Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. Uraian Materi
1. Aneka Gaya Taman Dalam Arsitektur
Dalam meracang sebuah hunian rumah (tempat tinggal) biasanya terdapat beberapa
material pelengkap baik itu di bagian eksterior maupun interiornya. Bagian pelengkap ini
tentunya memiliki fungsi untuk memperindah bangunan yang telah ada maupun memberikan
nilai estetik yang lebih pada bangunan tersebut. Terdapat beberapa jenis gaya taman yang
dapat kita terapkan pada hunian modern yang ada, diantaranya adalah :
a. Gaya Mediteranian
Gaya ini termasuk yang paling cocok dipadukan dengan bangunan rumah minimalis.
Terlebih jika pemilik rumah ingin mendapatkan kesan kalem dan monokromatik. Taman gaya ini
memiliki karakter desain yang dapat menampilkan berbagai jenis tekstur dan bentuk tanaman
dalam warna hijau. Penggunaan tanaman seperti agave (Agave attenuate), yucca (Yucca sp),
nolina (Nolina longifolia), dan sikas (Cycas rumpii) yang bergaris tegas dapat mudah
berdampingan dengan tarikan garis arsitektur yang sama tegasnya. Jenis ini juga sangat sesuai
bila diberi pencahayaan khusus, sehingga taman tetap elok dipandang pada malam hari.
Kehadiran elemen air seperti kolam ikan berbentuk segi empat, pancuran, juga pasu
(pot) tanaman air sangat pas melengkapi taman mediteranean. Elemen keras lain, seperti
lampu taman, patung hewan, pot dengan penyangga warna terang (krem, kuning muda) atau
gelap (hitam, abu-abu), dapat dikombinasikan dengan batu koral serak berwarna putih. Pilih pot
yang berbentuk simple dengan ornament geometris. Taman seperti ini merupakan pilihan
terbaik apabila Anda sering mengadakan pesta kebun atau acara malam hari. Jangan lupa
menggunakan tanaman pembatas dan penutup tanah yang bertekstur halus. Ini berfungsi
sebagai penyeimbang terhadap garis tegas. Contoh tanaman bertema mediterania dapat dilihat
pada Video 1 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kbWQybmo3Qg).
b. Gaya Tropis
Untuk tampilan hunian yang lebih lembut, jenis tanaman ini dapat menjadi pilihan. Garis-
garis organik yang ditimbulkan dari taman tropis dapat menetralkan garis tegas pada arsitektur
minimalis. Jika ingin menerapkan gaya ini pada taman rumah minimalis, perhatikanlah warna
tanaman. Kekuatan tampilan hunian minimalis biasanya pada warna abu-abu atau lebih gelap.
Oleh karena itu, warna tanaman yang digunakan sebaiknya senada. Sebagai aksen dapat
menggunakan bunga merah atau pink yang kontras dengan warna bangunan. Video mengenai
contoh taman tropis dapat dilihat pada Video 2 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=xIeFk8fF_dM).
Apabila ada kolam atau elemen keras (lampu) sebaiknya yang bergaya minimalis juga.
Sentuhan tanaman air yang bertekstur halus, seperti papyrus (Cyperus papyrus), bamboo
putoy, dan teratai (Nelumbo Nucifera) dapat menjadi jembatan penghubung antara gaya
minimalis dan tropis. Video menganai tanaman yang digunakan untuk kebun bertema tropis
dapat dilihat pada Video 3 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=FS84RMwQPt0).
c. Taman Jepang
Walaupun sekarang kurang populer, taman jepang tetap dapat menjadi pilihan untuk
mempercantik hunian minimalis. Warna monokrom, seperti halnya taman mediteranean, akan
memperkuat gaya minimalis. Penggunaan elemen keras, seperti batu, pasir sisir, lonceng angin,
dan ancuran bambu, sangat serasi dengan garis minimalis. Contoh taman jepang dapat dilhat
pada Video 4 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gYzh6N1RoNM).
(Sumber: https://www.tamanbunga-nusantara.com/en/en/taman)
b. Taman Mawar
Bunga Mawar yang indah berasal dari belahan bumi bagian utara atau tepatnya berasal dari
negara China. Pada abad pertengahan bunga mawar biasa disebut dengan Flos Florum yang berarti
bunga dari segala bunga. Bunga Mawar juga ditunjuk oleh Maria ibunda Isa sebagai lambang dari
kesempurnaan duniawi dan surgawi, dan bahkan sampai sekarang bunga mawar masih dianggap
sebagai bunga yang paling terkenal di seluruh penjuru dunia. Di negara-asalnya China, mawar telah
terkondisikan untuk beradaptasi dengan 4 iklim termasuk musim dingin atau musim salju. Pada saat
musim salju secara alamiah mawar ini meluruhkan seluruh dedaunannya dan menuju periode
penghentian pertumbungan atau beristirahat (dormant period), dan kembali berkembang pada saat
musim panas. Tentunya pada masa istirahat ini tanaman tersebut mempunyai kekuatan untuk
memberikan keindahan bunga yang lebih baik.
Taman Bunga Nusantara sering mendapatkan perlakukan khusus dimana tatacara
penyiraman, pemberian pupuk, dan penyiangan kami lakukan dengan seksama dan
perhitungan yang matang. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kekuatan serta keindahan dari
mawar tersebut yang mana di daerah-daerah tropis bunga Mawar tidak memiliki masa dormant
atau masa istirahat. Contoh taman mawar dapat dilihat pada Video 9 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=cF1eh1sfXmo).
Gambar 5. Taman Mawar (Sumber: https://www.tamanbunga-nusantara.com/en/en/taman)
3. Gaya-gaya Taman
a. Gaya Eropa
Taman biasanya teduh
Terdapat bagian taman yang terpisah dengan bangunan induk dan dihubungi oleh
deretan tiang bulat tinggi besar disebut Colonnade.
Kadangkala dilengkapi dengan kolam.
Dikenal sebagai taman gaya kebun rajaatau taman khalifahatau gaya aristokratik(istilah
Itali) atau gaya feudal (istilah Indonesia).
c. Gaya Prancis
Taman terkesan formal dengan memanfaatkan empat unsur taman seperti bunga-
bungaan yang ditanam dalam petakan-petakan (parterre), pohon pangkas, kolam
dengan kombinasi air mancur dan pohon-pohon meneduh.
Taman merupakan bagian terpisah dari bangunan.
Setiap bagian taman dihubungkan dengan jalan setapak dan diberikan beberapa tempat
atau bangunan kecil untuk beristirahat sejenak (gazebo).
f. Gaya Amerika
Terdapat hubungan yang erat antara bangunan rumah tinggal dengan taman sehingga
berkesan akrab.
Elemen taman disusun tidak resmi dan berisikan tanaman hias yang ditanam teratur di
pinggiran halaman berumput dekat tembok rumah serta sederetan tanaman hias berbunga
yang rendah di bagian tepi (border) dekat jalan.
Taman pada halaman belakang biasanya dilengkapi dengan serambi dekat rumah yang
berpagar keliling (patio).
g. Gaya Cina
Berkesan meriah dengan memadukan tanaman hias dan bebatuan yang disusun seperti tebing
gunung, danau yang ada sungainya serta jembatan penyeberangan melintasi sungai.
Terdapat pavilliun (sebagai tempat untuk menikmati pemandangan taman).
Kesan meriah semakin kental dengan kehadiran tanaman yang berwarna-warni dengan
elemen taman keras.
Taman sering dilengkapi dengan patung binatang.
c. Gaya Kontemporer
Desain ini merupakan desain landscape modern, dan sangat populer. Perpaduan garis
yang jelas, dengan pola tebal, dan penggunaan bahan baru yang mempunyai peran dalam
membuat desain yang lebih segar. Penanaman dilakukan dengan membentuk kelompok-
kelompok besar dan biasanya menggunakan spesimen yang abstrak.
e. Gaya Tuscan
Gaya ini berakar dari Tuscany yang terletak di Italia selatan. Gaya ini menciptakan
nuansa “Dunia Lama” dimana kita akan merasa seakan-akan berada di pedesaan Italia.
Penggunaan batu, bata tua, besi tempa, balok kayu yang berat, dan tanaman otentik dapat
ditemukan dalam gaya ini.
g. Gaya Asia
Gaya ini lebih memainkan gaya informal. Alam memainkan peran yang dominan dalam
landscape gaya Asia ini. Kebun oriental trbentuk dengan tanaman dan arsitektur untuk
menanamkan rasa damai dan keseimbangan hidup seseorang.
Video mengenai ruang terbuka hijau di Jakarta dapat dilihat pada Video 16
(https://www.youtube.com/watch?v=A1qPADbwnVQ).
6. Komponen Lanskap pada Pengelolaan Ruang
Komponen lanskap merupakan salah satu esensi penting dari suatu pengalaman ruang
dan bukanlah hanya sekedar berfungsi sebagai tambahan aksesori belaka pada ruang tersebut.
Terkait pada perencanaan desain bangunan yang berkelanjutan, peranan penting komponen
lanskap ini tercermin dari besarnya persentase penilaian terhadap komponen lanskap yang
mencapai 17% pada sistem penilaian Greenship yang digunakan oleh Konsil Bangunan Hijau
Indonesia (Green Building Council Indonesia/GBCI) untuk mengkaji dan menilai implementasi
praktek-praktek desain bangunan yang ramah terhadap lingkungan.
Gambar 23. Contoh mplementasi praktek desain bangunan yang ramah lingkungan (Sumber:
Google.com)
Salah satu hal penting yang sangat berpengaruh dalam sistem penilaian komponen
lanskap ini adalah implementasi sistem manajemen limpasan air hujan yang bertujuan untuk
menghilangkan, atau paling tidak mengurangi besarnya debit limpasan air hujan dari suatu area
pembangunan ke saluran kota dengan cara penerapan teknologi konstruksi lanskap tertentu.
Salah satu contoh penerapan teknologi konstruksi lanskap ini dapat kita temukan pada desain
objek lanskap di kompleks perkantoran taman yang terletak di Summarecon Serpong yang saat
ini dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi Greenship dari GBCI. Kompleks perkantoran
taman ini menempati lahan seluas kurang lebih 7 hektar yang terdiri dari enam buah bangunan
dengan total lantai bangunan seluas hampir 53.000 m2. Hanya 18% dari area lahan akan
terbangun sedangkan sisa 82% akan didesain menjadi ruang terbuka.
Empat buah danau buatan yang saling terintegrasi dan terletak di antara bangunan-
bangunan yang dikelompokkan di atas tiga buah pulau buatan menjadi fokus komponen lanskap di
ruang terbuka tersebut. Danau-danau ini berfungsi sebagai tempat penampungan akhir limpasan air
hujan. Pada tahap pertama akan dibangun kurang lebih setengah dari luas lahan yang terdiri dari
dua buah gedung dan dua buah danau. Prinsip tekonologi konstruksi lanskap yang diterapkan pada
desain tahap pertama ini terdiri dari kombinasi penggunaan ditch (saluran beton) yang menerima
limpasan air hujan dari sekeliling bangunan dan penggunaan bio-swale (sengkedan/parit) yang
menerima limpasan air hujan dari area jalan dan tempat parkir. Penggunaan bio-swale ini
memungkinkan limpasan air hujan untuk melewati proses filtrasi dan
sedimentasi awal. Limpasan air hujan ini kemudian dialirkan ke dalam rain garden untuk
melewati proses filtrasi lanjutan dan purifikasi. Setelah itu, limpasan air hujan tersebut akan
dialirkan menuju wetland untuk melewati proses sedimentasi dan filtrasi akhir. Limpasan air
hujan yang telah melewati beberapa proses itu diharapkan dapat terbebas dari sampah dan
kotoran sebelum pada akhirnya dapat dialirkan ke dalam danau buatan yang menjadi tempat
penampungan akhir dan dapat digunakan kembali untuk aktifitas penyiraman.
Gambar 24. Kompleks perkantoran taman yang terletak di Summarecon Serpong (Sumber:
Google.com)
Proses filtrasi, purifikasi dan sedimentasi pada sistem ini didukung secara alami oleh
penggunaan tanaman yang tahan hidup dalam kondisi kering maupun tergenang air pada saat-saat
tertentu seperti Bacopa caroliniana (Lemon Bacopa), Carex indica (Sedge), Cyperus papyrus
(Papirus), Eleocharis dulcis (Chinese Water Chestnut), Lepironia articulate (Blue Rush), Nymphaea
lotus (Teratai Kecil), Phragmites australis (Common Reed) dan Typha angustifolia (Cat Tail). Secara
garis besar, penerapan sistem manajemen limpasan air hujan pada tahap pertama ini diharapkan
dapat mengurangi kurang lebih 50% dari total limpasan air hujan ke saluran kota. Hal ini tentunya
berdampak sangat positif pada pengurangan beban sistem drainase kota yang pada akhirnya dapat
juga mengurangi resiko terjadinya bencana banjir. Contoh desain
ruang terbuka hijau dapat dilihat pada Video 17 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=JankKgtL0F0).
7. Konsep Kota Taman Berbasis Pendidikan
Hasil kajian yang dilakukan oleh Nuzir (2012) pada skala makro atau perkotaan,
konsep kota hijau bisa menjadi dasar perencanaan perkotaan Kota Metro. Mulyandari (2011)
menyimpulkan bahwa ada beberapa prinsip dasar konsep kota hijau, diantaranya adalah:
Kota hijau harus memiliki populasi minimal 30.000 penduduk.
Kota tersebut harus memiliki luas sekitar 400 hektar yang dikelilingi oleh 2.000 hektar
daerah pertanian.
Mata pencaharian utama penduduknya adalah bidang administrasi, perdagangan dan
industri.
Penggunaan lahan kota hijau harus dilengkapi dengan sirkulasi yang mudah, jalur kereta
api dan jalan harus didesain dengan baik terutama lokasi, lebar, baha, dan konstruksinya.
Harus terdapat taman atau area terbuka di setiap rumah atau bangunan.
Implementasi konsep lingkungan di perumahan dan pemukiman harus dilengkapi dengan
sekolah, taman bermain, dan fasilitas publik.
Sementara itu pada skala mikro, desain landscape adalah alat yang tepat untuk
melaksanakan konsep kota hijau ini dan juga cocok dengan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan. Menurut Booth (1983), elemen dasar dari arsitektur landscape adalah:
Bentuk lahan
Material tanaman
Bangunan
Perkerasan
Struktur site
Air
Proses desain
Elemen pendidikan sebagai dasar penerapan konsep Kota Taman ini adalah faktor yang
unik dan berbeda yang bisa diterapkan di Kota Metro. Hal ini bisa menjadi metode yang tepat
untuk menafsirkan visi dan misi kota ke dalam pembangunan melalui perencanaan tata ruang
kota.
Ada 2 (dua) tema dalam implementasi elemen pendidikan ke dalam konsep kota hijau,
yaitu “Bagaimana menciptakan lingkungan untuk pembelajaran” dan “Bagaimana untuk belajar
dari lingkungan”. Tema ini akan tampil dalam setiap elemen arsitektur landscape yang akan
bertindak sebagai alat untuk menciptakan strategi implementasi desain. Bagaimana
menciptakan lingkungan untuk pembelajaran.
a. Bentuk lahan dan Pengembangan Site
Lereng tidak lebih dari 10% untuk mencegah erosi dan tidak kurang dari 1% untuk
menghindari gengangan.
Untuk daerah dengan sedikit lereng, pengembangan dan penggunaan pola harus merata
pada semua site agar lebih optimal, sementara untuk daerah dengan lereng yang curam,
pengembangan dan penggunaan pola harus mengikuti kontur yang ada agar lebih
ramah lingkungan.
Pengolahan site harus direncanakan sebelum mendirikan bangunan, sehingga
bangunan akan menyatu dengan lingkungan alami.
Lereng dan kontur yang ada dimanfaatkan sebagai fasilitas kegiatan pendidikan.
Kontur site dengan sedikit lereng yang curam dimanfaatkan sebagai daerah berkumpul
dan sebagai area pejalan kaki.
Jaringan listrik sebaiknya ditanam di bawah tanah dengan kedalaman minimal 60 cm.
Instalasi air bersih harus ditanam di dalam tanah dengan kedalaman minimal 40 cm.
Daerah terbuka hijau di sekitar bangunan dengan ukuran yang sama dengan bangunan
harus diciptakan dan harus dipelihara keberadaannya sampai batas umur bangunan.
Daerah terbuka hijau meliputi lapangan, taman bermain, jalur pejalan kaki, taman, dan
taman di atas atap.
b. Bagaimana cara Belajar dari Lingkungan
1) Bentuk Lahan dan Pengembangan Site
Dalam rangka untuk belajar tentang alam dan iklim mikro, disarankan untuk tidak
mengembangkan bangunan, perkerasan, jalan atau area parkir pada site yang
memenuhi salah satu criteria ini: pertanian, dataran rendah yang belum dikembangkan,
habitat spesies yang tidak berbahaya, lahan basah, bank, resapan air, taman dan area
terbuka hijau lainnya.
Pengembangan site harus menyediakan minimal 30% atau 12 m per penghuni
bangunan untuk digunakan sebagai area terbuka hijau yang juga bisa difungsikan
sebagai area membaca, kebun raya, atau apotek hidup.
2) Material Tanaman
Tanaman yang digunakan harus tanaman asli sehingga selain dapat tumbuh dan
menyebar dengan baik, juga dapat digunakan sebagai perpustakaan alam dengan
member nama pada tiap tanaman.
Tanaman yang digunakan harus mempunyai manfaat lain seperti tanaman yang bisa
dimakan atau tanaman obat sehingga bisa langsung digunakan sebagai laboratorium alam. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada laman: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=164409&val=5962&title=Kota%20Taman% 20Berbasis%20Pendidikan
Rangkuman
Aneka gaya taman dalam arsitektur terbagi dari 6 yakni taman gaya mediterania,
taman gaya tropis, taman gaya jepang, taman gaya inggris, taman gaya amerika dan taman
gaya cina
Taman gaya mediterania memiliki karakter desain yang dapat menampilkan berbagai jenis
tekstur dan bentuk tanaman dalam warna hijau. Penggunaan tanaman seperti agave (Agave
attenuate), yucca (Yucca sp), nolina (Nolina longifolia), dan sikas (Cycas rumpii) yang bergaris
tegas dapat mudah berdampingan dengan tarikan garis arsitektur yang sama tegasnya.
Taman gaya tropis dapat diberkan Sentuhan tanaman air yang bertekstur halus, seperti
papyrus (Cyperus papyrus), bamboo putoy, dan teratai (Nelumbo Nucifera) dapat menjadi
jembatan penghubung antara gaya minimalis dan tropis
Taman jepang tetap dapat menjadi pilihan untuk mempercantik hunian minimalis. Warna
monokrom, seperti halnya taman mediteranean, akan memperkuat gaya minimalis.
Penggunaan elemen keras, seperti batu, pasir sisir, lonceng angin, dan ancuran bambu, sangat
serasi dengan garis minimalis.
Taman Gaya amerika biasanya identik dengan penggunaan berbagai semak warna-warni
bertekstur lembut dan pohon yang rindang. Cocok untuk pemilik rumah yang senang
berkegiatan di luar rumah, berjiwa petualang, dan ingin tampil beda. Elemen keras yang bisa
digunakan adalah pergola, patio, meja piknik, barbeque pit, dan pagar-pagar pendek yang
mengelilingi semak.
Taman gaya inggris cocok untuk bangunan yang ingin membentuk kesan megah (monumental).
Identik dengan penggunaan cemara lilin (Cupressus sempervirens), rumput manila yang
terpelihara rapi, serta semak bunga yang disusun dengan pola simetris dan kaku. misalnya,
berpola kotak-kotak atau lingkaran. Elemen keras yang dapat digunakan antara lain pancuran
atau bird bath, lampu taman yang tinggi, dan kursi taman berbahan besi.
Taman gaya China dirancang sangat detil sehingga suasana alam dapat dirasakan di dalam
taman. Cirri taman ini ialah memiliki pintu bulan yang berbentuk bulat yang terbuat dari bunga-
bunga, kolam, jembatan dan pagar. Di bawah jembatan terdapat kolam atau sungai kecil yang
ditumbuhi bunga lotus (simbol religi). Suasana semakin kuat, karena bonsai dan batu yang
terdapat di sekitar taman,
Taman Gaya Eropa memiliki ciri Taman biasanya teduh, Terdapat bagian taman yang terpisah
dengan bangunan induk dan dihubungi oleh deretan tiang bulat tinggi besar disebut Colonnade.
Kadangkala dilengkapi dengan kolam. Dikenal sebagai taman gaya kebun rajaatau taman
khalifahatau gaya aristokratik(istilah Itali) atau gaya feudal (istilah Indonesia).
Taman Gaya Pastoral Itali terlihat bagian yang menyatu dari rumah gaya pedesaan.
Taman nampak alamiah. Memberikan kesan damai dan sederhana. Dan Masih ada unsur
Colonnade dan kombinasi kelompok tanaman dari ukuran tinggi hingga rendah.
Taman Gaya Prancis terlihat Taman terkesan formal dengan memanfaatkan empat
unsur taman seperti bunga-bungaan yang ditanam dalam petakan-petakan (parterre), pohon
pangkas, kolam dengan kombinasi air mancur dan pohon-pohon meneduh. Taman merupakan
bagian terpisah dari bangunan. Dan Setiap bagian taman dihubungkan dengan jalan setapak
dan diberikan beberapa tempat atau bangunan kecil untuk beristirahat sejenak (gazebo).
Konsep Taman Maze atau lebih dikenal dengan nama Taman Labyrinth, Hoiuse of
Daedalus, Troy of Town atau The Wall of Troy telah ada berabad-abad yang lalu. Konsep inipun
merupakan suatu gagasan arsitektural yang memperlihatkan bentuk jalan berliku tak berujung
yang menuju ke istana atau tempat tempat istimewa.
Taman gaya inggris dibuat sedemikian rupa alamiah dan mewakili keadaan
pemandangan alam yang bergunung-gunung dan dikombinasikan dengan danau-danauan
(kolam) serta bagian hamparan tanah kosong yang ditumbuhi rerumputan.Taman
Gaya Amerika terlihat Terdapat hubungan yang erat antara bangunan rumah tinggal
dengan taman sehingga berkesan akrab. Elemen taman disusun tidak resmi dan berisikan
tanaman hias yang ditanam teratur di pinggiran halaman berumput dekat tembok rumah serta
sederetan tanaman hias berbunga yang rendah di bagian tepi (border) dekat jalan. Taman pada
halaman belakang biasanya dilengkapi dengan serambi dekat rumah yang berpagar keliling
(patio).
Taman Gaya Cina terlihat Berkesan meriah dengan memadukan tanaman hias dan bebatuan
yang disusun seperti tebing gunung, danau yang ada sungainya serta jembatan penyeberangan
melintasi sungai. Terdapat pavilliun (sebagai tempat untuk menikmati pemandangan taman).
Kesan meriah semakin kental dengan kehadiran tanaman yang berwarna-warni dengan elemen
taman keras. Taman sering dilengkapi dengan patung binatang.
Taman Gaya Jepang terlihat Meniru keadaan alam seperti pegunungan dengan kuil yang sepi,
atau lereng pegunungan yang ada danaunya. Batu-batuan dibiarkan menggeletak
(menggunung) di sana-sini atau di tepi danau sehingga memberikan kesan lenggang dan
tenang. Tanah-tanah disusun seolah-olah membentuk bukit-bukit (bertopografi pegunungan).
Sebagian taman dibuatkan hamparan berpasir.
Taman Gaya Tradisional Indonesia trlihat Unsur taman sebagian besar terdiri dari tanaman sumber
makanan (terutama rumah-rumah di bagian pedalaman), sumber kesejahteraan keluarga.
Sebenarnya belum dapat dikatakan taman yang memiliki gaya, karena penataannya hanya
berdasarkan prinsip pemanfaatan kesejahteraan (sumber penghidupan), sehingga penamaan
berdasarkan gaya, maka gaya taman Indonesia (tradisional) adalah gaya serba guna.
Komponen lanskap merupakan salah satu esensi penting dari suatu pengalaman ruang
dan bukanlah hanya sekedar berfungsi sebagai tambahan aksesori belaka pada ruang tersebut.
Salah satu hal penting yang sangat berpengaruh dalam sistem penilaian komponen lanskap ini
adalah implementasi sistem manajemen limpasan air hujan yang bertujuan untuk
menghilangkan, atau paling tidak mengurangi besarnya debit limpasan air hujan dari suatu area
pembangunan ke saluran kota dengan cara penerapan teknologi konstruksi lanskap tertentu.