Sering kali orang mengucapkan kata region, daerah, wilayah, space, dan area. Keempat kata
tersebut secara bahasa merupakan sinonim, tetapi mempunyai penerapan yang berbeda yakni
menyesuaikan dengan konteksnya. Istilah yang sering dipakai dalam terminology berbagai dsiplin
ilmu terutama ilmu kebumian dan teknik perencanaan, seperti ilmu geografi, geodesi, planologi dan
lain-lain adalah region dan spasial. Dalam bahasa Inggris Anglosaxon, lebih banyak digunakan
istilah region, sedangkan istilah spasial (space) yang berbentuk kata sifat kini popular bersamaan
munculnya berbagai teknik analisis keruangan (spatial analysis) dengan menggunakan berbagai
perangkat lunak.
Region adalah suatu wilayah yang memiliki ciri-ciri keseragaman gejala internal (internal
uniformity) atau fungsi yang membedakan wilayah tersebut dengan wilayah lain. Ciri-ciri
keseragaman tersebut dapat berupa kenampakan sosial maupun kenampakan fisik. Kenampakan
sosial antara lain berupa kegiatan perekonomian/mata pencaharian, bentuk pemerintahan, bentuk
kebudayaan, atau kenampakan fisik, yang dapat berupa keseragaman iklim, kesamaan topografi
(dataran, pegunungan, lembah, dan lain-lain), kesamaan lokasi geografis, dan lain-lain.
Wilayah formal berdasarkan kriteria fisik didasarkan pada kesamaan topografi, jenis batuan,
iklim, dan vegetasi. Misalnya, wilayah pegunungan kapur (karst), wilayah beriklim dingin, dan
wilayah vegetasi mangrove. Adapun wilayah formal berdasarkan kriteria sosial budaya, seperti
wilayah suku Asmat, wilayah industri tekstil, wilayah Kesultanan Yogyakarta, dan wilayah
pertanian sawah basah.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan Kota Jakarta, kota di sekitarnya seperti Bekasi,
Tangerang, Depok, dan Bogor menjadi wilayah penyangga bagi pertumbuhan dan perkembangan
Kota Jakarta. Dalam pengertian lain Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor merupakan suatu
wilayah fungsional bagi pertumbuhan dan perkembangan Jakarta. Demikian pula dengan Jakarta
merupakan wilayah fungsional bagi pertumbuhan dan perkembangan wilayah-wilayah di sekitarnya
termasuk Bogor, Depok,Tangerang, dan Bekasi.
Secara umum kota merupakan wilayah fungsional yang berperan dalam memenuhi
kebutuhan penduduk pedesaan di sekitarnya. Demikian pula desa merupakan wilayah fungsional
yang berperan dalam menyokong pemenuhan kebutuhan hidup penduduk kota. Dengan demikian,
antara kota dan desa walaupun secara fisik berbeda namun secara fungsional selalu saling
berhubungan.
Perwilayahan
Perwilayahan adalah proses membagi ruang menjadi beberapa bagian. Untuk melakukan
regionalisasi (perwilayahan) suatu bagian permukaan bumi dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, yakni dengan menggunakan aspek tertentu yang dimiliki secara bersama-sama oleh
bagian-bagian permukaan bumi tersebut, sehingga antar bagian permukaan bumi tersebut menjadi
relatif homogin. Secara umum regionalisasi bagian-bagian permukaan bumi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan 4 dasar, yakni: river basin, similarity, functionality, dan adhoc. Sementara
dalam ilmu wilayah dikenal beberapa paradigma wilayah yang dapat digunakan untuk pewilayahan,
dan dapat dijadikan dasar bagi pengaturan dalam undang-undang penataan ruang, yakni: Daerah
aliran sungai, Wilayah homogin, Wilayah nodal, Wilayah metropolitan, Wilayah pengelolaan (Son
Diamar dalam Jakub Rais, 2004).
1. River Basin
Regionalisasi berdasrkan azas river basin adalah penentuan suatu permukaan bumi sebagai
suatu region berdasarkan satuan lahan aerah aliran sungai (DAS) atau watershed. River basin adalah
daerah yang menjadi tempat presipitasi air hujan yang dibatasi oleh igir-igir, sehingga air huja
terkonsentrasi melalui berbagai anak sungai menuju sungai utama yang merupakan satu outlet
menuju ke laut.
DAS merupakan satuan ekosistem yang kompleks dan luasnya dapat melebihi luas wilayah
administrative kabupaten, meskipun mungkin tidak selalu demikian tetapi pada umumnya DAS
lebih luas dari wilayah administrative kabupaten.
2. Similarity
Azas similarity atau azas kesamaan, ada yang menyebutnya sebagai azas homoginity adalah
suatu dasar untuk menentukan bahwa suatu bagian permukaan bumi dinyatakan sebagai suatu
region karena memiliki karakteristik yang homogin atau kesamaan tertentu baik secara fisik
maupun budaya (kultur). Secara fisik aspek yang menjadi ciri khas kesamaan dapat berupa letak
geografis, fisiografis (bentuk lahan, jenis tanah, geologis), klimatologis, keterkaitan dengan kondisi
fisiografis dengan daerah lain. Kesamaan secara kultur dapat berupa mata pencaharian, adat istiadat,
latar belakang sejarah, ideologis, tingkat peradaban, dan lain-lain. Kedua aspek similaritas ini dapat
berlaku secara sendiri-sendiri dan dapat pula secara komplementar. Region yang terwujud karena
similaritas komplementer biasanya soliditasnya lebih kuat. Kesamaan secara fisik saja tidak cukup
untuk dianggap sebagai region yang solid, karena banyak bukti menunjukkan banyak wilayah-
wilayah di permukaan bumi ini yang secara fisik sebagai satu region tetapi defacto menjadi tidak
satu region.
3. Functionality
Suatu bagian permukaan bumi dapat dinyatakan sebagai sebuah region karena memiliki
kesamaan fungsi. Suatu daerah memiliki fungsi tertentu bila dikaitkan dengan daerah lainnya.
Fungsi tersebut muncul karena adanya perbedaan potensi fisik, budaya atau perpaduan antara fisik
dan budaya. Suatu daerah dapat dinyatakan sebagai penghasil tembakau, pengimpor beras,
pengekspor minyak, dan lain-lain. Di daerah perkotaan ada daerah yang disebut pusat kota, pusat
bisnis, dan lain-lain. Penamaan tersebut karena secara sistemik, terdapat daerah yang menghasilkan
suatu komoditi dan ada daerah yang mengkonsumsi komoditi. Demikian pula bagian dari wilayah
kota, ada yang tidak menjadi pusat, ada daerah kota yang tidak berfungsi sebagai pusat bisnis dan
sebaliknya. Termasuk dalam penamaan kota dan desa, keduanya dapat dianggap mempunyai fungsi
yang berbeda, sehingga keduanya menjadi region sendiri-sendiri dalam satu sistem.
4. Adhoc
Adalah penentuan region berdasarkan salah satu kesamaan karakter yang dimiliki oleh
bagian tertentu dari permukaan bumi yang bersifat relative/tidak tetap atau sementara, karena ada
peristiwa tertentu atau untuk tujuan tertentu.. Suatu daerah dapat dianggap sebagai satu region oleh
hanya satu atau lebih kesamaan bahkan kesamaan tersebut dapat diciptakan untuk maksud tertentu.
Contoh regionalisasi berdasar azas adhoc adalah region endemic flu burung, region A dan B yang
berbeda secara administrative dapat menjadi satu region karena keduanya sama-sama terjangkit flu
burung.
Contoh lainnya adalah region pemilihan dalam pemilihan umum. Penentuan suatu daerah
pemilihan ditentukan atas dasar kepentingan kemudahan koordinasi dan manajemen pemilu. Setelah
pemilu selesai regionalisasi tersebut selesai. Hanya saja regioanlisasi secara adhoc ini tidak
selamanya bersifat sementara seperti dalam contoh penentuan daerah pemilu, tetapi dapat bersifat
tetap meskipun aspek yang menjadi dasar regionalisasi hanya bersifat relative.
5. Nodal
Suatu wilayah/region dapat diidentifikasi sebagai suatu satuan wilayah yang terbentuk
karena adanya jaringan interaksi antar pusat-pusat kegiatan, dalam hal produksi, distribusi, dan
pelayanan. Dalam konsep geografi, nodal biasa digunakan untuk menggambarkan system kota-kota
atau system pusat-pusat permukiman. Dalam system ini, pusat-pusat kegiatan mempunyai hierarkhi,
orde, atau eselon (Son Diamar dalam Jacub Rais, 2004).
Berdasarkan konsepsi wilayah nodal tersebut, maka dapat saja terjadi suatu region nodal
mencakup sua atau lebih daerah kabupaten/propinsi, misalnya salah satu propinsi ditentukan
sebagai orde I, sedangkan dua propinsi lainnya menjadi sub-ordinatnya, yakni pusat orde II.
6. Metropolitan
Metro (mater, mather, induk), jadi suatu wilayah dapat diidentifikasi sebagai wilayah
metropolitan berdasarkan adanya satuan wilayah perkotaan yang terdiri dari satu atau lebih kota
induk beserta beberapa kota satelit di sekitarnya, yang saling berhubungan membentuk satu
kesatuan social, ekonomi, dan ekologi perkotaan. Contoh wilayah metropolitan adalah Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi), Surabaya Raya yang dikenal dengan sebutan
Gerbang Kertosusilo (Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan
Lamongan.
Pengelolaan
Satuan wilayah ini ditentukan berdasarkan suatu hukum, seperti undang-undang atau lainnya,
menjadi yurisdiksi, dan atau wilayah “kewenangan” dan tanggung jawab pengelolaan, untuk
mencapai tujuan tertentu. Contohnya adalah wilayah administratif pemerintah daerah (pemda),
wilayah otorita, daerah khusus, dan lain-lain.
Dasar lainnya
Regionalisasi atau pewilayahan yang merupakan paradigma baru diperkenalkan oleh the
Habibie Center, Departemen kelautan dan Perikanan, dan Dewan Maritim Indonesia, yakni
paradigma wilayah benua maritime. Inti paradigm ini memandang wilayah Negara kepualauan
sebagai satu benua, karena dilihat dari sejarah geologinya berjuta tahun sebelum es mencair menjadi
laut, pulau-pulau tersebut merupakan satu benua yang tidak terpisah-pisah (gondwana).
Karena pulau-pulau saat ini telah terpisah, maka penyatunya adalah dasar laut, sehingga
menjadi benua dasar laut yang harus dikelola secara terpadu. Tetapi karena luasnya benua laut ini,
maka wilayah benua maritime Indonesia dibagi menjadi wilayah-wilayah yang lebih kecil yang
dinamakan wilayah kemaritiman. Dalam wilayah kemaritiman terdapat berbagai wilayah seperti
DAS, wilayah homogin, wilayah nodal, mungkin beberapa wilayah metropolitan, yang berinteraksi
melalui laut. Dengan paradigm ini, maka laut bukan sebagai pemisah, tetapi laut sebagai penyatu.
Laut mengintegrasikan antar wilayah darat (Son Diamar dalam Jakub Rais, 2004).
Tata Ruang
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun
tidak. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
Sebaiknya kita melihat isi dari Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang,
untuk mengetahui lebih pasti definisi dari tata ruang seperti yang terjabarkan dalam uraian dibawa
ini:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun
yang menunjukkan adanya hierarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang. Rencana Tata Ruang adalah
hasil perencanaan tata ruang berupa rencana – rencana kebijaksanaan pemanfaatan ruang secara
terpadu untuk berbagai kegiatan. Contoh peruntukan ruang antaran lain:
1. Untuk mencegah atau menghindari benturan-benturan kepentingan atau konflik antar sektor dan
antar kepentingan dalam pembangunan masa kini dan masa yang akan datang.
2. Untuk menghindari terjadinya diskriminasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam.
3. Untuk tercapainya optimalisasi pemanfaatan ruang yang memperlihatkan daya dukung dan
kesesuaian wilayah terhadap jenis pemanfaatannya.
4. Untuk terciptanya kemudahan pemanfaatan fasilitas dan pelayanan sosial ekonomi bagi segenap
masyarakat maupun sektor-sektor yang terkait.
5. Untuk terjadinya kesesuaian antara tuntutan kegiatan pembangunan di satu pihak dengan
kemampuan wilayah di pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Untuk dapat terciptanya interaksi fungsional yang optimal baik antara unit-unit wilayah maupun
wilayah lainnya.
7. Menjaga kelestarian dan kemampuan ruang serta menjamin kesinambungan pembangunan di
berbagai sektor.
8. Untuk dapat memberikan arahan bagi penyusunan program-program tahunan. Agar dapat terjadi
kesesuaian sosial ekonomi akibat pemanfaatan ruang terhadap perkembangan ekonomi dan sosial
yang sedang maupun mendatang.
9. Untuk dapat menciptakan kemudahan bagi masyarakat untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan
produksi. Terciptanya suatu pola pemanfaatan ruang yang mampu mengakomodir segala bentuk
kegiatan yang terjadi di dalam ruang tersebut.
Baca lebih lanjut: KONSEP TATA RUANG
Pelajari lebih lanjut: Undang – Undang No. 26 Tahun 2007
Pembangunan ialah suatu upaya meningkatkan segenap sumber daya yang dilakukan secara
berencana dan berkelanjutan dengan prinsip daya guna yang merata dan berkeadilan. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa pembangunan berorientasi pada pembangunan masyarakat, dimana
pendidikan menempati posisi yang utama dengan tujuan untuk membuka wawasan dan kesadaran
warga akan arah dan cita-cita yang lebih baik. Effendi (2002:2)
Namun dalam pembangunan dibutuhkan strategi yang jitu. Banyak negara berkembang yang
salah atur dalam strategi dan proses pembangunannya, berefek pada terjebaknya negara tersebut
pada jurang kemiskinan yang lebih dalam.
Dalam perspektif geografi pembangunan adalah manajemen ruang. Sangat sulit dikejar
target pembangunan untuk menghilangkan gap (jarak) antara negara maju dan negara berkembang
jika proses pembangunan tanpa menentukan ruang prioritas. ruang prioritas ini yang akan
menstimulus, difusi pembangunan pada ruang-ruang di sekitarnya. Dalam istilah ekonomi ini
dikenal dengan istilah Trickle-down effect.
The trickle-down effect is a model of product adoption in marketing that affects many
consumer goods and services. It states that fashion flows vertically from the upper classes to the
lower classes within society, each social class influenced by a higher social class. Two conflicting
principles drive this diffusion dynamic. Lesser social groups seek to establish new status claims by
adopting the fashions of higher social groups in imitation, whilst higher social groups respond by
adopting new fashions to differentiate themselves. This provokes an endless cycle of change,
driving fashion forward in a continual process of innovation.
Terjemahan dengan Google Translate: Efek menetas adalah model adopsi produk dalam
pemasaran yang mempengaruhi banyak barang dan jasa konsumen. Ini menyatakan bahwa mode
mengalir secara vertikal dari kelas atas ke kelas bawah dalam masyarakat, setiap kelas sosial
dipengaruhi oleh kelas sosial yang lebih tinggi. Dua prinsip yang saling bertentangan mendorong
dinamika difusi ini. Kelompok sosial yang lebih kecil berusaha untuk menetapkan klaim status baru
dengan mengadopsi mode kelompok sosial yang lebih tinggi dalam meniru, sementara kelompok
masyarakat yang lebih tinggi merespons dengan mengadopsi mode baru untuk membedakan
dirinya sendiri. Ini memprovokasi siklus perubahan yang tiada henti, mendorong mode maju dalam
proses inovasi yang berkesinambungan.
Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi suatu wilayah dapat dilihat dari
berbagai aspek, baik aspek fisik maupun sosial budaya yang terdapat di wilayah tersebut. Dalam
mengidentifikasi potensi suatu wilayah agar menjadi pusat pertumbuhan dapat dilakukan dengan
cara menginventarisir potensi utama yang ada di daerah tersebut. Misalnya, Pulau Bali merupakan
suatu wilayah yang memiliki potensi utama wisata alam dan sosial budaya. Pulau Bali dapat
berkembang menjadi pusat pertumbuhan dengan cara memacu perkembangan sektor lainnya,
terutama industri cinderamata, perdagangan, transportasi, perhotelan, dan usaha jasa lainnya. Pada
akhirnya diharapkan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan wilayah-wilayah di sekitarnya
terutama pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang pada awalnya relatif
kurang berkembang.
Ada tiga teori untuk menentukan wilayah pusat pertumbuhan, tiga teori ini tampak saling
melengkapi.
1. Teori tempat yang sentral (Central Place Theory)
Tiga teori tempat sentral, yang pertama adalah Teori tempat yang sentral (Central Place
Theory) dikemukakan oleh seorang ahli geografi Jerman bernama Walter Christaller. Dalam
bukunya Die Zentralen Orte In Suddeutschland (1933), Christaller bermaksud menemukan berbagai
dalil atau kecenderungan yang menentukan jumlah, besar, dan penyebaran kota dalam lingkungan.
Teori tempat yang sentral merupakan pengembangan teori perkembangan kota yang sebelumnya
telah ada, yaitu teori letak industri dari Alfred Webber (1909) dan lokasi pertanian dari von
Thunenn (1826). Teori yang dikemukakan oleh Christaller ini bertitik tolak dari letak perdagangan
dan pelayanan dalam sebuah kota.
Menurut Chistaller, kota sentral merupakan pusat bagi daerah sekitarnya yang menjadi
penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Selanjutnya, Christaller menyebutkannya sebagai
tempat sentral karena tempat yang sentral tersebut tidaklah semata-mata hanya bergantung kepada
aspek permukiman penduduk. Tempat yang ditunjukkan tersebut dapat lebih besar atau mungkin
lebih kecil daripada sebuah kota. Apabila sebuah tempat mempunyai berbagai fungsi sentral untuk
daerah-daerah di sekitarnya yang kurang begitu penting, daerah tersebut dinamakan tempat sentral
tingkat tinggi. Adapun sebuah tempat yang hanya merupakan pusat bagi kegiatan setempat
dinamakan tempat sentral rendah atau tingkat paling rendah.
Selain asas pasar seperti yang telah dijelaskan, penentuan tempat sentral juga sangat dipengaruhi
oleh asas pengangkutan dan asas pemerintahan.
2. Teori Sektor
Ke-2 yaitu Teori Sektor, Teori penting sebagai pelengkap teori tempat sentral adalah teori
August Losch. Dalam bukunya yang berjudul The Economics of Location (1954), Losch menaruh
perhatian pada daerah-daerah ekonomi. Losch bertolak dari kesamaan topografi sebuah tempat yang
berada di dataran sama seperti apa yang dasar pengembangan teori Christaller dan mempelajari
faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya daerah-daerah ekonomi tersebut. Dalam hal ini, yang
paling utama adalah munculnya grafik permintaan. Grafik ini menunjukkan adanya jumlah
permintaan yang tinggi, sedangkan di wilayah pinggir permintaannya sedikit. Hal ini disebabkan
oleh kenaikan harga akibat naiknya biaya pengangkutan.
Wilayah
Pusat Wilayah
Pembangunan Wilayah yang dikembangkan
Pertumbuhan Pembangunan
Utama
Di Era keninin, sesuai dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, maka
pengembangan wilayah akan ditujukan pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan.
Pertumbuhan pembangunan daerah pada tahun 2018 akan didorong melalui pertumbuhan peranan
sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi sektor-
sektor tersebut dilakukan seiring dengan terus dikembangkannya kawasan-kawasan strategis di
wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong pertumbuhan utama) antara lain:
1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK);
2. Kawasan Industri (KI);
3. Kawasan Perkotaan (megapolitan dan metropolitan);
4. Kawasan Pariwisata; serta,
5. Kawasan yang berbasis pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan dan minapolitan.
Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929), seorang ahli
geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Berdasarkan
hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda
dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut,
atau sebagai formulasinya yang linier dengan Newton, kekuatan interaksi dua wilayah adalah hasil
kali jumlah penduduk dua wilayah berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dua tempat tersebut.
Esensi dari teori titik henti adalah bahwa jarak yang lebih kecil ukurannya berbanding lurus
dengan jarak antara kedua pusat pandangan itu dan berbanding terbalik dengan satu ditambah akar
kuadrat jumlah penduduk dari wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dengan jumlah
penduduk kota yang lebih sedikit.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman
bidang penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Beberapa tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam penerapan tata ruang wilayah, antara lain:
1. Jumlah penduduk yang sangat besar, dan kemiskinan.
2. Kesenjangan antar wilayah.
3. Bencana alam yang tinggi. dan
4. Krisis pangan, energi, dan air serta perubahan iklim.
Sumber: