………... 3

2.3 Etiologi ………………………………………………… 3

2.4 Gejala dan Tanda ………………………………………. 3

2.5 Patofisiologi/Patogenesa ………………………………. 3

2.6 Tatalaksana …………………………………………….. 3

2.7 Pencegahaan ………………………………………….... 3

2.8 Prognosa ……………………………………………….. 3

BAB III Kesimpulan dan Saran ……………….……………………... 3

BAB IV Daftar Pustaka …………………………………………….... 27


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di zaman modern ini, dengan adanya peningkatan derajat ekonomi yang juga terjadi pada
masyarakat sangat berpengaruh terhadap gaya hidup sehari-hari, misalnya pola aktifitas dan
pekerjaan, namun tanpa disadari bahaya yang mengancam kesehatan juga tidak bisa dihindari.
Hernia merupakan masalah kesehatan yang sering muncul karena hal tersebut.1
Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya sering
menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Dari hasil
penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan
dan pada umumnya pada pria.2
Secara umum hernia sering terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, karena pada usia
lanjut dinding otot polos abdomen sudah lemah, sehingga sangat berpeluang terjadinya hernia.
Dan adapun faktor presipitasi yang dapat mengakibatkan hernia antara lain: obesitas, kehamilan,
mengejan,batuk kronis, mengangkat beban berat.1
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek, serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%, dan hernia lainnya seitar 3%.3
Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anak anak atau
bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa adanya faktor pencetus
terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batuk batuk kronik, asites, riwayat
keluarga, dll.2
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-masuk.
Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstuksi usus.
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritoneum kantong
hernia. 3
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulate bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, istilah hernia inkarserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia
strangulate digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi.
Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi saat jepitan dimulai, dengan
berbagai tingkat gangguan mulai dari adanya bendungan sampai terjadi nekrosis.3
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan operatif.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyanggah
atau penunjang untuk memepertahankan isi hernia yang telah direposisi.Sedangkan prinsip dasar
operasi hernia pada anak adalah herniotomi.2

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui penyakit hernia strangulasi
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi hernia strangulata.
b. Untuk mengetahui etiologi hernia strangulata.
c. Untuk mengetahui gejala dantanda hernia strangulata
d. Untuk mengetahui patofisiologi/patogenesa hernia strangulata
e. Untuk mengetahui tatalaksana hernia strangulata
f. Untuk mengetahui pencegahaan hernia strangulata
g. Prognosa hernia strangulata
1.3 Manfaat Penilitian
Adapun manfaat dalam penulisan tinjauan kepustakaan ini adalah sebagai berikut:
a. Agar penulis dapat memahami serta memberikan penatalaksanaan awal pada pasien
hernia strangulata
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan pemahaman kepada tenaga
kesehatan mengenai penyakit hernia strangulata
c. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis
atau penilitian lain yang memakai penilitian ini sebagai acuannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Hernia

Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bahagian lemah

pada dinding rongga yang bersangkutan. Hernia disebut hernia strangulate bila isinya terjepit

oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam

rongga perut. Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis

hernia strangulata dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan vaskularisasi,

sedangkan kalau hanya terjadi gangguan pasase saja maka disebut hernia inkarserta.

Hernia terdiri atas:

a. Isi hernia, dapat berupa omentum, usus, bahagian dari usus, vesica urinaria, ovarium dan

divertikulum meckel.

b. Cincin/leher hernia

c. Kantung

Klasifikasi Hernia

Hernia bisa dibagi berdasarkan :

a) Terjadinya

- Hernia kongenital (hernia bawaan sejak lahir)

- Hernia akuisita (didapat setelah tumbuh kembang setelah lahir)


b) Letaknya

- Hernia ventral: nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian anterolateral,

seperti henia sikatrik yaitu penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang

lama maupun baru.

- Hernia epigastrik atau hernia linea alba: hernia yang keluar melalui defek di linea

alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdiri dari penonjolan

jaringan lemak preperitonial dengan atau tanpa kantong peritoneum.

- Hernia umbilical: merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang

masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia ini

merupakan hernia congenital yang hanya tertutup peritoneal dan kulit, biasanya

terjadi ketika bayi menangis.

- Hernia inguinal: merupakan penonjolan yang diakibatkan sebagian usus masuk

melalui lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis.

- Hernia femoral: merupakan penonjolan yang terjadi pada lipatan paha melalui

annulus femoralis.

- Hernia obturatorial: penonjolan yang terjadi pada foramen obturator pada tulang

coxae.

- Hernia lumbal: penonjolan yang timbul didaerah lumbalis melalui dinding abdomen

posterior.

c) Sifatnya

- Hernia reponibel (isi hernia dapat keluar masuk kantung), hernia yang timbul pada

posisi tertentu dan hilang kalau berubah posisi.

- Hernia ireponibel (isi kantung tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut)
- Hernia inkarserata ( hernia terjepit dan terperangkap dan dapat kembali ke rongga

perut dengan gangguan pasase)

- Hernia strangulata (hernia terjepit dan terperangkap dalam kantung ditambah teradi

gangguan pasase dan vaskularisasi)

2.2 Anatomi

2.2.1 Usus Halus

Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari sphincter pylorus ke

katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum)

panjangnya 25 cm, usus kosong (jejunum) 1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.

1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari

merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di

ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya

oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.

Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
2. Usus Kosong (jejunum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari

usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia

dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus

kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Jejunum

diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya

berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong".

3. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit

basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

2.2.2 Usus Besar

Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5 m dan

lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix

berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon transversal,

colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah rectum dan anus.

Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan

anus.(Brunner & Suddarth, 2001).


2.3 Fisiologi

2.3.1 Fungsi Usus Halus

a. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan mensekresi mukus guna

melindungi mukosa usus.

b. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi sucrase, maltase, lactase

dan enterokinase yang bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida yaitu peptidase

yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang mengaktifkan trypsinogen dari pankreas.

c. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin, secretin, dan enterogastrone

yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric juice.

d. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati masuk kedalam

duodenum.

e. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usus kedalam kapiler darah dan lacteal dari

villi.

f. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan mencampur disebabkan oleh

kontraksi serabut otot sirkuler pada usus menyebabkan chyme kontak dengan villi untuk

diabsorpsi.
2.3.2 Fungsi Usus Besar

a. Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltic akan menggerakkan zat sisa

menuju kebagian distal.

b. Sekresi. Pada umumnya memproduksi mukus yang melindungi mukosas akan tidak

mengalami injury, melunakkan feces yang memungkinkan bergerak dengan lancar kearah

pelepasan dan menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri.

c. Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan mengabsorpsi 90% air dan

garam dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

d. Mensintesa vitamin. Bakteri pada usus halus akan mensintesa vitamin K, thiamin, riboflavin,

vitamin B12, dan folic acid.

e. Membentuk feses. Feses terdiri dari ¾ air dan ¼ massa padat. Massa padat termasuk sisa

makanan dan sel yang mati. Pigmen empedu memberikan warna pada feses. Dan menstimulasi

gerakan isi usus kearah pelepasan.

f. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar. Pada saat feses dan gas

berada dalam rektum, tekanan dalam rektum meningkat, menyebabkan terjadinya reflex

defekasi.20

(http:referensikedokteran.blogspot.com/2010/08/referat hernia.html).
2.4 Etiologi Hernia

Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas dan

melemahnya dinding abdomen3:

Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena3:

1. Mengangkat beban berat

2. Batuk (PPOK)

3. Tahanan saat miksi ( BPH atau karsinoma)

4. Tahanan saat defekasi (konstipasi atau obstruksi usus besar)

5. Distensi abdomen (yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen)

6. Perubahan isi abdomen (adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan, lemak tubuh).

Kelemahan dinding abdomen terjadi karena3:

1. Umur yang semakin bertambah

2. Malnutrisi {baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)}

3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik

4. Abnormal metabolisme kolagen.


Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital yang

telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai menyebabkan

kelemahan dinding abdomen akuisita(didapat) atau kenaikan tekanan intraabdomen mengizinkan

isi abdomen memasuki kantong tersebut3

3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier

Saunders, page 431-445.

2.5 Gejala dan Tanda

2.5.1 Gejala lokal termasuk :

1. Benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, timbul saat adanya

tahanan dan benjolan membesar saat batuk, mengejan atau berdiri3.

2. Perasaan berat atau tidak nyaman di usus, terutama ketika membungkuk

3. Nyeri atau sakit terutama saat beraktivitas (seperti saat mengangkat atau membawa beban

berat)

4. Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang

dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk5.

5. Gangguan pencernaan, seperti sembelit

2.5.2 Gejala dari adanya komplikasi adalah3 :

1. Obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi

2. strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,

demam, takikardi.
3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier Saunders,

page 431-445.

5. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,

Hal : 509 – 517.

http://www.medkes.com/2014/07/jenis-gejala-dan-pengobatan-hernia.html

2.5.3 Tanda/sign

Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk semua

hernia abdominal eksterna3. Area pembengkakan di palpasi untuk menentukan posisi yang tepat

dan karakteristiknya. Benjolan dapat semakin membesar saat batuk – merupakan suatu yang

khas. Semakin nyata saat pasien berdiri3.

Tanda yang berkaitan dengan adanya komplikasi, yaitu:

1. Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri3.

2. Obstruksi : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi abdomen, dan

gejala lain dari obstruksi usus3

3. Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin nyata. Kulit

diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi3. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat

dalam hernia yang diikuti dengan nyeri tekan, obstruksi, dan tanda atau gejala sepsis.

Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus

yang diperkirakan mengalami gangrenosa, karena akan dapat menimbulkan nyeri yang

sangat hebat5.
2.6 Patogenesa/patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti

tekanan pada mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat

atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada

daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan, mungkin disebabkan

dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu

ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama. Pembedahan abdominal dan

kegemukan.

Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal. Kemudian

terjadi hernia, Karena organ-organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung

dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan

yang sangat parah, sehingga akhirnya menyebabkan kantng yang terdapat dalam perut menjadi

atau mengalami kelemahan . dan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat

menyebabkan gangrene.Oetomo, K.S. Hernia. Surabaya: SMF Bedah RSU Haji . 2013

Hernia strangulata bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat

tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu

besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser) atau merupakan

hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi

hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala

obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia

Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis

dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd,
yaitu satu segmen usus terperangkap di dalam kantung hernia dan satu segmen lainnya berada

dalam rongga peritoneum seperti huruf W2.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan

transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia

makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi

nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia

terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau

peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut2.

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran

obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah

terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan

gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih berat di

tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal2.

Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri

tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal.

Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat

pertolongan segera2.

2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,

Hal: 523-537

3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier


2.7 Tatalaksana

 Rujuk kepada dokter bedah untuk operasi darurat

 Puasakan

 Beri cairan intravena

 Pasang NGT jika pasien muntah atau mengalami distensi abdomen Beri antibiotik jika

dicurigai terjadi kerusakan usus: berikan ampisilin (25–50 mg/kgBB IV/IM empat kali

sehari), gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan metronidazol (7.5

mg/kgBB/dosis tiga kali sehari).

 Kurangi tekanan intra-abdomen dengan mencegah bayi menangis dengan memberi obat

penenang

http://www.ichrc.org/947-hernia-inkarserata

Saunders, page 431-445.

5. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,

Hal : 509 – 517.

Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu

kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan

masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang

didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia,

masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol

keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke

skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-

laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun

manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi

perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat

dimasukkan kembali. Keadaan

ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan

terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik

sehingga terjadi hernia strangulate yang akan

menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah

terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik.

Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi

yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga

perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan

konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan

obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi

merah (Syamsuhidajat 2004)

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-hevitarosi-6181-2-babii.pdf
Hernia Strangulata

Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi vena

dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut ; dan

sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena, dan berkembang

menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu aliran arteri. Jaringannya

mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal bukan usus, misalnya omentum,

nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling sering terjadi

dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus

menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari

sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada

leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga

peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian3.

Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter. Ileus

obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan baru

terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga

terjadi perforasi usus.


Gambar 5. Hernia Strangulata 2

2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,

Hal: 523-537

3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier

Saunders, page 431-445.

Strangulasi atau vascular compromied adalah keadaan dimana vasa dari suatu saluran terjepit

sehingga terjadi hipoksia jaringan sampai anoksia jaringan. Misal pada GIT, angina pectoris,

angiopathy perifer pada diabetes. Gejala yang ditimbulkan pada strangulasi adalah nyeri yang
continous. Apabila sudah ada gejala strangulasi ( nyeri colic berubah jadi continous) , gold

period untuk dilakukan surgical emergensi adalah max 6 jam. Kalo gak ususnya udah keburu

iskemik dan mati.

Kalo dari bagan dewa di slide itu, kita bisa tau kalo organ abdomen itu ada yang hollow viscus

(berlumen : tuba fallopi, GIT, ureter, traktus billiaris dan traktrus pankreatikus) dan solid (ginjal,

hepar, spleen, pankreas, de el el)

Hollow viscus organ akan menunjukan gejala kolik pain (jangan tanya kolik pain itu kayak apa..

rasakan sendiri haa) apabila masih belum ada strangulasi. Gejalanya jika di GIT akan ada

obstipasi, distensi, dan mual muntah  syok hipovolemik -> nyeri kolik. Jika pada akhirnya

terjadi strangulasi, maka akan terjadi vascular compromised dan menyebabkan kematian jaringan

usus, trus jadi nyeri continous, bisa intususepsi atau malah peritonitis (kalo sampe perforasi)

secara konsep gambar, bisa liat di skema dibawah.

Tuesday, December 6, 2011

STRANGULASI istilah apa itu?


STRANGULASI

Lecture by : dr. Akhmad Makhmudi, SpB, SpB

Patofisiologi
DAFTAR PUSTAKA

1. Saliti, M.A. dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hernia Inguinalis di

RSU Daya Makasar dan RSUD Labuang Baji Makasar (Jurnal). Makasar: STIKES Nani

Hasanuddin. 2013.

2. Faradila, Nova dan Israr, Y.A. Hernia (jurnal). Pekanbaru: FK UNRI. 2009

3. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 2010.

4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995. Hal :

228, 243.

5. Widjaja, H. Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25..

6. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC, Hal:

523-537

7. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier

Saunders, page 431-445.

8. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,

Hal : 509 – 517.

20. (http:referensikedokteran.blogspot.com/2010/08/referat hernia.html).

Anda mungkin juga menyukai

  • Kuliah Cardiac Markeramp Agd
    Kuliah Cardiac Markeramp Agd
    Dokumen68 halaman
    Kuliah Cardiac Markeramp Agd
    putri hidayasyah
    Belum ada peringkat
  • HIPERTIROID Revisi
    HIPERTIROID Revisi
    Dokumen30 halaman
    HIPERTIROID Revisi
    YuliSsTia
    Belum ada peringkat
  • Tumor Testis
    Tumor Testis
    Dokumen11 halaman
    Tumor Testis
    bagus_ari03
    Belum ada peringkat
  • MENIERE
    MENIERE
    Dokumen5 halaman
    MENIERE
    diyahseptitiwulan
    Belum ada peringkat
  • 19 33 1 SM
    19 33 1 SM
    Dokumen11 halaman
    19 33 1 SM
    VirginiaVeradicaFong
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Putri Dwi Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Fmd175 Slide Prinsip-Prinsip Kedokteran Keluarga
    Fmd175 Slide Prinsip-Prinsip Kedokteran Keluarga
    Dokumen35 halaman
    Fmd175 Slide Prinsip-Prinsip Kedokteran Keluarga
    Rizky Alfian Rizafahlevi
    Belum ada peringkat
  • Bab LV Hasil Dan Pembahasan
    Bab LV Hasil Dan Pembahasan
    Dokumen1 halaman
    Bab LV Hasil Dan Pembahasan
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Abcdefg
    Abcdefg
    Dokumen3 halaman
    Abcdefg
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Penyebab, Gejala dan Pengobatan
    Sinusitis Penyebab, Gejala dan Pengobatan
    Dokumen1 halaman
    Sinusitis Penyebab, Gejala dan Pengobatan
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Sistem Imun
    Sistem Imun
    Dokumen15 halaman
    Sistem Imun
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Putri Dwi Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • MENIERE
    MENIERE
    Dokumen5 halaman
    MENIERE
    diyahseptitiwulan
    Belum ada peringkat
  • Fytfytfyt
    Fytfytfyt
    Dokumen2 halaman
    Fytfytfyt
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Cahbjjhg
    Cahbjjhg
    Dokumen2 halaman
    Cahbjjhg
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Gejala Klinis Malaria
    Gejala Klinis Malaria
    Dokumen6 halaman
    Gejala Klinis Malaria
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • KHGHG
    KHGHG
    Dokumen11 halaman
    KHGHG
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Sdadszdskjhijnkuk
    Sdadszdskjhijnkuk
    Dokumen2 halaman
    Sdadszdskjhijnkuk
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Sdadszdskjhijnkuk
    Sdadszdskjhijnkuk
    Dokumen2 halaman
    Sdadszdskjhijnkuk
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • KLKL
    KLKL
    Dokumen4 halaman
    KLKL
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Hgguy
    Hgguy
    Dokumen4 halaman
    Hgguy
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • GHGFH
    GHGFH
    Dokumen8 halaman
    GHGFH
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • NBJBHJJHGNBJHJ BBVJG
    NBJBHJJHGNBJHJ BBVJG
    Dokumen10 halaman
    NBJBHJJHGNBJHJ BBVJG
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • FHGCGFC
    FHGCGFC
    Dokumen1 halaman
    FHGCGFC
    Muhammad Delfin
    Belum ada peringkat
  • HERNIA
    HERNIA
    Dokumen20 halaman
    HERNIA
    Krisna Dini Septiani
    Belum ada peringkat
  • E Library Stikes Nani Hasanuddin Monarchial 173 1 Artikel6
    E Library Stikes Nani Hasanuddin Monarchial 173 1 Artikel6
    Dokumen9 halaman
    E Library Stikes Nani Hasanuddin Monarchial 173 1 Artikel6
    ucu
    Belum ada peringkat