Anda di halaman 1dari 10

Usaha dan Kesehatan Sekolah

Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta


didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas

Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2017/2018

TK (604)
SD (537)
SMP (365)
SMA (472)

Grafik 22. Jumlah siswa tahun ajaran 2017/2018

Tujuan UKS
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan
menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya.

Sasaran UKS
Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS pada usia dini meliputi:
Sasaran primer (langsung)
1. Anak usia sekolah menurut tahapan proses tumbuh kembang;
2. Ibu dari anak usia sekolah

Sasaran sekunder/penunjang (unsur diluar sekolah yang mempunyai nilai strategis)


1. Guru, kader kesehatan, pemuka masyarakat, tokoh agama, organisasi pemuda serta
LSM
2. TP UKS di setiap jenjang

Pendidikan Kesehatan
1. Integrasi penjaskes kedalam kegiatan belajar dan bermain
2. Adanya buku pegangan atau bacaan pendidikan dan kesehatan
3. Guru membuat satuan kegiatan harian (SKH) dan satuan kegiatan mingguan (SKM)
4. Tersedianya alat peraga penjaskes
5. Memiliki media pendidikan kesehatan (poster, leaflet)
6. Memiliki guru pembina UKS
7. Adanya program kemitraan (puskesmas, kepolisian, pertanian, dan lain-lain)

Pelayanan Kesehatan

1. Dilaksanakannya penyuluhan kesehatan


2. Memiliki buku pegangan guru mengenai DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak)
3. Guru membuat Satuan Kegiatan Harian (SKH) dan Satuan Kegiatan Mingguan
(SKM)
4. Adanya pengukuran berat badan dan tinggi badan (setiap bulannya)
5. Adanya pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan anak pada buku kesehatan anak
masing-masing (secara berkala minimal 6 bulan sekali); Pemeriksaan dan perawatan
kesehatan gigi, kebersihan anggota badan dan lain-lain
6. Dilakukannya penjaringan kesehatan anak
7. Adanya rujukan bila diperlukan
8. Melaksanakan P3K dan P3P
9. Pengawasan makanan yang dibawa anak maupun yang ada di kantin atau dapur
10. Dilakukannya penyuluhan kepada orang tua murid TK atau Paud tentang kesehatan
anak, makanan yang bergizi, sehat dan aman
11. Dilakukannya tes kemampuan motorik

Pembinaan Lingkungan Sekolah

1. Adanya air bersih, tempat cuci tangan mengalir, WC/Jamban, tempat sampah, saluran
pembuangan air kotoran berfungsi dengan baik
2. Ada halaman bermain yang memadai serta aman
3. Memiliki pojok UKS
4. Melakukan kegiatan 3M plus, 1 kali dalam seminggu
5. Memiliki pagar sekolah, penghijauan/perindangan, kebun sekolah, toga
6. Memiliki ruang UKS sendiri dengan peralatan yang cukup
7. Melaksanakan program sekolah kawasan tanpa rokok
600

500

400

300 Sasaran
Yang dijaring

200

100

0
SD SMP SMA

Grafik 23. Rekapitulasi hasil penjaringan peserta didik di wilayah Puskesmas


Program VCT & Pengendalian IMS
Klinik VCT dan IMS dibangun sejak tahun 2011 dengan Pembina dr. Gede Karnaya dan dr. Indriyasa,
adapun visi misi dan strategi klinik VCT dan IMS puskesmas seririt I adalah sebagai berikut ;
Visi :
Meningkatkan upaya pengendalian penyakit menular IMS dan HIV/AIDS
Misi :
1. Melaksanakan usaha pencegahan penularan IMS dan HIV melalui pendekatan lintas program,
lintas sektoral, LSM, dan masyarakat
2. Meningkatnya kepedulian IMS dan HIV melalui promosi, komunikasi, dan edukasi pada
kelompok resiko tinggi
3. Mengupayakan pemutussan rantai penularan pada daerah risiko tinggi.
Strategi :

1. Penyuluhan secara berkesinambungan baik secara individual atau kelompok di lingkungan


keluarga, masyarakat, sekolah, dan lembaga swasta/pemerintah.
2. Penemuan kasus sedini mungkin baik itu pasif pada klien yang datang ke puskesmas atau
aktif melalui kegiatan mobile klinik ke tempat risiko tinggi (lokalisasi/kafe)
3. Sosialisasi keberadaan layanan klinik kepada masyarakat dan lembaga swasta/ pemerintah.
4. Menjalin kerjasama dengan LSM dan lembaga swasta/pemerintah untuk mendapatkan
dukungan program (moral, finansial, hukum)
5. Memberikan layanan profesional sesuai SOP di klinik IMS dan klinik IMS dan klinik VCT
terutama aspek sukarela dan kerahasiaan pasien.
6. Melakukan promosi dan distribusi kondom secara berkesinambungan

Klinik IMS dan VCT menyediakan pengobatan gratis yang berpedoman berdasarkan pemeriksaan
mikrobiologis sederhana. Poli terpisah dengan poli uum sehingga kerahasiaan pasien terjamin. Selain
itu terdapat konselor yang secara khusus dilatih untuk memberikan edukasi tentang HIV AIDS dan
penyakit-penyakit infeksi menular seksual (IMS).

Dalam pelaksanaannya klinik IMS dan VCT tidak hanya menerima pasien secara pasif tetapi
juga aktif mencari kelompok berisiko di tempat-tempat lokalisasi/kafe yang dinamakan VCT mobile.
Berikut ini akan disajikan grafik mengenai data pasien IMS dan VCT di Puskesmas Seririt 1 pada
bulan Februari 2018 - Mei 2018.
KONSELING, DAN TES HIV SUKARELA (KTS/VCT)

35

30

25

20

15

10

0
Februari Maret April Mei

Laki-Laki Perempuan

Grafik 24. jumlah VCT sukarela di Puskesmas Seririt 1 pada bulan Februari 2018 - Mei 2018

TES HIV DAN KONSELING ATAS INISIASI PETUGAS


KESEHATAN (TIPK)

60

50

40

30

20

10

0
Februari Maret April Mei

Laki-Laki Perempuan

Grafik 25. VCT yang dilakukan oleh petugas di lapangan pada bulan Februari 2018 - Mei 2018

Tabel 7. Jumlah kasus IMS di Puskesmas Seririt 1 pada bulan Januari 2018 - Mei 2018

Kasus 15-19 20-24 25-49 >50 Total


L P L P L P L P
BV 1 25 26
Servisitis 15 15
GO 1 1
Bartolinitis 1 1 1 3
Sifilis 1 (rujuk) 1
Kandidiasis 1 3 4

30

25

20
>50

15 25-49
20-24

10 15-19

0
BV Servisitis GO Bartolinitis Sifilis Kandidiasis

Grafik 26. Kasus IMS di Puskesmas Seririt 1 pada bulan Januari 2018 - Mei 2018
Penyakit tidak Menular
Penyakit tidak menular atau yang disingkat sebagai PTM memiliki kecenderungan untuk
terus meningkat dan mengancam sejak usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah
terjadi transisi epidemiologis yang signifikan, penyakit tidak menular telah menjadi beban
utama, meskipun beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami
double burden penyakit , yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus.
Penyakit tidak menular utama meliputi jantung, stroke, hipertensi, diabetes melitus, kanker
dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat PTM terus meningkat
dari 41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007.
Dalam rangka pegendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain dilakukan
melalui pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(Posbindu-PTM) yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit
tidak menular di masyarakat. Adapun PTM yang dilakukan di Puskesmas Seririt I Singaraja
berupa monitoring terhadap pasien dengan diabetes melitus dan hipertensi.

Sasaran Kegiatan PTM


Sasaran kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak
menular, meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular. Indikator
pencapaian sasaran tersebut adalah :
1. Presentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu sebesar 50%
2. Presentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) minimal 50% sekolah sebesar 50%
3. Presentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM
sebesar 50%
4. Presentase prempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan
payudara sebesar 50%
5. Presentase kabupaten/kota yang melakukan pemeriksaan kesehatan pengemudi di
terminal utama sebesar 50%
6. Presentase kajian pengendalian penyakit tidak menular meningkat 50% dari jumlah
rekomendasi tahun 2014
7. Presentase teknologi tepat guna pengendalian penyakit tidak menular meningkat 50%
dari jumlah rekomendasi tahun 2014
8. Presentase Pelabuhan/bandara//PLBD yang melaksanakan kegiatan skrining penyakit
tidak menular sebesar 100%
HIPERTENSI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 140 mmhg dan atau
diastolik ≥ 90 mmhg. Peningkatan Tekanan Darah ini sering tanpa gejala. Tekanan darah
yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi, stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Tujuan Program pengendalian Hipertensi adalah terselenggaranya upaya
Pengendalian Hipertensi guna menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dan
akibat hipertensi di Indonesia.
KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIPERTENSI
 Mengembangkan dan memperkuat pengendalian faktor risiko hipertensi yang
terintegrasi dan berbasis masyarakat melalui kegiatan Posbindu PTM
 Mengembangkan dan memperkuat kegiatan promosi pencegahan faktor risiko dan
perilaku CERDIK dalam pengendalian hipertensi
 Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini faktor risiko hipertensi
Mengembangkan dan memperkuat kegiatan tindak lanjut dini faktor risiko dan respon
cepat kegawatdaruratan hipertensi
 Meningkatkan dan memperkuat pelayanan rujukan hipertensi di rumah sakit
 Mengembangkan rehabilitasi berbasis masyarakat
 Meningkatkan advokasi dan sosialisasi pengendalian faktor risiko hipertensi
 Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pengendalian faktor
risiko hipertensi
 Meningkatkan dan memperkuat manajemen, pemerataan dan kualitas peralatan
deteksi dini faktor risiko hipertensi
 Mengembangkan dan memperkuat surveilans epidemiologi faktor risiko dan kasus
hipertensi
 Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi pengendalian hipertensi
 Meningkatkan monitoring dan evaluasipelaksanaan pengendalian hipertensi
 Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian hipertensi yang
terintegrasi dengan jejaring nasional pengendalian penyakit tidak menular

STRATEGI PENGENDALIAN HIPERTENSI


1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko hipertensi
2. Mengembangkan dan memperkuat upaya promosi kesehatan dan pengendalian faktor
risiko hipertensi
3. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini dan tatalaksana
faktor risiko hipertensi yang berkualitas
4. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans epidemiologi dan sistem
informasi, serta monitoring dan evaluasi pengendalian hipertensi
5. Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian hipertensi yang
terintegrasi dengan jejaring kerja nasional pengendalian penyakit tidak menular

PROGRAM PENGENDALIAN HIPERTENSI


1. Prevensi Dan Penurunan Faktor Risiko
2. Deteksi Dini Dan Pengobatan Kontinyu
3. Surveilans Dan Monitoring

KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN HIPERTENSI


1. Di Masyarakat
Wawancara dan pengukuran faktor risiko di masyarakat melalui kegiatan posbindu
PTM dan Implementasi Perilaku CERDIK.
2. Deteksi dini dengan melakukan pengukuran tekanan darah :
o Deteksi dini dengan melakukan pengukuran tekanan darah
o Melakukan tindakan pencegahan primer
 Promosi, preventif dengan perubahan pola hidup (penurunan BB, Aktifitas
fisik teratur, mengurangi minum alkohol, mengurangi asupan garam,
berhenti merokok (sesuai Buku Pedoman/materi pola hidup sehat)
 Manajemen faktor risiko
 KIE merupakan upaya promosi kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan
penyakit dan berperilaku “CERDIK” yaitu :
 Penyuluhan langsung ke perorangan dan kelompok
 Penyuluhan melalui media massa
o Tatalaksana / Pengobatan
 Risiko penyakit dinilai berdasarkan tingginya tekanan darah, adanya
faktor risiko lain, adanya kerusakan target organ dan adanya penyakit
penyerta
 Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat
yang diinginkan, harus diberikan obat.
 Tentukan tingkatan tekanan darah tinggi dan dirujuk ke Puskesmas untuk
penggunaan obat
 Tentukan ada tidaknya keadaan krisis tekanan darah tinggi dan
tatalaksananya

1200

1000

800

600 Hipertensi
Diabetes Melitus

400

200

0
Februari Maret April Mei

Grafik 28. Rangkuman Kunjungan PTM Puskesmas Seririt I Singaraja Periode


Februari 2018 - Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai