Anda di halaman 1dari 4

Sebagai pengusaha, usia Kusdarmawan Aryo Baskoro masih terbilang muda.

November
mendatang, bujangan ini baru genap 28 tahun. Dalam usia tersebut, dia telah menjadi salah
satu pemain penting di bisnis fashion distro di Tanah Air.

Aryo adalah pemilik Rown Divisions. Nama perusahaan fashion untuk


distro yang berpusat di Kota Solo ini tidak asing lagi di kalangan pemilik
gerai distro di Indonesia. Maklumlah, selama ini, Rown memang salah
satu pemasok besar yang rajin memasok produknya ke berbagai distro di
berbagai kota di Indonesia.”Selain menjual di distro sendiri, kami menjual
produk lewat distro lain,” kata pria kelahiran 9 November 1984 ini. Rown
— singkatan dari Aryo Own — memiliki dua gerai distro: satu di Solo dan
satu di Karanganyar. “Tidak lama lagi kami akan membuka kantor
pemasaran di Bandung,” katanya. Selain ke pasar domestik, ia juga telah
memasarkan produknya ke berbagai negara, seperti Singapura dan
Malaysia. “Juga, sudah ada rencana pengiriman ke Kanada,” ujarnya
semringah.

Keberhasilan Aryo membuka kantor pemasaran di Kota Bandung tentu


menjadi kebanggaan tersendiri. Maklum, selama ini Bandung dianggap
sebagai kiblat distro Tanah Air. Buat Rown, Bandung juga merupakan
kota penyumbang pendapatan terbesar. “Ternyata, produk kami bisa
diterima di Bandung, dan permintaannya terus meningkat. Karena itu,
kami harus membuat marketing office di sana.”
Kusdarmawan Aryo Baskoro, pemilik Fashion Distro Rown Divisions

Keunggulan bisnis Aryo salah satunya karena konsisten meluncurkan


desain-desain baru. Bagi Aryo, sudah menjadi keharusan untuk terus
melahirkan karya baru setiap bulan. Bila dirata-rata, setiap hari pasti ada
produk (desain) baru yang muncul, entah berupa sepatu, jaket, kemeja,
jins atau T-shirt. “Kami telah memiliki desainer khusus yang siap
memunculkan desain-desain baru,” ujar anak kedua Bambang Mintosih,
yang juga dikenal sebagai tokoh pengusaha di Solo, ini.

Yang juga menarik, untuk menjaga eksklusivitas, Aryo membatasi


produksi setiap desain baru maksimum hanya 30 potong. Kebijakan ini
diambil untuk menjaga citra Rown agar tidak identik dengan produk
massal.

Saat ini, Aryo membanderol harga produknya dari Rp 20 ribu sampai Rp


800 ribu. Dia mengakui selama ini produknya lebih banyak terjual di
distro lain ketimbang distro miliknya sendiri.
Dari segi target pasar, menurut Aryo, sebenarnya sejak awal ia ingin
menyasar pasar anak muda. Namun kenyataannya, penggemar
produknya mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Dengan 40-an karyawan, setiap bulan Aryo mampu memproduksi 30-an


ribu aneka produk fashion: sepatu, sandal, T-shirt, kemeja, jaket, tas ,
topi dan aneka aksesori lainnya. Semua produknya diberi label Rown.
Untuk produk busaha pria, ia menggunakan brand Rown Terror,
sedangkan untuk busana wanita memakai merek Pretty Rown.

Menjadi pebisnis ternyata memang sudah menjadi pilihan hidup Aryo


sejak kecil. Ia bercerita, sejak duduk di bangku kelas 3 SD, ia sudah
belajar berjualan camilan gorengan dan kacang buatan ibundanya. Ia
mengaku berjualan bukan karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan
hidup, melainkan karena menyukainya. Antara lain, karena bisa punya
tabungan.

Menginjak bangku SMA, ia mulai menyenangi dunia desain, sehingga ia


menekuni usaha sablon. Bisnis sablon ini mulai ia seriusi ketika kuliah di
Jurusan Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo. Dari
bisnis sablon inilah ia menemukan bisnisnya yang terbukti prospektif,
yakni fashion distro.

Mengawali bisnis fashion-nya pada 2003, ia bermitra dengan seorang


kawannya untuk memproduksi T-shirt merek Ankles. Kala itu, target
pasarnya sangat khusus, yakni komunitas penggemar skateboard. Kongsi
ini tidak berjalan lama, karena ada perbedaan prinsip di antara mereka
berdua.

Kegagalan kongsi bisnis itu tak membuat Aryo putus asa. Ia


memberanikan diri mencoba usaha sendiri. Awalnya, hanya membuat T-
shirt dari hasil desain sendiri, dengan merek Rown. “Di luar dugaan,
banyak yang menyukai desain saya,” ia menceritakan.

Tahun 2006, dengan modal awal menguras uang tabungan Rp 30 juta,


Aryo secara resmi mendirikan bendera Rown. Ia menyewa tempat
berukuran 2×3 m2 di kawasan Jl. A. Yani, Solo. Awalnya, ia hanya
mempekerjakan tiga karyawan. Keberuntungan rupanya berpihak
kepadanya. Bisnis Aryo terus berkembang.

Karena itulah, pada 2008 ia mulai memberanikan diri meminjam modal ke


bank. Dengan suntikan dana dari bank sebanyak Rp 100 juta, ia
membesarkan bisnisnya dengan menyewa tempat yang lebih besar untuk
mendirikan distro. Dari tiga karyawan, terus berkembang hingga kini
menjadi 40 karyawan. Di antara mereka juga ada desainer khusus. Jenis
produk pun berkembang. Tidak sekadar kaus, tetapi juga sepatu, celana,
kemeja, jaket hingga topi.
Tak hanya kreatif dalam melahirkan aneka produk fashion-nya, Aryo
ternyata juga kreatif dalam mengemas pemasarannya. Selain
menggunakan berbagai media jejaring sosial, ia juga aktif melakukan
branding lewat program televisi. Antara lain, pernah menjadi sponsor
untuk film televisi (FTV). Selain itu, juga sering menjadi sponsor pentas
musik di Solo.

Aryo kini sudah bisa menikmati buah kerja kerasnya selama ini. Omset
bulanannya diperkirakan sudah mencapai miliaran rupiah. Seperti halnya
serial entrepreneur lainnya, kini setelah merasa mapan dengan bisnis
fashion-nya, Aryo berencana mengembangkan bisnis lain. Salah satunya,
bisnis furnitur.

Anda mungkin juga menyukai